Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I SAMUEL 25:1-44

 

 

Seorang penafsir memberikan topik khotbah yang menarik.

 

Pulpit Commentary: “Honor to the dead and insult to the living” [= Penghormatan kepada orang yang mati (Samuel) dan penghinaan kepada orang yang hidup (Daud)] - hal 479.

 

I) Kematian Samuel.

 

Ay 1: “Dan matilah Samuel; seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama. Dan Daud berkemas, lalu pergi ke padang gurun Paran”.

 

1)   Samuel mati.

 

a)   Akhir hidup Samuel.

 

Matthew Henry: “Though he was a great man, and one that was admirably well qualified for public service, yet he spent the latter end of his days in retirement and obscurity, not because he was superannuated (for he knew how to preside in a college of the prophets, 1Sam 19:20), but because Israel had rejected him, for which God thus justly chastised them, and because his desire was to be quiet and to enjoy himself and his God in the exercises of devotion now in his advanced years, and in this desire God graciously indulged him. Let old people be willing to rest themselves, though it look like burying themselves alive” [= Sekalipun ia adalah orang yang besar / agung, dan adalah seseorang yang memenuhi syarat secara mengagumkan dalam pelayanan masyarakat, tetapi ia menghabiskan hari-hari akhirnya dalam pemencilan dan ketidak-dikenalan, bukan karena ia dihentikan / dipensiunkan (karena ia tahu bagaimana memimpin dalam sekolah nabi-nabi, 1Sam 19:20), tetapi karena Israel telah menolak dia, untuk mana Allah secara adil / benar menghajar mereka, dan karena keinginannya adalah untuk bisa tenang dan menikmati dirinya sendiri dan Allahnya dalam pelaksaanan pembaktian sekarang dalam saat-saat tuanya, dan dalam keinginan ini Allah secara murah hati menuruti keinginannya. Hendaklah orang-orang tua mau mengistirahatkan diri mereka sendiri, sekalipun itu kelihatan seperti mengubur diri mereka hidup-hidup].

 

b)   Jamieson, Fausset & Brown memperkirakan Samuel mati pada usia 70 tahun.

 

2)   Israel menangisi dia.

 

Dalam hidupnya Samuel sering tak digubris, misalnya pada waktu Israel minta raja (1Sam 8). Tetapi aneh, pada saat mati, ia ditangisi. Ini merupakan sesuatu yang menyedihkan, tetapi sering terjadi. Pada saat hamba Tuhan itu masih hidup, ia tidak digubris, tetapi pada saat mati ia ditangisi. Pada saat ia masih hidup orang tak mau mendengar ajarannya, tidak mau ikut Pemahaman Alkitab yang dipimpinnya, dsb, tetapi pada saat mati, ia ditangisi.

 

Matthew Henry: “We will hope that the Israelites lamented Samuel’s death the more bitterly because they remembered against themselves their own sin and folly in rejecting him and desiring a king. Note, (1.) Those have hard hearts who can bury their faithful ministers with dry eyes, who are not sensible of the loss of those who have prayed for them and taught them the way of the Lord. (2.) when God’s providence removes our relations and friends from us we ought to be humbled for our misconduct towards them while they were with us” [= Kami berharap bahwa Israel meratapi kematian Samuel dengan makin pahit karena mereka mengingat terhadap diri mereka sendiri dosa dan ketololan mereka dalam menolak dia dan menginginkan seorang raja. Perhatikan (1.) Mereka mempunyai hati yang keras, kalau mereka bisa mengubur pendeta mereka yang setia tanpa menangis, yang tidak peka terhadap kehilangan orang-orang yang telah berdoa untuk mereka dan mengajar mereka jalan Tuhan. (2.) pada waktu providensia Allah menyingkirkan famili dan teman kita dari kita, kita harus direndahkan karena tingkah laku kita yang salah terhadap mereka ketika mereka ada bersama kita].

 

Matthew Henry mengatakan bahwa ada banyak jasa Samuel yang menyebabkan ia layak ditangisi:

 

·        pelayanannya sebagai hakim atas Israel.

 

·        ia mendirikan sekolah nabi-nabi.

 

·        ia selalu berdoa untuk Israel (1Sam 12:23).

 

Pulpit Commentary: “The death of truly good men is both a loss and a gain to the world. ... We lose much when good men die; yet we gain something. The whole life becomes more impressive in death than during its continuance. ... Many have to bless God for the death of his saints” (= Kematian dari orang-orang yang betul-betul baik / saleh merupakan kehilangan dan keuntungan bagi dunia. ... Kita kehilangan banyak ketika orang-orang saleh mati; tetapi kita mendapatkan sesuatu. Seluruh kehidupan menjadi makin mengesankan dalam kematian dari pada dalam sepanjang kehidupannya. Banyak orang harus memuji Allah untuk kematian dari orang-orang kudusNya) - hal 479-480.

 

Mungkin kalau saya mati, akan ada lebih banyak orang bisa menghargai dan mau mempelajari buku-buku yang saya tulis, dari pada sekarang pada saat saya masih hidup.

 

3)   Pengaruh kematian Samuel terhadap Daud.

 

Ay 1b menunjukkan bahwa Daud lalu pergi lebih jauh, ke padang gurun Paran. Mungkin karena setelah Samuel mati, maka sekarang Saul merasa lebih bebas lagi untuk mengejar Daud, sehingga keadaan Daud menjadi makin berbahaya, sehingga ia menyingkir lebih jauh lagi. Keadaan dari orang saleh ini bukannya membaik, tetapi memburuk.

 

Matthew Henry mengatakan bahwa tempat ini ada di luar wilayah Israel, dan mungkin ini yang dibicarakan oleh Daud dalam Maz 120:5-7 - “(5) Celakalah aku, karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam di antara kemah-kemah Kedar! (6) Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian. (7) Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang”.

 

II) Nabal dan Abigail.

 

Pada saat Daud menyingkir itu ke padang gurun Paran itu, ia terlibat dalam suatu kontak dengan Nabal dan Abigail, yang diceritakan dalam ay 2 dst.

 

Ay 2-3: “(2) Ketika itu ada seorang laki-laki di Maon, yang mempunyai perusahaan di Karmel. Orang itu sangat kaya: ia mempunyai tiga ribu ekor domba dan seribu ekor kambing. Ia ada di Karmel pada pengguntingan bulu domba-dombanya. (3) Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb”.

 

1)   Nabal.

 

Adam Clarke: “The word naabaal signifies to be foolish, base, or villanous” (= Kata Nabal berarti ‘bodoh’, ‘hina’, atau ‘keji / kejam’).

 

Wycliffe Bible Commentary: “‘Nabal ... folly.’ The Hebrew words for ‘fool’ and ‘folly’ denote not mere stupidity, but moral perversity. ‘Fool’ is an inadequate rendering. The word in Hebrew suggests one who is insensible to the claims both of God and of man, and who is consequently at once irreligious and churlish” (= ‘Nabal ... kebodohan’. Kata-kata Ibrani untuk ‘bodoh’ dan ‘kebodohan’ bukan hanya menunjuk kepada ‘ketololan’, tetapi kepada ‘kesesatan moral’. ‘Tolol’ merupakan penterjemahan yang tidak memadai. Kata ini dalam bahasa Ibrani memberi kesan seseorang yang tidak peka pada tuntutan Allah dan manusia, dan yang karena itu adalah seseorang yang tidak religius dan kasar / tak tahu aturan / sukar dikendalikan).

 

Bdk. kata ‘Nabal’ dengan ayat-ayat ini:

 

·        Ayub 2:10 - “Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya”.

 

Kata ‘gila’ ini seharusnya ‘tolol’.

 

·        Maz 14:1 - “Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal (Ibrani: NABAL) berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah.’ Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik”.

 

·        Yes 32:5-6 - “(5) Orang bebal (Ibrani: NABAL) tidak akan disebutkan lagi orang yang berbudi luhur, dan orang penipu tidak akan dikatakan terhormat. (6) Sebab orang bebal (Ibrani: NABAL) mengatakan kebebalan, dan hatinya merencanakan yang jahat, yaitu bermaksud murtad dan mengatakan yang menyesatkan tentang TUHAN, membiarkan kosong perut orang lapar dan orang haus kekurangan minuman”.

 

Bandingkan juga dengan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh dalam Luk 12:13-21 - “(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

 

Semuanya menunjukkan bahwa kata ‘bodoh’ bukan hanya berarti ‘bodoh secara intelektual’, tetapi juga mengandung arti ‘jahat’.

 

Keil & Delitzsch: “His name was Nabal (i. e., fool): this was hardly his proper name, but was a surname by which he was popularly designated on account of his folly” [= Namanya adalah Nabal (yaitu ‘tolol’): ini bukan namanya yang sebenarnya, tetapi merupakan nama julukan dengan mana ia ditunjuk secara populer karena ketololannya].

 

Pulpit Commentary: “His name was either one which he had acquired by his conduct, or if given him by his parents shows that they were clownish people” (= Namanya didapatkan oleh kelakuannya, atau jika itu diberikan oleh orang tuanya, menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang senang membadut / melawak) - hal 476.

 

2)   Ia adalah seorang keturunan Kaleb (ay 3b).

 

Ada 2 penafsiran tentang kata-kata dalam ay 3b ini:

 

a)   Ia adalah seorang keturunan Kaleb.

 

Matthew Henry: “His family: He was of the house of Caleb, but was indeed of another spirit. He inherited Caleb’s estate; for Maon and Carmel lay near Hebron, which was given to Caleb (Josh. 15:54-55; 14:14), but he was far from inheriting his virtues. He was a disgrace to his family” [= Keluarganya: Ia adalah dari keluarga Kaleb, tetapi ia mempunyai roh yang berbeda. Ia mewarisi tanah milik Kaleb; karena Maon dan Karmel terletak dekat Hebron, yang diberikan kepada Kaleb (Yos 15:54-55; 14:14), tetapi ia sama sekali tidak mewarisi sifat-sifat baiknya. Ia merupakan seseorang yang memalukan keluarganya].

 

Banyak orang Kristen yang adalah keturunan dari orang Kristen yang saleh, pendeta yang baik dsb, tetapi mempunyai cara hidup yang memalukan, sama seperti Nabal ini!

 

b)   Ia adalah seseorang yang seperti anjing.

 

Pulpit Commentary: “The meaning of the name ‘Caleb’ is literally ‘a dog.’” (= Arti dari kata ‘Kaleb’ secara hurufiah adalah ‘seekor anjing’) - hal 476.

 

Adam Clarke: “‘Of the house of Caleb.’ ... ‘he was a Calebite.’ But since the word keleb signifies a dog, the Septuagint has understood it as implying a man of a canine disposition, and translates it thus, kai ho anthropos kunikos, he was a doggish man. It is understood in the same way by the Syriac and the Arabic” (= ‘Dari keluarga Kaleb’. ...ia adalah seorang keturunan Kaleb’. Tetapi karena kata KELEB berarti ‘seekor anjing’, Septuaginta mengerti bagian ini sebagai menunjuk secara tak langsung pada seseorang yang mempunyai kecenderungan seperti anjing, dan menterjemahkannya demikian, KAI HO ANTHROPOS KUNIKOS, ‘ia adalah seseorang yang seperti anjing’. Ini dimengerti dengan cara yang sama oleh bahasa Aram dan Arab).

