DOKTRIN KRISTUS: Christology

oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div.


 

THE EXALTATION OF CHRIST

 

(PEMULIAAN KRISTUS)

 

 

Ada 4 tahap pemuliaan Kristus:

 

I) Kebangkitan.

 

A)  Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.

 

1)  Tubuh dan jiwa Kristus bersatu kembali dan Kristus hidup kembali.

 

Tetapi bukan hanya itu yang terjadi, karena kalau hanya itu yang terjadi, maka dalam Kis 26:23  1Kor 15:20,23  Kol 1:18  Wah 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung / yang pertama bangkit dari antara orang mati, karena ada banyak orang yang pernah dibangkitkan sebelum kebangkitan Kristus, yaitu:

 

·        anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia (1Raja 17:17-24).

 

·        anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa (2Raja 4:18-37).

 

·        mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja 13:21).

 

·        anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus (Mark 5:21-43).

 

·        anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus (Luk 7:11-17).

 

·        Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yoh 11:1-44).

 

·        mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada waktu Yesus mati (Mat 27:52-53).

 

2)  Terjadi perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia diangkat ke suatu posisi yang lebih tinggi. Dengan demikian ada perbe­daan kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan sesudah ke­bangkitan.

 

Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

 

·        Luk 24:16  Yoh 20:14,15  Yoh 21:4 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak dikenali.

 

·        Mark 16:12 mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diridalam rupa yang lain’.

 

Catatan: perlu diingat bahwa Mark 16:9-20 termasuk bagian Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.

 

·        Luk 24:31,36 Yoh 20:19,26 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus bisa muncul dan lenyap dengan tiba-tiba.

 

·        1Kor 15:35-44 menunjukkan perbedaan kwalitet antara tubuh sekarang dan tubuh kemuliaan.

 

·        Fil 3:21 menunjukkan bahwa Yesus mempunyai ‘tubuh yang mulia’.

 

B)  Arti kebangkitan Kristus.

 

1)  Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15  1Kor 15:57).

 

a)  Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi seka­rang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk mena­kut-nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Kor 15:53-55  Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tes 2:8  Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sen­diri (Mat 8:29).

 

b)  Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Bagi orang kristen kematian bukan lagi hukuman dosa, tapi merupakan pintu gerbang menuju surga.

 

2)  Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.

 

a)  Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!

 

Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali.

 

Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak menerima pembayaran hutang dosa itu!

 

b)  Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa manusia (elect / orang pilihan) sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati menjamin keselamatan kita!

 

3)  Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya (Ro 6:4,5,8  1Kor 6:14  1Kor 15:20-23  2Kor 4:14  Fil 3:21  Kol 2:12  1Tes 4:14).

 

4)  Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Ro 1:4).

 

C)  Yang membangkitkan Kristus.

 

1)  Allah Bapa (Gal 1:1).

 

2)  Kristus sendiri (Yoh 2:19-21  Yoh 10:18  Yoh 11:25).

 

3)  Roh Kudus (Ro 8:11).

 

Kesimpulan: kebangkitan Kristus adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal.

 

D)  Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.

 

1)  Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Mat 28:11-15).

 

Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:

 

a)  Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan penja­gaan yang ketat (Mat 27:62-66).

 

Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19  Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.

 

b)  Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).

 

Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.

 

c)  Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

 

d)  Murid-murid mati syahid untuk Yesus.

 

Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.

 

e)  Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus kembali?

 

2)  Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.

 

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

 

a)  Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bang­kit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.

 

b)  Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

 

3)  Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.

 

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

 

a)  Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.

 

b)  Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter atau  perawat yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru menjadi ‘sembuh’ setelah hari yang ke tiga?

 

4)  Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.

 

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

 

a)  Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalibkan orang lain, karena orang yang benci pada seseo­rang pasti mengingat wajah musuhnya.

 

b)  Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru mengenali Guru mereka, sehingga  mereka menjadi takut setelah Yesus mati.

 

c)  Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenya­taannya adalah: kubur itu kosong.

 

5)  Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusina­si.

 

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

 

a)  Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.

 

b)  ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekali­gus.

 

c)  Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap dan bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).

 

6)  Yesus bangkit, bukan secara jasmani, tetapi secara rohani.

 

Ini adalah pandangan dari Saksi Yehovah.

 

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

 

a)  Apa gerangan yang dimaksud dengan kebangkitan rohani? Roh Yesus tidak pernah mati! Ia memang pernah mengalami kematian rohani, yaitu pada waktu Ia ditinggal oleh Bapanya (Mat 27:46). Tetapi dalam arti sebenarnya ‘roh’ tidak bisa mati!

