Argumentasi dan Theologia dalam Memberitakan Injil

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA

 

I) Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga?

 

Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan saya percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang berada pada jalan ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku sebagai orang kristen, apalagi mengaku sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan pepatah ini untuk surga. Dengan bermacam-macam alasan mereka mengatakan bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan orang yang tidak percaya kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.

 

Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:

 

1)   Kita tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.

 

2)   Kita tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain.

 

3)   Kita harus bertoleransi terhadap agama lain.

 

4)   Kita tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka.

 

5)   Mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap egois, tidak kasih dan mau menangnya sendiri.

 

6)   Orang yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke neraka?

 

II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga:

 

1)   Ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

ˇ        Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.

 

Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:

 

*        Kitab Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi Kitab Suci mencatat seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.

 

*        Kitab Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya berdusta, karena Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa padahal sebetulnya tidak demikian.

 

*        Kitab Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia memang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga.

 

Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan ini yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang kedua, Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa gunanya menjadi Kristen tetapi mempercayai bahwa Kitab Sucinya salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!

 

ˇ        Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

 

ˇ        1Yoh 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

 

ˇ        1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

 

Hanya orang sesat yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.

 

Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu menyatakan bahwa ‘keselamatan itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup yang kekal itu ada di dalam Yesus’. Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan / hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia menerima isinya (keselamatan / hidup yang kekal), dan sebaliknya kalau ia menolak kotaknya (Yesus), otomatis ia juga menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).

 

Juga perhatikan bahwa berbeda dengan Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang percaya / kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak mungkin dimaksudkan hanya bagi orang kristen!

 

2)   Yoh 8:24 dan Wah 21:8 secara explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus akan mati dalam dosanya / masuk neraka.

 

Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.

 

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.

 

Dalam kontex Kitab Suci, ‘orang yang tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang tidak percaya kepada Yesus’! Jadi, sekalipun mereka percaya kepada Allah, tetapi kalau mereka tidak percaya kepada Yesus, maka ayat itu mengatakan bahwa mereka akan masuk ke neraka!

 

3)   Dalam Perjanjian Lama, Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman, yang adalah TYPE / gambaran dari Kristus.

 

Contoh:

 

a)   Bahtera Nuh (Kej 6-8).

 

Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.

 

b)   Darah pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30  1Kor 5:7).

 

Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.

 

Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, merupakan TYPE / gambaran dari Kristus.

 

c)   Ular tembaga (Bil 21:4-9  Yoh 3:14-15).

 

Lagi-lagi dalam peristiwa ular tembaga, pada waktu Israel berdosa dan dihukum oleh Tuhan dengan ular berbisa, Tuhan memberikan hanya satu jalan keluar, yaitu dengan memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh. Juga perlu dingat bahwa Tuhan tidak menyuruh Musa untuk membuat banyak patung ular tembaga, tetapi hanya satu patung ular tembaga!

 

Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.

 

Dari ayat ini terlihat bahwa ular tembaga dalam Bil 21 itu merupakan TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular tembaga itu merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian juga Kristus merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.

 

4)   Sikap kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa.

 

Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.

 

Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.

 

Yoh 15:23 - “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga BapaKu”.

 

Karena itu, orang tidak bisa menyembah / mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama menolak Yesus. Menolak Yesus berarti menolak Allah, dan tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang yang tidak percaya kepada Yesus masuk surga?

 

Illustrasi: Kalau saudara datang ke rumah saya bersama dengan anak saudara, dan saya menerima saudara dengan baik dan hormat, tetapi memperlakukan anak saudara dengan jelek, bisakah saudara berkata: ‘Ah tidak apa-apa, yang penting ia menghormati saya’? Saya yakin tidak mungkin. Sikap saya yang jelek terhadap anak saudara, identik dengan sikap jelek terhadap saudara sendiri.

 

Demikian juga, kalau ada orang yang bersikap baik terhadap Allah (menyembah Allah, berbakti kepada Allah, dsb) tetapi bersikap jelek terhadap Yesus (menolak, tidak percaya, benci, menghina, dsb), maka Allah tidak akan menerima orang itu. Sikap seseorang terhadap Yesus, yang adalah Anak Allah, identik dengan sikap orang itu terhadap Allah sendiri!

 

5)   Yesus adalah Allah sendiri.

 

Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci seperti:

 

ˇ        Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

 

Catatan: dari Yoh 1:14 saudara bisa melihat bahwa yang dimaksud dengan istilah ‘Firman’ di sini adalah Yesus!

 

ˇ        Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!.