 

3)   Ia adalah seorang yang kaya (ay 2b).

 

Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘kaya’ dalam ay 2b adalah GADOL, yang arti hurufiahnya adalah ‘besar’.

 

Matthew Henry: “His wealth: He was very great, that is, very rich (for riches make men look great in the eye of the world), otherwise, to one that takes his measures aright, he really looked very mean. Riches are common blessings, which God often gives to Nabals, to whom he gives neither wisdom nor grace [= Kekayaannya: Ia sangat besar, artinya, sangat kaya (karena kekayaan membuat manusia kelihatan besar dalam pandangan dunia), sebaliknya, bagi seseorang yang mengukurnya secara benar, ia sungguh-sungguh kelihatan sangat hina. Kekayaan merupakan berkat umum, yang Allah berikan kepada Nabal-Nabal, kepada siapa ia tidak memberikan baik hikmat maupun kasih karunia].

 

4)   Istrinya bernama Abigail.

 

Ia dikatakan sebagai bijak dan cantik’ (ay 3b).

 

KJV: ‘of good understanding’ (= dengan pengertian yang baik).

 

NIV: ‘intelligent’ (= pandai).

 

Adam Clarke: “‘The name of his wife Abigail.’ The joy or exultation of my father. A woman of sense and beauty, married to the boor mentioned above, probably because he was rich. Many women have been thus sacrificed” (= ‘nama istrinya Abigail’. ‘Sukacita atau kegirangan dari ayahku’. Seorang perempuan dengan pikiran sehat dan kecantikan, dinikahkan dengan orang yang tidak sopan yang disebutkan di atas, mungkin karena ia kaya. Banyak perempuan dikorbankan dengan cara itu).

 

Matthew Henry: “His wife - Abigail, a woman of great understanding. Her name signifies, ‘the joy of her father;’ yet he could not promise himself much joy of her when he married her to such a husband, enquiring more after his wealth than after his wisdom. Many a child is thrown away upon a great heap of the dirt of worldly wealth, married to that, and to nothing else that is desirable. Wisdom is good with an inheritance, but an inheritance is good for little without wisdom. Many an Abigail is tied to a Nabal; and if it be so, be her understanding, like Abigail’s, ever so great, it will be little enough for her exercises” (= Istrinya - Abgail, seorang perempuan yang pandai / dengan pengertian yang besar. Namanya berarti ‘sukacita dari ayahnya’ tetapi ia tidak bisa menjanjikan dirinya sendiri sukacita dari dia pada saat ia menikahkan dia kepada suami seperti itu, lebih mencari kekayaannya dari pada hikmatnya. Banyak anak dibuang kepada suatu tumpukan besar dari kotoran kekayaan dunia, dinikahkan kepada hal itu, dan tidak kepada apapun yang lain yang patut untuk diinginkan. Hikmat merupakan sesuatu yang baik dengan suatu warisan, tetapi suatu warisan tak ada bagusnya tanpa hikmat. Banyak Abigail yang diikatkan kepada seorang Nabal; dan jika demikian, sekalipun ia pandai seperti Abigail, itu hanya sedikit gunanya).

 

Dan pada ay 8 akhir Daud menyebut dirinya sendiri ‘anakmu’ pada waktu mengirim pesan kepada Nabal. Ini mungkin menunjukkan bahwa Nabal sudah tua. Juga dari ‘serangan jantung’ yang ia alami (ay 37-38), rasanya tidak mungkin menunjukkan bahwa ia masih muda. Jadi Abigail dikawinkan dengan orang tua yang kaya!

 

Ay 8: “Tanyakanlah kepada orang-orangmu, mereka tentu akan memberitahukan kepadamu. Sebab itu biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihanmu; bukankah kami ini datang pada hari raya? Berikanlah kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu.’”.

 

Ay 37-38: “(37) Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. (38) Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati”.

 

Pulpit Commentary: “The home life of Nabal was evidently not happy, arising partly from utter diversity of taste, temperament, and culture, and partly from dissimilarity of moral conduct and religious principle. A low, grovelling disposition, revelling in sensual indulgence and proud of wealth, could not but embitter the life of a ‘woman of good understanding,’ and of such fine spiritual perceptions as are indicated by her words to David (vers. 27-31).” [= Kehidupan rumah dari Nabal jelas tidak bahagia, sebagian muncul karena perbedaan total dari selera, temperamen, dan kebudayaan, dan sebagian lagi karena perbedaan dari tingkah laku moral dan prinsip agama. Kecenderungan yang rendah dan merendahkan diri, yang gemar akan pemuasan nafsu dan sombong akan kekayaan, hanya bisa membuat pahit kehidupan dari seorang ‘perempuan yang pandai / bijak’, dan dari pengertian rohani yang begitu baik seperti ditunjukkan oleh kata-katanya kepada Daud (ay 27-31)] - hal 481.

 

Pulpit Commentary: “There are unfortunately many such homes. Wise and holy women are held to the humiliation and sorrow of a lifelong bondage. In modern times the causes of domestic infelicity are various - fashion, that considers station before happiness; love of wealth, that lays beauty, sweetness, and culture at the feet of mammon; inconsiderate haste, acting on partial knowledge of character; concern for a livelihood irrespective of moral qualities; incompatible religious sentiments; selfishness on the one side, seeking inordinate attention, and neglect on the other, heedless of the sacred bond. In many cases the release is only in death, so utter is the desolation” (= Sungguh sayang bahwa ada banyak rumah / keluarga seperti itu. Perempuan yang bijaksana dan kudus dipegang / ditahan pada perendahan dan kesedihan dari belenggu seumur hidup. Pada jaman modern penyebab-penyebab dari ketidak-bahagiaan rumah tangga bermacam-macam:

·        mode yang populer, yang mempertimbangkan kedudukan lebih dari kebahagiaan;

·        cinta kekayaan, yang meletakkan kecantikan, kemanisan, dan kebudayaan pada kaki dari Mammon;

·        ketergesa-gesaan tanpa pemikiran yang cukup,

·        bertindak berdasarkan pengenalan sebagian terhadap tingkah laku / moral seseorang;

·        perhatian / pemikiran terhadap mata pencaharian tanpa mempedulikan kwalitet moral;

·        pandangan agama yang tidak cocok;

·        keegoisan pada satu pihak, mencari perhatian yang sangat banyak, dan pengabaian pada pihak yang lain,

·        sikap tidak mempedulikan ikatan yang keramat / kudus.

Dalam banyak kasus, kelepasannya hanya ada dalam kematian, begitu total kehancurannya) - hal 481.

 

Terlalu banyak orang tua yang menikahkan anak kepada orang kaya, dengan pemikiran bahwa itu akan membahagiakan anak. Orang tua seperti itu seharusnya diberi nama Nabal!

 

Untuk orang tua, jangan kawinkan anak karena harta, dan untuk saudara sendiri, jangan kawin demi harta!

 

III) Daud dan Nabal.

 

1)   Daud mengirim utusan untuk meminta sesuatu kepada Nabal.

 

Ay 4-9: (4) Ketika didengar Daud di padang gurun, bahwa Nabal sedang menggunting bulu domba-dombanya, (5) maka Daud menyuruh sepuluh orang dan kepada orang-orang itu Daud berkata: ‘Pergilah ke Karmel dan temuilah Nabal. Tanyakanlah keselamatannya atas namaku (6) dan sampaikanlah salam ini kepadanya: Selamat! Selamatlah engkau, selamatlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu. (7) Baru-baru ini aku mendengar bahwa engkau mengadakan pengguntingan bulu domba. Adapun gembala-gembalamu yang ada dengan kami, tidak kami ganggu dan tidak ada sesuatu yang hilang dari pada mereka selama mereka ada di Karmel. (8) Tanyakanlah kepada orang-orangmu, mereka tentu akan memberitahukan kepadamu. Sebab itu biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihanmu; bukankah kami ini datang pada hari raya? Berikanlah kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu.’ (9) Ketika orang-orang Daud sampai ke sana, berkatalah mereka kepada Nabal atas nama Daud tepat seperti yang dikatakan kepada mereka, kemudian mereka menanti..

 

a)   Sebetulnya apa hak Daud meminta seperti itu?

 

1.   Ia dan para tentaranya menjaga ternak Nabal dari perampok, orang-orang Filistin dan sebagainya.

 

Pulpit Commentary: “Probably such mission were not uncommon, and the large sheep-masters were glad to supply the wants of one who guarded their flocks and defended them from the incursions of the desert tribes” (= Mungkin misi seperti itu bukanlah merupakan sesuatu yang tidak umum, dan tuan dari kelompok besar domba-domba dengan gembira menyuplai kebutuhan dari seseorang yang menjaga kawanan ternak mereka dan membela mereka dari serangan dari suku-suku padang pasir) - hal 476.

 

Matthew Henry: “they protected them from being hurt by others. David himself does but intimate this, for he would not boast of his good offices: Neither was there aught missing to them, v. 7. But Nabal’s servants, to whom he appealed, went further (v. 16): They were a wall unto us, both by night and day. David’s soldiers were a guard to Nabal’s shepherds when the bands of the Philistines robbed the threshing-floors (1Sam 23:1) and would have robbed the sheep-folds. From those plunderers Nabal’s flocks were protected by David’s care, and therefore he says, Let us find favour in thy eyes. Those that have shown kindness may justly expect to receive kindness” [= mereka melindungi mereka dari bahaya yang dilakukan orang-orang lain. Daud sendiri hanya mengisyaratkan hal ini, karena ia tidak mau membanggakan jasa-jasa baiknya: ‘tidak ada sesuatu yang hilang dari pada mereka’, ay 7. Tetapi pelayan-pelayan Nabal, kepada siapa ia memohon, berkata lebih jauh (ay 16): Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam. Tentara-tentara Daud merupakan pengawal bagi gembala-gembala Nabal pada waktu gerombolan-gerombolan Filistin merampok tempat pengirikan (1Sam 23:1) dan akan merampok kawanan domba. Dari penjarahan-penjarahan itu kawanan ternak Nabal dilindungi oleh pemeliharaan Daud, dan karena itu ia berkata: ‘biarlah kami mendapat belas kasihanmu’. Mereka yang telah menunjukkan kebaikan bisa dengan benar / adil berharap untuk menerima kebaikan].

 

Catatan: hati-hati dengan kalimat yang saya garis bawahi itu. Itu tidak berarti bahwa kita boleh memberikan kebaikan dengan pamrih / mengharapkan balasan. Kita tak boleh berbuat baik dengan pamrih. Tetapi kalau kita berbuat baik kepada seseorang, dan suatu kali kita membutuhkan pertolongan, adalah sesuatu yang wajar kalau kita berharap akan pertolongan dari orang tersebut.

