Argumentasi dan Theologia dalam Memberitakan Injil

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


CARA MEMBERITAKAN INJIL

 

 

Pertama-tama kita perlu tahu bahwa tujuan Pemberitaan Injil adalah membawa orang kepada Kristus, bukan sekedar kepada gereja! Ingat bahwa manusia diselamatkan kalau ia percaya kepada Yesus Kristus, dan bukan kalau ia sekedar pergi ke gereja!

 

Charles Haddon Spurgeon: “What is it to win a soul? This may be instructively answered by describing what it is not. We do not regard it to be soul-winning to steal members out of churches already established, ... we aim rather at bringing souls to Christ. ... we do not consider soul-winning to be accomplished by hurriedly inscribing more names upon our church-roll, ... we may do more harm than good at this point. To introduce unconverted persons to the church, is to weaken and degrade it, and therefore an apparent gain may be a real loss” (= Apakah artinya memenangkan jiwa? Ini bisa dijawab secara mengajar dengan menggambarkan apakah yang tidak termasuk dalam memenangkan jiwa. Kami tidak menganggapnya sebagai memenangkan jiwa untuk mencuri anggota-anggota dari gereja-gereja yang sudah mapan, ... kami lebih bertujuan untuk membawa jiwa kepada Kristus. ... kami tidak menganggap bahwa pemenangan jiwa itu tercapai dengan cepat-cepat menuliskan lebih banyak nama dalam daftar gereja, ... kita bisa / mungkin lebih melakukan kerusakan dari pada kebaikan pada titik ini. Memasukkan orang-orang yang belum bertobat ke gereja, adalah melemahkan dan merusakkannya, dan karena itu sesuatu yang kelihatannya adalah keuntungan sebetulnya adalah suatu kerugian) - ‘The Soul Winner’, hal 15,16,17.

 

Dengan memegang teguh tujuan pemberitaan Injil ini, kita mulai memberitakan Injil.

 

Pemberitaan Injil biasanya dimulai dengan pembicaraan tentang hal-hal yang biasa, yang lalu dibelokkan menuju hal-hal yang bersifat rohani. Dan biasanya dalam pemberitaan Injil, kita membelokkan menuju pembicaraan tentang dosa, supaya bisa menyadarkan orang itu bahwa ia adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa.

 

Misalnya:

 

·        pada waktu berbicara tentang kejahatan tertentu, seperti pemerkosaan / pembunuhan dan sebagainya, kita bisa berkata: “Orang-orang yang melakukan hal itu memang berdosa, tetapi bagaimana dengan kita / saudara sendiri? Apakah kita / saudara bukan orang yang juga sangat berdosa? Kita / saudara mungkin tidak membunuh / memperkosa, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa lain?.

 

·        pada waktu berbicara tentang peperangan, bencana alam, atau hal-hal lain yang membuat manusia menderita, kita bisa berkata: “Dulu, pada waktu Allah pertama menciptakan segala sesuatu, tidak ada penderitaan. Tetapi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, penderitaan masuk ke dalam dunia (Kej 3). Tetapi mari kita tidak menyalahkan Adam dan Hawa saja. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Tidakkah kita juga sangat banyak dosanya?.

 

·        pada waktu berbicara tentang orang-orang tertentu yang sangat menderita hidupnya, kita bisa mengatakan: “Penderitaan orang itu memang hebat, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan di dalam neraka. Dan semua manusia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka. Coba pikirkan apakah saudara / kamu adalah orang berdosa atau tidak”.

 

·        pada waktu orang yang kita injili itu menceritakan tentang hatinya yang sumpek, gelisah, tidak damai, dsb, kita juga bisa mengatakan bahwa itu disebabkan karena adanya dosa.

 

Bdk. Yes 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.

 

Catatan: dalam Kitab Suci kalau dikatakan ‘orang fasik’, tidak harus diartikan orang yang sangat berdosa. Seringkali seadanya orang yang belum / tidak beriman disebut sebagai ‘orang fasik’.

 

·        pada waktu membicarakan tentang orang yang meninggal dunia, kita bisa mengatakan: “Sekarang giliran orang itu untuk menghadap Tuhan; akan ada saatnya dimana giliran kita tiba. Kalau giliranmu tiba malam ini, apakah kamu siap berhadapan dengan Allah sebagai Hakim (Ibr 9:27), mengingat kamu adalah orang yang berdosa?.

