Eksposisi Surat Yohanes yang Pertama

oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.


I Yohanes 1:1-4

 

I) Hal-hal yang penting tentang Yesus.

 

1)  ‘Firman hidup’ (ay 1b).

 

1Yoh 1:1-3 mempunyai kemiripan dengan Yoh 1:1-14, yaitu:

 

·        sama-sama membicarakan kekekalan Yesus.

 

·        penggunaan istilah / kata-kata ‘hidup’, ‘beginning’ (= pada mulanya / sejak semula), dan ‘Firman / LOGOS’.

 

a)     Kata ‘Firman’ di sini merupakan gelar bagi Kristus.

 

1.  Kata ‘Firman’ hanya menunjuk kepada Yesus dalam Yoh 1:1,14  1Yoh 1:1  Wah 19:13 (Catatan: ada yang berpendapat bahwa Luk 1:2 juga termasuk, tetapi saya tidak sependapat dengan ini).

 

Dalam bagian-bagian Kitab Suci yang lain, kata ‘Firman’ menunjuk pada ‘kata-kata Allah’, dan tidak menunjuk kepada Yesus!

 

Contoh: Kej 1:3 banyak diartikan secara salah dengan mengartikan bahwa ‘firman’ adalah Yesus, tetapi saya berpendapat bahwa sebetulnya kata ‘firman’ di sana hanya menunjuk pada ‘kata-kata Allah’.

 

2.  Mengapa Yesus disebut ‘Firman / Word’?

 

·        karenaWord / Kata’ berfungsi untuk menyatakan diri kita, pikiran kita, kehendak kita, dan apa yang ada dalam diri kita kepada orang lain. Yesus disebut ‘Word / Kata’, karena Ia menyatakan Allah, pikiran Allah, kehendak Allah kepada kita (bdk. Yoh 1:18  Mat 11:27  Ibr 1:1).

 

·        karena Yesus merupakan subyek utama dalam Kitab Suci, yang merupakan Firman yang tertulis.

 

3.  Bahwa Yesus disebut ‘Firman’, tidak berarti bahwa Kitab Suci bukanlah Firman!

 

Ada orang-orang Liberal yang mengatakan bahwa Firman yang sesungguhnya adalah Yesus, bukan sebuah buku (Alkitab)!

 

Hati-hatilah terhadap orang-orang Liberal seperti itu, yang sea­kan-akan meninggikan Yesus, tetapi pada saat yang sama merendah­kan Kitab Suci! Adalah sesuatu yang omong kosong bahwa kita bisa meninggikan Yesus tetapi merendahkan kata-kataNya yang tertulis dalam Kitab Suci!

 

John Murray memberikan komentar tentang E. J. Young (seorang yang mati-matian membela otoritas Kitab Suci sebagai Firman Tuhan) dengan kata-kata sebagai berikut:

“He knew nothing of an antithesis between devotion to the Lord and devotion to the Bible. He revered the Bible because he revered the Author” (= ia tidak mengenal pertentangan antara kesetiaan / pembaktian diri terhadap Tuhan dan kesetiaan / pembaktian diri terhadap Alkitab. Ia menghormati Alkitab karena ia menghormati Pengarangnya).

 

b)  Kata ‘hidup’ dalam ay 1 ini bukan hanya menunjukkan bahwa Yesus itu hidup, tetapi juga bahwa Ia memberikan hidup kekal kepada semua yang percaya kepadaNya sebagai Juruselamat. Ini ditekankan lagi dalam ay 2 yang menyebut Yesus dengan istilah ‘hidup’ atau ‘hidup kekal’.

 

Kalau saudara belum pernah percaya / menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara, sadarilah bahwa saudara adalah orang berdosa, yang mati dalam dosa. Sadarilah juga bahwa kalau keadaan itu saudara biarkan, itu akan membawa saudara ke dalam kebinasaan kekal di neraka. Tetapi Yesus bisa memberi saudara hidup yang kekal, dan karena itu datanglah kepadaNya, percayalah kepadaNya dan terimalah Dia sebagai Juruselamat pribadi saudara.

 

2)  Kekekalan dan keilahian Yesus.

 

a)     Dalam ay 1 dikatakan bahwa Yesus itu ‘ada sejak semula’ (ay 1).

 

Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan bahwa kata-kata ‘sejak semula’ di sini tidak menunjuk pada kekekalan, tetapi pada permulaan Injil, atau permulaan pelayanan Yesus. Alasannya: apa yang ada sejak semula itu adalah apa yang didengar dan dipegang oleh rasul Yohanes.

