Eksposisi Surat Paulus kepada Timotius yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I Timotius 2:5-7

 

 

Ay 5-6:(5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.

 

1)   ‘Karena Allah itu esa’.

 

Bagian ini tidak bertentangan dengan doktrin Allah Tritunggal, Keilahian Kristus, dan Keilahian Roh Kudus, karena sekalipun kita mempercayai bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah Allah, kita tetap mempercayai bahwa Allah hanya mempunyai satu hakekat, dan karena itu kita tidak mempercayai adanya 3 Allah, tetapi hanya satu Allah.

 

Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius: “15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods, but one God. 17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord. 18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords.” (= 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

 

2)   ‘esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus’.

 

a)   Hanya ada satu pengantara, yaitu Kristus Yesus; tidak ada pengantara lain selain Dia.

 

Donald Guthrie (Tyndale): “That no bond between God and man was possible apart from Christ Jesus is also fundamental to Paul’s thought” (= Bahwa tidak ada ikatan yang dimungkinkan antara Allah dan manusia terpisah dari Kristus Yesus juga merupakan sesuatu yang dasari bagi pemikiran Paulus) - hal 72.

 

b)   Dalam Gereja Roma Katolik ada pengantara-pengantara lain selain Yesus Kristus.

 

Dalam Gereja Roma Katolik, Maria memang dianggap sebagai Pengantara, baik dalam penebusan maupun dalam doa syafaat. Bahwa Maria memang dianggap sebagai pengantara dalam Gereja Roma Katolik, terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini.

 

‘Catechism of the Catholic Church’:

 

·        No 969: “This motherhood of Mary in the order of grace continues uninterruptedly from the consent which she loyally gave at the Annunciation and which she sustained without wavering beneath the cross, until the eternal fulfilment of all the elect. Taken up to heaven she did not lay aside this saving office but by her manifold intercession continues to bring us the gifts of eternal salvation .... Therefore the Blessed Virgin is invoked in the Church under the titles of Advocate, Helper, Benefactress, and Mediatrix [= Keibuan dari Maria dalam urutan kasih karunia berlanjut secara tak terganggu dari persetujuan yang dengan setia ia berikan pada saat Pengumuman / Pemberitaan (oleh Gabriel) dan yang ia teruskan tanpa ragu-ragu di bawah kayu salib, sampai penggenapan kekal dari semua orang-orang pilihan. Pada waktu diangkat ke surga, ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan ini tetapi oleh doa syafaatnya yang bermacam-macam ia melanjutkan untuk membawa kepada kita karunia-karunia keselamatan yang kekal ... Karena itu, Perawan yang terpuji / diberkati disebut di dalam Gereja dengan gelar-gelar Advokat, Penolong, Dermawan, dan Pengantara].

 

·        No 2677: ... Because she gives us Jesus, her son, Mary is Mother of God and our mother; we can entrust all our cares and petitions to her: she prays for us as she prayed for herself ...” (= ... Karena ia memberi kita Yesus, anaknya, Maria adalah Bunda Allah dan bunda kita; kita bisa mempercayakan semua kesusahan dan permohonan kita kepadanya: ia berdoa untuk kita pada waktu ia berdoa untuk dirinya sendiri ...).

 

·        No 2679: “... The prayer of the Church is sustained by the prayer of Mary and united with it in hope” (= ... Doa dari Gereja ditopang oleh doa Maria dan bersatu dengannya dalam pengharapan).

 

·        No 2682: “Because of Mary’s singular cooperation with the action of the Holy Spirit, the Church loves to pray in communion with the Virgin Mary, to magnify with her the great things the Lord has done for her, and to entrust supplications and praises to her (= Karena kerja sama yang luar biasa dari Maria dengan tindakan Roh Kudus, Gereja senang untuk berdoa dalam persekutuan dengan Perawan Maria, untuk membesarkan bersama dia hal-hal yang besar yang telah Tuhan lakukan untuknya, dan mempercayakan permohonan  dan puji-pujian kepadanya).

