Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I Samuel 24:1-23

 

I) Daud di En-Gedi dan Saul mengejarnya.

 

1)   Daud tinggal di padang gurun En-Gedi.

 

Ay 1: Daud pergi dari sana, lalu tinggal di kubu-kubu gunung di En-Gedi.

 

Matthew Henry: “David, having thus escaped, took shelter in some natural fortresses, which he found in the wilderness of En-gedi, v. 29. And this Dr. Lightfoot thinks was the wilderness of Judah, in which David was when he penned Psalm 63, which breathes as much pious and devout affection as almost any of his psalms; for in all places and in all conditions he still kept up his communion with God (= Daud, yang telah lolos dengan cara itu, berlindung di beberapa hutan alamiah, yang ia temukan di padang gurun En-Gedi, ay 1. Dan Dr. Lightfoot beranggapan bahwa ini adalah padang gurun Yehuda, dimana Daud ada ketika ia menuliskan Mazmur 63, yang menghembuskan perasaan yang saleh dan taat seperti hampir semua dari mazmur-mazmurnya, karena di semua tempat dan segala kondisi ia tetap memelihara persekutuannya dengan Allah).

 

Catatan: Ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia dalam Kitab Suci Inggris diletakkan dalam 1Sam 23 (ay 29), lalu ay 2 dalam Kitab Suci Indonesia diletakkan sebagai ay 1 dalam Kitab Suci Inggris, sehingga semua ayat dalam pasal ini berbeda satu angka dibandingkan dengan Kitab Suci Inggris.

 

Maz 63:1-12 - “(1) Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. (2) Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu, tubuhku rindu kepadaMu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. (3) Demikianlah aku memandang kepadaMu di tempat kudus, sambil melihat kekuatanMu dan kemuliaanMu. (4) Sebab kasih setiaMu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. (5) Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi namaMu. (6) Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. (7) Apabila aku ingat kepadaMu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, -- (8) sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayapMu aku bersorak-sorai. (9) Jiwaku melekat kepadaMu, tangan kananMu menopang aku. (10) Tetapi orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. (11) Mereka akan diserahkan kepada kuasa pedang, mereka akan menjadi makanan anjing hutan. (12) Tetapi raja akan bersukacita di dalam Allah; setiap orang, yang bersumpah demi Dia, akan bermegah, karena mulut orang-orang yang mengatakan dusta akan disumbat”.

 

2)   Saul mengejar Daud ke sana.

 

Ay 2-3: “(2) Ketika Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah kepadanya, demikian: ‘Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi.’ (3) Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan.

 

a)   Kelihatannya Saul berhasil mengatasi orang-orang Filistin, dan ini menunjukkan bahwa orang brengsek bisa mengalami kesuksesan!

 

Maz 73:3-5,12 - “(3) Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. (4) Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; (5) mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. ... (12) Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!.

 

Yer 12:1-2 - “(1) Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka”.

 

b)   Begitu menyelesaikan masalah Filistin, Saul langsung memburu Daud lagi.

 

Matthew Henry membandingkan hal ini dengan orang-orang dalam Yer 7:10 - “kemudian kamu datang berdiri di hadapanKu di rumah yang atasnya namaKu diserukan, sambil berkata: Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini!.

 

c)   Tempat itu dinamakan Gunung Batu Kambing Hutan (ay 3b).

 

Matthew Poole mengatakan bahwa tempat ini disenangi oleh kambing gunung / liar, dan sangat curam dan berbahaya. Tetapi Saul, dalam kebencian dan kemarahannya mau mengejar Daud sampai ke tempat seperti itu. Kalau orang-orang jahat mau berkorban seperti itu, adalah menyedihkan kalau orang-orang Kristen tak mau berkorban untuk melakukan sesuatu yang baik.

 

d)   Saul mengejar dengan menggunakan 3000 orang.

 

Jamieson, Fausset & Brown: “The large force he took with him seemed to give him every prospect of succeeding. But the overruling providence of God frustrated all his vigilance” (= Kekuatan / pasukan yang besar yang ia bawa dengannya kelihatannya memberinya setiap harapan keberhasilan. Tetapi providensia Allah yang mengatasi menggagalkan semua kewaspadaannya).

 