 

2.   Firman Tuhan / hukum Taurat memerintahkan seseorang untuk mempedulikan orang-orang miskin dan yang ada dalam kebutuhan. Perhatikan text-text Kitab Suci di bawah ini:

 

·        Kel 23:11 - “tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu”.

 

·        Ul 14:28-29 - “(28) Pada akhir tiga tahun engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu; (29) maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala usaha yang dikerjakan tanganmu.’”.

 

·        Ul 15:7,8,10 - “(7) Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu,  (8) tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan. ... (10) Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu”.

 

b)   Daud memilih waktu yang baik untuk meminta sesuatu dari Nabal, yaitu ketika Nabal sedang melakukan pengguntingan bulu domba (ay 4,7).

 

Ini seperti masa panen, dan pasti merupakan masa yang menyenangkan dan juga masa kelimpahan bagi Nabal.

 

c)   Daud mengirim orang-orangnya dengan pesan yang sangat sopan (ay 5-6).

 

Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘selamat’ dalam ay 6 adalah SHALOM.

 

d)   Daud bersikap sopan, rendah hati, dan tidak cerewet / memilih-milih dalam meminta.

 

Ay 8b: “Berikanlah kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu”.

 

Matthew Henry: “He was very modest in his request. Though David was anointed king, he insisted not upon royal dainties, but, ‘Give whatsoever comes to thy hand, and we will be thankful for it.’ Beggars must not be choosers. Those that deserved to have been served first will now be glad of what is left. ... David demands not what he wanted as a debt, either by way of tribute as he was a king, or by way of contribution as he was a general, but asks it as a boon to a friend, that was his humble servant” (= Ia sangat sopan / rendah hati dalam permintaannya. Sekalipun ia adalah raja yang diurapi, ia tidak menuntut makanan pilihan untuk raja, tetapi, ‘Berilah apapun yang ada pada tanganmu, dan kami akan berterima kasih untuk itu’. Pengemis / peminta tidak boleh menjadi pemilih. Orang yang layak untuk dilayani pertama sekarang gembira dengan apa yang tersisa. ... Daud tidak menuntut apa yang ia inginkan sebagai suatu hutang, atau sebagai upeti karena ia adalah seorang raja, atau sebagai sumbangsih karena ia adalah seorang jendral, tetapi memintanya sebagai suatu anugerah / kebaikan kepada seorang teman, yang adalah pelayannya yang rendah).

 

Bandingkan dengan pengamen yang marah kalau diberi Rp 50,-.

 

e)   Orang-orang suruhan Daud mengatakan persis seperti yang dipesankan oleh Daud.

 

Ay 9: Ketika orang-orang Daud sampai ke sana, berkatalah mereka kepada Nabal atas nama Daud tepat seperti yang dikatakan kepada mereka, kemudian mereka menanti.

 

Para suruhan Daud rupanya adalah orang-orang pilihan, yang betul-betul bisa menyampaikan pesan Daud dengan tepat! Kita harus meniru Daud dalam memilih orang untuk menyampaikan pesan, dan kita harus meniru para suruhan Daud ini, kalau kita harus menyampaikan pesan / berita kepada orang lain.

 

2)   Nabal menjawab dengan penghinaan.

 

Ay 10-11: (10) Tetapi Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: ‘Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya. (11) Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?’.

 

a)   Ini sesuai dengan beberapa ayat Kitab Suci:

 

·        Amsal 18:23 - “Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar”.

 

·        Yes 32:5-6 - “(5) Orang bebal tidak akan disebutkan lagi orang yang berbudi luhur, dan orang penipu tidak akan dikatakan terhormat. (6) Sebab orang bebal mengatakan kebebalan, dan hatinya merencanakan yang jahat, yaitu bermaksud murtad dan mengatakan yang menyesatkan tentang TUHAN, membiarkan kosong perut orang lapar dan orang haus kekurangan minuman.

 

b)   Ini menunjukkan pandangan yang salah dan kecintaan Nabal terhadap uang sehingga tidak mau menolong orang yang ada dalam kebutuhan, sekalipun Firman Tuhan mengharuskan hal itu.

 

Matthew Henry: “He insists much upon the property he had in the provisions of his table, and will by no means admit any body to share in them. ... priding himself in it that it was all his own; ... this, he thinks, will justify him in keeping it all to himself, and giving David none; for may he not do what he will with his own? Whereas we mistake if we think we are absolute lords of what we have and may do what we please with it. No, we are but stewards, and must use it as we are directed, remembering it is not our own, but his that entrusted us with it. Riches are ta allotria (Lu. 16:12); they are another’s, and we ought not to talk too much of their being our own” [= Ia sangat berkeras pada milik yang ia punyai dalam persediaan di mejanya, dan sama sekali tidak mau mengijinkan siapapun untuk mendapat bagian di dalamnya. ... membanggakan dirinya sendiri di dalamnya bahwa itu semua adalah miliknya sendiri; ... ini, pikirnya, membenarkan dia dalam menahannya semua untuk dirinya sendiri, dan tidak memberikan Daud apapun; karena bukankah ia boleh berbuat sekehendaknya sendiri dengan miliknya? Sedangkan dalam faktanya kita salah jika kita berpikir bahwa kita adalah tuan secara mutlak dari apa yang kita punyai dan boleh berbuat apa yang kita senangi dengannya. Tidak, kita adalah hanya pengurus, dan harus menggunakannya sebagaimana kita diarahkan, sambil mengingat bahwa itu bukanlah milik kita sendiri, tetapi milikNya yang mempercayakannya kepada kita. Kekayaan adalah TA ALLOTRIA (Luk 16:12); mereka adalah milik orang lain, dan kita tidak seharusnya membicarakannya terlalu banyak bahwa itu adalah milik kita sendiri].

 

Luk 16:12 - “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?.

 

Catatan: Nabal memang menganggap segala sesuatu sebagai miliknya sendiri. Ini terlihat dari kata-katanya dalam ay 11: “Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?.

 

Pulpit Commentary: “The first thing to recognise is that wealth is not for self-indulgence or aggrandisement, but for the enrichment of  all around. ... Above all, every man should, in a spirit of love and gratitude, lay all on the altar of God, and see to it that a good proportion be devoted to the cause of Christ. None have ever regretted consecrating wealth to God. ... It would work a revolution in the social condition of our country, ... as well as give an immense impulse to the cause of religion, did men of wealth but conscientiously estimate their obligations to God and man, and act accordingly” (= Hal pertama yang harus diakui adalah bahwa kekayaan bukanlah untuk pemuasan nafsu sendiri atau untuk peningkatan kekayaan, tetapi untuk memperkaya semua di sekitar kita. ... Di atas semua, setiap orang harus, dalam suatu roh kasih dan syukur, meletakkan semua di mezbah Allah, dan menjaga supaya suatu bagian yang baik dibaktikan untuk perkara Kristus. Tidak ada orang yang pernah menyesali pembaktian kekayaan bagi Allah. ... Akan terjadi suatu revolusi dalam kondisi sosial dari negara kita, ... dan memberi dorongan yang besar sekali pada perkara agama, jika orang-orang kaya memperkirakan dengan teliti / sungguh-sungguh kewajiban mereka kepada Allah dan manusia, dan bertindak sesuai dengan hal itu) - hal 481,482.

 

Pulpit Commentary: “The ‘love of money’ is so strong in some as to blind the intellect and harden the heart against a recognition of the proper uses of it” (= ‘Cinta uang’ begitu kuat dalam sebagian orang sehingga membutakan pikiran dan mengeraskan hati terhadap suatu pengenalan tentang penggunaannya yang benar) - hal 481.

 

c)   Daud yang saleh dimaki-maki oleh orang yang brengsek.

 

Orang baik / saleh sering dimaki oleh orang-orang brengsek, dengan makian yang sama sekali tidak pada tempatnya. Jangan heran kalau saudara melakukan sesuatu yang baik tetapi bukannya dihargai, melainkan disalah-mengerti orang, dimaki-maki, dan sebagainya.

 

Matthew Henry: “David was reduced to this distress, not by any fault, no, nor any indiscretion, of his own, but purely by the good services he had done to his country and the honours which his God had put upon him; and yet he was represented as a fugitive and runagate. Let this help us to bear such reproaches and misrepresentations of us with patience and cheerfulness, and make us easy under them, ... Some of the best men that ever the world was blest with were counted as the off-scouring of all things, 1 Cor. 4:13.” (= Daud diturunkan pada kesukaran ini, bukan oleh kesalahan apapun, atau ketidak-bijaksanaan apapun, dari dirinya sendiri, tetapi semata-mata oleh pelayanan-pelayanan yang baik yang telah ia lakukan bagi negaranya dan kehormatan yang telah diletakkan oleh Allahnya padanya; tetapi ia digambarkan sebagai seorang pelarian dan buronan. Biarlah ini menolong kita untuk menahan celaan dan penggambaran yang salah tentang kita dengan kesabaran dan kegembiraan, dan membuat kita tenang di bawah hal-hal itu, ... Beberapa dari orang-orang yang terbaik yang pernah menjadi berkat bagi dunia dianggap sebagai ‘kotoran dari segala sesuatu’, 1Kor 4:13).

 

1Kor 4:13 - “kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini”.

 

Paulus juga dimaki sebagai ‘troublemaker’ (Kis 24:5 - NIV). Yesuspun juga sering dimaki sebagai gila, kerasukan setan, dan sebagainya (Mark 3:21  Yoh 7:20  8:48,52  10:20). Makian seperti fitnah ini, baik disengaja ataupun tidak, tidak seharusnya digubris. Bodohlah orang yang telinganya terlalu tipis untuk mempedulikan seadanya makian.

 

Bdk. Amsal 12:16 - “Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh.

 

d)   Mengapa Nabal menghina Daud?

 

Kalau Nabal takut memberi kepada Daud, karena pemberian ini bisa menyebabkan ia mengalami nasib seperti Ahimelekh (1Sam 21-22), maka setidaknya ia bisa menolak dengan sopan. Tetapi ia menolak dengan penghinaan yang besar. Mengapa?

 

Pulpit Commentary mengatakan (hal 482) bahwa Nabal tahu siapa Daud, dan bahwa Daud adalah dari ‘kelompok rohani’ di Israel, sama seperti Samuel. Demikian juga dengan Yonatan, Gad, Abyatar dsb, yang mendukung Daud. Mereka adalah orang-orang yang senang dengan kelompok rohani ini. Sebaliknya ada ‘kelompok duniawi’, khususnya Saul, yang didukung banyak orang lain. Nabal memusuhi Daud, karena ia tidak senang dengan kelompok rohani ini.