 

Bukan hanya Maria, tetapi juga orang-orang suci yang telah mati dijadikan juru syafaat dan pengantara dalam Gereja Roma Katolik. Ini terlihat dari ‘Catechism of the Catholic Church’ no 2683: “The witnesses who have preceded us into the kingdom, ... Their intercession is their most exalted service to God’s plan. We can and should ask them to intercede for us and for the whole world” (= Saksi-saksi yang telah mendahului kita ke dalam kerajaan, ... Doa syafaat mereka adalah pelayanan mereka yang tertinggi bagi rencana Allah. Kita bisa dan seharusnya meminta mereka untuk menjadi juru syafaat untuk kita dan untuk seluruh dunia).

 

Calvin: “There are others who think themselves more acute, and who lay down this distinction, that Christ is the only Mediator of redemption, while they pronounce the saints to be mediators of intercession. But the folly of these interpreters is reproved by the scope of the passage, in which the Apostle speaks expressly about prayer” (= Ada orang-orang lain yang mengira diri mereka sendiri lebih tajam / teliti, dan yang memberikan perbedaan ini, bahwa Kristus adalah satu-satunya Pengantara penebusan, sementara mereka menyatakan orang-orang suci sebagai pengantara-pengantara doa syafaat. Tetapi kebodohan dari penafsir-penafsir ini dicela oleh daerah / jangkauan dari text ini, dalam mana sang Rasul berbicara secara explicit tentang doa) - hal 58-59.

 

Barnes’ Notes: “It may be added also that the doctrine of the Papists that the saints or the Virgin Mary may act as mediators to procure blessings for us, is false. There is but ‘one Mediator;’ and but one is necessary. Prayer offered to the ‘saints,’ or to the ‘Virgin,’ is idolatry, and at the same time removes the one great Mediator from the office which he alone holds, of making intercession with God” (= Bisa juga ditambahkan bahwa doktrin dari para pengikut Paus bahwa orang-orang suci atau sang Perawan Maria bisa bertindak sebagai pengantara-pengantara untuk menyebabkan / memastikan berkat-berkat untuk kita, adalah salah. Hanya ada satu Pengantara, dan hanya satu yang diperlukan. Doa yang dipanjatkan kepada ‘orang-orang suci’, atau kepada sang ‘Perawan’, adalah pemberhalaan, dan pada saat yang sama menyingkirkan satu Pengantara yang besar / agung dari jabatan / tugas yang hanya dipegang olehnya, yaitu membuat pengantaraan dengan Allah).

 

c)   Karena hanya ada satu Pengantara, maka kita wajib untuk memberitakan Injil kepada semua orang.

 

Homer  A. Kent Jr.: “Since there is only one Mediator, then Christians have the responsibility of making Him known to all men” (= Karena hanya ada satu Pengantara, maka orang-orang kristen mempunyai kewajiban untuk menyatakan Dia kepada semua orang) - hal 100.

 

d)   Mengapa Paulus mengatakan manusia Kristus Yesus’?

 

1.   Ini tentu tidak berarti bahwa Yesus Kristus hanya manusia biasa seperti kita dan sama sekali bukan Allah. Bandingkan dengan:

 

·        Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

 

·        Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.

 

·        Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

 

·        Ibr 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.

 

·        1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

 

2.   Apakah Yesus melakukan tugas / jabatanNya sebagai Pengantara hanya sebagai manusia?

 

Barnes’ Notes: “‘The man Christ Jesus.’ Jesus was truly and properly a man, having a perfect human body and soul, and is often called a man in the New Testament. But this does not prove that he was not also divine - anymore than his being called God (John 1:1; 20:28; Rom. 9:5; 1 John 5:20; Heb. 1:8), proves that he was not also a man. The use of the word ‘man’ here was probably designed to intimate that though he was divine, it was in his human nature that we are to consider him as discharging the office [= ‘Manusia Kristus Yesus’. Yesus sungguh-sungguh dan secara benar adalah manusia, mempunyai tubuh dan jiwa manusia yang sempurna, dan sering disebut ‘manusia’ dalam Perjanjian Baru. Tetapi ini tidak membuktikan bahwa Ia bukannya juga ilahi - sama seperti penyebutanNya sebagai Allah (Yoh 1:1; 20:28; Ro 9:5; 1Yoh 5:20; Ibr 1:8), tidak membuktikan bahwa Ia juga adalah manusia. Penggunaan kata ‘manusia’ di sini mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sekalipun Ia adalah ilahi, adalah dalam hakekat manusiaNyalah kita harus menganggapNya menunaikan tugas / jabatanNya].