 

Bdk. Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

 

·        pada waktu berbicara tentang hal-hal yang kelihatannya menunjukkan Allah itu tidak adil, seperti adanya orang saleh yang menderita dan orang jahat yang hidup enak, kita bisa mengatakan: “Allah itu adil, tetapi keadilanNya yang sepenuhnya baru akan dinyatakan nanti dalam pengadilan akhir jaman. Pada saat itu Ia akan menghakimi setiap dosa dalam diri setiap orang, termasuk dalam dirimu. Kamu juga punya dosa, bukan?.

 

·        pada waktu berbicara tentang orang yang buta, kita bisa berkata: “Buta memang tidak enak, tetapi ada kebutaan yang lebih buruk dari buta secara jasmani, yaitu buta secara rohani. Yaitu orang yang sekalipun berdosa, tetapi tidak menyadari dosa-dosanya. Bagaimana dengan kamu?.

 

·        pada waktu berbicara tentang surga, kita bisa berkata: “Masuk surga itu enak, tetapi adanya dosa dalam diri kita bisa menghalangi kita untuk masuk surga. Kira-kira saudara termasuk orang berdosa atau tidak?.

 

·        pada waktu berbicara tentang doa, kita bisa berkata: “Doa memang sesuatu yang bagus, tetapi karena Allah itu maha suci, dosa bisa menghalangi doa kita sampai kepadaNya. Apakah kamu bukan orang yang berdosa?.

 

·        pada waktu berbicara tentang sukarnya mengerti Kitab Suci, saudara bisa berkata: “Mungkin sukarnya mengerti Kitab Suci itu disebabkan karena dosa-dosa kita membutakan kita. Bagaimana dengan kehidupan saudara, apakah banyak dosa?.

 

·        pada waktu berbicara tentang orang yang dianggap saleh / baik, saudara bisa berkata: “Dalam dunia ini tidak ada orang yang baik, semuanya berdosa. Orang yang dianggap baik oleh manusia bisa dianggap jahat oleh Tuhan, karena Tuhan punya standar yang berbeda. Kalau orang yang kelihatan baik saja bisa dianggap jahat oleh Tuhan, apalagi orang yang dianggap jahat oleh manusia. Kalau saudara sendiri bagaimana?.

 

Dari banyak contoh ini saya harap saudara bisa menyadari bahwa sebetulnya hampir setiap pembicaraan bisa kita arahkan menuju pembicaraan rohani / pembicaraan tentang dosa.

 

Setelah melalui pembicaraan seperti di atas ini, kita masuk dalam pembicaraan tentang dosa.

 

I) Tentang dosa.

 

1)   Ingat bahwa tujuan kita di sini bukanlah untuk menghakimi dia.

 

Untuk meng­hindari timbulnya kesan bahwa kita menghakimi dia, maka perlu kita tunjukkan kepada dia bahwa kita juga adalah orang yang berdosa sama seperti dia.

 

2)   Tujuan kita dalam bagian ini adalah menya­darkan orang yang kita injili itu bahwa dia adalah manusia yang berdosa. Kalau bisa, bahkan kita harus menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa.

 

Jangan hanya membuatnya sadar bahwa manusia secara umum adalah orang berdosa. Ia harus sadar bahwa ia sendiri adalah manusia berdosa. Jadi, dalam memilih hukum-hukum yang menunjukkan dosa, pilihlah hukum-hukum yang memang bertentangan dengan kehidupannya (kalau saudara mengenal dia dan tahu tentang hidupnya).

 

Kesadaran akan dosa ini sangat penting, karena tanpa kesadaran akan dosa, ia tidak akan merasa butuh Yesus sebagai Juruselamat dosa. Sedangkan kesadaran bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa hal ini, ia masih mungkin akan berusaha untuk masuk surga dengan kebaikannya sendiri.

 

3)   Ayat-ayat yang bisa kita pakai untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa.

 

a)   Untuk orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.

 

Kalau saudara memberitakan Injil kepada orang yang menolak ototritas Kitab Suci kita, mungkin karena ia mempunyai agama lain dengan Kitab Sucinya sendiri, maka dalam penyadaran dosa ini mungkin lebih baik saudara tidak menggunakan hukum-hukum / larangan-larangan yang hanya ada dalam Kitab Suci Kristen, seperti jika ditampar pipi kanan harus memberikan yang kiri, harus mengasihi musuh, dsb. Penggunaan hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci Kristen itu sangat mungkin mendapatkan jawaban: “Itu kan ajaran Kitab Sucimu, bukan Kitab Suciku”.