 

Tetapi saya tidak setuju dengan dia; saya lebih setuju dengan Calvin sendiri yang menganggap bahwa kata-kata ini menunjuk pada kekekalan, dan karenanya menunjukkan keilahian Kristus. Perlu diingat bahwa:

 

·        Pribadi yang sudah ada sejak semula itu adalah Pribadi yang sama dengan yang didengar, dilihat, disaksikan, dan diraba, oleh rasul Yohanes.

 

·        Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.

 

Contoh:

 

¨      Kis 20:28 (NIV) - “... the church of God, which he bought with his own blood” (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri).

 

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

 

¨      1Kor 2:8.

 

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predi­kat ‘menyalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

 

¨      1Yoh 1:1.

 

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

 

Sebaliknya dalam Kitab Suci juga ada ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

 

Contoh:

 

*        Mat 9:6.

 

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengam­puni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

 

*        Mat 12:8.

 

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

 

*        Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seper­ti: Mat 13:41  Luk 19:10  Yoh 3:13-15  Yoh 6:62  1Kor 15:47b.

 

Mengapa Kitab Suci melakukan hal ini? Calvin menjawab sebagai berikut:

 

Þ    “And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to inter­change them”  [= dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.

 

Þ    “Because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what belonged to the other” (= karena orang yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.

 

b)     ‘bersama-sama dengan Bapa’ (ay 2).

 

Kata-kata ini mirip dengan kata-kata ‘bersama-sama dengan Allah’ dalam Yoh 1:1. Kalau dalam Yoh 1:1 digunakan kata-kata Yunani PROS TON THEON, maka di sini digunakan PROS TON PATERA.

 

‘Bersama-sama dengan Bapa’ secara hurufiah berarti ‘face to face with the Father’ (= berhadapan muka dengan Bapa).

 

Ini menekankan keilahian Kristus, keintiman hubungan Yesus dengan Bapa, tetapi juga sekaligus perbedaanNya dengan Bapa.

 

Penegasan tentang kekekalan dan keilahian Kristus ini dimaksudkan untuk menentang ajaran yang disebut Gnosticism, yang percaya bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan.

 

3)  Yesus adalah manusia sungguh-sungguh.

 

a)  Kata-kata ‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’ (ay 1,3).

 

Bahwa Yohanes juga menyatakan Yesus sebagai manusia, terlihat dari kata-kata ‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’ dalam ay 1,3 yang jelas mempunyai manusia Yesus sebagai obyek. Memang kata ‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, kalau mau dipaksakan masih mungkin mempunyai Allah / keilahian Yesus sebagai obyek, tetapi kata ‘raba’ tidak bisa tidak mempunyai manusia Yesus sebagai obyek. Yohanes menggunakan kata ‘raba’ (bdk. Luk 24:39) untuk menghadapi Docetism, yang mengatakan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja mempunyai tubuh.

 

b)  Tenses dari kata-kata ‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’ ini.

 

‘Dengar’ dan ‘lihat’ menggunakan perfect tense, tetapi ‘saksikan’ dan ‘raba’ menggunakan aorist tense / past tense.

 

NIV menterjemahkan ke 4 kata kerja itu ke dalam perfect tense, padahal perubahan / perbedaan tenses itu pasti ada maksudnya.

 

NASB menterjemahkan dengan tenses yang benar: ‘What was from the beginning, what we have heard, what we have seen with our eyes, what we beheld and our hands handled, concerning the Word of life’ (= Apa yang ada sejak semula, apa yang telah kami dengar, apa yang telah kami lihat dengan mata kami, apa yang kami pandang dan pegang dengan tangan kami, mengenai Firman hidup).

 

Herschel H. Hobbs: “Whereas the perfect tenses expresses an extended seeing and hearing, the aorist tenses denote one special event” (= Sementara perfect tense menyatakan melihat dan mendengar untuk jangka waktu tertentu, aorist tense menunjukkan satu kejadian khusus / tertentu) - hal 21.

 

Peristiwa / kejadian tertentu yang mana? Jelas peristiwa / kejadian dalam Luk 24:39-40 dimana mereka bukan hanya melihat Yesus yang bangkit tetapi juga diijinkan untuk memegang / merabaNya untuk meyakinkan mereka bahwa Ia bukan hantu / roh, tetapi betul-betul tubuh.

 

4)  Keilahian dan kemanusiaan Yesus.

 

Rasul Yohanes mempercayai dan mengajarkan kedua hal ini, tetapi dalam Injil Yohanes ia lebih menekankan keilahian Yesus, sedangkan dalam 1Yoh ia lebih menekankan kemanusiaan Yesus.

 

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - hal 21.