 

Penerapan:

 

Kalau kata-kata di atas ini benar, maka mungkin pada waktu kita mengakhiri doa kita dengan kata-kata ‘dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami’, atau ‘dalam nama Tuhan kami Yesus Kristus’, atau ‘dalam nama Yesus Kristus, Allah kami yang hidup’, dsb, agak kurang tepat. Mengapa? Karena pada waktu berbicara tentang jabatanNya sebagai Pengantara, maka yang disoroti adalah kemanusiaanNya, bukan ketuhananNya atau keilahianNya!

 

Tetapi Calvin menganggap bahwa berhubungan dengan jabatan Yesus sebagai Pengantara, kita tidak berbicara atau tentang hakekat manusia saja, atau tentang hakekat ilahi saja, tetapi tentang seluruh Pribadi Yesus Kristus (the God-man).

 

Calvin: “Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human” (= Hendaklah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.

 

3.   Mengapa kata ‘manusia’ ditekankan di sini?

 

Pulpit Commentary: “The human nature is naturally emphasized because of the work of suffering and death which is here ascribed to him. ... He is elsewhere frequently called God and true God, but here there is a necessary reference to the catholic doctrine of a subordination of office” [= Hakekat manusiaNya tentu saja ditekankan karena pekerjaan penderitaan dan kematian yang disini diberikan kepadaNya (ay 6). ... Di tempat lain Ia sering disebut Allah dan Allah yang benar, tetapi di sini ada hubungan yang perlu dengan doktrin universal tentang suatu jabatan yang lebih rendah] - hal 39.

 

Donald Guthrie (Tyndale): “It is because a mediator must be representative that the humanity of Christ, ‘the man Christ Jesus,’ is also brought into prominence” (= Karena seorang pengantara harus bersifat wakil maka kemanusiaan dari Kristus, ‘manusia Kristus Yesus’, juga ditonjolkan) - hal 72.

 

3)   ‘yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia’.

 

a)   ‘yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan’.

 

Donald Guthrie (Tyndale): “The mention of a ‘ransom’ (ANTILUTRON) echoes the words of Jesus, ‘the Son of man came ... to give his life a ransom (LUTRON) for many’ (Mk. 10:45). The addition of the preposition ANTI, ‘instead of’, is significant in view of the preposition HUPER, ‘on behalf of’, used after it. Christ is conceived of as an ‘exchange price’ on behalf of and in the place of all, on the grounds of which freedom may be granted” [= Penyebutan dari suatu ‘tebusan’ (ANTILUTRON) menggemakan kata-kata Yesus, ‘Anak  Manusia datang ... untuk memberikan nyawaNya sebagai tebusan (LUTRON) untuk banyak orang’ (Mark 10:45). Penambahan kata depan ANTI, ‘sebagai ganti dari’, merupakan sesuatu yang penting mengingat adanya kata depan HUPER, ‘demi kepentingan dari’ yang digunakan setelahnya. Kristus dimengerti sebagai ‘harga pengganti’ demi kepentingan dari dan menggantikan tempat dari semua orang, berdasarkan mana kebebasan bisa dianugerahkan] - hal 72.

 

Homer  A. Kent Jr.: “The prefixing of ANTI emphasizes the idea of substitution. ANTI signified substitution and its usual translation is ‘instead of.’ ... Thus by its very nature, this ransom is substitutional in character” (= Penambahan awalan ANTI menekankan gagasan tentang penggantian. ANTI menunjukkan penggantian dan terjemahannya yang umum adalah ‘sebagai ganti dari’. ... Karena itu, pada dasarnya, tebusan ini mempunyai sifat menggantikan) - hal 100.

