Argumentasi dan Theologia dalam Memberitakan Injil

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


MENGAPA KITA HARUS MEMBERITAKAN INJIL?

 

I) Karena Tuhan memerintahkannya.

 

Tuhan menghendaki setiap orang kristen untuk melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan.

 

Bahwa Tuhan memberikan kepada setiap orang Kristen karunia-karunia yang berbeda-beda terlihat dari 1Kor 12:7-11 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya”.

 

Dan bahwa Tuhan menghendaki setiap orang Kristen melayani sesuai karunia-karunia yang ada padanya terlihat dari:

 

  • Ro 12:6-8 - “(7) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.

 

  • 1Pet 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”.

 

Jadi tidak setiap orang kristen harus berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi Pemberitaan Injil merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap / semua orang kristen. Caranya boleh berbeda-beda sesuai karunia masing-masing, misalnya ada yang memberitakan Injil melalui khotbah, ada yang secara pribadi, ada yang melalui pemberian traktat, ada yang melalui tulisan, dan sebagainya. Tetapi setiap orang Kristen harus memberitakan Injil! Ini terlihat dari perintah Tuhan Yesus sendiri, seperti dalam:

 

¨       Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

 

¨       Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

 

Ini juga terlihat dari teladan jemaat abad pertama, seperti yang digambarkan dalam text di bawah ini.

 

Kis 8:1,4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.

 

Perhatikan bahwa mereka yang tersebar itu bukan rasul-rasul, tetapi jemaat biasa. Tetapi mereka memberitakan Injil!

 

Karena Pemberitaan Injil merupakan perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).

 

Perhatikan juga ayat-ayat di bawah ini:

 

1)   Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.

 

Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang. Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.

 

2)   Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.

 

Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci Indonesia menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu.

 

Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di atas tentang penduduk kota Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang menggunakan pedang mereka, mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah maka mereka dikutuk!

 

3)   Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.

 

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri kita.

 

4)   Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.

 

Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau saudara adalah ‘sahabat Tuhan’, atau saudara adalah ‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap sebagai ‘pencerai-berai / pengacau gereja’! Jadi, siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau gereja’!

 

II) Karena Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.

 

Tuhan bisa memberitakan Injil sendiri; ini terlihat dalam kasus pertobatan Saulus / Paulus.

 

Kis 9:3-6 - “(3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.

 

Dia juga bisa memberitakan Injil melalui malaikat; ini terjadi pada Natal yang pertama.

 

Luk 2:8-14 - “(8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya."”.

 

Tetapi Ia tetap mau memakai kita yang berdosa sebagai alatNya untuk memberitakan Injil. Ini tidak boleh kita anggap sebagai suatu beban yang memberatkan, tetapi sebagai suatu kehormatan. Dalam hal ini rasul Paulus berulangkali memberikan kepada kita teladan yang baik seperti itu. Perhatikan beberapa ayat di bawah ini:

 

1)   1Tim 1:12-13 - “(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.

 

Perhatikan komentar-komentar dari penafsir-penafsir ini tentang text ini:

 

·        Matthew Henry: “A call to the ministry is a great favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus Christ” (= Panggilan ke dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk mana mereka yang dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus Kristus).

 

·        Barnes’ Notes: “If there is anything for which a good man will be thankful, and should be thankful, it is that he has been so directed by the Spirit and providence of God as to be put into the ministry. It is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many sacrifices of personal ease and comfort. It requires a man to give up his splendid prospects of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often identified with want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an office so honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with so many precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such promises of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what a man is required to give up in order to become a minister of the gospel, he should be thankful to Christ for putting him into the office” (= Jika ada sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan / digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan pengabaian, dan penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang begitu terhormat, begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang, sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada Kristus untuk meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).

 

2)   Ro 1:5 - “Dengan perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya”.

 

Ada penafsir-penafsir yang menterjemahkan ‘grace and apostleship’ (= kasih karunia dan kerasulan), tetapi William Hendriksen lebih setuju dengan terjemahan ‘grace of apostleship’ (= kasih karunia dari / tentang kerasulan).

 

Jadi, jabatan / pelayanan sebagai rasul itu oleh Paulus dianggap sebagai kasih karunia!

 

3)   Ro 15:15-17 - “(15) Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, (16) yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus. (17) Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.

 

Jadi, bagi Paulus, panggilan pelayanannya / panggilan pelayanan pemberitaan Injil yang diberikan kepadanya, merupakan suatu kasih karunia. Bandingkan dengan kebanyakan orang Kristen yang pelayanannya dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga semakin cepat ‘pensiun’ semakin baik.