 

ˇ        1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

 

ˇ        Yoh 5:18 -   Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.

 

Catatan: kata ‘menyamakan’ seharusnya adalah ‘menyetarakan’.

 

Kalau Yesus adalah Allah sendiri, maka jelas bahwa Ia adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya kepadaNya, apalagi yang menentangNya, bisa masuk ke surga, yang adalah milikNya?

 

6)   Semua manusia berdosa, dan dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik. Karena itu semua manusia membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus dosa.

 

Bahwa semua manusia berdosa, dinyatakan oleh Ro 3:23 yang berbunyi: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

 

Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21b) sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

 

Karena itu sebetulnya semua manusia membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah satu-satunya yang pernah menebus dosa manusia. Kalau kita menolak Dia, maka kita harus membayar sendiri hutang dosa kita, dan itu berarti kita harus masuk ke neraka selama-lamanya.

 

7)   Penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa manusia merupakan penderitaan yang luar biasa hebatnya. Untuk menunjukkan betapa hebatnya penderitaan yang Yesus alami, maka saya mengajak saudara untuk melihat komentar-komentar dari beberapa penafsir tentang 2 macam penderitaan yang Yesus alami, yaitu pencambukan dan penyaliban.

 

a)   Tentang pencambukan.

 

William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death” [= Cambuk Romawi ter­diri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkuk­kan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].

 

William Barclay: “Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post  with his back bent double and conven­iently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu men­jadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berda­rah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].

 

b)   Tentang penyaliban.

 

Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).

 

William Barclay: “When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Some­times prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (di selangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].

 

Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku. Ini ia dasarkan pada:

 

ˇ        tradisi. Jadi, menurut Barclay, tradisinya memang demikian (kaki tidak dipaku).

 

ˇ        Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.

 

Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

 

Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya pada tanganNya, tetapi juga pada kakiNya. Alasan saya:

 

¨      penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tra­disinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas. Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.

 

¨      Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib, berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku.

 

Catatan: baca seluruh Maz 22 itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19 yang sangat jelas menunjukkan bahwa itu memang merupakan mazmur tentang salib.

 

¨      Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!

 

Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.

 

Kalau hanya untuk menunjukkan bahwa Ia betul-betul mempunyai tubuh, adalah aneh kalau yang ditunjukkan adalah kakiNya. Mengapa bukan bahuNya, atau sikuNya, atau kepalaNya, yang merupakan bagian-bagian yang lebih mudah untuk ditunjukkan. Mengapa tangan dan kakiNya? Tangan masih masuk akal, karena mudah untuk ditunjukkan. Tetapi kaki? Itu rasanya agak tidak sopan, kecuali ada alasan tertentu, yaitu adanya bekas paku di sana. Ia ingin menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia adalah Yesus yang sama dengan Yesus yang mati di salib beberapa hari yang lalu.

 

Selanjutnya Barclay mengutip Klausner yang berkata sebagai berikut:

“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].

 

Barclay lalu mengatakan:

“It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu gambar yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).

 

Mengingat hebatnya penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, maka:

 

1.   Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga, padahal sudah ada dan akan ada lagi banyak jalan lain ke surga, betul-betul merupakan tindakan yang sangat kejam.

 

Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak saya disuntik, anak itu menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya, sehingga saya memeluk dia untuk mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan suntikan mini yang jarumnya sangat kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada waktu anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana perasaan Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur punggungNya dan lalu dipakukan pada kayu salib sampai mati. Seandainya ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan membiarkan AnakNya mengalami penderitaan seperti itu. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, demi kasihNya kepada manusia berdosa, Ia rela membiarkan AnakNya mengalami penderitaan itu.

 

2.   Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh dan sia-sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

 

Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya ada di lantai tiga sebuah bangunan, dan bangunan itu lalu terbakar. Saya lalu menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya melemparkan anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati. Kalau saat itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain melompat dari lantai tiga itu, maka mungkin sekali orang akan menganggap saya sebagai pahlawan yang rela berkorban bagi anak saya. Tetapi kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak jalan yang lain, dan saya tetap ‘rela mengorbankan nyawa saya’ demi anak saya, maka saya yakin bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai tindakan konyol dan bodoh.

 

Demikian juga dengan apa yang Yesus lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan Yesus tetap rela berkorban bagi kita, Ia betul-betul konyol dan bodoh. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, dan Yesus rela melakukan pengorbanan di atas kayu salib, maka tindakanNya betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.