 

Adam Clarke: “‘Who gave himself a ransom.’ The word lutron signifies a ransom paid for the redemption of a captive; and antilutron, the word used here, and applied to the death of Christ, signifies that ransom which consists in the exchange of one person for another, or the redemption of life by life” (= ‘Yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan’. Kata LUTRON berarti suatu tebusan yang dibayarkan untuk penebusan seorang tawanan; dan ANTILUTRON, kata yang digunakan di sini, dan diterapkan pada kematian Kristus, berarti tebusan yang terdiri dari penggantian satu pribadi / orang untuk pribadi / orang lain, atau penebusan nyawa oleh nyawa).

 

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Ransom’ - properly of a captive. Man was the slave of Satan, sold under sin. He was unable to ransom himself, because absolute obedience is due to God; therefore no act of ours can satisfy for the least offence. Lev. 25:48 allowed one sold captive to be redeemed by one of his brethren. The Son of God therefore became man in order that, as our older brother, He should redeem us (Matt. 20:28; Eph. 1:7; 1 Pet. 1:18-19). Antilutron implies not merely ransom, but a substituted or equivalent ransom: the ‘anti’ implying vicarious substitution” [= ‘Tebusan’ - secara tepat dari seorang tawanan. Manusia adalah budak dari setan, terjual di bawah dosa. Ia tidak dapat menebus dirinya sendiri, karena ketaatan mutlak harus diberikan kepada Allah; karena itu tidak ada tindakan kita yang bisa menghilangkan pelanggaran yang terkecil. Im 25:48 mengijinkan satu tawanan yang dijual untuk ditebus oleh salah satu saudaranya. Karena itu Anak Allah menjadi manusia supaya, sebagai saudara kita yang lebih tua, Ia menebus kita (Mat 2028; Ef 1:7; 1Pet 1:18-19). ANTILUTRON tidak berarti semata-mata suatu tebusan, tetapi suatu tebusan yang menggantikan atau tebusan yang sama / setara: kata ‘ANTI’ menunjuk pada penggantian untuk orang lain].

 

Im 25:47-48 - “(47) Apabila seorang asing atau seorang pendatang di antaramu telah menjadi mampu, sedangkan saudaramu yang tinggal padanya jatuh miskin, sehingga menyerahkan dirinya kepada orang asing atau pendatang yang di antaramu itu atau kepada seorang yang berasal dari kaum orang asing, (48) maka sesudah ia menyerahkan dirinya, ia berhak ditebus, yakni seorang dari antara saudara-saudaranya boleh menebus dia”.

 

Kata-kata ‘menyerahkan dirinya’ seharusnya adalah ‘menjual dirinya’.

 

KJV: ‘... sell himself ... is sold’ (= ... menjual dirinya sendiri ... dijual).

 

NIV: ‘... sells himself ... has sold himself’ (= ... menjual dirinya sendiri ... telah menjual dirinya sendiri).

 

b)   ‘bagi semua manusia’.

 

Adam Clarke: “As God is the God and father of all (for there is but one God, 1 Tim. 2:5), and Jesus Christ the mediator of all, so he gave himself a ransom for all; i. e., for all that God made, consequently for every human soul; unless we could suppose that there are human souls of which God is not the Creator; for the argument of the apostle is plainly this: 1. There is one God; 2. This God is the Creator of all; 3. He has made a revelation of his kindness to all; 4. He will have all men to be saved, and come unto the knowledge of the truth; and 5. He has provided a Mediator for all, who has given himself a ransom for all. As surely as God has created all men, so surely has Jesus Christ died for all men. This is a truth which the nature and revelation of God unequivocally proclaim” [= Karena Allah adalah Allah dan Bapa dari semua orang (karena hanya ada satu Allah, 1Tim 2:5), dan Yesus Kristus adalah pengantara dari semua orang, demikianlah Ia memberikan diriNya sendiri sebagai suatu tebusan untuk semua orang; yaitu untuk semua orang yang dibuat / diciptakan oleh Allah, dan karenanya untuk setiap jiwa manusia; kecuali kita bisa menganggap bahwa ada jiwa-jiwa manusia yang tidak diciptakan oleh Allah; karena argumentasi sang rasul jelas adalah ini: 1. Hanya ada satu Allah; 2. Allah ini adalah Pencipta dari semua; 3. Ia telah membuat suatu penyataan kebaikanNya kepada semua; 4. Ia menghendaki semua orang untuk diselamatkan, dan mendapat pengertian tentang kebenaran; dan 5. Ia telah menyediakan seorang Pengantara untuk semua, yang telah memberikan diriNya sendiri sebagai suatu tebusan bagi semua. Sama pastinya seperti Allah telah menciptakan semua orang, demikian pastinya Yesus Kristus mati untuk semua orang. Ini adalah suatu kebenaran yang dinyatakan dengan tegas oleh alam dan wahyu Allah].