 

4)   Gal 1:15-16 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”.

 

Lagi-lagi panggilan Tuhan untuk memberitakan Injil di kalangan orang-orang non Yahudi oleh Paulus dianggap sebagai kasih karunia Allah!

 

Illustrasi: ada seorang penyanyi New Zealand yang diminta menyanyi dalam pesta pernikahan Pangeran Charles - Lady Di (Diana). Pada waktu diminta, ia tidak mempersoalkan besarnya honor yang harus ia terima, atau betapa repotnya melakukan hal itu. Ia merasakan hal itu bukan sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu kehormatan.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara adalah orang kristen yang sejati, maka saudara juga dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil. Apakah saudara menganggapnya sebagai suatu beban, atau sebagai sesuatu yang menakutkan, atau sebagai kasih karunia?

 

III) Yesus dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.

 

Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.

 

Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.

 

Kristus adalah teladan kita. Ini terlihat dari:

 

Yoh 13:15 - “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

 

Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

 

Dalam persoalan menjadikan Yesus sebagai teladan, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan:

 

1)   Saudara harus menerima Dia sebagai Juruselamat lebih dahulu, dan barulah saudara boleh / bisa menjadikan Dia sebagai teladan dalam kehidupan saudara. Jangan menjadikan Yesus sebagai teladan kalau saudara belum menerima Dia sebagai Juruselamat saudara. Mengapa? Karena:

 

a)   Saudara tidak mungkin bisa melakukan hal itu.

 

Untuk bisa meneladani tindakan Yesus, kita membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus. Sedangkan kalau saudara belum percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat saudara, saudara belum mempunyai Roh Kudus.

 

b)   Andaikatapun saudara bisa meneladani Dia, itu tidak ada gunanya. Dosa-dosa saudara tidak ditebus, dan karena itu dosa-dosa itu tetap akan membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!

 

2)   Tidak semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.

 

Misalnya: Ia tidak menikah, Ia berpuasa 40 hari, Ia mati untuk dosa-dosa kita, dan sebagainya. Hal-hal ini tidak perlu / tidak bisa kita teladani. Jadi, kita harus melihat pada seluruh Kitab Suci untuk melihat apakah sesuatu yang Yesus lakukan itu harus kita teladani atau tidak.

 

Dalam persoalan memberitakan Injil, karena adanya perintahNya untuk memberitakan Injil, maka jelas harus disimpulkan bahwa itu merupakan tindakan Yesus yang harus kita teladani. Karena itu, rasul-rasul, yang adalah pengikutNya, meniru teladanNya, dengan juga memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus meniru teladanNya dalam memberitakan Injil.

 

IV) Karena hidup ini adalah perang (Ef 6:12  2Tim 2:3-4).

 

Konsep saudara tentang hidup ini merupakan sesuatu yang penting. Kalau konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena hidup hanya satu kali, maka saya harus menikmatinya’, maka mungkin saudara tidak akan pernah memberitakan Injil. Tetapi ingat bahwa konsep hidup dalam Kitab Suci adalah: hidup merupakan peperangan rohani. Karena hidup ini adalah peperangan rohani melawan setan, maka kita tidak boleh hidup santai!

 

Dalam peperangan, pertahanan adalah sesuatu yang sangat penting. Menyerang tanpa mempedulikan pertahanan, merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dalam peperangan. Tetapi sebaliknya, kita tidak mungkin bisa menang kalau kita hanya bertahan. Jadi, kedua-duanya harus kita lakukan. Kita harus memperhatikan pertahanan kita, misalnya dengan banyak belajar Firman Tuhan, dengan banyak berdoa, dengan menjauhi pencobaan, dan sebagainya. Tetapi kita juga harus menyerang, dan Pemberitaan Injil adalah penyerangan dalam perang melawan setan ini, karena melalui Pemberitaan Injil kita mengusahakan supaya anak-anak setan / musuh-musuh Tuhan bisa menjadi anak-anak Tuhan. Karena itu, jangan heran kalau setan paling tidak senang dengan orang Kristen yang memberitakan Injil, dan paling banyak menyerang orang-orang seperti itu!

 

Apakah ini harus membuat kita takut? Tidak, karena:

 

1)   Dalam Ro 8:31 Paulus berkata: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.

 

2)   Dalam Amanat AgungNya, Yesus bukan hanya memberikan perintah untuk memberitakan Injil, tetapi juga janji penyertaanNya kepada orang-orang kristen yang memberitakan Injil.