Pulpit Commentary: “Saul seemed to have every facility for gaining his object. No one disputed his will. Armed men by thousands followed him in pursuit of David; and Saul knew how to lead men, and how to fight. ... Yet he could never reach David to arrest or to smite him. ... He actually entered the cave in which David and his men lay hid, and did not see him. This was no mere luck. It was God who preserved David and baffled the malice of Saul. And in the tragical history of persecution the restraining hand of God has often been shown. As Saul was allowed to kill the priests but not to kill David, so has the Lord allowed many a tyrant to go so far, but no farther. Jezebel could make away with Naboth, but not with Elijah. Herod could kill St. James, but not with St. Peter. The Roman Catholic persecutors could burn Huss, but not Wickliffe; George Wishart, but not John Knox. There has been a cord of Divine control round every oppressor, and whenever God saw meet he has simply drawn that cord, and so has restrained the remainder of wrath, defeated the devices of cruelty” (= Saul kelihatannya mempunyai semua fasilitas untuk mendapatkan tujuannya. Tak seorangpun membantah kemauannya. Ribuan orang yang bersenjata mengikutinya dalam pengejaran terhadap Daud; dan Saul tahu bagaimana memimpin orang, dan bagaimana bertempur. ... Tetapi ia tidak pernah bisa menjangkau Daud untuk menangkap atau menghancurkan / membunuhnya. ... Ia betul-betul memasuki gua dalam mana Daud dan orang-orangnya bersembunyi, dan tidak melihat dia. Ini bukan sekedar nasib baik. Allahlah yang melindungi Daud dan membingungkan kebencian Saul. Dan dalam sejarah yang tragis dari penganiayaan, tangan Allah yang mengekang telah sering ditunjukkan. Seperti Saul diijinkan untuk membunuh imam-imam tetapi tidak diijinkan membunuh Daud, demikian juga Tuhan mengijinkan banyak tiran untuk berjalan sampai titik tertentu, tetapi tidak lebih jauh lagi. Izebel bisa membunuh Nabot, tetapi tidak Elia. Herodes bisa membunuh Yakobus, tetapi tidak Petrus. Penganiaya-penganiaya Roma Katolik bisa membakar Huss, tetapi tidak Wickliffe; George Wishart, tetapi tidak John Knox. Ada tali dari kontrol Ilahi di sekeliling setiap penindas, dan pada saat Allah menganggap pantas, Ia hanya menarik tali itu, dan dengan demikian telah mengekang / mengendalikan sisa kemurkaan, mengalahkan alat / perlengkapan / muslihat dari kekejaman) - hal 474.

 

II) Daud dan Saul dalam satu gua.

 

1)   Saul masuk ke dalam gua dimana Daud dan orang-orangnya bersembunyi.

 

Ay 4: Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu.

 

a)   Bagaimana Saul bisa begitu ceroboh, dan tak memeriksa gua itu lebih dulu?

 

Clarke mengatakan bahwa tradisi Yahudi mengatakan bahwa Allah membuat seekor laba-laba membuat sarangnya di mulut gua, dan Saul, yang melihat hal ini, menganggap gua itu aman, karena tidak mungkin ada orang yang bisa masuk gua itu tanpa merusak sarang laba-laba tersebut. Ini memang hanya tradisi. Allah bisa menggunakan cara apapun untuk membuat Saul menjadi ceroboh.

 

b)   Bagaimana Saul bisa tidak melihat Daud dan orang-orangnya di dalam gua itu?

 

Barnes mengatakan bahwa gua-gua di sana sangat dalam dan luas. Orang-orang yang ada di dalam gua bisa melihat orang-orang yang ada di mulut gua, tetapi tidak sebaliknya, karena bagian dalam dari gua itu gelap.

 

c)   Kata-kata ‘untuk membuang hajat’ dipertentangkan dalam penterjemahan maupun artinya. Ada yang menterjemahkan / mengartikan ‘membuang hajat’, tetapi ada juga yang menterjemahkan / mengartikan ‘tidur’ / ‘beristirahat’. Ini tak terlalu penting; yang jelas setelah itu Saul memang tidur.

 

2)   Nasehat dari orang-orang Daud kepada Daud

 

Ay 5a: Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: ‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.’.

 

Apakah Daud memang pernah mendapatkan Firman Tuhan seperti ini?

 

Keil & Delitzsch: “Although these words might refer to some divine oracle which David had received through a prophet, Gad for example, what follows clearly shows that David had received no such oracle; and the meaning of his men was simply this, ... the speakers regarded the leadings of providence by which Saul had been brought into David’s power as a divine intimation to David himself to take this opportunity of slaying his deadly enemy, and called this intimation a word of Jehovah (= Sekalipun kata-kata ini bisa menunjuk kepada sabda ilahi yang telah diterima oleh Daud melalui seorang nabi, misalnya Gad, apa yang selanjutnya terjadi jelas menunjukkan bahwa Daud tidak menerima sabda seperti itu; dan maksud dari orang-orangnya hanyalah ini, ... para pembicara menganggap bimbingan dari providensia dengan mana Saul telah dibawa ke dalam kuasa dari Daud sebagai suatu isyarat bagi Daud sendiri untuk menggunakan kesempatan untuk membunuh musuhnya yang mematikan ini, dan menyebut isyarat ini sebagai firman dari Yehovah).

 

Memang ‘bimbingan’ dari providensia Allah belum tentu bisa dianggap sebagai kehendak Tuhan yang Ia ingin kita lakukan.

 

Contoh:

 

·        kalau seadanya kejadian bisa ditafsirkan seperti penafsiran para anak buah Daud, maka pada waktu Yusuf digoda istri Potifar, iapun boleh berzinah dengannya, karena itu pasti kehendak Allah!

 

·        3 x saya memberikan kepada Steve disket berisikan file Saksi Yehuwa tentang Allah Tritunggal, tetapi 3 x juga ada sesuatu yang salah sehingga tak bisa dibuka / dimasukkan internet. Apakah kita harus menyimpulkan dari sini bahwa itu adalah kehendak Allah, dalam arti Allah tak menghendaki file tersebut masuk internet? Tidak, saya lebih anggap itu sebagai serangan setan, yang harus terus dilawan dan dikalahkan.

 

Illustrasi: pendeta duduk di kereta api di depan seorang gadis cantik dan sexy. Ia terus berdoa minta dikuatkan oleh Tuhan supaya jangan jatuh ke dalam perzinahan. Tetapi godaan itu terus menerus menekan. Suatu saat kereta api itu mendadak mengerem, sehingga gadis itu terpental dari tempat duduknya ke pangkuan pendeta tersebut. Ia menyambut gadis itu dengan kedua tangannya dan berkata: ‘Ya Tuhan, jadilah kehendakMu’.