 

Jadi, sebaiknya saudara menggunakan hukum-hukum yang diakui baik dalam Kristen maupun dalam agama orang yang saudara injili itu. Misalnya jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan membenci / dendam, dsb.

 

Tetapi jangan menggunakan hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci orang itu, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Kristen! Dalam memberitakan Injil, kita harus menggunakan Firman Tuhan, yang adalah pedang Roh, dan itu adalah Kitab Suci kita sendiri!

 

b)   Untuk orang-orang dalam kalangan Kristen.

 

1.   Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua manusia adalah manusia berdosa (ini dosa secara umum):

 

·        Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

 

·        Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!.

 

2.   Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk menyadarkan dia dari dosa-dosa tertentu:

 

·        Kel 20:3-17 - 10 hukum Tuhan.

 

·        Mat 5:28 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”.

 

·        Mat 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.

 

Bacakan ayat-ayat ini dan tekankan satu hal ini: tidak ada orang yang tidak pernah melanggar hukum-hukum ini!

 

Catatan: saudara tidak selalu harus mengajak orang itu untuk membaca ayatnya dari Kitab Suci. Saudara bisa mengutipnya luar kepala. Tetapi untuk ini tentu diperlukan usaha menghafalkan ayat-ayat Kitab Suci.

 

4)   Ayat-ayat yang bisa kita gunakan untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa:

 

a)   Mat 22:37-39 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

 

Semua orang selalu berdosa dengan melanggar kedua hukum ini, khususnya hukum yang pertama, karena tidak mungkin ada orang yang bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Jadi, bisa dikatakan bahwa kita berbuat dosa setiap saat. Dan hanya dengan meninjau satu hukum ini saja, dosa kita sudah bukan main banyaknya. Apalagi kalau kita meninjau semua hukum yang ada dalam Kitab Suci.

 

b)   Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.

 

Perhatikan bahwa Yesaya adalah seorang nabi, tetapi ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan kami seperti kain kotor’. Ia juga bukan mengatakan sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

 

c)   Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.

 

Perhatikan kata-kata yang saya garis-bawahi itu. Ayat ini mengatakan segala (bukan sebagian) kecenderungan hatinya’, selalu (bukan kadang-kadang / sering) membuahkan kejahatan’, dan seakan-akan itu masih belum cukup, lalu masih menambahkan kata ‘semata-mata’.

 

d)   Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.

 

Istilah ‘hamba dosa’ menunjuk kepada orang-orang yang belum dibebaskan dari dosa oleh Yesus Kristus. Jadi itu menunjuk kepada semua orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus!

 

Kata-kata ‘bebas dari kebenaran’ menunjukkan bahwa orang itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun yang betul-betul benar di hadapan Allah!

 

5)   Kebijaksanaan dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini.

 

Saudara harus mau menggunakan banyak waktu (kalau memungkinkan) untuk menekankan point tentang dosa ini, khususnya kalau saudara menghadapai orang yang relatif baik hidupnya, atau yang kurang menyadari dosanya, atau yang merasa bisa masuk surga berdasarkan kebaikan / ketaatannya sendiri.

 

Sebaliknya, point tentang dosa ini mungkin tidak terlalu perlu ditekankan kalau saudara menghadapi seseorang yang sangat bejat, dan betul-betul sudah menyadari hal itu. Misalnya pada waktu saudara memberitakan Injil kepada seorang pelacur. Orang seperti ini biasanya sudah sangat sadar akan dosanya.

 

II) Tentang hukuman dosa.

 

Kalau point tentang dosa dirasa sudah cukup, maka kita melanjutkan pembicaraan ke point selanjutnya, yaitu tentang ‘hukuman dosa’.

 

Kalimat penghubung / transisinya tidak sukar. Saudara dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu adil, dan karena itu Ia pasti menghukum manusia berdosa.

 

Point ini perlu ditekankan, khususnya pada waktu menghadapi orang yang terlalu menyoroti / menekankan kasih Allah, tetapi melupakan / mengabaikan kesucian dan keadilan Allah, yang menyebabkan Allah itu membenci dosa dan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.

 

Bdk. Nahum 1:3 - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.

 

Wujud hukuman dosa:

 

1)   Penderitaan (Ke 3:6-8,16-19).