 

b)  Kubur Yesus kosong, dan ini menunjukkan bahwa Yesus pasti bangkit secara jasmani.

 

c)  Setelah kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dilihat / dipegang (Mat 28:9  Luk 24:38-40  Yoh 20:27).

 

E)  Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.

 

Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sebab:

 

1)  Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.

 

2)  Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat (Ro 10:9). Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor 15:3-4).

 

F)  Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.

 

Salib, kematian dan penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul menun­jukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya ini menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita (1Kor 15:14,17).

 

Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kema­tian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25  Ro 6:4  2Kor 13:4  Fil 3:10).

 

Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita meli­hat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebang­kitan Kristus, kita juga harus mengingat kematianNya.

 

Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death” (= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematian­Nya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap katakebangkitan’: kalau kata itu disebut­kan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.

 

Contoh:

 

·        Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan. Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.

 

·        Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus memusnah­kan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebang­kitan’ Yesus.

 

 

II) Kenaikan ke surga.

 

A)  Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.

 

1)  Perpindahan tempat.

 

Perlu dicamkan bahwa surga bukanlah sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi betul-betul suatu tempat (baca Yoh 14:2-3 dan perhatikan bahwa kata ‘tempat’ muncul berulang-ulang).

 

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

“It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place. ... If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

 

Herman Hoeksema: “This ascension must be conceived as consisting definitely in a change of place. In His human nature Christ departed from the earth and went into heaven both in body and soul. After His ascension He is according to His human nature no longer on earth, but in heaven only. This must be emphasized especially over against the Lutherans, who teach what is called the ubiquity of the human nature of Christ after His resurrection and ascension into heaven” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang disebut kemahaadaan dari hakekat manusia Kristus setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.

 

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics, hal 422.

 

2)  Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.

 

Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.

 

Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

 

·        Yoh 7:39 - kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).

 

·        Kis 9:3-5  Kis 22:6-8  Kis 26:12-15  Wah 1:12-16 menun­jukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga), Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke surga.

 

B)  Fungsi kenaikan Kristus ke surga.

 

1)  Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai (Yoh 17:4-5).

 

Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan mem­bereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah sele­sai.

 

Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin kesela­matan orang percaya.

 

2)  Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya (Yoh 14:2).

 

3)  Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3  Yoh 17:24  Ef 2:6).

 

Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.

 

Herman Hoeksema mengomentari Ef 2:4-6 dengan berkata sebagai berikut:

“We must remember that Christ is our head, both in the juridical and in the organic sense of the word. ... His ascension is of central significance. He is the head of the body, the church. As such He represents all the elect. As the head of His own in the forensic sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is our death; His resurrection is our resurrection. And so in that legal sense of the word His ascension is our ascension. ... But He is also the head of the body in the organic sense. We are members of His body; and we can never be separated from Him, our head. That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He will not return to us, but He will draw us unto Himself, that we may also be where He is. And so we look up toward heaven by faith in the consciousness of our inseparable union with Christ our head, and confess that we have our flesh in heaven as a sure pledge that He as the head will also take up to Himself us His members” (= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti organik. ... KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia mengalami kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 425-426.

 

Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the Heavenly Kingdom, which had been closed through Adam (John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our name, it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit with God in the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do not await heaven with a bare hope, but in our Head already possess it” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yoh 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudahduduk dengan Allah dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata, tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.

 

Catatan: Ef 2:6 (KJV): ‘And hath raised us up together, and made us sit together in heavenly places in Christ Jesus’ (= Dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus).

 

Calvin: “Hence arises a wonderful consolation: that we perceive judgment to be in the hands of him who already destined us to share with him the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed is he from mounting his judgment seat to condemn us! How could our most merciful Ruler destroy his people? How could the Head scatter his own members? How could our Advocate condemn his clients? For if the apostle dares exclaim that with Christ interceding for us there is no one who can come forth to condemn us (Rom. 8:34,33), it is much more true, then, that Christ as Intercessor will not condemn those whom he has received into his charge and protection. No mean assurance, this - that we shall be brought before no other judgment seat than that of our Redeemer, to whom we must look for our salvation!” [= Karenanya muncul suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk. Mat 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang paling berbelaskasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat / menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.

 

4)  Supaya Roh Kudus turun (Yoh 16:7).

 

Jadi Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tapi secara rohani (Mat 26:11  Yoh 14:16,18,19).

Dengan demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20  Mat 28:20b.