 

Ini contoh yang salah, seperti yang ingin dilakukan oleh orang-orang Daud.

 

3)   Tindakan Daud.

 

Ay 5b-6: “(5b) Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. (6) Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul.

 

a)   Daud menolak nasehat dari orang-orangnya; ia tidak mau membunuh Saul.

 

Pulpit Commentary: “with a noble self-control he refuses to take the matter into his own hand, and leaves unto God in trusting faith the executions of his purposes” (= dengan penguasaan diri yang mulia ia menolak untuk menangani persoalan itu sendiri, dan menyerahkan kepada Allah dalam iman yang percaya pelaksanaan dari rencanaNya) - hal 460.

 

Ini kontras dengan orang-orang yang ‘membantu Tuhan’ seperti:

 

·        Sara yang berikan Hagar kepada Abraham

 

·        Ribka yang suruh Yakub dustai Ishak.

 

1.   Apa alasan Daud untuk tidak membunuh Saul?

 

Ay 7: lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: ‘Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.’.

 

Pulpit Commentary: “David bases his allegiance to Saul on religious grounds. He was Jehovah’s Messiah, and as such his persons was sacred. To this principle David steadfastly adhered (see ch. 26:9; 2Sam 1:16)” [= Daud mendasarkan kesetiaannya kepada Saul pada dasar-dasar agama. Ia (Saul) adalah Mesias (orang yang diurapi) dari Yehovah, dan orang-orang seperti itu adalah kudus / keramat. Pada prinsip ini Daud melekat dengan setia (lihat pasal 26:9; 2Sam 1:16)] - hal 460.

 

1Sam 26:9 - “Tetapi kata Daud kepada Abisai: ‘Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?’”.

 

2Sam 1:16 - “Dan Daud berkata kepadanya: ‘Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata: Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN.’”.

 

Bandingkan juga dengan 1Taw 16:22 - “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabiKu!. Bandingkan dengan Maz 105:15 yang bunyinya persis seperti 1Taw 16:22..

 

2.   Daud bukan hanya tidak mau membunuh Saul, tetapi ia juga melarang anak buahnya membunuh Saul.

 

Ay 8a: Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul..

 

Dari ay 8a ini terlihat bahwa bukan hanya Daud sendiri tidak mau membunuh Saul, tetapi ia juga melarang anak buahnya untuk membunuh Saul.

 

Seringkali kita tak mau melakukan suatu tindakan yang kita anggap dosa, tetapi kita mau kalau orang lain melakukannya untuk kita. Ini tidak konsisten, tetapi sering terjadi.

 

Pulpit Commentary: “with strong faith in an over-ruling Providence he leaves his cause with God. Personal retaliation for injuries done is no part of our duty. ‘Vengeance is mine, I will repay, saith the Lord.’ Whether we succeed in a difficult work is not our business. To have done right is the chief concern” (= dengan iman yang kuat pada providensia yang mengatasi semua ia menyerahkan perkaranya kepada Allah. Pembalasan dendam pribadi untuk rasa sakit / kerugian yang dilakukan kepada kita bukanlah bagian dari kewajiban kita. ‘Pembalasan adalah hakKu, Aku akan membalas, firman Tuhan’. Apakah kita berhasil dalam pekerjaan yang sukar bukanlah urusan kita. Melakukan apa yang baik adalah perhatian yang terutama) - hal 467.

 

b)   Daud hanya hanya memotong punca jubah Saul lalu pergi.

 

Ay 5b-6: “(5b) Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. (6) Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul.

 

Seandainya Daud membunuh Saul dan lalu hatinya berdebar-debar, maka itu merupakan sesuatu yang lumrah. Tetapi Daud tak membunuh atau melukai Saul. Ia hanya memotong punca jubahnya, tetapi untuk tindakan inipun hatinya berdebar-debar yang menunjukkan bahwa hati nuraninya menegur dia. Ia menyesali hal ini karena ia menganggap tindakan itu sebagai tindakan yang menghina kewibawaan Saul. Ini menunjukkan betapa pekanya hati nurani Daud terhadap dosa.

 

Matthew Henry: “Note, It is a good thing to have a heart within us smiting us for sins that seem little; it is a sign that conscience is awake and tender, and will be the means of preventing greater sins” (= Perhatikan, Merupakan sesuatu yang baik untuk mempunyai suatu hati dalam kita yang memukul / menegur kita untuk dosa-dosa yang kelihatannya kecil; itu merupakan suatu tanda bahwa hati nurani itu terjaga / bangun dan lembut, dan akan menjadi cara untuk mencegah dosa-dosa yang lebih besar).

 

Pulpit Commentary: “Even for this his heart smote him. So tender was his conscience that he condemned himself for even deviating so slightly from the respect due to the anointed king” (= Bahkan untuk hal ini hatinya memukul dia. Begitu lembut hati nuraninya sehingga mengecam dirinya sendiri, bahkan untuk penyimpangan yang begitu sedikit dari rasa hormat yang seharusnya diberikan kepada raja yang diurapi) - hal 460.