 

Ini bisa merupakan penderitaan fisik (kemiskinan, penyakit / rasa sakit, dsb) maupun penderitaan batin (gelisah, sumpek, takut, kuatir, problem keluarga, kematian keluarga / orang yang dicintai, kegagalan, dsb).

 

2)   Neraka / hukuman kekal.

 

Ini merupakan hukuman yang paling harus ditekankan. Jadi pada waktu membicarakan point tentang hukuman dosa, jangan hanya bicara tentang penderitaan fisik, hati yang gelisah, dan sebagainya. Yang terutama harus ditekankan adalah hukuman neraka!

 

Ayat-ayat yang bisa digunakan adalah:

 

Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut.

 

Katakan bahwa ‘maut’ bukan hanya menunjuk pada kematian jasmani, tetapi pada kematian kedua, seperti yang dibicarakan dalam Wah 21:8.

 

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

 

Bdk. Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

 

Ceritakan juga bahwa hukuman di neraka bukan hanya hebat, tetapi juga berlangsung selama-lamanya.

 

Luk 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

 

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan bahwa neraka merupakan tempat penderitaan yang hebat. Bagian yang saya cetak miring (ay 26) menunjukkan bahwa sekali seseorang masuk neraka, maka untuk selama-lamanya ia akan ada di neraka. Cerita ini juga menunjukkan bahwa sekalipun orang kaya itu kelihatannya menyesal, ia tetap tidak diampuni!

 

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

 

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.

 

Jangan sungkan menceritakan ini, seakan-akan saudara menakut-nakuti dia! Memang banyak orang beranggapan bahwa dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh berbicara tentang neraka. Itu menakut-nakuti, tidak kasih, dan sebagainya. Tetapi saya menentang pandangan seperti itu dengan satu alasan sederhana ini: ayat-ayat tentang neraka dalam Kitab Suci, sebagian besar diucapkan / diajarkan oleh Yesus sendiri! Apakah Dia tidak / kurang kasih?

 

Illustrasi: seorang dokter yang setelah memeriksa pasiennya, dan mendapati bahwa pasiennya menderita kanker, lalu menceritakan bahaya dari penyakit itu kepada pasiennya. Apakah ini tidak kasih? Kasih bukan hanya mengatakan yang enak-enak saja. Mengatakan yang enak-enak saja justru seringkali sebetulnya bukan kasih!

 

III) Salib Kristus.

 

Kalau saudara sudah membicarakan tentang dosa dan hukumannya, maka mungkin itu akan membuat orang yang saudara injili itu menjadi takut. Maka saudara bisa melanjutkan pembicaraan / penginjilan ke point selanjutnya. Kalimat yang bisa digunakan sebagai kalimat penghubung / transisi ke pembicaraan point selanjutnya adalah: “Jangan takut. Sekalipun saudara adalah orang yang sangat berdosa, dan seharusnya masuk neraka selama-lamanya, tetapi Allah itu kasih, dan Ia telah menyediakan jalan keluar, supaya saudara tidak perlu masuk neraka. Jalan itu adalah salib Kristus / Kristus yang tersalib”.

 

1)   Salib Kristus ada / terjadi, karena adanya kasih Allah.

 

Jadi, penekanan di sini adalah kasih Allah. Kalau pada point II di atas penekanannya adalah pada keadilan Allah, maka pada point III ini penekanannya adalah kasih Allah. Karena Allah adil maka Ia harus menghukum dosa (point II), tetapi karena Ia kasih, Ia ingin manusia terbebas dari hukuman itu. Karena itu Ia sendiri menjadi manusia (Yesus Kristus) dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.

 

2)   Penjelasan tentang kata / istilah ‘penebusan / menebus’.

 

Harus diingat bahwa kata ini merupakan suatu kata yang abstrak. Orang Kristen saja banyak yang tidak mengertinya, apalagi orang kafir. Karena itu kata ini harus kita jelaskan.

 

Pada waktu menjelaskan tentang penebusan yang Kristus lakukan bagi kita melalui penderitaan dan kematianNya di kayu salib, harus kita jelaskan bahwa ‘menebus’ berarti bahwa Ia menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa kita. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Kristus telah menebus dosa kita, artinya, Kristus telah menerima hukuman kita itu untuk menggantikan kita. Ini seperti seseorang yang berhutang, tetapi orang lain yang membayarnya.

 

Karena adanya pemikulan / pembayaran hukuman dosa oleh Kristus ini maka kita yang berdosa bisa bebas dari hukuman dosa kita (Ro 8:1). Sama seperti kalau seseorang telah membayar hutang kita, maka tentu si pemilik uang tidak bisa menagih kita lagi.