 

Pulpit Commentary: “Thus did Nabal, knowing well who David was, what course he had pursued, what trials had befallen him, and what high spiritual anticipations were associated with his chequered life, express his contempt for the coming king and his supposed mission in Israel. This was clearly the case of a rich man, fond of sensual indulgence, boastful of his possession, indifferent to the culture, moral elevation, and spiritual prosperity of his countrymen, and looking with scorn on the men who long for a higher form of life in which purity, knowledge, and joy in God are prominent features. He wanted to have nothing to do with ‘theorists,’ ‘fanatics,’ and men of that type. ... Men do not object to a religion, but they do dislike a holy religion” (= Dengan cara ini Nabal, yang mengenal dengan baik siapa Daud itu, jalan mana yang telah ia ikuti, pencobaan / ujian apa yang menimpanya, dan pengharapan rohani yang bagaimana tingginya yang berhubungan dengan pola kehidupannya, menyatakan kejijikannya untuk raja yang akan datang dan missinya di Israel. Ini jelas merupakan kasus dari seorang kaya, yang senang pada pemuasan nafsu, bangga tentang miliknya, acuh tak acuh terhadap kebudayaan, peninggian moral, dan kemakmuran rohani dari orang-orang negerinya, dan memandang rendah orang-orang yang merindukan bentuk kehidupan yang lebih tinggi dalam mana kemurnian, pengetahuan, dan sukacita dalam Allah adalah ciri-ciri yang menonjol. Ia tidak mau berurusan dengan ‘teoretis’, ‘orang-orang yang fanatik’, dan orang-orang dari type itu. ... Manusia tidak keberatan terhadap agama, tetapi mereka tidak menyenangi suatu agama yang kudus / suci) - hal 482.

 

Karena itu, kalau gereja ini bersungguh-sungguh dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan dan kalau saudara sebagai jemaat bersungguh-sungguh mengikut dan melayani Tuhan, jangan heran kalau ada banyak orang, dari kalangan Kristen, yang lalu menjadi tidak senang kepada saudara dan bahkan memusuhi saudara!

 

3)   Para utusan Daud kembali kepada Daud dan melaporkan kata-kata Nabal.

 

Ay 12: Lalu orang-orang Daud itu berbalik pulang dan setelah sampai, mereka memberitahukan kepadanya tepat seperti yang dikatakan kepada mereka.

 

Para suruhan Daud adalah orang-orang yang hebat. Ini terlihat dari 2 hal:

 

a)   Sekalipun mereka pasti marah, tetapi mereka tidak membalas tindakan Nabal dengan makian, apalagi dengan membunuh Nabal, karena mereka tidak disuruh Daud untuk hal ini. Mereka bukan orang yang suka memutuskan karepe dewe. Mereka kembali kepada Daud, dan melaporkan hal itu.

 

b)   Sebagaimana pada waktu mereka menyampaikan kata-kata Daud kepada Nabal, mereka mengatakan ‘tepat seperti yang dikatakan kepada mereka’ (ay 9), maka pada waktu melaporkannya kembali kepada Daud, lagi-lagi mereka memberitahukan kepada Daud ‘tepat seperti yang dikatakan kepada mereka’ (ay 12b). Mereka tidak menambah-nambahi kata-kata / penghinaan Nabal, sehingga memperburuk suasana yang memang sudah buruk. Padahal, kecenderungan orang, dalam kasus seperti ini, adalah selalu menambah-nambahi!

 

4)   Daud menjadi begitu marah sehingga:

 

a)   Ia menyesali kebaikan yang telah ia lakukan terhadap Nabal.

 

Ay 21: “Daud tadinya telah berkata: ‘Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatupun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan”.

 

Matthew Henry: “He repented of the kindness he had done to Nabal, ... But, when we are thus requited, we should not repent of the good we have done, nor be backward to do good another time. God is kind to the evil and unthankful, and why may not we?” (= Ia menyesal dari kebaikan yang telah ia lakukan kepada Nabal, ... Tetapi, pada waktu kita dibalas seperti itu, kita tidak seharusnya menyesali kebaikan yang telah kita lakukan, ataupun mundur dari tindakan melakukan kebaikan pada saat lain. Allah itu baik kepada orang-orang yang jahat dan tidak tahu berterima kasih, dan mengapa kita tidak?).

 

b)   Ia ingin membasmi Nabal dan semua orang laki-laki yang bersamanya.

 

Ay 13: Kemudian berkatalah Daud kepada orang-orangnya: ‘Kamu masing-masing, sandanglah pedang!’ Lalu mereka masing-masing menyandang pedangnya; Daud sendiripun menyandang pedangnya. Sesudah itu kira-kira empat ratus orang maju mengikuti Daud, sedang dua ratus orang tinggal menjaga barang-barang.

 

Ay 22: “Beginilah kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki sajapun dari semua yang ada padanya.’”.

 

KJV: ‘So and more also do God unto the enemies of David, if I leave of all that pertain to him by the morning light any that pisseth against the wall (= Beginilah dan bahkan lebih lagi Allah lakukan kepada musuh-musuh Daud, jika aku meninggalkan dari semua yang berhubungan dengan dia sampai pagi siapapun yang kencing pada tembok).

 

Catatan:

 

·        Kata ‘enemies’ (= musuh-musuh) ini ada dalam beberapa manuscripts.

 

·        Bagian yang saya beri garis bawah ganda merupakan terjemahan hurufiah. Artinya jelas adalah ‘orang laki-laki’.

 

Ay 32-34: (32) Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: ‘Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; (33) terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan. (34) Tetapi demi TUHAN, Allah Israel yang hidup, yang mencegah aku dari pada berbuat jahat kepadamu - jika engkau tadinya tidak segera datang menemui aku, pasti tidak akan ada seorang laki-lakipun tinggal hidup pada Nabal sampai fajar menyingsing.’.

 

1.   Jelas bahwa kemarahan dan tindakan Daud, yang ingin membunuh Nabal dan semua laki-laki yang bersamanya ini, tidak bisa dibenarkan.

 

a.   Ingin membunuh Nabal masih masuk akal, tetapi itupun tidak bisa dibenarkan.

 

b.   Ingin membunuh semua orang laki-laki yang bersama Nabal, merupakan suatu kegilaan yang sama sekali tidak masuk akal. Apa kesalahan mereka?

 

Pulpit Commentary: “Nabal’s words, rude though they were, would not justify David in the rough vengeance which he meditated” (= Sekalipun kata-kata Nabal memang kasar / tidak sopan, itu tidak membenarkan Daud dalam pembalasan dendam yang buruk yang ia rencanakan) - hal 477.

 

Adam Clarke: “Nothing can justify this part of David’s conduct. Whatever his provocation might have been, he had suffered, properly speaking, no wrongs; and his resolution to cut off a whole innocent family, because Nabal had acted ungenerously toward him, was abominable and cruel, not to say diabolic. ... David himself condemns this most rash and unwarrantable conduct, and thanks God for having prevented him from doing this evil, 1 Sam. 25:32, etc.” (= Tak ada apapun yang bisa membenarkan bagian dari tingkah laku Daud ini. Apapun provokasi yang ada, sebetulnya ia tidak disalahi / mengalami ketidak-adilan; dan ketetapan hatinya untuk memusnahkan seluruh keluarga yang tak bersalah, karena Nabal telah bertindak secara tidak murah hati kepadanya, adalah sangat buruk dan kejam, dan dari setan. ... Daud sendiri mengecam tingkah laku yang paling gegabah dan tak dapat dibenarkan ini, dan bersyukur kepada Allah karena telah mencegah dia melakukan kejahatan ini, 1Sam 25:32-dst).

 

2.   Di sini Daud bertindak tak sesuai dengan ajaran / teorinya sendiri.

 

Dalam banyak mazmur-mazmurnya Daud mengajarkan kesabaran, penyerahan kepada Allah, larangan marah kepada orang-orang jahat, dan sebagainya.

 

Contoh:

 

Maz 37:1-11 - “(1) Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; (2) sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. (3) Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, (4) dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. (5) Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak; (6) Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. (7) Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya. (8) Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. (9) Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. (10) Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. (11) Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.

 

Tetapi sekarang Daud sendiri marah sehingga ingin membunuh seperti itu. Ini menunjukkan adanya ketidak-cocokan antara ajaran / pengakuan dan praktek!

 

Pulpit Commentary: “Creed and practice. ... There is at times a sad disproportion between the beliefs and the practice of even the best of men. ... This falling below our ideal is a too common calamity in individual and Church life” (= Pengakuan Iman dan praktek. ... Kadang-kadang ada suatu ketidak-cocokan yang menyedihkan antara kepercayaan dan praktek bahkan dari orang-orang yang terbaik. ... Kejatuhan di bawah konsep kita merupakan sesuatu yang bencana yang terlalu umum dalam kehidupan individu dan Gereja) - hal 482,483.

 

Matthew Henry: “He determined to destroy Nabal and all that belonged to him, v. 22. Here David did not act like himself. His resolution was bloody, to cut off all the males of Nabal’s house, and spare none, man nor man-child. The ratification of his resolution was passionate: So, and more also do to God ... to the enemies of David. Is this thy voice, O David? Can the man after God’s own heart speak thus unadvisedly with his lips? Has he been so long in the school of affliction, where he should have learned patience, and yet so passionate? Is this he who used to be dumb and deaf when he was reproached (Ps. 38:13), who but the other day spared him who sought his life, and yet now will not spare any thing that belongs to him who has only put an affront upon his messengers? He who at other times used to be calm and considerate is now put into such a heat by a few hard words that nothing will atone for them but the blood of a whole family” [= Ia menentukan untuk menghancurkan Nabal dan semua miliknya, ay 22. Di sini Daud tidak bertindak seperti dirinya sendiri. Ketetapan hatinya berdarah, membunuh semua orang laki-laki dari rumah / keluarga Nabal, dan tidak menyayangkan siapapun, orang dewasa atau anak-anak. Pengesahan dari ketetapan hatinya penuh nafsu: ‘Beginilah, dan bahkan lebih lagi Allah melakukannya ... kepada musuh-musuh Daud’. Apakah ini adalah suaramu, O Daud? Bisakah seseorang yang mengikuti hati Allah berbicara dengan tanpa dipikir dulu seperti itu dengan bibirnya? Bukankah ia sudah begitu lama berada dalam sekolah penderitaan, dimana ia seharusnya sudah belajar kesabaran, tetapi sekarang ia begitu bernafsu? Inikah dia yang terbiasa untuk menjadi bisu dan tuli pada waktu ia dicela (Maz 38:14), yang pada hari yang lain menyayangkan / membiarkan hidup ia yang ingin membunuhnya, tetapi sekarang ia tidak mau menyayangkan apapun yang menjadi miliknya, yang hanya menghina para utusannya? Ia yang pada saat-saat yang lain biasanya begitu tenang dan penuh pertimbangan, sekarang menjadi begitu panas oleh beberapa kata-kata keras, sehingga tidak ada apapun bisa menebus mereka kecuali darah dari seluruh keluarga].

 

Bdk. Maz 38:1,14-16 - “(1) Mazmur Daud pada waktu mempersembahkan korban peringatan. ... (14) Tetapi aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar, seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya; (15) ya, aku ini seperti orang yang tidak mendengar, yang tak ada bantahan dalam mulutnya. (16) Sebab kepadaMu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku”.