 

Lebih-lebih mengingat bahwa Saul bukanlah seorang imam atau nabi, tetapi hanya seorang raja, dan bahkan seorang raja brengsek yang telah ditolak oleh Tuhan, maka sikap hati Daud ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Bandingkan dengan banyak orang Kristen pada saat ini yang berani bersikap kurang ajar kepada, dan memotong leher dari, para hamba-hamba Tuhan yang sejati.

 

III) Daud menunjukkan diri kepada Saul.

 

1)   Daud memanggil Saul dan menunjukkan hormat kepadanya.

 

Ay 8b-9: (8b) Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya. (9) Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: ‘Tuanku raja!’ Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah.

 

2)   Daud menyatakan tentang orang-orang yang ‘membakar’ Saul.

 

Ay 10: Lalu berkatalah Daud kepada Saul: ‘Mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celakamu?.

 

Barnes’ Notes: “David was quite aware that there were flatterers at Saul’s court who were continually inflaming the King’s mind by their false accusations against him. This explains the language of many of the Psalms, e. g. Ps. 10; 11; 12; 35; and many more” (= Daud cukup sadar bahwa ada penjilat-penjilat di istana Saul yang terus menerus ‘membakar’ pikiran sang raja dengan tuduhan-tuduhan palsu terhadap dia. Ini menjelaskan bahasa dari banyak mazmur-mazmur, contoh Maz 10; 11; 12; 35; dan lebih banyak lagi).

 

Dari ayat ini terlihat bahwa ada orang-orang yang ‘ngobongi’ Saul sehingga makin benci Daud. Apakah saudara juga sering melakukan hal seperti ini, yang menyebabkan 2 orang menjadi bermusuhan / makin bermusuhan? Kalau saudara adalah orang seperti ini cepatlah bertobat sebelum Tuhan menghancurkan saudara. Kalau saudara adalah orang yang mudah ‘dibakar’, sadarilah bahwa saudara adalah orang yang bodoh seperti Saul. Jangan sembarangan percaya kata-kata orang-orang brengsek yang ‘membakar’ saudara.

 

3)   Daud memberitahu Saul bahwa tadi ia bisa membunuhnya, tetapi ia tidak melakukannya.

 

Ay 11: Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.

 

a)   Dari kata-kata ini terlihat bahwa ada orang yang berusaha ‘membakar’ Daud, tetapi berbeda dengan Saul yang membiarkan dirinya ‘dibakar’, Daud tidak demikian. Jadilah orang seperti Daud, bukan seperti Saul.

 

b)   tetapi aku merasa sayang kepadamu’.

 

KJV: ‘but mine eye spared thee’ (= tetapi mataku menyelamatkan engkau).

 

NIV: but I spared you (= tetapi aku menyelamatkan engkau).

 

c)   Providensia Allah tak boleh diikuti secara membuta.

 

Pulpit Commentary: “Had David killed Saul, it would have seemed as if it were ordered by Providence so to be, and as if by putting Saul into his power God had intended his death. But what seem to us to be the leadings of Providence are not to be blindly followed. Possibly David’s first thought was that God intended Saul to die, and so the Vulgate, ‘I thought to kill thee.’ But immediately a truer feeling came over his mind, and he recognised that opportunities, such as that just given him, may be temptations to be overcome” (= Seandainya Daud membunuh Saul, itu akan terlihat seakan-akan itu diatur oleh providensia untuk menjadi begitu, dan seakan-akan dengan meletakkan Saul ke dalam kuasanya, Allah memaksudkan kematiannya. Tetapi apa yang kelihatan bagi kita sebagai bimbingan dari providensia tidak boleh diikuti secara membuta. Mungkin pikiran pertama dari Daud adalah bahwa Allah memaksudkan Saul untuk mati, dan demikianlah Vulgate: ‘Aku berpikir untuk membunuh engkau’. Tetapi segera suatu perasaan yang lebih benar datang kepada pikirannya, dan ia mengenali bahwa kesempatan-kesempatan itu, seperti yang baru diberikan kepadanya, bisa merupakan pencobaan-pencobaan yang harus dikalahkan) - hal 460.

 

Catatan: saya tak percaya pada terjemahan Latin Vulgate di sini.

 

Penerapan:

 

·        Kalau saudara sedang butuh uang, dan ada kesempatan terbuka untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak jujur, apakah itu saudara anggap sebagai pimpinan / berkat dari Tuhan, atau sebagai pencobaan yang harus saudara atasi / kalahkan?

 

·        Kalau saudara mencari dan berdoa untuk seorang pacar, dan lalu muncul seorang non kristen yang jatuh cinta kepada saudara, apakah itu saudara anggap sebagai pimpinan dari Tuhan, atau sebagai pencobaan yang harus saudara hadapi dan kalahkan?

 

4)   Daud memberi bukti yang mendukung kata-katanya tadi.

 

Ay 12: Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.

 

Daud beri bukti bahwa berbeda dengan pemikiran Saul / laporan yang diterima Saul bahwa Daud berusaha mencelakakan dia, sebaliknya ia menjaga Saul. Saul percaya sebentar tetapi lalu kembali mengejar Daud lagi. Orang yang dikuasai iri hati / kecemburuan, memang sering menjadi tidak punya logika.

 

5)   Daud berani menjadikan Tuhan sebagai hakim antara dia dengan Saul.

 

Ay 13-16: (13) TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau; (14) seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau. (15) Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja! (16) Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu.’.

 

a)   Ini menunjukkan bahwa Daud sama sekali tak bersalah dalam persoalan ini.