 

3)   Pentingnya menggunakan illustrasi dalam bagian ini.

 

Illustrasi yang baik bisa membuat pelajaran ini dimengerti dengan makin jelas, dan membuatnya makin diingat oleh orang yang kita injili.

 

Ada banyak illustrasi dalam persoalan ini, dan saudara bisa mengumpulkan illustrasi-illustrasi dari khotbah-khotbah penginjilan yang saudara dengar. Di sini saya memberkan satu contoh saja.

 

Contoh illustrasi yang bisa kita gunakan:

 

Ada dua saudara kembar yang wajahnya persis, yang satu jadi hakim, yang lain jadi penjahat. Suatu hari penjahat itu membunuh dan tertangkap, lalu diadili oleh saudara kembarnya sendiri. Hakim mengadili dan setelah mengetahui bahwa saudara kembarnya memang bersalah, ia menjatuhkan hukuman mati, karena sebagai hakim ia harus adil. Tetapi karena ia mengasihi saudara kembarnya itu, maka pada malam sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, hakim itu mendatangi saudaranya di penjara, dan mengajaknya untuk bertukar tempat. Besoknya sang hakim menjalani hukuman mati yang ia sendiri jatuhkan, sementara saudara kembarnya bebas.

 

Hakim itu seperti Allah sendiri. Ia melihat manusia berdosa, dan Ia harus adil, sehingga Ia harus menjatuhkan hukuman. Tetapi karena Ia mengasihi manusia berdosa itu, maka Ia lalu menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan menerima hukuman yang Ia sendiri berikan, pada waktu Ia menderita dan mati di kayu salib. Ini menyebabkan orang-orang yang percaya kepada Kristus bebas dari hukuman.

 

4)   Ayat-ayat yang bisa digunakan.

 

Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

 

Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”.

 

Mark 10:45 - “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

 

Ro 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.

 

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

 

Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

 

1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.

 

1Pet 2:24-25 - “(24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.

 

Catatan: Banyak orang menerapkan kata ‘sembuh’ dalam 1Pet 2:24 ini secara salah pada kesembuhan jasmani. Sebetulnya kata ini menunjuk pada kesembuhan rohani, bukan kesembuhan jasmani. Ini terlihat dari konteksnya (baca ay 25nya).

 

Saudara tentu saja tidak perlu menggunakan semua ayat-ayat di atas. Saudara bisa memilih satu atau dua saja, lalu menghafalkannya, dan menggunakannya pada waktu saudara memberitakan Injil.

 

IV) Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.

 

Sebagai kalimat penghubung / transisi, kita bisa mengatakan: “Tidak cukup bagi saudara untuk hanya mendengar atau mengerti tentang Yesus, saudara harus juga percaya kepada Yesus sehingga Tuhan dan Juruselamat saudara”.

 

1)   Ayat-ayat yang bisa digunakan.

 

Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.

 

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

 

Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.

 

Catatan: hati-hati dengan ayat ini. Ayat ini tidak berarti bahwa kalau satu orang percaya semua keluarganya ikut selamat. Juga tidak berarti bahwa semua keluarganya dijanjikan akan selamat. Ayat ini berarti: kamu harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan kamu akan selamat. Seisi rumahmu juga harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan mereka juga akan selamat.

 

Wah 3:20 - “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”.

 

Jangan terlalu membedakan antara ‘percaya kepada Yesus’, ‘datang kepada Yesus’, dan ‘menerima Yesus’. Istilah-istilah ini sebetulnya sama saja. ‘Membukakan pintu bagi Yesus’ atau ‘menerima Yesus’ sama dengan ‘percaya kepada Yesus’.

 

2)   Apa / siapa yang harus dipercaya?

 

a)   Ia harus percaya ajaran Kitab Suci tentang Yesus.

 

Kitab Suci sering menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa).

 

Contoh:

 

·        Yoh 20:31 - “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.

 

·        Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.

 

·        1Yoh 5:1 - “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya”.

 

Sebetulnya ia harus percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang harus ditonjolkan, yaitu:

 

1.   Ia harus percaya bahwa Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1  Yoh 20:28  Ro 9:5  Tit 2:13  Ibr 1:8).