 

Juga dalam pasal yang lalu Daud baru menyebut dirinya sebagai anjing mati dan kutu (1Sam 24:14), untuk menunjukkan kepada Saul bahwa Daud terlalu rendah bagi martabat Saul untuk dikejar-kejar dan dibunuh. Tetapi sekarang ia sendiri marah dan mau membunuh Nabal. Apakah Nabal tak terlalu rendah untuk martabatnya untuk ia kejar dan bunuh?

 

Penerapan:

 

·        Kalau saudara lihat pendeta / seseorang yang rohani berbuat salah, dan kelakuannya tak sesuai dengan ajarannya, sadari bahwa itu bisa terjadi pada siapapun. Pendeta bukan malaikat / orang suci / superman rohani dan sebagainya.

 

·        Kalau saudara sendiri disakiti / dihina, berusahalah untuk tidak ingin membalas dendam seperti Daud.

 

Pulpit Commentary: “Our standard of conduct is to be taken not from good men, but from the explicit teaching of Scripture and the example of Christ” (= Standar dari tingkah laku kita harus diambil bukan dari orang-orang yang baik / saleh, tetapi dari ajaran explicit dari Kitab Suci dan dari teladan Kristus) - hal 483.

 

Jadi, pada waktu melihat ‘kejatuhan’ Daud di sini, jangan membenarkan diri pada saat saudara marah kepada orang jahat dan ingin membunuhnya. Ikutilah ajarannya yang benar, dan bukan kehidupan / tingkah lakunya yang salah.

 

3.   Mengapa Daud bisa jatuh seperti itu?

 

a.   Karena Allah tidak menolong dia dalam pencobaan ini.

 

Matthew Henry: “Lord, what is man! What are the best of men, when God leaves them to themselves, to try them, that they may know what is in their hearts?” (= Tuhan, apakah manusia itu! Apakah orang-orang yang terbaik, pada waktu Allah meninggalkan mereka pada diri mereka sendiri, untuk menguji mereka, supaya mereka tahu apa yang ada dalam hati mereka?).

 

b.   Karena ia kurang / tidak berjaga-jaga terhadap pencobaan yang tidak diduga ini.

 

Matthew Henry: “From Saul David expected injuries, and against those he was prepared and stood upon his guard, and so kept his temper; but from Nabal he expected kindness, and therefore the affront he gave him was a surprise to him, found him off his guard, and, by a sudden and unexpected attack, put him for the present into disorder. What need have we to pray, Lord, lead us not into temptation! (= Dari Saul ia mengharapkan luka-luka / kerugian, dan terhadap mereka ia siap dan berjaga-jaga, dan dengan demikian menjaga kemarahannya; tetapi dari Nabal ia mengharapkan kebaikan, dan karena itu penghinaan yang diberikannya kepadanya merupakan suatu kejutan baginya, mendapati dia dalam keadaan tak berjaga-jaga, dan, oleh suatu serangan yang mendadak dan tidak diharapkan, melemparkan dia untuk saat ini ke dalam kekacauan. Alangkah perlunya kita berdoa, ‘Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan!’).

 

IV) Tindakan Abigail.

 

Ay 14-17: (14) Tetapi kepada Abigail, isteri Nabal, telah diberitahukan oleh salah seorang bujangnya, katanya: ‘Ketahuilah, Daud menyuruh orang dari padang gurun untuk memberi salam kepada tuan kita, tetapi ia memaki-maki mereka. (15) Padahal orang-orang itu sangat baik kepada kami; mereka tidak mengganggu kami dan kami tidak kehilangan apa-apa selama kami lalu-lalang di dekat mereka, ketika kami ada di ladang. (16) Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka. (17) Oleh sebab itu, pikirkanlah dan pertimbangkanlah apa yang harus kauperbuat, sebab telah diputuskan bahwa celaka akan didatangkan kepada tuan kita dan kepada seisi rumahnya, dan ia seorang yang dursila, sehingga orang tidak dapat berbicara dengan dia.’.

 

Ay 17 (KJV): ‘Now therefore know and consider what thou wilt do; for evil is determined against our master, and against all his household: for he is such a son of Belial, that a man cannot speak to him’ (= ).

 

1)   Abigail diberi tahu tentang hal itu oleh seorang bujang (ay 14).

 

Bujang ini bijaksana. Ia bukannya memberitahu Nabal, yang memang adalah orang yang tidak bisa diajak bicara (ay 17b), tetapi memberitahu Abigail, yang ia tahu adalah seorang perempuan yang bijaksana (ay 3).

 

Amsal 23:9 - “Jangan berbicara di telinga orang bebal, sebab ia akan meremehkan kata-katamu yang bijak”.

 

2)   Abigail memperhatikan kata-kata seorang bujang; ini sudah menunjukkan kebijaksanaan, dan juga kerendahan hatinya. Maukah saudara mendengarkan nasehat dari bawahan / pegawai / anak saudara?

 

Yang penting bukan siapa yang berbicara / memberi nasehat, tetapi apakah kata-kata / nasehatnya sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak?

 

3)   Abigail tidak membuang-buang waktu; ia segera bertindak.

 

Ay 18-19: (18) Lalu segeralah Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara, dimuatnyalah semuanya ke atas keledai, (19) lalu berkata kepada bujang-bujangnya: ‘Berjalanlah mendahului aku; aku segera menyusul kamu.’ Tetapi Nabal, suaminya, tidaklah diberitahunya.

 

KJV: ‘made haste’ (= buru-buru).

 

Perhatikan kata ‘segeralah’ (ay 18), atau dalam terjemahan KJV ‘made haste’ (= buru-buru). Ini menunjukkan Abigail tidak menunda-nunda. Ini memang merupakan suatu keadaan urgent / mendesak yang tidak bisa ditunda-tunda. Kalau penyelamatan Nabal secara jasmani merupakan sesuatu yang urgent / mendesak, apakah penyelamatan rohani dari orang-orang yang belum percaya tidak demikian? Apakah saudara sering / selalu menunda-nunda dalam memberitakan Injil kepada seseorang?

 

4)   Banyak jerih payah yang harus dilakukan oleh Abigail.

 

Matthew Henry: “The passion of fools often makes those breaches in a little time which the wise, with all their wisdom, have much ado to make up again” (= Nafsu / kemarahan dari orang tolol seringkali membuat perpecahan / keretakan dalam waktu yang singkat, yang orang bijak, dengan seluruh hikmatnya, harus lakukan banyak untuk memperbaikinya / mendamaikannya).

 

5)   Abigail memberikan banyak pemberian untuk Daud.

 

a)   Pemberiannya disebutkan dalam ay 18, yaitu ‘dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara’.

 

Kata-kata ‘dua buyung anggur’ diterjemahkan oleh KJV sebagai: ‘two bottles of wine’ (= dua botol anggur). Jangan bayangkan kata ‘botol’ ini sebagai ‘botol’ yang kita kenal, karena kalau demikian, apakah artinya ‘dua botol anggur’ untuk orang sebanyak itu?

 

Adam Clarke memberikan penjelasan sebagai berikut:

“‘Two bottles of wine.’ That is, two goatskins full. The hide is pulled off the animal without ripping up; the places where the legs, etc., were are sewed up, and then the skin serves as one large bag. This is properly the Scripture and Eastern ‘bottle’” (= ‘Dua botol anggur’. Yaitu, 2 kulit kambing penuh. Kulit itu dilepaskan / dibuka dari binatang itu tanpa menyobek; tempat-tempat dimana kaki-kaki dsb berada, dijahit, dan lalu kulit itu menjadi seperti suatu kantong yang besar. Inilah tepatnya ‘botol’ dari Kitab Suci dan orang Timur).

 

b)   Seperti Yakub memberikan pemberian kepada Esau untuk meredakan kemarahannya, demikian juga Abigail memberikan pemberian kepada Daud untuk meredakan kemarahannya.

 

Bdk. Amsal 21:14 - “Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat”.

 

6)   Abigail bertemu dengan Daud dan berbicara kepada Daud.

 

Ay 20-31: (20) Ketika perempuan itu dengan menunggang keledainya, turun dengan terlindung oleh gunung, tampaklah Daud dan orang-orangnya turun ke arahnya, dan perempuan itu bertemu dengan mereka. (21) Daud tadinya telah berkata: ‘Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatupun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan. (22) Beginilah kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki sajapun dari semua yang ada padanya.’ (23) Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah. (24) Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: ‘Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini. (25) Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya. Tetapi aku, hambamu ini, tidak melihat orang-orang yang tuanku suruh. (26) Oleh sebab itu, tuanku, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu yang dicegah TUHAN dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan, biarlah menjadi sama seperti Nabal musuhmu dan orang yang bermaksud jahat terhadap tuanku! (27) Oleh sebab itu, pemberian yang dibawa kepada tuanku oleh budakmu ini, biarlah diberikan kepada orang-orang yang mengikuti tuanku. (28) Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini, sebab pastilah TUHAN akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh, karena tuanku ini melakukan perang TUHAN dan tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu. (29) Jika sekiranya ada seorang bangkit mengejar engkau dan ingin mencabut nyawamu, maka nyawa tuanku akan terbungkus dalam bungkusan tempat orang-orang hidup pada TUHAN, Allahmu, tetapi nyawa para musuhmu akan diumbankanNya dari dalam salang umban. (30) Apabila TUHAN melakukan kepada tuanku sesuai dengan segala kebaikan yang difirmankanNya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi raja atas Israel, (31) maka tak usahlah tuanku bersusah hati dan menyesal karena menumpahkan darah tanpa alasan, dan karena tuanku bertindak sendiri dalam mencari keadilan. Dan apabila TUHAN berbuat baik kepada tuanku, ingatlah kepada hambamu ini.’.

 

a)   Kata-kata Abigail betul-betul indah, penuh rasa hormat, dan lembut.

 

Matthew Henry: “She speaks to him all along with the deference and respect due to so great and good a man, calls him My lord, over and over, to expiate her husband’s crime in saying, ‘Who is David?’” (= Ia berbicara kepadanya dari semula dengan hormat karena Daud adalah orang yang begitu agung dan baik / saleh, menyebutnya ‘tuanku’ berulang-ulang, untuk menebus kejahatan suaminya dalam berkata ‘Siapakah Daud?’).

 

b)   Ay 24: Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: ‘Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.

 

Matthew Henry: “She takes the blame of the ill-treatment of his messengers upon herself: ‘Upon me, my lord, upon me, let this iniquity be, v. 24. ... Sordid spirits care not how much others suffer for their faults, while generous spirits can be content to suffer for the faults of others. Abigail here discovered the sincerity and strength of her conjugal affection and concern for her family: whatever Nabal was, he was her husband” (= Ia memikul kesalahan dari perlakuan buruk terhadap utusan-utusan itu pada dirinya sendiri: ‘Aku sajalah, tuanku, yang memikul kesalahan ini’, ay 24. ... Orang-orang yang jahat tidak peduli betapa banyak orang-orang lain menderita untuk kesalahan mereka, sedangkan orang-orang yang murah hati bisa dengan puas menderita untuk kesalahan-kesalahan dari orang-orang lain. Abigail di sini menemukan ketulusan dan kekuatan dari kasih pernikahan dan perhatian untuk keluarganya: bagaimanapun adanya Nabal, ia adalah suaminya).