 

Biasanya pada waktu terjadi pertengkaran, kedua pihak mempunyai kesalahan. Kalau demikian faktanya, Daud tak akan berani meminta Allah menjadi Hakim di antara mereka (ay 13,16). Bahwa ia berani melakukan hal itu, menunjukkan bahwa dalam kasus ini ia sama sekali tidak bersalah.

 

b)   Daud menyebut dirinya sebagai ‘anjing mati’ dan ‘kutu’ (ay 15)..

 

Jamieson, Fausset & Brown: “This language, ‘a dead dog, a flea’ - terms by which, like Eastern people, he strongly expressed a sense of his lowliness” (= Bahasa ini, ‘seekor anjing mati, kutu’ - istilah-istilah dengan mana, seperti orang-orang Timur, ia menyatakan dengan kuat suatu kesan dari kerendahannya).

 

Keil & Delitzsch: “By these similes David meant to describe himself as a perfectly harmless and insignificant man, of whom Saul had no occasion to be afraid, and whom the king of Israel ought to think it beneath his dignity to pursue. A dead dog cannot bite or hurt, and is an object about which a king ought not to trouble himself (cf. 2 Sam. 9:8 and 16:9, where the idea of something contemptible is included). The point of comparison with a flea is the insignificance of such an animal (cf. 1 Sam 26:20).” [= Dengan kiasan-kiasan ini Daud bermaksud untuk menggambarkan dirinya sendiri sebagai sama sekali tak berbahaya dan tak berarti, tentang siapa Saul tak punya alasan untuk takut, dan yang harus dianggap oleh raja Israel sebagai orang yang ada di bawah martabatnya untuk dikejar. Sekor anjing mati tidak bisa menggigit atau melukai, dan itu adalah suatu obyek tentang mana seorang raja tak perlu merepotkan dirinya sendiri (bdk. 2Sam 9:8 dan 16:9, dimana arti dari sesuatu yang menjijikkan tercakup). Titik perbandingan dengan seekor kutu adalah ketidak-berartian dari binatang itu (bdk. 1Sam 26:20)].

 

Saul takut kepada Daud padahal Daud adalah seseorang yang sama sekali tidak membahayakan. Ini tidak aneh, karena orang fasik bisa takut bahkan pada saat tidak ada sesuatu apapun yang menakutkan.

 

Im 26:36-37 - “(36) Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu”.

 

Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

 

Apakah saudara seperti orang fasik yang takut pada segala sesuatu, atau seperti orang benar yang merasa aman dalam segala keadaan?

 

IV) Tanggapan Saul.

 

Ay 17-22: (17) Setelah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: ‘Suaramukah itu, ya anakku Daud?’ Sesudah itu dengan suara nyaring menangislah Saul. (18) Katanya kepada Daud: ‘Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. (19) Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. (20) Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. (21) Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu. (22) Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku.’.

 

1)   Sikap Daud dan kata-katanya yang lembut melunakkan Saul (sekalipun hanya untuk sementara waktu). Bdk. Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.

 

2)   Tangisan Saul bukanlah tanda pertobatan yang sejati.

 

Matthew Henry: “as one that relented at the thought of his own folly and ingratitude, he lifted up his voice and wept, v. 16. Many mourn for their sins that do not truly repent of them, weep bitterly for them, and yet continue in love and league with them (= seperti seseorang yang menyesal / menjadi lunak karena pemikiran tentang kebodohannya dan rasa tak tahu terima kasihnya sendiri, ia menyaringkan suaranya dan menangis, ay 16. Banyak orang berkabung untuk dosa-dosa mereka yang tidak sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa itu, menangis dengan pahit untuk dosa-dosa itu, tetapi terus mengasihi dan berkumpul / bersatu dengan dosa-dosa itu).

 

Jangan terlalu cepat senang kalau saudara melihat orang yang saudara injili / nasehati menangis. Itu bisa menunjukkan bahwa ia betul-betul bertobat, tetapi tidak selalu demikian.

 

Kalau saudara adalah orang yang sering menangis pada waktu mendengar Injil / Firman Tuhan, jangan terlalu cepat menganggap bahwa saudara sudah betul-betul bertobat. Saul menangis tetapi tidak sungguh-sungguh bertobat. Yudas Iskariot menyesal, tetapi tidak sungguh-sungguh bertobat. Pastikanlah bahwa tangisan / penyesalan saudara bukan bersifat semu dan sementara seperti ini.

 

3)   Saul mengakui bahwa Daud lebih benar dari pada dia.

 

Matthew Henry: “This fair confession was enough to prove David innocent (even his enemy himself being judge), but not enough to prove Saul himself a true penitent. He should have said, ‘Thou are righteous, but I am wicked’; but the utmost he will own is this: ‘Thou art more righteous than I’. Bad men will commonly go no further than this in their confessions; they will own they are not so good as some others are; there are those that are better than they, and more righteous” [= Pengakuan yang adil ini cukup untuk membuktikan Daud tak bersalah (bahkan pada saat musuhnya sendiri yang menjadi hakim), tetapi tidak cukup untuk membuktikan Saul sendiri sebagai petobat sejati. Ia seharusnya berkata: ‘Engkau benar, tetapi aku jahat’; tetapi yang paling banyak mau ia akui adalah ini: ‘Engkau lebih benar dari aku’. Orang jahat biasanya tak mau pergi lebih jauh dari pada ini dalam pengakuan mereka; mereka mau mengakui bahwa mereka tak sebaik seperti beberapa orang lain; ada orang-orang yang lebih baik dari mereka, dan lebih benar].