 

Bagian yang saya garisbawahi itu perlu ditekankan mengingat adanya ajaran Saksi Yehuwa, dan juga ajaran orang-orang seperti Bambang Noorsena dan Jusuf Rony, yang mengatakan bahwa:

 

·        Yesus adalah Allah, tetapi lebih rendah dari Bapa / Yehovah / Yahweh.

 

·        Yesus bukan ‘Tuhan’, tetapi hanya ‘tuan’.

 

2.   Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14).

 

Ada 2 hal yang perlu dijelaskan:

 

a.   Ini Ia lakukan karena sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, maka Ia bisa menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan seterusnya Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia.

 

b.   Ia harus menjadi manusia, karena Ia ingin menebus manusia. Seandainya Ia ingin menebus malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat.

 

Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

 

3.   Yesus hidup suci.

 

2Kor 5:21 - Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

 

Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

 

Ini merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa kesucian ini Yesus tidak bisa memikul hukuman dosa kita, tetapi harus menderita dan mati untuk dosaNya sendiri.

 

4.   Yesus menderita dan disalibkan sampai mati untuk menebus semua dosa umat manusia.

 

Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.

 

Kol 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita”.

 

Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

 

1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

 

‘Semua dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini mencakup dosa besar maupun kecil, dosa aktif maupun dosa pasif, dosa sengaja / sadar maupun dosa yang tidak disengaja / disadari. Bahwa penebusan Yesus mencakup semua dosa kita tanpa kecuali, perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.

 

Ada beberapa keberatan tentang ajaran ini:

 

a.   Ajaran ini akan menyebabkan orang itu nanti sengaja berbuat dosa.

 

Jawaban saya:

 

Semua ajaran yang benar bisa ditanggapi secara salah. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengajarkan ajaran yang benar itu. Lebih-lebih, itu tidak berarti bahwa kita boleh mengubah ajaran yang benar itu.

 

Kita bisa memberikan ajaran tambahan, supaya orang yang kita injili itu tidak memberikan tanggapan yang salah. Misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita terus sengaja berbuat dosa, maka Tuhan akan menghajar kita (Ibr 12:5b-12). Tetapi kalau setelah kita memberitahunya seperti itu ia tetap memberikan tanggapan yang salah, itu adalah urusannya dengan Allah sendiri.

 

b.   Bagaimana mungkin Yesus bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Bukankah semua itu belum terjadi?

 

Jawaban saya:

 

·        Yesus mati sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada saat itu semua dosa saya, bahkan dosa-dosa yang lalu, belum terjadi. Kalau Ia bisa mati untuk dosa-dosa saya yang lalu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Semua sama-sama belum terjadi pada saat Yesus mati.

 

·        Sekalipun dosa-dosa itu belum terjadi pada saat Yesus mati, Allah yang maha tahu itu sudah mengetahui tentang semua dosa-dosa itu, dan sudah menimpakan hukuman dari semua dosa itu pada diri Yesus.

 

5.   Yesus bangkit secara jasmani dari antara orang mati.

 

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.

 

Ada sesuatu yang perlu ditekankan dalam hal ini. Para Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Yesus bangkit secara rohani. IIni kepercayaan yang sesat. Kita harus percaya bahwa Yesus bangkit secara jasmani, bukan secara rohani. Artinya, tubuh lamaNyalah yang dipersatukan kembali dengan roh / jiwaNya, sehingga Ia hidup kembali. Ini terbukti dari:

 

·        kubur yang kosong setelah kebangkitan Yesus.

 

·        setelah kebangkitanNya, Ia mengijinkan Tomas meraba bekas paku dan tombak di tangan dan tubuhNya (Yoh 20:27).

 

·        setelah kebangkitanNya, Ia menunjukkan kaki dan tanganNya kepada para muridNya, mengijinkan mereka merabaNya, dan Ia makan ikan di depan mereka. Ia juga secara explicit mengatakan bahwa Ia bukan hantu / roh.

 

Luk 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.

 

Catatan: kata ‘hantu’ salah terjemahan. Kata Yunaninya adalah PNEUMA, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’.

 

6.   Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6  Kis 4:12  1Yoh 5:11,12).

 

Ini sudah saya tekankan dalam pelajaran di depan, dan karena itu tidak saya ulangi lagi di sini.

 

b)   Ia harus percaya kepada Yesus.

 

Kitab Suci sering menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).

 

Misalnya:

 

·        Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

 

·        Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.

 

·        Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.

 

·        Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.

 

Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya percaya segala sesuatu tentang Yesus [point a)], tetapi juga harus percaya kepada Yesus [point b)]!