 

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

 

V) Supaya Injil bisa tersebar dengan cepat.

 

Dalam Kitab Kisah Para Rasul, jumlah jemaat bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47  4:4  5:14 6:7). Tetapi kelihatannya pada jaman sekarang tidak. Mengapa? Karena pada abad pertama, semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan berubah! Pada sekitar tahun 1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa statistik menunjukkan bahwa hanya 0,5 % (setengah persen) orang kristen yang memberitakan Injil!

 

Ada seorang pendeta yang pernah memberikan ilustrasi sebagai berikut untuk menekankan pentingnya setiap orang kristen untuk memberitakan Injil. Ia membandingkan dua keadaan:

 

1)   Keadaan I adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang adalah seorang penginjil yang hebat, yang setiap hari bisa membawa 1000 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang sudah bertobat itu tidak ada yang memberitakan Injil.

 

2)   Keadaan II adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang setiap tahun hanya bisa membawa 1 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi setiap jiwa yang bertobat juga memberitakan Injil dan setiap tahun masing-masing orang mendapat 1 jiwa.

 

Maka kita akan mendapatkan tabel sebagai berikut:

 

Tahun        1000 / hari            1 / tahun

---------------------------------------------------------

1                365.000                2 = 21

2                730.000                4 = 22

3                1.095.000                  8 = 23

.

.

.

32              11.680.000          232 = 4,3 milyar.

33              12.045.000          233 = 8,6 milyar.

 

Saudara bisa melihat bahwa dalam keadaan I, dalam 33 tahun, baru sekitar 12 juta orang yang menjadi kristen. Ini belum mencakup seluruh penduduk Jawa Timur. Tetapi dalam keadaan II, dalam 33 tahun, ada 8,6 milyar orang kristen. Ini sudah lebih dari penduduk dunia saat ini!

 

Jadi, kalau saudara selalu membiarkan Pendeta / Penginjil saja yang memberitakan Injil, paling-paling pertumbuhan gereja / kekristenan akan menyerupai keadaan I, bahkan lebih buruk dari keadaan I. Mengapa? Karena perlu diingat, bahwa tidak ada pendeta / penginjil yang bisa mempertobatkan 1000 orang setiap hari! Bahkan Petrus, yang berhasil mempertobatkan 3.000 orang dalam satu hari (Kis 2:41), tidak setiap hari berhasil mempertobatkan 1.000 orang. Semua ini menyebabkan pertumbuhan gereja / kekristenan akan sangat lambat, atau, lebih buruk lagi, bisa menyebabkan kemunduran! Tetapi kalau setiap orang kristen mau memberitakan Injil, kita akan seperti keadaan II. Pertumbuhan gereja / kekristenan akan cepat sekali!

 

Perlu juga diketahui bahwa kalau Injil tidak tersebar dengan cepat, maka ada alternatifnya, yaitu: ajaran sesatlah yang akan tersebar!

 

Seorang yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:

“If religious books are not widely circulated among the masses in this country, I do not know what is going to become of us as a nation. If truth be not diffused, error will be; if God and His Word are not known and received, the devil and his works will gain the ascendancy; if the evangelical volume does not reach every hamlet, the pages of a corrupt and licentious literature will; if the power of the Gospel is not felt throughout the length and breadth of the land, anarchy and misrule, degradation and misery, corruption and darkness, will reign without mitiga­tion or end” (= Jika buku-buku agama / rohani tidak beredar secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan, maka kesalahanlah yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui / dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan / pengaruh; kalau buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa Injil tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan / kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir).

 

Seorang yang bernama Edmund Burke berkata:

“All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan supaya kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa) - ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.

 