 

Herschel H. Hobbs mengutip George W. Truett: “He was God as though he were not man. And he was man as though he were not God. He was the God-man. And never did a hyphen mean so much” (= Ia adalah Allah seakan-akan Ia bukanlah manusia. Dan Ia adalah manusia seakan-akan Ia bukanlah Allah. Ia adalah manusia-Allah. Dan sebuah tanda ‘-’ tidak pernah berarti begitu banyak seperti di sini) - hal 21.

 

Catatan: a hyphen adalah tanda ‘-’ yang muncul dalam istilah ‘the God-man’.

 

Herschel H. Hobbs mengutip Robert G. Lee: “As in eternity he leaned upon the bosom of his Father without a mother, so in time he leaned upon the bosom of his mother without a father” (= Sebagaimana dalam kekekalan Ia bersandar pada dada BapaNya tanpa seorang ibu, demikian juga dalam waktu Ia bersandar pada dada ibuNya tanpa seorang bapa) - hal 21.

 

II) Memberitakan Yesus dan syaratnya.

 

Ay 2,3 menunjukkan bahwa Yohanes memberitakan Yesus. Ia memang memenuhi syarat seorang pemberita Firman, yaitu telah mengenal Yesus secara pribadi, dan belajar tentang Yesus. Ini terlihat dari:

 

1)  ‘Dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’ (ay 1,3).

 

Kata-kata ‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’ ini tujuannya untuk menguatkan. Maksudnya untuk menunjukkan bahwa ia tidak mengajarkan apapun kecuali yang betul-betul telah dinyatakan kepadanya.

 

William Barclay: “Here at the beginning of his letter John sets down his right to speak; and it consists in one thing - in personal experience of Christ” (= Di sini pada permulaan suratnya Yohanes menuliskan haknya untuk berbicara; dan itu terdiri dari satu hal - dalam pengalaman pribadi tentang Kristus) - hal 22.

 

Tetapi selanjutnya kata ‘dengar’ menunjukkan bahwa rasul Yohanes telah belajar dari Gurunya hal-hal yang ia ajarkan.

 

Calvin: “And, doubtless, no one is a fit teacher in the Church, who has not been the disciple of the Son of God, and rightly instructed in his school” (= Dan, tidak diragukan lagi, tidak seorangpun cocok untuk menjadi guru dalam Gereja, yang tidak pernah menjadi murid dari Anak Allah, dan diajar secara benar di sekolahNya) - hal 158.

 

2)  Perbedaan kata ‘lihat’ dan ‘saksikan’.

 

William Barclay: “What, then, is the difference between ‘seeing’ Christ and ‘gazing’ upon him? In the Greek the verb for ‘to see’ is horan and it means simply ‘to see with physical sight’. The verb for ‘to gaze’ is theasthai and it means ‘to gaze at someone or something until something has been grasped of the significance of that person or thing’” (= Lalu, apa perbedaan antara ‘melihat’ Kristus dan ‘menyaksikan / memandang / menatap’Nya? Dalam bahasa Yunani kata kerja untuk ‘melihat’ adalah HORAN dan itu berarti sekedar ‘melihat dengan penglihatan jasmani’. Kata kerja untuk ‘menyaksikan / memandang / menatap’ adalah THEASTHAI dan itu berarti ‘menatap pada seseorang atau sesuatu sampai mengerti / menangkap suatu arti dari orang atau hal / benda itu) - hal 23.

 

Ada banyak orang yang ‘mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti’, atau ‘melihat dan melihat, namun tidak menanggap’ (bdk. Mat 13:14-15). Bandingkan juga dengan 2Tim 3:7 - “yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran”. Tetapi rasul Yohanes tidak demikian. Dia bukan hanya ‘melihat’ Yesus, tetapi juga menyaksikan / memandang / menatap sedemikian rupa sehingga ia mendapatkan pengertian tentang Dia, yang lalu ia percayai dan beritakan. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara seperti orang-orang Yahudi yang dibicarakan oleh Yesus dalam Mat 13:14-15 itu, atau seperti Yohanes?

 

Semua ini perlu saudara perhatikan kalau saudara mau menjadi pemberita Firman / Injil, baik sebagai penginjil pribadi, guru Sekolah Minggu, guru agama, apalagi pengkhotbah / hamba Tuhan. Saudara harus memenuhi syarat-syarat ini, yaitu mengenal Kristus secara pribadi, dan banyak belajar Firman!

 

III) Tujuan pemberitaan tentang Yesus.

 

1)  Persekutuan.