 

8)   Perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat 28:19-20) menunjukkan bahwa:

 

a)   Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

Kalau memang Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa semua orang untuk datang kepada Yesus?

 

b)   Orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:

 

ˇ        Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.

 

ˇ        Ro 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?.

 

ˇ        Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.

 

Catatan: Ketiga text ini sudah saya jelaskan di depan sehingga di sini tidak saya jelaskan lagi.

 

Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah beragama (agama Yahudi). Dan bagaimanapun mereka diancam untuk tidak memberitakan Injil, dan bahkan dianiaya karena memberitakan Injil, mereka tetap memberitakan Injil!

 

Kis 4:1-30 - “(1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. (2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. (3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.  (4) Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. (5) Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem (6) dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar. (7) Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: ‘Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?’ (8) Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ‘Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, (9) jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati - bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan - yaitu kamu sendiri -, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’ (13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. (14) Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. (15) Dan setelah mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, berundinglah mereka, (16) dan berkata: ‘Tindakan apakah yang harus kita ambil terhadap orang-orang ini? Sebab telah nyata kepada semua penduduk Yerusalem, bahwa mereka telah mengadakan suatu mujizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya. (17) Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapapun dalam nama itu.’ (18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. (19) Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: ‘Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. (20) Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’ (21) Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi. (22) Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya. (23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hambaMu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

 

Kis 5:17-21a - “(17) Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. (18) Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota. (19) Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: (20) ‘Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.’ (21) Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ.

 

Kis 5:26-33,40-42 - “(26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.’ (33) Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. ... (40) Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. (41) Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (42) Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.

 

Kis 14:19-22 - “(19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. (20) Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. (21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (22) Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”.

 

Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, atau kalau orang yang beragama lain bisa masuk surga, untuk apa para rasul memberitakan Injil? Lebih-lebih, untuk apa mereka terus memberitakan Injil bahkan pada saat mereka dianiaya karena pemberitaan Injil itu?

 

Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme yang picik, tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali di ajarkan dalam Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama dengan menolak Kitab Suci / Firman Tuhan! Mengejek orang kristen yang mempercayai kebenaran ini sama dengan mengejek Kitab Suci / Firman Tuhan!

 

III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini.

 

1)   Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya ke sorga, sehingga kita tidak mungkin bisa selamat.

 

Sudahkan saudara sendiri percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saudara? Kalau belum, datanglah kepada Kristus sekarang juga. Besok mungkin sudah terlambat! Tidak ada gunanya belajar memberitakan Injil, kalau saudara sendiri belum percaya.

 

2)   Kita harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha yang bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada Yesus.

 

Perhatikan bahwa hal ini dilakukan bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang yang diinjili tersebut. Jadi, kita memberitakan Injil kepada seseorang, karena kita mengasihi orang itu, dan karena itu kita menginginkan dia masuk surga, bukan masuk neraka.

 

3)   Sebagai orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus. Ada orang tua kristen yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-anaknya memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan tentang orang tua kristen yang membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya masuk ke neraka karena tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.

 

4)   Orang kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga bukanlah orang yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja, injililah mereka supaya mereka bertobat.

 

Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!

 

5)   Orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah serigala yang berbulu domba, atau nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci! Bdk. Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

 

6)   Kalau kita mengatakan bahwa orang yang tidak per­caya kepada Yesus pasti masuk neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi percaya pada kebenaran Kitab Suci!

 

7)   Kalau orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, itu bukan sikap egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.

 

Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk lewat genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya saudara bisa masuk rumah saya. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada saudara?

 

8)   Orang-orang kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak tahu akan nasib orang yang tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati, tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang tidak mau tahu!

 

9)   Kita perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan untuk selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga orang di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!

 

10) Kita tidak boleh mendukung:

 

a)   Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

 

b)   Gereja-gereja yang tidak lagi memberitakan Injil.

 

Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja yang masih mempunyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan Injil.

 

c)   Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan (bdk. Gal 1:6-9), seperti:

 

ˇ        Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan penginjilannya adalah hanya pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil. Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Perlu diingat bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan!

 

ˇ        Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujizat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik. Sekalipun ini kelihatannya seperti Injil, tetapi sebetulnya ini merupakan ‘Injil yang lain’ atau ‘Injil yang berbeda’ (bdk. 2Kor 11:4  Gal 1:6-9).

 

Jangan mendukung gereja-gereja seperti ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung gereja sesat sama dengan mendukung setan!

 

Kalau mendukung gereja sesat sudah tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang mereka kalau mereka mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh mendukung agama mereka!

 

Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja / hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan mendukung kesesatan!

 

 

-AMIN-