 

c)   Ay 26: Oleh sebab itu, tuanku, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu yang dicegah TUHAN dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan, biarlah menjadi sama seperti Nabal musuhmu dan orang yang bermaksud jahat terhadap tuanku!.

 

1.   Ada teguran kepada Daud di sini.

 

Kalau ia membunuh Nabal, maka ia berhutang darah, dan bertindak sendiri dalam mencari keadilan / main hakim sendiri, dan itu adalah dosa. Ini diulang dalam ay 31.

 

2.   Adalah aneh dan salah bahwa orang-orang Daud tidak ada yang memberi teguran seperti ini.

 

Merupakan sesuatu yang berbahaya kalau dalam 1 kelompok tak ada saling tegur / saling menasehati. Suami istri yang selalu setuju dalam segala hal, sebetulnya tidak baik, karena mereka juga akan setuju dalam hal-hal yang bersifat dosa.

 

d)   Ay 27: Oleh sebab itu, pemberian yang dibawa kepada tuanku oleh budakmu ini, biarlah diberikan kepada orang-orang yang mengikuti tuanku.

 

KJV/Lit: ‘blessing’ (= berkat).

 

Pulpit Commentary: “‘Blessing.’ ... This beautiful term shows the deep religiousness of the Hebrew mind. The gift is something that comes not from the donor, but from God, in answer to the donor’s prayer” (= ‘Berkat’. Istilah yang indah ini menunjukkan sikap agamawi yang dalam dari pikiran Ibrani. Pemberian adalah sesuatu yang datang bukan dari si pemberi, tetapi dari Allah, sebagai jawaban dari doa si pemberi) - hal 477.

 

Catatan: mungkin bagian yang saya garis bawahi itu seharusnya adalah ‘si penerima’.

 

Kita sering minta dari Tuhan, tetapi pada waktu Tuhan menyediakan seseorang yang murah hati untuk memberikan kepada kita apa yang kita minta / butuhkan, kita hanya melihat kepada si pemberi, dan kita terlalu tinggi hati untuk menerimanya, atau sungkan untuk menerimanya. Ini salah! Kita seharusnya melihatnya sebagai pemberian / berkat dari Tuhan, yang harus kita terima.

 

Illustrasi: orang yang kena banjir dan minta tolong Tuhan. Tuhan kirim 2 perahu dan 1 helikopter untuk tolong, tetapi ia tak mau, karena ia tunggu pertolongan dari Tuhan sendiri. Akhirnya ia mati, dan ia tanya kepada Tuhan dengan penasaran. Mengapa Engkau biarkan aku mati, padahal aku berdoa kepadamu? Mengapa tak berikan pertolongan yang aku minta? Tuhan jawab: ‘Kamu ngomong apa? Aku berikan 2 perahu dan 1 helikopter!’.

 

Kalau saudara berdoa meminta sesuatu, jangan mendikte Tuhan dengan cara bagaimana Ia harus memberi saudara!

 

e)   Ay 28: Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini, sebab pastilah TUHAN akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh, karena tuanku ini melakukan perang TUHAN dan tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu.

 

1.   Adanya kata-kata ‘perang TUHAN’ menunjukkan bahwa ada perang yang diijinkan oleh Tuhan.

 

2.   Kata-kata ‘tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu’, secara implicit juga memberikan teguran / peringatan. Maksudnya, ‘selama ini tak ada yang jahat dalam hidupmu, dan karena itu, jangan memulainya sekarang’.

 

f)    Ay 29: “Jika sekiranya ada seorang bangkit mengejar engkau dan ingin mencabut nyawamu, maka nyawa tuanku akan terbungkus dalam bungkusan tempat orang-orang hidup pada TUHAN, Allahmu, tetapi nyawa para musuhmu akan diumbankanNya dari dalam salang umban.

 

Perhatikan bagian yang saya garis bawahi dalam terjemahan KJV.

 

KJV: ‘but the soul of my lord shall be bound in the bundle of life with the LORD thy God; and the souls of thine enemies, them shall he sling out, as out of the middle of a sling’ (= tetapi jiwa dari tuanku akan diikat dalam buntalan kehidupan / nyawa pada TUHAN Allahmu; dan jiwa-jiwa dari musuh-musuhmu, mereka akan diumbankanNya, seperti dari tengah-tengah pengumban).

 

Wycliffe Bible Commentary: “‘Bound in the bundle of life.’ This saying has long been applied to life beyond the grave, and its initial Hebrew letters are today found on almost every Jewish tombstone. This beautiful metaphor is taken from the custom of binding up valuable things in a bundle to prevent their being injured. ... The converse follows in the prayer that the lives of David’s enemies might be cast away like the stones from a sling” (= ‘Diikat dalam buntalan kehidupan / nyawa’. Pepatah ini sudah lama diterapkan pada kehidupan di balik kubur, dan huruf-huruf awal dalam bahasa Ibraninya ditemukan saat ini pada hampir semua batu nisan Yahudi. Kiasan yang indah ini diambil dari kebiasaan untuk mengikat barang-barang yang berharga dalam suatu buntalan untuk mencegah rusaknya barang-barang itu. ... Kebalikannya mengikuti dalam doa bahwa kehidupan / nyawa dari musuh-musuh Daud akan dilemparkan seperti batu dari pengumban).

 

Keil & Delitzsch: “‘And should any one rise up to pursue thee, ... the soul of my lord will be bound up in the bundle of the living with the Lord thy God.’ The metaphor is taken from the custom of binding up valuable things in a bundle, to prevent their being injured. The words do not refer primarily to eternal life with God in heaven, but only to the safe preservation of the righteous on this earth in the grace and fellowship of the Lord. But whoever is so hidden in the gracious fellowship of the Lord in this life, that no enemy can harm him or injure his life, the Lord will not allow to perish, even though temporal death should come, but will then receive him into eternal life” (= ‘Dan jika seseorang bangkit untuk mengejarmu, ... jiwa dari tuanku akan diikat dalam buntalan dari orang-orang hidup pada Tuhan Allahmu’. Kiasan ini diambil dari kebiasaan mengikat barang-barang berharga dalam suatu buntalan, untuk mencegah dari kerusakan. Kata-kata ini secara terutama tidak menunjuk kepada kehidupan kekal dengan Allah di surga, tetapi hanya pada pemeliharaan / penjagaan dari orang-orang benar di bumi ini dalam kasih karunia dan persekutuan dari Tuhan. Tetapi siapapun yang begitu tersembunyi dalam persekutuan yang penuh kasih karunia dari Tuhan dalam kehidupan ini, sehingga tidak ada musuh bisa menyakitinya atau melukai nyawanya, Tuhan tak akan mengijinkan untuk binasa, sekalipun kematian sementara akan datang, tetapi akan menerimanya ke dalam kehidupan kekal).

 

g)   Ay 30-31: (30) Apabila TUHAN melakukan kepada tuanku sesuai dengan segala kebaikan yang difirmankanNya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi raja atas Israel, (31) maka tak usahlah tuanku bersusah hati dan menyesal karena menumpahkan darah tanpa alasan, dan karena tuanku bertindak sendiri dalam mencari keadilan. Dan apabila TUHAN berbuat baik kepada tuanku, ingatlah kepada hambamu ini.’.

 

1.   Sekalipun kata-kata Abigail lemah lembut, tetapi dalam bagian ini ada semacam teguran. Seandainya Daud melanjutkan rencananya dengan membunuh Nabal dan orang-orangnya, maka ia berdosa, dan akan merasakan guilty feeling / perasaan berdosa, dan akan menyesalinya.

 

Wycliffe Bible Commentary: “Abigail’s argument was that any shedding of blood at this point would work against David’s program. It would start a blood feud among the clans of Judah that would involve men David needed to support his bid for kingship. David had only Judah to back him in the quest for the throne. In addition, Abigail argued, David’s conscience would trouble him if blood flowed needlessly” (= Argumentasi Abigail adalah bahwa penumpahan darah pada saat ini akan bekerja menentang program dari Daud. Itu akan memulai suatu permusuhan / dendam di antara keluarga-keluarga Yehuda sehingga akan melibatkan orang-orang yang dibutuhkan oleh Daud untuk mendukung kerajaannya. Daud hanya mempunyai Yehuda untuk mendukungnya dalam pencarian tahta. Sebagai tambahan, Abigail berargumentasi, hati nurani Daud akan menyusahkannya jika darah mengalir secara tak perlu).

 

Matthew Henry: “she cannot but think that if he should avenge himself it would afterwards be a grief and an offence of heart to him, Many have done that in a heat which they have a thousand times wished undone again. The sweetness of revenge is soon turned into bitterness. ... Note, When we are tempted to sin we should consider how it will appear in the reflection. Let us never do any thing for which our own consciences will afterwards have occasion to upbraid us, and which we shall look back upon with regret” [= Ia (Abigail) memikirkan bahwa jika ia (Daud) membalas dendam sendiri, itu belakangan akan menjadi kesedihan dan luka hati baginya. Banyak orang telah melakukan itu dalam suasana panas dan mereka berharap bisa membatalkannya kembali. Kemanisan dari balas dendam segera dibalikkan menjadi kepahitan. ... Perhatikan, Pada waktu kita dicobai untuk berdosa kita harus mempertimbangkannya bagaimana itu terlihat dalam perenungan. Janganlah kita pernah melakukan apapun untuk mana hati nurani kita belakangan akan mendapat kesempatan untuk mecela kita, dan yang akan kita pandang ke belakang dengan penyesalan].

 

2.   tanpa alasan’ (ay 31).

 

John Wesley: “‘Causeless’ ... For though Nabal had been guilty of abominable rudeness, and ingratitude; yet he had done nothing worthy of death, by the laws of God or of man. And whatsoever he had done, the rest of his family were innocent” (= ‘tanpa alasan’ ... Karena sekalipun Nabal telah bersalah tentang kekasaran yang buruk sekali, dan rasa tak tahu berterima kasih; tetapi ia tidak melakukan apapun yang layak mendapatkan kematian, oleh hukum Allah dan manusia. Dan apapun yang telah ia lakukan, sisa keluarganya tidak bersalah).

 

V) Daud menuruti kata-kata Abigail.

 

Ay 32-35: (32) Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: ‘Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; (33) terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan. (34) Tetapi demi TUHAN, Allah Israel yang hidup, yang mencegah aku dari pada berbuat jahat kepadamu - jika engkau tadinya tidak segera datang menemui aku, pasti tidak akan ada seorang laki-lakipun tinggal hidup pada Nabal sampai fajar menyingsing.’ (35) Lalu Daud menerima dari perempuan itu apa yang dibawanya untuk dia, dan berkata kepadanya: ‘Pulanglah dengan selamat ke rumahmu; lihatlah, aku mendengarkan perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan baik.’.