 

C)  Mungkinkah manusia Yesus yang sudah naik ke surga itu kembali ke dunia dan menampakkan diri di dunia, sebelum kedatanganNya yang keduakalinya?

 

Dalam tafsirannya tentang Ef 4:10, Calvin berkata:

as respects his body, the saying of Peter holds true, that ‘the heaven must receive him until the times of restitution of all things, which God hath spoken by the mouth of all his holy prophets since the world began.’ (Acts 3:21)” [= berkenaan dengan tubuhNya, kata-kata Petrus tetap benar bahwasurga harus menerimaNya sampai saat pemulihan segala sesuatu, yang telah difirmankan Allah oleh mulut dari semua nabi-nabi kudusNya sejak dunia ada’. (Kis 3:21)] - hal 276.

 

Kis 3:21 - Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu.

 

Perlu diketahui bahwa kata yang diterjemahkan tinggal seharusnya artinya adalah ‘receive’ (= menerima).

 

NASB: ‘whom heaven must receive until the period of restoration of all things ...’ (= yang harus diterima di surga sampai masa pemulihan segala sesuatu ...).

 

Dan di sini saya ingin memberi banyak komentar dari para penafsir tentang Kis 3:21 ini.

 

F. F. Bruce (NICNT): “Jesus, their Messiah, ... had been received up into the divine presence, and would remain there until the consummation of all that the prophets, from the earliest days, had foretold” (= Yesus, Mesias mereka, ... telah diterima ke dalam hadirat ilahi, dan akan tinggal di sana sampai penyempurnaan dari semua yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi sejak semula) - ‘The Book of the Acts’, hal 91.

 

Adam Clarke: “he has ascended unto heaven, ... and there he shall continue till he comes again to judge the quick and the dead” (= Ia telah naik ke surga, ... dan Ia akan terus di sana sampai Ia datang lagi untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati) - hal 707.

 

J. A. Alexander: “In the mean time, i.e. until God shall send Christ and the times of refreshing from his presence, he is committed to the heavens ... Till this great cycle has achieved its revolution, and this great remedial process has accomplished its design, the glorified body of the risen and ascended Christ not only may but must, as an appointed means of that accomplishment, be resident in heaven, and not on earth” (= Sementara itu, yaitu sampai Allah mengirim Kristus dan saat penyegaran dari hadiratNya, Ia dibatasi di surga ... Sampai siklus yang besar ini telah mencapai siklus lengkap, dan proses penyembuhan yang besar ini telah menyelesaikan tujuannya, tubuh yang dimuliakan dari Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga itu bukan hanya bisa / boleh, tetapi harus, sebagai suatu cara yang ditetapkan untuk penyelesaian itu, tinggal di surga, dan bukan di bumi) - hal 116,118.

 

Matthew Poole: “‘Whom heaven must receive;’ that is, contain after it hath received him, as a real place doth a true body; for such Christ’s body was, which was received into heaven: and heaven is the place and throne of this King of kings and Lord of lords, where he shall reign until he hath put all his enemies under his feet, 1Cor. 15:25” (= ‘Yang surga harus menerima’; artinya, menahan setelah surga menerimaNya, sebagai suatu tempat yang nyata menerima suatu tubuh yang sungguh-sungguh; karena begitulah tubuh Kristus itu, yang diterima di dalam surga: dan surga merupakan tempat dan takhta dari Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan, dimana Ia akan memerintah sampai Ia telah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya, 1Kor 15:25) - hal 393.

 

 

III) Duduk di sebelah kanan Allah.

 

A)  Arti kalimat ini.

 

Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata- kata ini berarti:

 

1)  Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.

 

2)  Kristus ikut memerintah atas Gereja dan alam semesta.

 

Kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Ini terlihat dari Kitab Suci yang tidak selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.

 

·        Ro 8:34 (NIV): is at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan Allah).

 

·        1Pet 3:22 (NIV): is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).

 

·        Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.

 

B)  Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:

 

1)  Memerintah sebagai Raja.

 

2)  Berfungsi sebagai Imam / Pengantara (Ibr 4:14  Ibr 7:24,25  Ibr 8:1-6  1Yoh 2:1).

 

3)  Berfungsi sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-hamba­Nya (Yoh 16:7-15  Yoh 14:26).

 

C)  Penampakan jasmani dari Kristus di dunia.

 

Ada yang mempertanyakan apakah mungkin pada jaman ini, sebelum kedatanganNya yang keduakalinya, Kristus menampakkan diri di dunia secara jasmani? Ada kemungkinan bahwa ini harus dijawab dengan ‘tidak’, berdasarkan Kis 3:21 - Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.