 

4)   Daud membalas kejahatan dengan kebaikan.

 

Bdk. Ro 12:17-21 - “(17) Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! (18) Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (19) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (20) Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. (21) Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!.

 

5)   Kata-kata Saul dalam ay 21 menunjukkan bahwa ia bukan hanya sadar bahwa Allah telah menolak dia, tetapi juga bahwa Allah telah memilih Daud menjadi raja menggantikannya. Lalu mengapa ia tetap mengejar-ngejar dan ingin membunuh Daud? Karena ia menekan kebenaran!

 

Pulpit Commentary: “Every man persisting in a sinful course has to force out truth from thought. ... Sin makes men dishonest to themselves; under its power they are not of the truth. They prefer darkness because their deeds are evil” (= Setiap orang yang bertahan dalam jalan yang berdosa harus memaksakan kebenaran keluar dari pikiran. ... Dosa membuat manusia tak jujur dengan diri mereka sendiri; di bawah kuasanya mereka bukan dari kebenaran. Mereka lebih memilih kegelapan karena tindakan-tindakan mereka jahat) - hal 408,409.

 

Misalnya: saudara diharuskan berdusta dalam pekerjaan saudara. Saudara bertahan dalam jalan dosa itu, dan saudara akan berusaha untuk memaksakan kebenaran keluar dari sana. Atau dengan kata lain, saudara akan berusaha membenarkan jalan yang berdosa itu.

 

Misalnya dengan berkata: ‘Semua orang begitu’. ‘Di Indonesia tak bisa bekerja tanpa menjadi seperti itu’. ‘Yang menyuruh kan bossnya, jadi dia yang salah’.

 

Atau saudara tetap bekerja / mempekerjakan orang pada hari Sabat. Saudara membenarkan diri dengan berkata: ‘Tetapi uangnya saya berikan kepada Tuhan’, dan sebagainya.

 

6)   Saul menyuruh Daud bersumpah untuk tidak membunuh keluarganya (ay 22).

 

Adam Clarke: “‘Swear now.’ Saul knew that an oath would bind David, though it was insufficient to bind himself; see 1 Sam. 19:6. He had sworn to his son Jonathan that David should not be slain; and yet sought by all means in his power to destroy him!” (= ‘Bersumpahlah sekarang’. Saul tahu bahwa suatu sumpah akan mengikat Daud, sekalipun itu tidak cukup untuk mengikat dirinya sendiri; lihat 1Sam 19:6. Ia telah bersumpah kepada anaknya Yonatan bahwa Daud tidak akan dibunuh; tetapi ia mengusahakan dengan segala cara dalam kuasanya untuk menghancurkan dia!).

 

V) Daud bersumpah dan mereka berpisah.

 

Ay 23: Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul. Kemudian pulanglah Saul ke rumahnya, sedang Daud dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung.

 

1)   Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul.

 

Sumpah tidak dilarang secara mutlak! Banyak orang berdasarkan kata-kata Yesus dalam Mat 5:34 melarang sumpah secara mutlak.

 

Mat 5:33-37 - “(33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. (34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, (35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; (36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. (37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”.

 

Alasan-alasan yang menunjukkan bahwa sumpah tidak mungkin dilarang secara mutlak:

 

a)   Perjanjian Lama mengijinkan, bahkan mengharuskan sumpah, dalam hal-hal tertentu.

 

Ul 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.

 

Kel 22:7-8 - “(7) Apabila seseorang menitipkan kepada temannya uang atau barang, dan itu dicuri dari rumah orang itu, maka jika pencuri itu terdapat, ia harus membayar ganti kerugian dua kali lipat. (8) Jika pencuri itu tidak terdapat, maka tuan rumah harus pergi menghadap Allah untuk bersumpah, bahwa ia tidak mengulurkan tangannya mengambil harta kepunyaan temannya”.

 

Kel 22:10-11 - “(10) Apabila seseorang menitipkan kepada temannya seekor keledai atau lembu atau seekor domba atau binatang apapun dan binatang itu mati, atau patah kakinya atau dihalau orang dengan kekerasan, dengan tidak ada orang yang melihatnya, (11) maka sumpah di hadapan TUHAN harus menentukan di antara kedua orang itu, apakah ia tidak mengulurkan tangannya mengambil harta kepunyaan temannya, dan pemilik harus menerima sumpah itu, dan yang lain itu tidak usah membayar ganti kerugian”.

 