Sekarang mari kita membandingkan kesuaman penginjilan dalam kalangan Kristen dengan keaktifan penginjilan yang luar biasa dalam kalangan sekte Saksi Yehuwa! Seorang penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pada saat ini dalam dunia ada sekitar 6 juta Saksi (ini tidak termasuk pengunjung biasa dalam kebaktian; yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil dari rumah ke rumah). Dan pertambahan setiap tahun adalah sebanyak kira-kira 360.000 orang. Pertambahan 6 % setahun ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Seorang penulis internet mengatakan bahwa puncak tertinggi dari pertumbuhan Saksi Yehuwa terjadi pada tahun 1974, yaitu mencapai 13,5 %! Kalau saudara bertanya: ‘Mengapa mereka bisa bertumbuh begitu pesat?’, maka salah satu jawabnya adalah, karena Saksi Yehuwa tidak membedakan antara Pendeta / pengkhotbah / penatua dengan orang awam. Semua Saksi-Saksi Yehuwa didorong dan dilatih untuk memberitakan ‘Injil’. Dan dalam buku ‘Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa’, hal 23, dikatakan bahwa 65 % anggota-anggota Saksi Yehuwa aktif memberitakan ‘Injil’ (bandingkan ini dengan orang kristen di Indonesia yang, menurut statistik di atas, hanya 0,5 % saja yang memberitakan Injil). Pemberitaan Injil memang merupakan pelayanan yang paling ditekankan, atau ditekankan secara luar biasa, dalam Saksi Yehuwa. Dahulu pada saat mereka dilarang di Indonesia, mereka tetap memberitakan ‘Injil’ dengan rajin dan berani, apalagi sekarang, setelah mereka disahkan / diijinkan.

 

Encyclopedia Britannica 2000: “During the year, nearly five million Witnesses spent over one billion hours spreading Bible knowledge to their neighbours. This educational work was at the heart of the 80% growth in the number of the Witnesses during the past decade” [= Dalam sepanjang tahun (maksudnya tahun 1994), hampir 5 juta Saksi-Saksi menghabiskan lebih dari satu milyar jam untuk menyebarkan pengetahuan Alkitab kepada tetangga-tetangga mereka (ini berarti setiap orang menghabiskan lebih dari 200 jam / tahun). Pekerjaan pendidikan ini merupakan inti / pokok dari 80 % pertumbuhan dalam jumlah dari Saksi-Saksi sepanjang 10 tahun yang lalu].

 

Seorang penatua Saksi Yehuwa mengatakan bahwa:

 

  • pada saat ini (tahun 2002) ada 6 juta Saksi Yehuwa di seluruh dunia, sedangkan jemaat dalam kebaktian / pertemuan mereka ada 26 atau 36 juta (ia tidak tahu persis), tetapi saya kira ia salah, karena menurut internet hanya sekitar 16 juta. Yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil. Jadi yang memberitakan Injil ‘hanya’ 37,5   %. Ini memang jauh lebih rendah dari bilangan 65 % di atas, tetapi ini sudah sangat tinggi dibandingkan dengan persentase yang memberitakan Injil dalam kalangan orang kristen. Saya mendengar bahwa 15 % dari jemaat Gereja dari D. James Kennedy di Florida (yang memulai program penginjilan Evangelism Explosion), aktif memberitakan Injil. Ini mungkin yang tertinggi di dunia dalam kalangan gereja-gereja Kristen, tetapi ini masih kalah jauh dibandingkan dengan Saksi Yehuwa.

 

  • ia sendiri menghabiskan 24 jam / bulan untuk memberitakan Injil dari rumah ke rumah.

 

Dari internet saya mendapatkan statistik Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia untuk tahun 2001 sebagai berikut:

 

¨      jumlah pengunjung biasa dalam kebaktian 36.158 orang, sedangkan jumlah Saksi-Saksi Yehuwa 16.136 orang; itu berarti presentase yang memberitakan Injil adalah 44,6 %.

 

¨      jumlah penginjilan yang mereka lakukan dalam tahun 2001 itu adalah 2.895.595 jam, yang berarti mendekati 180 jam per orang per tahun.

 

Tentang banyaknya jam penginjilan Saksi-Saksi Yehuwa di dunia, statistik tahun 2001 mengatakan bahwa 6.117.666 Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan Injil sebanyak 1.169.082.225 jam, dan itu berarti rata-rata setiap Saksi Yehuwa memberitakan Injil lebih dari 190 jam per tahun.

 

Sebetulnya kalau kita mengingat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa itu sesat dan tidak mempunyai keyakinan keselamatan, sedangkan orang kristen mempunyai keyakinan keselamatan, tetapi Saksi-Saksi Yehuwa jauh lebih rajin dan berani dalam ‘memberitakan Injil’, maka kita seharusnya merasa malu!

 

Saya berharap bahwa kata-kata ini bisa mendorong setiap orang kristen, terle­bih lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan.

 

VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah.

 

Kitab Suci berkata bahwa:

 

1)   Semua manusia berdosa.

 

Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

 

2)   Karena itu, semua orang akan dihukum.

 

Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

 

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

 

3)   Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan baiknya / ketaatannya.

 

Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.