 

Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak, saya lahir pada tahun 1954, dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang saya.

 

3)   Kita diselamatkan oleh / karena ‘iman saja’, bukan oleh / karena ‘perbuatan baik’ atau ‘iman dan perbuatan baik’.

 

Salah satu semboyan reformasi adalah SOLA FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Ini merupakan sesuatu yang harus sangat ditekankan dalam memberitakan Injil! Kita harus menekankan bahwa perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil untuk menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.

 

Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut:

“You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

 

Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

 

Archbishop William Temple mengucapkan kata-kata yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut:

“All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.

 

a)   Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?

 

1.   Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.

 

Kita lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

 

·        Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala (bukan ‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan ‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata.

 

·        Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya.

 

·        Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.

 

·        Ro 8:7-8 - “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

 

·        Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

 

Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?

 

a.   Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.

 

Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.

 

b.   Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.

 

1Kor 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

 

Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?

 

2.   Firman Tuhan memberikan gambaran yang menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.

 

a.   Kesalehan manusia digambarkan seperti kain kotor.

 

Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.

 

Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

 

Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang percayapun seperti kain kotor di hadapan Allah!

 

b.   Dosa / kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.

 

Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.

 

Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”.

 

Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya: a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan bulanan dari seorang perempuan).

 

Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga”.

 

Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan her period’ (= masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).

 

Jadi kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.

 

Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk masuk surga!

 

Siapapun yang menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!

 

Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?

 

Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.

 

3.   Seandainya ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.

 

Bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang berbunyi: “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

 

Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!

 

b)   Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman adalah:

 

·        Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.

 

Perhatikan kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini. Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga, tidak mungkin ada kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.

 

Bandingkan dengan Yes 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.

 

John Henry Jowett (tentang Yes 55:1-7): “The refreshing waters are offered to ‘everyone’ that is thirsty. ... And the waters may be ours ‘without money and without price.’ ... No, we are asked to pay nothing, and for the simple reason that we ‘have nothing wherewith to pay.’ The reviving grace is given to us ‘freely,’ and all that we have to present is our thirst. And yet we spend and spend, we labour and labour, but we buy no bread of contentment, and the waters of satisfaction are far away. The satisfying bread cannot be bought; it can only be begged” (= Air yang menyegarkan ditawarkan kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan, dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli; itu hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan) - Springs of Living Water’, August 6.

 

·        Ro 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

 

·        Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

 

·        Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

 

·        Fil 3:8-9 - “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

 

·        Ro 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.

 

·        Kis 15:1-11 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.

 

Bdk. ay 11b dengan Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.

 

Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja Yerusalem membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya oleh iman saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang menekankan bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat (ay 1).

 

·        Luk 23:42-43 - “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

 

Penjahat yang boleh dikatakan tak punya perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah ke gereja, belum dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus, hanya karena ia percaya kepada Yesus.

 

c)   Penjelasan tentang ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh / karena perbuatan baik.

 

Yeh 18:24 - “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya”. Bdk. Yeh 3:20a  Yeh 18:26  Yeh 33:13  Yeh 33:18.

 

Mat 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.

 

Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

 

Kelihatannya domba-domba itu masuk surga karena berbuat baik, sedangkan kambing-kambing masuk neraka karena melakukan dosa pasif.

 

Yoh 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

 

Ro 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

 

Dalam menghadapi ayat-ayat seperti ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

 

1.   Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci sehingga bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita sudah melihat banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik. Jadi ayat-ayat di sini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan Kitab Suci mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik).

 

2.   Di atas kita juga sudah melihat bahwa orang di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa selamat dengan berbuat baik? Juga sudah kita lihat bahwa seandainya ia bisa berbuat baik, maka perbuatan baiknya itu tidak bisa menghapuskan dosa-dosanya, sehingga ia tetap tidak mungkin bisa diselanmatkan oleh perbuatan baiknya.

 

3.   Hanya orang kristen yang sejati yang bisa berbuat baik (Itupun dengan pertolongan Roh Kudus, dan karena Allah menilai dengan murah hati).

 

Jadi, ayat-ayat di atas, yang menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik masuk surga, sebetulnya menyatakan bahwa orang yang beriman saja yang masuk surga. Ayat-ayat itu tidak mungkin menggambarkan orang yang tidak beriman, karena orang yang tidak beriman sama sekali tdak bisa berbuat baik.

 

4.   Alasan mengapa ayat-ayat Kitab Suci tertentu seolah-olah menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik.