Bil 5:11-28 - “(11) TUHAN berfirman kepada Musa: (12) ‘Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila isteri seseorang berbuat serong dan tidak setia terhadap suaminya, (13) dan laki-laki lain tidur dan bersetubuh dengan perempuan itu, dengan tidak diketahui suaminya, karena tinggal rahasia bahwa perempuan itu mencemarkan dirinya, tidak ada saksi terhadap dia, dia tidak kedapatan, (14) dan apabila kemudian roh cemburu menguasai suami itu, sehingga ia menjadi cemburu terhadap isterinya, dan perempuan itu memang telah mencemarkan dirinya, atau apabila roh cemburu menguasai suami itu, sehingga ia menjadi cemburu terhadap isterinya, walaupun perempuan itu tidak mencemarkan dirinya, (15) maka haruslah orang itu membawa isterinya kepada imam. Dan orang itu harus membawa persembahan karena perempuan itu sebanyak sepersepuluh efa tepung jelai, yang ke atasnya tidak dituangkannya minyak dan yang tidak dibubuhinya kemenyan, karena korban itu ialah korban sajian cemburuan, suatu korban peringatan yang mengingatkan kepada kedurjanaan. (16) Maka haruslah imam menyuruh perempuan itu mendekat dan menghadapkannya kepada TUHAN. (17) Lalu imam harus membawa air kudus dalam suatu tempayan tanah, kemudian harus memungut debu yang ada di lantai Kemah Suci dan membubuhnya ke dalam air itu. (18) Apabila imam sudah menghadapkan perempuan itu kepada TUHAN, haruslah ia menguraikan rambut perempuan itu, lalu meletakkan korban peringatan, yakni korban sajian cemburuan, ke atas telapak tangan perempuan itu, sedang di tangan imam haruslah ada air pahit yang mendatangkan kutuk. (19) Maka haruslah imam menyumpah perempuan itu dengan berkata kepadanya: Jika tidak benar ada laki-laki yang tidur dengan engkau, dan jika tidak engkau berbuat serong kepada kecemaran, padahal engkau di bawah kuasa suamimu, maka luputlah engkau dari air pahit yang mendatangkan kutuk ini; (20) tetapi jika engkau, padahal engkau di bawah kuasa suamimu, berbuat serong dan mencemarkan dirimu, oleh karena orang lain dari suamimu sendiri bersetubuh dengan engkau - (21) dalam hal ini haruslah imam menyumpah perempuan itu dengan sumpah kutuk, dan haruslah imam berkata kepada perempuan itu - maka TUHAN kiranya membuat engkau menjadi sumpah kutuk di tengah-tengah bangsamu dengan mengempiskan pahamu dan mengembungkan perutmu, (22) sebab air yang mendatangkan kutuk ini akan masuk ke dalam tubuhmu untuk mengembungkan perutmu dan mengempiskan pahamu. Dan haruslah perempuan itu berkata: Amin, amin. (23) Lalu imam harus menuliskan kutuk itu pada sehelai kertas dan menghapusnya dengan air pahit itu, (24) dan ia harus memberi perempuan itu minum air pahit yang mendatangkan kutuk itu, dan air itu akan masuk ke dalam badannya dan menyebabkan sakit yang pedih. (25) Maka haruslah imam mengambil korban sajian cemburuan dari tangan perempuan itu lalu mengunjukkannya ke hadapan TUHAN, dan membawanya ke mezbah. (26) Sesudah itu haruslah imam mengambil segenggam dari korban sajian itu sebagai bagian ingat-ingatannya dan membakarnya di atas mezbah, kemudian memberi perempuan itu minum air itu. (27) Setelah terjadi demikian, apabila perempuan itu memang mencemarkan dirinya dan berubah setia terhadap suaminya, air yang mendatangkan sumpah serapah itu akan masuk ke badannya dan menyebabkan sakit yang pedih, sehingga perutnya mengembung dan pahanya mengempis, dan perempuan itu akan menjadi sumpah kutuk di antara bangsanya. (28) Tetapi apabila perempuan itu tidak mencemarkan dirinya, melainkan ia suci, maka ia akan bebas dan akan dapat beranak.’”.

 

1Raja 8:31-32 - “(31) Jika seseorang telah berdosa kepada temannya, lalu diwajibkan mengangkat sumpah dengan mengutuk dirinya, dan dia datang bersumpah ke depan mezbahMu di dalam rumah ini, (32) maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga dan bertindak serta mengadili hamba-hambaMu, yakni menyatakan bersalah orang yang bersalah dengan menanggungkan perbuatannya kepada orang itu sendiri, tetapi menyatakan benar orang yang benar dengan memberi pembalasan kepadanya yang sesuai dengan kebenarannya”.

 

Dan Yesus tidak mungkin bertentangan dengan Perjanjian Lama.

 

Bdk. Mat 5:17-19 - “(17) ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.

 

b)   Allah sendiri bersumpah.

 

Ibr 6:13-17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, kataNya: (14) ‘Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.’ (15) Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. (16) Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. (17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah.

 

c)   Yesus sendiri menghormati sumpah.

 

Pada waktu Yesus diadili oleh Sanhedrin, dan Ia disuruh berbicara di bawah sumpah, Ia bukannya menegur mereka yang menyuruhNya bersumpah, tetapi sebaliknya Ia mau menjawab, padahal tadinya Ia tidak mau berbicara.

 

Mat 26:63-64 - “(63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepadaNya: ‘Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.’ (64) Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”.

 

d)   Dalam Wah 10:5-6 malaikat bersumpah.

 

Wah 10:5-6 - “Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit, dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.

 

e)   Paulus sering bersumpah.

 

Ro 1:9 - “Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil AnakNya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu”.

 

Ro 9:1 - “Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus”.

 

1Kor 15:31 - “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar”.

 

2Kor 1:23 - “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku - Ia mengenal aku -, bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk menyayangkan kamu”.

 

Gal 1:20 - Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta”.

 

Fil 1:8 - “Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian”.

 

Betul-betul tidak terbayangkan bahwa Paulus, yang adalah rasul yang begitu saleh, bisa berulang kali bersumpah kalau sumpah memang dilarang secara mutlak.