 

Ketaatan terhadap hukum Taurat sama dengan ketaatan terhadap Firman Tuhan, dan ayat di atas mengatakan bahwa hal itu tidak bisa membenarkan siapapun.

 

4)   Kristus sudah mati menebus dosa kita sehingga dalam Kristus ada pengampunan / pembebasan dari hukuman Allah.

 

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

 

Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.

 

Kis 13:38-39 - “(38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.

 

Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.

 

5)   Tetapi orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus tidak bisa percaya kepadaNya, dan karenanya tidak bisa diselamat­kan.

 

Banyak orang Kristen yang yakin bahwa orang yang sudah mendengar Injil, tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus, pasti masuk neraka. Tetapi banyak orang Kristen yang bingung dan bertanya-tanya tentang nasib dari orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil sampai mati. Saya berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:

 

a)   Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.

 

Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan binasa tanpa hukum Taurat’. Artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi mereka tetap binasa / masuk neraka, karena mereka tetap mempunyai dosa. Mungkin mereka dihakimi berdasarkan hati nurani mereka, dan tidak ada orang yang bisa hidup 100 % sesuai dengan hati nuraninya!

 

Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan binasa tanpa Injil’! Mereka memang tidak akan dihakimi berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap mempunyai dosa, dan mereka harus dihukum karena itu.

 

b)   Ro 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.

 

Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil kepadaNya.

 

Kalau kita membalik urutannya dari belakang, maka kita akan mendapatkan sebagai berikut: kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, maka ia tidak bisa mendengar tentang Dia, sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.

 

Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.

 

c)   Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.

 

Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan bahwa orang jahat yang tidak diperingati / diinjili itu, akan mati dalam kesalahannya!

 

Jadi merupakan tugas kita untuk memberitakan Injil kepada mereka supaya mereka bisa mendengar Injil, lalu percaya dan diselamatkan dari murka Allah.

 

Jadi, Pemberitaan Injil sebetulnya merupakan tindakan kasih kita kepada orang yang belum diselamatkan. Ada banyak orang kristen yang melakukan tindakan kasih hanya dengan menolong secara jasmani. Memang orang yang ditolong akan senang karena ditolong secara jasmani, tetapi pada waktu mereka mati, mereka tetap harus pergi ke neraka selama-lamanya untuk membayar sendiri dosa-dosanya karena mereka tidak mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Apa gunanya tindakan kasih yang seperti itu? Tindakan kasih yang terbesar yang bisa saudara lakukan kepada orang yang belum percaya adalah Pemberitaan Injil! Tetapi anehnya, atau lucunya, Pemberitaan Injil sering membuat orang yang diinjili justru menjadi marah kepada kita. Di sini kita melihat secara jelas peranan dari setan dalam diri orang-orang itu.

 

Ada orang yang berkata bahwa untuk memenangkan jiwa seseorang kita tidak perlu memberitakan Injil kepadanya, tetapi cukup menunjukkan hidup yang saleh, penuh dengan kasih dsb. Terhadap pandangan seperti ini, yang merupakan pandangan dari banyak orang-orang Liberal, saya menjawab bahwa sekalipun hidup saleh itu penting, tetapi itu tidak bisa menggantikan Pemberitaan Injil! Text di bawah ini jelas menunjukkan bahwa tanpa firman / Injil tidak mungkin seseorang bisa percaya.

 

Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

 

Tetapi mungkin mereka bisa menjawab dengan 1Pet 3:1-2 yang berbunyi sebagai berikut: “Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu”.

 

Apakah ayat ini berarti bahwa kita bisa memenangkan jiwa hanya dengan kesalehan, tanpa pemberitaan Injil? Calvin menjawab pertanyaan ini dengan komentarnya tentang 1Pet 3:1-2 itu yang berbunyi sebagai berikut:

“But it may seem strange that Peter should say, that a husband might be gained to the Lord without a word; for why is it said, that ‘faith cometh by hearing?’ Rom. 10:17. To this I reply, that Peter’s words are not to be so understood as though a holy life alone could lead the unbelieving to Christ, but that it softens and pacifies their minds, so that they might have less dislike to religion; for as bad examples create offences, so good ones afford no small help. Then Peter shews that wives by a holy and pious life could do so much as to prepare their husbands, without speaking to them on religion, to embrace the faith of Christ” (= Tetapi kelihatannya aneh bahwa Petrus berkata bahwa seorang suami bisa dimenangkan bagi Tuhan tanpa perkataan; karena mengapa dikatakan bahwa ‘iman timbul dari pendengaran?’ Ro 10:17. Terhadap pertanyaan ini saya menjawab bahwa kata-kata Petrus tidak boleh dimengerti seakan-akan suatu kehidupan yang kudus saja bisa membimbing orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi bahwa itu melunakkan dan menenangkan pikiran mereka, sehingga mereka bisa berkurang dalam ketidak-senangannya terhadap agama; karena sebagaimana teladan yang jelek menciptakan batu sandungan, begitu juga teladan yang baik memberikan pertolongan yang tidak kecil. Maka Petrus menunjukkan bahwa istri-istri, oleh kehidupan yang kudus dan saleh, bisa melakukan begitu banyak untuk mempersiapkan suami-suami mereka, tanpa berbicara kepada mereka tentang agama, untuk memeluk iman Kristus) - hal 95-96.