 

1)   Daud memuji Tuhan karena telah mengutus Abigail untuk menemuinya, dan untuk mencegah dia dari pada melakukan hutang darah dan main hakim sendiri.

 

Matthew Henry: “David gives God thanks for sending him this happy check to a sinful way (v. 32) ... Note, 1. God is to be acknowledged in all the kindnesses that our friends do us either for soul or body. Whoever meet us with counsel, direction, comfort, caution, or seasonable reproof, we must see God sending them. 2. We ought to be very thankful for those happy providences which are means of preventing sin” [= Daud berterima kasih kepada Allah untuk mengirimkan kepadanya pencegah yang menyenangkan terhadap suatu jalan yang berdosa (ay 32) ... 1. Allah harus diakui dalam semua kebaikan yang dilakukan teman-teman kita baik untuk tubuh maupun jiwa. Siapapun yang menjumpai kita dengan nasehat, pengarahan, penghiburan, peringatan, atau teguran / celaan yang tepat pada waktunya, kita harus melihat Allah mengutus mereka. 2. Kita harus sangat berterima kasih untuk providensia yang menyenangkan yang merupakan cara / jalan dari pencegahan dosa].

 

Dalam kasus ini, Tuhan mencegah Daud dari dosa, melalui Abigail. Dalam kasus-kasus lain, Tuhan menyerahkan orang-orang kepada dosa.

 

Ro 1:24-28 - “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.

 

2)   Daud juga berterima kasih kepada Abigail karena melakukan hal itu.

 

Matthew Henry: “He gives Abigail thanks for interposing so opportunely between him and the mischief he was about to do ... Most people think it enough if they take a reproof patiently, but we meet with few that will take it thankfully and will commend those that give it to them and accept it as a favour” (= Ia berterima kasih kepada Abigail untuk ikut campur secara tepat antara ia dan kejahatan yang akan ia lakukan ... Kebanyakan orang menganggap cukup kalau mereka menerima teguran / celaan dengan sabar; tetapi kita jarang bertemu dengan orang yang menerima teguran / celaan dengan rasa syukur dan memuji mereka yang memberinya kepada mereka dan menerimanya sebagai suatu kebaikan).

 

3)   Daud menerima teguran Abigail dan membatalkan niatnya untuk membunuh Nabal dan semua orang laki-laki yang bersama dia, sekalipun tadinya ia bersumpah untuk melakukan hal itu.

 

a)   Daud menerima teguran Abigail.

 

Matthew Henry: “Abigail was a wise reprover of David’s passion, and he gave an obedient ear to the reproof, according to his own principle ... Never was such an admonition either better given or better taken” (= Abigail adalah seorang penegur / pencela yang bijaksana dari kemarahan Daud, dan ia memberikan suatu telinga yang taat kepada teguran / celaan itu, sesuai dengan prinsipnya sendiri. ... Tidak pernah ada teguran / nasehat yang diberikan dengan lebih baik atau diterima dengan lebih baik).

 

b)   Lalu bagaimana dengan pembatalan sumpah Daud?

 

Matthew Henry: “Oaths cannot, bind us to that which is sinful. David had solemnly vowed the death of Nabal. He did evil to make such a vow, but he would have done worse if he had performed it” (= Sumpah tidak bisa mengikat kita kepada apa yang berdosa. Daud telah menazarkan dengan khidmat kematian dari Nabal. Ia berbuat jahat dengan bernazar seperti itu, tetapi ia akan melakukan yang lebih buruk jika ia melaksanakannya / memenuhinya).

 

John Wesley: “Hereby it plainly appears, that oaths whereby men bind themselves to any sin, are null and void: and as it was a sin to make them; so it is adding sin to sin to perform them” (= Dengan ini terlihat jelas bahwa sumpah dengan mana manusia mengikat diri mereka sendiri kepada dosa apapun adalah batal dan tidak berlaku: dan sebagaimana merupakan dosa untuk melakukannya; demikianlah merupakan suatu penambahan dosa kepada dosa untuk melaksanakan sumpah itu).

 

Bandingkan peneguran Abigail dan penerimaannya oleh Daud dengan ayat-ayat ini:

 

·                                Amsal 9:8 - “Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya”.

 

·                                Amsal 17:10 - “Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal”.

 

·                                Amsal 25:12 - “Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar”.

 

·                                Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.

 

Maukah saudara menjadi penegur seperti Abigail; dan menjadi penerima teguran seperti Daud?

 

VI) Kematian Nabal.

 

Ay 36-38: (36) Sampailah Abigail kepada Nabal dan tampaklah, Nabal mengadakan perjamuan di rumahnya, seperti perjamuan raja-raja. Nabal riang gembira dan mabuk sekali. Sebab itu tidaklah diceriterakan perempuan itu sepatah katapun kepadanya, sampai fajar menyingsing. (37) Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. (38) Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati.

 

1)   Nabal mengadakan pesta yang sangat mewah (ay 36).

 

Perhatikan kata-kata ‘seperti perjamuan raja-raja’ dalam ay 36, yang menunjukkan pesta yang sangat mewah.

 

Matthew Henry: “How extravagant he was in the entertainment of his company: He held a feast like the feast of a king, so magnificent and abundant, ... It is very common for those that are most niggardly in any act of piety or charity to be most profuse in gratifying a vain humour or a base lust. A mite is grudged to God and his poor; but, to make a fair show in the flesh, gold is lavished out of the bag. ... foolish are carnal men, that give themselves over to their pleasures before they have taken any care to make their peace with God” (= Betapa royal ia dalam memberi hiburan kepada teman-temannya: Ia mengadakan pesta seperti pesta raja-raja, begitu besar / megah dan berlimpah-limpah, ... Merupakan sesuatu yang umum untuk mereka yang paling pelit dalam tindakan kesalehan dan kasih untuk melakukan pemuasan sebanyak-banyaknya dalam hiburan / kesenangan yang sia-sia atau suatu nafsu yang hina. Uang yang sedikit sekali diberikan kepada Allah dan orang miskin dengan enggan; tetapi, untuk membuat suatu pertunjukkan / pameran yang indah dalam daging, emas dihamburkan keluar kantong. ... bodohlah orang-orang duniawi, yang menyerahkan diri mereka sendiri kepada kesenangan-kesenangan mereka sebelum mereka berawas-awas untuk membuat mereka damai dengan Allah).

 

Matthew Henry: “Nabal, that never thought he could bestow too little in charity, never thought he could bestow too much in luxury” (= Nabal, yang tidak pernah berpikir bahwa ia bisa memberi terlalu sedikit dalam kasih, tidak pernah berpikir ia bisa memberi terlalu banyak dalam kemewahan).

 

2)   Dalam pesta itu Nabal riang gembira dan mabuk (ay 36).

 

Matthew Henry: “how sottish he was in the indulgence of his own brutish appetite: He was very drunk, a sign he was Nabal, a fool, that could not use his plenty without abusing it, could not be pleasant with his friends without making a beast of himself. There is not a surer sign that a man has but little wisdom, nor a surer way to ruin the little he has, than drinking to excess” (= alangkah bodohnya ia dalam pemuasan dari nafsu kebinatangannya: Ia sangat mabuk, suatu tanda bahwa ia adalah Nabal, seorang tolol, sehingga tidak bisa menggunakan kelimpahannya tanpa menyalah-gunakannya, tidak bisa bersenang-senang dengan teman-temannya tanpa membuat dirinya sendiri seekor binatang. Tidak ada tanda yang lebih pasti bahwa seseorang mempunyai hanya sedikit hikmat, juga tidak ada jalan yang lebih pasti untuk menghancurkan sedikit hal yang ia miliki, dari pada minum secara berlebihan).

 

Matthew Henry: “Nabal dead drunk, v. 36. Abigail came home, and, it should seem, he had so many people and so much plenty about him that he neither missed her nor the provisions she took to David; but she found him in the midst of his jollity, little thinking how near he was to ruin by one whom he had foolishly made his enemy. Sinners are often most secure when they are most in danger and destruction is at the door” (= Nabal sangat mabuk, ay 36. Abigail pulang, dan kelihatannya ia mempunyai begitu banyak orang dan begitu banyak kelimpahan di sekitarnya, sehingga ia tidak kehilangan dia ataupun persediaan yang dia berikan kepada Daud; tetapi dia menemukannya di tengah-tengah kegembiraannya, tak memikirkan betapa dekat ia dengan kehancuran oleh seseorang yang dengan bodoh telah ia jadikan musuhnya. Orang-orang berdosa seringkali paling merasa aman pada waktu mereka ada paling dalam bahaya, dan kehancuran ada di ambang pintu).

 

3)   Kebijaksanaan Abigail (ay 36b).

 

Matthew Henry: “Abigail, finding him in this condition (and probably those about him little better, when the master of the feast set them so bad an example), ... told Nabal nothing ... To give good advice to those that are in drink is to cast pearls before swine; it is better to stay till they are sober” [= Abigail, menemukannya dalam keadaan ini (dan mungkin orang-orang di sekitarnya tidak lebih baik keadaannya, pada waktu tuan rumah dari pesta memberi teladan yang begitu buruk), ... tidak memberitahu apa-apa kepada Nabal ... Memberi nasehat yang baik kepada mereka yang mabuk sama dengan membuang mutiara kepada babi; adalah lebih baik menunggu sampai mereka sadar / waras].

 

Amsal 15:23 - “Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!.

 

Amsal 25:11 - “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak”.

 

4)   Kematian Nabal (ay 37-38).

 

Pada waktu Nabal sudah sadar dari mabuknya, Abigail menceritakan kepadanya segala perkara itu. Rupanya hal itu membuat Nabal begitu kaget sehingga terkena serangan jantung dan mati.

 

Ay 37b-38: (37b) Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. (38) Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati.

 

Matthew Henry: “How is he changed! His heart over-night merry with wine, next morning heavy as a stone; so deceitful are carnal pleasures, so transient the laughter of the fool” (= Betapa berubahnya ia! Hatinya bergembira satu malam dengan anggur, esok harinya berat seperti batu; begitu menipu kesenangan-kesenangan daging, begitu sementara tertawa dari orang bodoh).

 

Bandingkan ini dengan cerita orang kaya yang bodoh. Luk 12:20-21 - “(20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

 

Apakah saudara adalah orang seperti Nabal atau tidak, saudara juga akan mati.

 

Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

 

Kalau kematian datang malam ini, siapkan saudara? Kalau saudara belum mempunyai Juruselamat, saudara belum siap. Jadi terimalah Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara! Jangan tunda, besok mungkin sudah terlambat.

 

V) Daud menikah dengan Abigail.