 

F. F. Bruce (NICNT): “Jesus, their Messiah, ... had been received up into the divine presence, and would remain there until the consummation of all that the prophets, from the earliest days, had foretold” (= Yesus, Mesias mereka, ... telah diterima ke dalam hadirat ilahi, dan akan tinggal di sana sampai penyempurnaan dari semua yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi sejak semula) - ‘The Book of the Acts’, hal 91.

 

Catatan:

 

·        penampakan Yesus kepada Saulus (Kis 9), dan kepada rasul Yohanes (Wah 1), mungkin merupakan penampakan ilahi atau sekedar suatu penglihatan (bdk. Kis 26:19  Wah 1:19  Wah 9:17).

 

·        tidak semua orang setuju dengan F. F. Bruce dalam penafsiran Kis 3:21 ini. Ini saya berikan hanya sebagai pertimbangan, bukan sebagai suatu kepastian.

 

 

IV) Kedatangan Kristus yang keduakalinya.

 

A)  Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah suatu tahap pemuliaan.

 

Ada orang yang berpendapat bahwa:

 

·        kedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu tahap pemuliaan.

 

·        duduknya Kristus di sebelah kanan Allah adalah puncak / tahap terakhir pemuliaan Kristus.

 

Tetapi ini salah. Titik tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai sampai Ia, yang menderita oleh tangan manusia, kembali sebagai Hakim, dan menghakimi / menghukum orang berdosa yang menolakNya.

 

Disamping itu, ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang keduakalinya itu adalah suatu pemu­liaan.

 

¨      Yoh 5:22-23 menunjukkan bahwa Penghakiman (ini terjadi pada kedatanganNya yang keduakalinya) diberikan oleh Bapa kepada Anak supaya orang menghormati Anak, sama seperti mereka menghormati Bapa.

 

¨      Fil 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.

 

¨      2Tes 1:10 menyatakan secara explicit bahwa Yesus datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh semua orang percaya. Ini jelas menunjukkan suatu pemuliaan.

 

B)  Istilah-istilah Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.

 

1)  PAROUSIA yang berarti:

 

·        kehadiran (presence), atau,

 

·        kedatangan yang mendahului kehadiran (a coming preceding a presence).

 

Kata ini digunakan dalam  Mat 24:3,27,37,39  1Kor 15:23  1Tes 2:19  1Tes 3:13   1Tes 4:15  1Tes 5:23  2Tes 2:1  Yak 5:7-8  2Pet 3:4.

 

2)  APOCALUPSIS yang menekankan fakta bahwa kedatangan kedua itu akan menyatakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dalam diri Kristus.

 

Kata ini digunakan dalam 2Tes 1:7  1Pet 1:7,13  1Pet 4:13.

 

3)  EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari Tuhan (the glorious appearing of the Lord).

 

Kata ini digunakan dalam  2Tes 2:8  1Tim 6:14  2Tim 4:1,8  Tit 2:13.

 

C)  Cara kedatangan kedua.

 

1)  Secara jasmani.

 

2)  Bisa dilihat.

 

Bdk. Mat 24:30  Kis 1:11  Wah 1:7.

 

D)  Tujuan kedatangan kedua.

 

1)  Menghakimi dunia.

 

2)  Menyempurnakan keselamatan orang percaya.

 

Bdk. Mat 25:31-46.

 

E)  Saat kedatangan kedua.

 

Dari ayat-ayat seperti Mat 24:36,42-44  dan 2Pet 3:10, jelaslah bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari kedatangan kedua itu akan terjadi.

 

Karena itu, kalau ada orang yang berani meramalkan tanggal atau bulan atau tahun kedatangan Yesus yang keduakalinya, itu pasti adalah nabi palsu atau orang yang sangat kacau pengertian Kitab Sucinya!

 

Dari banyaknya tanda-tanda akhir jaman yang sudah terjadi, kita paling-paling bisa berkata bahwa kedatangan Kristus yang kedua itu sudah dekat dan bisa terjadi setiap saat.

 

Perlu juga diingat bahwa bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun sama dengan satu hari (2Pet 3:8), sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan bisa saja masih lama bagi kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia akan datang pada saat yang tidak kita duga, maka kita semua harus mempersiapkan diri setiap saat, sehingga kapan­pun Ia datang, kita ada dalam keadaan siap sedia (Mat 24:44)!

 

Catatan: Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas secara singkat, karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatologi (= doktrin tentang akhir jaman).