 

Orang yang sungguh-sungguh beriman pasti akan berbuat baik. Iman mereka tidak terlihat, tetapi perbuatan baik mereka bisa terlihat. Karena itu, pada ayat-ayat tertentu Kitab Suci menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga.

 

d)   Penjelasan tentang teks sukar Yak 2:14-26.

 

Karena panjangnya dan sukarnya pembahasan tentang teks ini, maka pembahasannya saya letakkan secara terpisah dalam bagian APENDIX di belakang.

 

Dalam memberitakan Injil, hati-hatilah untuk tidak mengganti doktrin ‘salvation by faith’ (= keselamatan oleh iman) dengan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik).

 

Ini sering terjadi kalau orang yang diinjili itu berkata: lho kok enak dosa dihapus begitu saja? Kalau berdosa lagi bagaimana?, dsb. Sang penginjil, karena takut orang itu lalu berbuat dosa seenaknya sendiri, bisa ‘terpaksa menjawab’ bahwa orang itu harus taat juga, kalau tidak, ia tidak akan masuk surga. Dengan demikian sang penginjil, secara sadar atau tidak, mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik). Hal seperti ini tidak pernah boleh dilakukan! Siapapun yang melakukannya, ia menjadi nabi palsu / pengajar sesat! Keselamatan memang hanya oleh / karena iman, bukan oleh / karena iman dan perbuatan baik!

 

Kalau orang itu menanggapi ajaran Injil yang benar dengan cara berbuat dosa seenaknya sendiri, itu adalah tanggung jawabnya sendiri.

 

4)   Kalau ia mau percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka kita ajak dia berdoa untuk mengundang Tuhan Yesus / menyatakan iman kepada Yesus.

 

Sebelum kita melanjutkan dengan langkah berikutnya, kita perlu memeriksa imannya dengan menanyakan tentang keyakinan keselamatannya.

 

Sesuatu yang sangat perlu ditekankan di sini adalah pertanyaan ini: apakah ia percaya bahwa sekitar 2000 tahun yang lalu Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dari semua dosa-dosanya, hukuman yang seharusnya untuk dia? Kalau ia percaya hal itu, ia harus yakin masuk surga, karena semua dosa / hutangnya sudah dibayar. Dosa mana lagi yang menyebabkan ia harus masuk neraka? Kalau ia tidak / belum yakin akan keselamatannya, itu menunjukkan bahwa imannya belum beres!

 

Ayat-ayat yang bisa digunakan:

 

·        Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

 

·        1Yoh 5:11-13 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. (13) Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.

 

Catatan: tentang ‘keyakinan keselamatan’ akan saya jelaskan secara lebih terperinci di belakang (pada bab tentang ‘IMAN’, No. V (Iman dan keyakinan keselamatan).

 

V) Pertobatan dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan.

 

Sejak pemberitaan Injil pada Natal yang pertama Yesus diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Bdk. Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.

 

Jadi jelas bahwa pemberitaan tentang Yesus sebagai Tuhan adalah sesuatu yang penting. Kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan, itu berarti kita menjadi hambaNya, dan karena itu kita harus mentaati segala perintahnya.

 

Bdk. Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

 

Ini berarti bahwa orang itu harus bertobat dari segala dosanya, baik dosa aktif (melakukan apa yang dilarang), maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan).

 

Pertobatan dari dosa merupakan bukti iman yang sejati (Yak 2:17,26). Mengapa demikian? Karena:

 

1)   Orang yang percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus.

 

Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.

 

2)   Dan Roh Kudus itu akan mengeluarkan buah Roh, yang menyebabkan hidup orang itu akan dikuduskan / disucikan (Gal 5:22-23).

 

Karena itu, kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah ke arah yang positif sama sekali, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mem­punyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.

 

Tetapi ingat satu hal penting ini: Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.

 

William Hendriksen: “Good works have never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he is a Christian” (= Perbuatan baik tidak pernah menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen) - ‘Romans’, hal 114.

 

Illustrasi:

 

sakit ® obat ® sembuh ® olah raga / bekerja

 

dosa ® iman ® selamat ® taat / berbuat baik

 

Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu, kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.

 

Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.

 

Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.

 

iman

U

------------------------------------------------------------------------------------

tak ada perbuatan baik                            ada perbuatan baik

(Ro 6:20)

ò

selamat

 

Luk 19:9 - Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.

 

 

-AMIN-