 

Jadi jelaslah bahwa Petrus hanya memaksudkan bahwa hidup saleh itu hanya bisa mempersiapkan seseorang untuk bisa menerima Kristus, tetapi selanjutnya masih perlu disertai dengan pemberitaan Injil supaya mereka bisa percaya.

 

VII) Karena Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

Banyak orang berkata bahwa ada banyak jalan ke surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya hal ini benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi Kitab Suci tidak mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga. Perhatikan ayat-ayat ini:

 

·        Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.

 

·        Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

 

·        1Yoh 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

 

Karena itu, kita harus memberitakan Injil.

 

Catatan: karena pentingnya kepercayaan terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, dalam persoalan keselamatan dan penginjilan, dan karena banyaknya serangan terhadap doktrin ini dari kalangan gereja-gereja yang liberal, maka hal ini akan saya bahas secara khusus dalam bab / pelajaran yang berikut.

 

VIII) Karena Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia.

 

Pendidikan (termasuk pendidikan sex), hukuman penjara, dsb, hanya bisa mengubah seseorang dari luar, dan bahkan seringkali sama sekali tidak mengubah manusia.

 

Misalnya:

 

  • sekalipun pendidikan sex di Amerika sangat hebat, tetapi kebejatan moral / free sex makin menjadi-jadi.

 

  • orang-orang yang keluar dari penjara sering kali justru menjadi lebih jahat, atau lebih lihai dalam kejahatan.

 

Tetapi Pemberitaan Injil, kalau itu diterima, akan menyebabkan seseorang berubah.

 

2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.

 

Berbeda dengan perubahan yang dihasilkan oleh pendidian, penjara dsb, perubahan yang terjadi karena seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, akan mengubah orang itu dari dalam. Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Kristus pasti menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus di dalam diri orang itu akan menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23), yang akan menguduskan kehidupan orang itu.

 

Contoh:

 

¨       Saulus / Paulus.

 

Gal 1:20-23 - “(20) Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. (21) Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. (22) Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (23) Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.

 

¨       Zakheus (Luk 19:1-10).

 

IX) Karena rasa takut untuk PI datang dari setan.

 

Ada rasa takut yang datang dari Tuhan (misalnya: takut berbuat dosa), tetapi ada juga rasa takut yang datang dari setan (misalnya: takut melayani, takut memberitakan Injil). Kalau kita menuruti rasa takut yang datang dari setan itu, berarti kita tunduk kepada setan. Dari pada ‘tidak memberitakan Injil’ karena menuruti rasa takut kepada setan, lebih baik kita merasa takut kalau kita tidak memberitakan Injil, karena Tuhan memerintahkan pemberitaan Injil! Tetapi tentu yang terbaik adalah memberitakan Injil, bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi karena kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Kasih memang merupakan dasar ketaatan yang sejati.

 

Yoh 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.

 

X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi bisa memberitakan Injil.

 

Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

 

Yoh 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja”.

 

2Tim 4:2-5 - “(2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (5) Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”.

 

Saat inipun sudah banyak orang yang hanya senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng dsb. Pada hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon, kesaksian, dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam 2Tim 4:2-5 itu sudah menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga, sekarang masih ada orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4). Saat itu kita sudah sama sekali tidak bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi pada saat Kristus datang kedua kalinya atau pada ­saat kita mati, atau menjelang akhir jaman dimana manusia menjadi begitu bejatnya sehingga sama sekali tidak mau mendengar Injil lagi.

 

Penutup.

 

Sebagai penutup bagian ini, mari kita membaca 3 buah ayat Kitab Suci:

 

·        Yer 20:9 - “Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.

 

·        Kis 4:20 - “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’”.

 

·        1Kor 9:16 - “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.

 

 

-AMIN-