 

Catatan: lagi-lagi Adam Clarke menyerang doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas). Ini sudah saya bahas dalam pembahasan 1Tim 2:3-4, dan karena itu tidak saya ulang di sini.

 

4)   ‘itu kesaksian pada waktu yang ditentukan’.

 

Kata-kata ini disambung dengan kata-kata dalam ay 7a: ‘Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul’.

 

Adam Clarke: “This appears to be the apostle’s meaning: Christ gave himself a ransom for all. This, in the times which seemed best to the divine wisdom, was to be testified to every nation, and people, and tongue. The apostles had begun this testimony; and, in the course of the divine economy, it has ever since been gradually promulgated and at present runs with a more rapid course than ever” (= Kelihatannya ini adalah maksud dari Paulus: Kristus memberikan diriNya sebagai suatu tebusan bagi semua orang. Ini pada waktu yang kelihatannya terbaik bagi hikmat ilahi, harus disaksikan kepada setiap bangsa, dan orang, dan bahasa. Sang rasul telah memulai kesaksian ini; dan dalam perjalanan dari pengaturan ilahi, sejak saat itu hal itu disebar-luaskan secara berangsur-angsur dan pada saat ini berjalan dengan kecepatan yang tertinggi).

 

Pulpit Commentary: “Thus the death of Christ is the great message to be carried to all the world. It is not his birth, or his example, or his truth, but, above all, what is the completion of them all - his death on Calvary” (= Karena itu, kematian Kristus adalah berita yang besar yang harus dibawa kepada seluruh dunia. Bukan kelahiranNya, atau teladanNya, atau kebenaranNya, tetapi, di atas segala-galanya, apa yang merupakan penyelesaian dari semua itu - kematianNya di Kalvari) - hal 40.

 

 

Ay 7:Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul - yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta - dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.

 

1)   ‘yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta’.

 

KJV: ‘I speak the truth in Christ, and lie not’ (= aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, dan tidak berdusta).

 

Mungkin dalam KJV ada kata-kata ‘in Christ’ (= dalam Kristus) karena KJV menggunakan manuscript yang berbeda.

 

2)   ‘dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi’.

 

Paulus menyatakan bahwa dirinya mempunyai panggilan khusus, yaitu untuk melayani orang-orang non Yahudi.

 

Gal 2:7-9 - “(7) Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat (8) - karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. (9) Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat”.

 

Dari sini terlihat bahwa kita bukan hanya perlu mendapat pimpinan Tuhan mengenai bidang pelayanan kita, tetapi juga siapa yang kita layani.

 

3)   ‘dalam iman dan kebenaran’.

 

Adam Clarke: “Instead of en pistei, ‘in faith,’ the Codex Alexandrinus has en pneumati, ‘in spirit.’” (= Sebagai ganti dari EN PISTEI, ‘dalam iman’, Codex Alexandrinus mempunyai EN PNEUMATI, ‘dalam roh’).

 

Tetapi kelihatannya tak ada Kitab Suci yang mengambil dari manuscript ini.

 

Adam Clarke: “‘In faith and verity.’ Faithfully and truly; preaching the TRUTH, the whole TRUTH, and nothing but the TRUTH; and this fervently, affectionately, and perseveringly” (= ‘Dalam iman dan kebenaran’. Dengan setia dan sungguh-sungguh; memberitakan KEBENARAN, seluruh KEBENARAN, dan tidak lain selain KEBENARAN; dan ini dengan sungguh-sungguh, dengan penuh kasih, dan dengan tekun).

 

 

-AMIN-