 

Matthew Henry mengatakan bahwa Daud menepati sumpah ini. Ia mendukung Mefiboset (2Sam 9), dan menghukum mati orang-orang yang membunuh Isyboset (2Sam 4:5-12). Penggantungan 7 keturunan Saul, sebagai penebusan untuk penghancuran orang-orang Gibeon, merupakan penetapan Allah, bukan tindakan / keputusan Daud (2Sam 21:1-14), dan karena itu bukan merupakan pelanggaran terhadap sumpah ini.

 

2)   Kemudian pulanglah Saul ke rumahnya.

 

Matthew Henry: “Saul, for the present, desisted from the persecution. He went home convinced, but not converted; ashamed of his envy of David, yet retaining in his breast that root of bitterness; vexed that, when at last he had found David, he could not at that time find in his heart to destroy him, as he had designed. God has many ways to tie the hands of persecutors, when he does not turn their hearts” (= Saul, untuk saat ini, berhenti dari penganiayaan. Ia pulang dengan diyakinkan, tetapi tidak dipertobatkan; malu tentang iri hatinya kepada Daud, tetapi mempertahankan dalam dadanya akar dari kepahitan itu; jengkel bahwa, pada waktu akhirnya ia menemukan Daud, pada saat itu ia tidak bisa dikuatkan untuk menghancurkan dia, seperti yang telah ia rencanakan. Allah mempunyai banyak jalan / cara untuk mengikat tangan-tangan dari para penganiaya, pada waktu Ia tidak membalikkan / mempertobatkan hati mereka).

 

Pulpit Commentary: “An evildoer may be thrown into a fit of shame and grief over his own misconduct, promise amendment with tears, and yet never truly repent. ... Saul had only relented for a little while, not really repented of his malignant purpose. Softened feeling is one thing, repentance in mind and purpose another thing” (= Seorang pembuat kejahatan bisa dilemparkan ke dalam rasa malu dan sedih atas perbuatan jahatnya sendiri, menjanjikan perbaikan dengan air mata, tetapi tidak pernah sungguh-sungguh bertobat. ... Saul hanya melunak untuk waktu yang singkat, tidak sungguh-sungguh bertobat dari tujuannya yang sangat jahat. Perasaan yang dilunakkan sangat berbeda dengan pertobatan dalam pikiran dan tujuan) - hal 474.

 

Pulpit Commentary: “Not long afterwards Saul was again in pursuit of David, and his heart was more obdurate than ever (ch. 26:1). Transient goodness issues in permanent destruction. ... Men may be near the kingdom of God and yet never enter into it” [= Tak lama setelah itu Saul kembali mengejar Daud, dan hatinya lebih keras dari yang sudah-sudah (pasal 26:1). Kebaikan yang sementara mengeluarkan / menghasilkan kehancuran kekal. ... Orang-orang bisa dekat dengan Kerajaan Allah tetapi tidak pernah masuk ke dalamnya] - hal 473.

 

Bdk. Mat 12:43-45 - “(43) ‘Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.’”.

 

Karena itu kalau saudara pernah dilunakkan oleh Injil / Firman Tuhan tetapi saudara kembali lagi ke jalan kekafiran, maka saudara akan menjadi orang yang jauh lebih keras dan jauh lebih sukar untuk dipertobatkan.

 

Juga kalau saudara dilunakkan / disadarkan oleh Firman Tuhan terhadap dosa tertentu yang ada dalam hidup saudara, dan saudara lalu menguranginya / membuangnya, tetapi saudara lalu kembali lagi kepada dosa itu, biasanya saudara akan menjadi lebih keras dan lebih sukar untuk dipertobatkan.

 

Jadi, pastikanlah bahwa saudara mengalami pertobatan yang sungguh-sungguh, bukan pertobatan yang sementara dan semu!

 

3)   sedang Daud dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung.

 

Jelas bahwa Daud tak mempercayai bahwa Saul betul-betul bertobat, dan karena itu ia tak mau ikut dengan Saul, tetapi kembali ke kubu gunung.

 

Adam Clarke: “David could not trust Saul with his life; ... He was no longer under the divine guidance; an evil spirit had full dominion over his soul. What God does not fill the Devil will occupy” (= Daud tidak bisa mempercayakan hidupnya kepada Saul; ... Ia tidak lagi ada di bawah bimbingan ilahi; seorang roh jahat menguasai jiwanya sepenuhnya. Apa yang tidak diisi oleh Allah, akan dihuni oleh Setan).

 

a)   Memang saudara tidak bisa ada di daerah netral. Kalau saudara tak diisi dengan sesuatu yang baik, saudara akan diisi oleh sesuatu yang jelek. Kalau saudara tak diisi / dikuasai oleh Roh Kudus, saudara akan diisi / dikuasai oleh setan. Kalau saudara tak diisi oleh Firman Tuhan, saudara akan diisi oleh ajaran yang salah / sesat. Mana pilihan saudara?

 

b)   Daud tahu bahwa Saul sudah dikuasai setan, dan juga bahwa Saul adalah orang yang mudah berubah-ubah. Karena itu ia tidak mempercayakan dirinya kepada Saul dan tidak mau ikut pulang bersama Saul, tetapi kembali ke tempat persembunyiannya.

 

Amsal 14:15 - “Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya”.

 

Penerapan:

 

Jangan mudah percaya kepada orang fasik!

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com