 

Ay 39-44: (39) Ketika didengar Daud, bahwa Nabal telah mati, berkatalah ia: ‘Terpujilah TUHAN, yang membela aku dalam perkara penghinaan Nabal terhadap aku dan yang mencegah hambaNya dari pada berbuat jahat. TUHAN telah membalikkan kejahatan Nabal ke atas kepalanya sendiri.’ Kemudian Daud menyuruh orang untuk berbicara dengan Abigail tentang mengambil dia menjadi isterinya. (40) Para hamba Daud datang kepada Abigail di Karmel dan berkata kepadanya, demikian: ‘Daud menyuruh kami kepadamu untuk mengambil engkau menjadi isterinya.’ (41) Lalu bangkitlah perempuan itu berdiri, sujudlah ia menyembah dengan mukanya ke tanah sambil berkata: ‘Sesungguhnya, hambamu ini ingin menjadi budak yang membasuh kaki para hamba tuanku itu.’ (42) Kemudian berkemaslah Abigail dengan segera; ia menunggang keledainya, dengan diiringi lima orang pelayan perempuan. Ia mengikuti suruhan Daud itu dan menjadi isteri Daud. (43) Juga Ahinoam dari Yizreel telah diambil Daud menjadi isterinya; kedua perempuan itu menjadi isterinya. (44) Tetapi Saul telah memberikan Mikhal, anaknya perempuan, isteri Daud, kepada Palti bin Lais, yang dari Galim itu.

 

1)   Daud bersukacita dan memuji Tuhan karena kematian Nabal (ay 39).

 

Amsal 11:10 - “Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai”.

 

Tetapi apa alasan Daud bersukacita dan memuji Tuhan pada saat Nabal mati?

 

Matthew Henry: “He rejoices that Nabal died a natural death and not by his hand. We should take all occasions to mention and magnify God’s goodness to us in keeping us from sin.” (= Ia bersukacita bahwa Nabal mati secara alamiah dan bukan oleh tangannya. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk menyebut dan membesarkan kebaikan Allah kepada kita dalam menjaga / mencegah kita dari dosa).

 

2)   Daud menikah dengan Abigail (ay 39b-42).

 

Matthew Henry: “David was so charmed with the beauty of her person, and the uncommon prudence of her conduct and address, that, as soon as was convenient, after he heard she was a widow, he informed her of his attachment to her (v. 39), not doubting but that she who approved herself so good a wife to so bad a husband as Nabal would much more make a good wife to him” [= Daud begitu tertarik dengan keindahan dari pribadinya, dan kebijaksanaan dari tingkah laku dan kata-katanya, sehingga, begitu waktu / keadaannya sesuai, setelah ia mendengar bahwa ia menjadi janda, ia memberitahunya tentang cintanya (ay 39), tak meragukan bahwa ia yang membuktikan dirinya sendiri sebagai seorang istri yang begitu baik bagi seorang suami yang begitu buruk seperti Nabal, akan menjadi istri yang jauh lebih baik baginya].

 

John Wesley: “‘David sent’ - But this doubtless was not done immediately after Nabal’s death, but some time after it; though such circumstances be commonly omitted in the sacred history; which gives only the heads, and most important passages of things” (= ‘Daud menyuruh / mengutus’ - Tetapi ini tak diragukan tidak dilakukan segera setelah kematian Nabal, tetapi beberapa waktu setelahnya; sekalipun keadaan seperti itu biasa dihapuskan dalam sejarah kudus; yang hanya memberikan pokoknya, dan bagian-bagian terpenting saja).

 

Barnes’ Notes: “There is no note of the exact interval that elapsed between Nabal’s death and David's hearing of it, or, again, between David’s hearing of it and his message to Abigail; nor is there any reason to suppose that the marriage took place with unbecoming haste. The widow of such a husband as Nabal had been could not, however, be expected to revere his memory. After the usual mourning of seven days, she would probably feel herself free to act as custom allowed. (See 2 Sam. 11:26)” [= Tidak ada catatan tentang waktu yang tepat yang berlalu antara kematian Nabal dan saat Daud mendengar tentang hal itu, atau antara Daud mendengar hal itu dan saat ia memberikan pesan kepada Abigail; dan tidak ada alasan untuk menduga bahwa pernikahan itu terjadi dengan ketergesa-gesaan yang tidak pantas. Tetapi bagaimanapun juga, janda dari suami seperti Nabal tidak bisa diharapkan untuk mempunyai ingatan yang menghormat tentang dia. Setelah perkabungan yang lazim selama 7 hari, mungkin ia merasa dirinya bebas untuk bertindak seperti yang diijinkan oleh tradisi (lihat 2Sam 11:26)].

 

Bdk. 2Sam 11:26-27 - “(26) Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. (27) Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN”.

 

3)   Poligami yang dilakukan oleh Daud.

 

a)   Apakah karena Saul memberikan Mikhal, istri Daud, kepada orang lain, maka Daud dibenarkan dalam pernikahannya dengan Abigail?

 

Adam Clarke: “‘To take her to him to wife.’ It is likely that he had heard before this that Saul, to cut off all his pretensions to the throne, had married Michal to Phalti; and this justified David in taking Abigail or any other woman” (= ‘Mengambil dia menjadi istrinya’. Adalah mungkin bahwa ia telah mendengar sebelum ini bahwa Saul, untuk memotong semua haknya kepada takhta, telah menikahkan Mikhal kepada Palti; dan ini membenarkan Daud dalam mengambil Abigail atau wanita manapun juga).

 

Ay 44 menunjukkan kegilaan Saul, dengan memberikan anaknya, yang sudah menjadi istri Daud, kepada orang lain. Matthew Poole mengatakan bahwa Saul berbuat demikian untuk menghapuskan semua hubungan dengan Daud, dan sekalipun untuk membuang kemungkinan Daud menjadi raja (kalau ia adalah menantu raja, maka kemungkinannya untuk menjadi raja akan menjadi lebih besar). Tetapi manusia tak bisa menghalangi rencana Allah! Daud tetap menjadi raja, dan nanti setelah Daud menjadi raja, Mikhal kembali kepada dia (2Sam 3:14-16).

 

Tetapi, sekalipun Mikhal diberikan kepada orang lain, ini tak membenarkan tindakan Daud mengawini Abigail, karena Daud juga sudah mempunyai istri Ahinoam (ay 43).

 

Wycliffe Bible Commentary: “‘Also took.’ David married Ahinoam, mother of Amnon, before he married Abigail. In the lists of David’s wives, Ahinoam is always mentioned first” (= ‘Juga ... diambil’. Daud menikah dengan Ahinoam, ibu dari Amnon, sebelum ia menikah dengan Abigail. Dalam daftar dari istri-istri Daud, Ahinoam selalu disebutkan pertama).

 

Tetapi ada yang beranggapan bahwa Ahinoam belum tentu adalah istri pertama Daud.

 

Barnes’ Notes: “In the list of David’s wives Ahinoam is mentioned first (2 Sam. 3:2; 1 Chr. 3:1). But this may be only because her son was the first-born. David’s now taking two wives was an indication of his growing power and importance as a chieftain. The number was increased to six when he reigned in Hebron (1 Chr. 3:1), and still further when he became king of all Israel (2 Sam. 5:12-13)” [= Dalam daftar dari istri-istri Daud, Ahinoam disebutkan pertama (2Sam 3:2; 1Taw 3:1). Tetapi mungkin ini hanya disebabkan karena anak laki-lakinya adalah anak yang pertama / sulung. Daud mengambil 2 istri sekarang ini merupakan suatu petunjuk dari kuasa dan kepentingannya yang bertumbuh sebagai seorang kepala / pemimpin. Jumlah itu naik menjadi 6 pada waktu ia memerintah di Hebron (1Taw 3:1), dan lebih jauh lagi pada waktu ia menjadi raja dari seluruh Israel (2Sam 5:12-13)].

 

1Taw 3:1-3 - “(1) Inilah anak-anak Daud yang lahir bagi dia di Hebron; anak sulung ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; anak yang kedua ialah Daniel, dari Abigail, perempuan Karmel; (2) anak yang ketiga ialah Absalom, anak Maakha, yakni anak perempuan Talmai, raja Gesur; anak yang keempat ialah Adonia, anak Hagit; (3) anak yang kelima ialah Sefaca, dari Abital; anak yang keenam ialah Yitream, dari Egla, isterinya itu”.

 

2Sam 5:12-13 - “(12) Lalu tahulah Daud, bahwa TUHAN telah menegakkan dia sebagai raja atas Israel dan telah mengangkat martabat pemerintahannya oleh karena Israel, umatNya. (13) Daud mengambil lagi beberapa gundik dan isteri dari Yerusalem, setelah ia datang dari Hebron dan bagi Daud masih lahir lagi anak-anak lelaki dan perempuan”.

 

b)   Apakah tradisi poligami, yang sangat membudaya pada saat itu, membenarkan tindakan Daud untuk juga melakukan poligami?

 

Adam Clarke: “according to the then custom, it was not unlawful for David to take several wives” (= menurut kebiasaan saat itu, bukanlah sesuatu yang salah bagi Daud untuk mengambil beberapa istri).

 

Sekalipun kebiasaan saat itu memang seperti itu (poligami merupakan sesuatu yang sangat umum), tetapi Firman Tuhan melarang hal itu, khususnya bagi seorang raja. Dan yang harus kita jadikan standard kehidupan adalah Firman Tuhan, bukan tradisi.

 

Ul 17:14-17 - “(14) ‘Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, (15) maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kauangkat atasmu. (16) Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi. (17) Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak”.

 

Matthew Henry: David was carried away by the corrupt custom of those times; but from the beginning it was not so” (= Daud diseret oleh tradisi yang rusak dari jaman itu; tetapi dari semula tidaklah demikian).

 

Kalau orang saleh seperti Daud saja bisa diseret oleh tradisi / kebiasaan yang rusak dari jaman itu, apalagi kita. Jadi kita harus sangat berhati-hati dengan dosa yang sudah membudaya. Bagi kita ada beberapa, misalnya: menyogok, berdusta, kecurangan dalam bisnis, tidak tepat waktu, dan sebagainya.

 

c)   Mengapa Tuhan membiarkan Daud melakukan poligami, dan kelihatannya tetap memberkatinya?

 

1.   Dosa yang membudaya, seperti poligami dan perbudakan pada jaman itu, lebih ditoleransi oleh Tuhan.

 

2.   Tuhan bukan membiarkan sama sekali. Semua anak Tuhan yang melakukan poligami pasti dihajar dengan penderitaan, biasanya dalam bentuk problem rumah tangga.

 

Contoh:

 

·        Abraham dihajar dengan kasus gegeran antara Hagar dengan Sara (Kej 21:8-dst).

 

·        Yakub dihajar dengan pertengkaran antar istri (Kej 30:14-15), pertengkaran antar anak (Kej 37), incest antara anak dan istrinya (Kej 35:22).

 

·        Elkana dihajar dengan pertengkaran antar istri (1Sam 1:7-8).

 

·        Daud sendiri dihajar dengan:

 

*        kasus perkosaan oleh Amnon terhadap Tamar (2Sam 13:1-22).

 

*        pembunuhan oleh Absalom terhadap Amnon (2Sam 13:23-39)

 

*        pemberontakan Absalom (2Sam 15).

 

Jadi, hati-hatilah dengan dosa yang membudaya. Kalau Tuhan sabar terhadap orang yang melakukan dosa itu, itu tidak berarti Dia mendiamkan terus dosa tersebut.

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com