 

Ay 3 menunjukkan bahwa tujuan pemberitaan Injil adalah adanya suatu ‘persekutuan’ (KOINONIA = fellowship). Yohanes lalu menambahkan bahwa persekutuan yang ia maksud adalah persekutuan dengan kami, dan juga dengan Bapa dan AnakNya, Yesus Kristus (ay 3b). Jadi ada persekutuan horizontal (antar orang percaya), maupun vertical (antara manusia dengan Allah / Yesus).

 

a)  Persekutuan vertikal / dengan Allah / Yesus.

 

Herschel H. Hobbs: “this fellowship is first with God the Father and God the Son. Indeed, Christian fellowship is impossible apart from the saving experience with God in Christ” (= persekutuan ini pertama-tama adalah dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Memang persekutuan Kristen tidak mungkin terpisah dari pengalaman penyelamatan dengan Allah dalam Kristus) - hal 25-26.

 

Persekutuan dengan Allah ini yang menyebabkan bisa terjadinya persekutuan dengan sesama saudara seiman.

 

Orang yang tidak percaya juga mempunyai ‘persekutuan’, tetapi ini hanya bersifat horizontal, karena mereka bersekutu tanpa Allah. Dalam arti yang sebenarnya ini bukan persekutuan.

 

Kalau saudara belum pernah percaya kepada Yesus, saudara belum mempunyai persekutuan dengan Allah, dan karena itu juga tidak akan bisa mempunyai persekutuan dengan orang kristen yang lain.

 

b)  Persekutuan horizontal / dengan sesama saudara seiman.

 

Dalam komentarnya tentang Yoh 17:21, Calvin berkata:

the ruin of the human race is, that, having been alienated from God, it is also broken and scattered in itself. The restoration of it, therefore, on the contrary, consists in its being properly united in one body” (= kehancuran umat manusia adalah bahwa setelah terpisah / dijauhkan dari Allah, mereka juga terpecah-pecah dalam dirinya sendiri. Karena itu, sebaliknya, pemulihannya haruslah terdiri dari kesatuannya secara benar dalam satu tubuh) - hal 183.

 

Kalau dalam satu gereja setiap orang cuma bersekutu dengan Allah, tetapi tidak bersekutu satu sama lain, maka ini juga salah.

 

Karena itu, kalau selama ini saudara datang ke gereja tepat waktu (atau terlambat), dan begitu kebaktian selesai saudara langsung pulang, sehingga tidak ada waktu untuk bersekutu dengan saudara seiman, bertobatlah! Berhentilah memperlakukan gereja sebagai gedung bioskop! Saudara harus memberi waktu untuk bersekutu satu dengan yang lain. Juga kalau ada acara gereja yang berfungsi untuk memajukan persekutuan, seperti piknik, persekutuan rumah tangga, perjamuan kasih, dsb, saudara wajib mendukung dan mengikutinya.

 

Selanjutnya Herschel H. Hobbs berkata:

“Today we speak of church membership; the New Testament speaks of Christian fellowship. The Greek word means ‘having all things in common’ or ‘sharing,’ which is more than friendship or even the blessed relationship which Christians enjoy together” (= Sekarang ini kita berbicara tentang keanggotaan gereja; Perjanjian Baru berbicara tentang persekutuan Kristen. Kata Yunaninya berarti ‘mempunyai segala sesuatu secara bersama-sama’ atau ‘sharing / membagi’, yang adalah lebih dari persahabatan atau bahkan hubungan yang diberkati yang dinikmati orang kristen bersama-sama) - hal 25.

 

Jadi, bersekutu bukanlah sekedar bersahabat dengan saudara seiman, tetapi juga melibatkan sharing. Ini bisa berupa sharing / membagi pengalaman (baik berkat maupun kesukaran), tetapi juga berupa sharing / membagi milik kita untuk menolong orang yang kekurangan, seperti yang terjadi dalam Kis 2:44-45 dan Kis 4:32-37.

 

Sudahkan saudara berusaha melakukan persekutuan dengan saudara seiman?

 

2)  Sukacita.

 

Ay 4 juga merupakan tujuan pemberitaan tentang Yesus / tujuan penulisan surat ini.

 

Untuk ay 4 ini, ada manuscript yang mengatakan your (HUMON) joy’ / ‘sukacitamu’ (KJV) dan ada manuscript yang mengatakan our (HEMON) joy’ / ‘sukacita kami’ (RSV,NIV,NASB).

 

Ay 4 ini mengingatkan akan kata-kata Yesus dalam Yoh 15:11 dimana Yesus berkata: “Semua ini Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”.

 

Kesimpulan / penutup:

 

Kenallah Yesus secara pribadi, teruslah belajar tentang Dia, dan beritakanlah Dia. Ini akan menimbulkan persekutuan dan sukacita. Maukah saudara?

 

 

-AMIN-