Eksposisi Kitab Yosua

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

Yosua 5:1-12

 

 

Dari ay 1 terlihat bahwa orang-orang Kanaan menghadapi peperangan dengan rasa takut dan putus asa. Padahal kalau dilihat dari 6:1 terli­hat dengan jelas bahwa mereka melakukan persiapan untuk perang. Jadi kesimpulannya: sudah siap (secara jasmani), tetapi tetap takut, putus asa dan yakin kalah!

 

Sekarang, mari kita lihat apa yang dilakukan oleh bangsa Israel pada saat-saat menjelang peperangan dengan orang Kanaan:

 

 

I) Penyunatan (ay 2-9).

 

1)   Saat itu bangsa Israel memang belum sunat, karena orang Israel yang telah disunat di Mesir, sudah mati semua di padang gurun, sedangkan generasi baru yang lahir di padang gurun itu, belum disunat (ay 4-7).

 

Mengapa mereka tidak disunat selama di padang gurun? Ada 2 kemung­kinan jawaban:

 

a)   Mereka mengabaikan perintah untuk sunat (bdk. Kej 17:9-14).

 

Mungkin dengan alasan bahwa di padang gurun adalah sesuatu yang sangat sukar untuk melakukan penyunatan, mereka akhirnya menga­baikan hukum / perintah Tuhan untuk sunat. Pengabaian ini ber­langsung berlarut-larut sehingga menjadi tradisi selama 40 tahun!

 

Penerapan:

 

Hati-hati dengan dosa yang saudara biarkan berlarut-larut sehingga menjadi tradisi dan tidak lagi saudara anggap sebagai dosa. Misalnya: dusta dalam pekerjaan, mempekerjakan pembantu / pegawai pada hari Minggu, mengurangi persembahan perpuluhan, menga­baikan / meremehkan Persekutuan Doa, tidak bertanggung jawab dalam pelayanan, suka mengeluarkan kata-kata kotor dsb.

 

Keberatan terhadap teori ini: Musa pernah hampir dibunuh oleh Tuhan karena lalai menyunatkan anaknya (Kel 4:24-26). Mungkinkah sekarang ia melalaikan penyunatan terhadap bangsa Israel sampai 40 tahun?

 

b)   Sejak pemberontakan umat Israel dalam Bil 14, Tuhan menolak mereka sebagai umatNya (NB: khususnya bacalah Bil 14:34). Karena penolakan ini, maka tentu saja sunat, yang merupakan tanda perjanjian antara Allah dan umatNya, sudah tidak lagi dibutuh­kan, sampai muncul generasi yang baru yang diterima kembali oleh Tuhan.

 

2)   Tuhan menyuruh Yosua menyunat bangsa Israel (ay 2).

 

a)   Tujuan penyunatan ini: supaya perjanjian antara Allah dan generasi baru itu dipulihkan.

 

Jadi, pada saat menjelang peperangan melawan orang Kanaan itu, bangsa Israel melakukan persiapan secara rohani, yaitu memulih­kan hubungan / perjanjian antara mereka dengan Allah! Ini penting, karena kalau tidak, Tuhan tidak akan menyertai mereka dalam peperangan itu, sehingga mereka pasti akan kalah.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara mau melakukan sesuatu yang bersifat rohani, seperti pelayanan, PI dsb, maka adalah sesuatu yang keterlaluan kalau saudara tidak melakukan persiapan secara rohani. Tetapi bagai­mana kalau saudara mau melakukan sesuatu yang bersifat jasmani? Misalnya:

 

·        kalau saudara mau menghadapi ulangan / ujian, apakah saudara hanya melakukan persiapan jasmani, seperti belajar dsb? Apakah saudara justru membuang hal-hal rohani (kebaktian, saat teduh) untuk melakukan persiapan jasmani? Kalau ya, itu berarti saudara membuang penyertaan Tuhan pada perjuangan saudara itu!

 

·        kalau saudara mau membeli barang, seperti TV, AC, mobil dsb, apakah saudara meminta pimpinan Tuhan dalam memilih barang?

 

b)   Saat penyunatan itu: pada saat mereka sudah menyeberangi sungai Yordan, dan sudah betul-betul dekat dengan orang Kanaan, khusus­nya kota Yerikho.

 

Ini sebetulnya merupakan saat yang berbahaya untuk sunat, karena setelah disunat orang akan kesakitan dan tidak bisa berperang untuk waktu yang cukup lama (bdk. ay 8). Apalagi kalau diingat bahwa pada jaman itu belum ada ilmu kedokteran dan obat (antibi­otik) seperti sekarang ini. Bagaimana kalau pada saat mereka sedang kesakitan bangsa Kanaan menyerang mereka? Bandingkan dengan cerita dalam Kej 34:13-29!

 

Jadi Tuhan memerintahkan untuk sunat pada saat ini, jelas seka­ligus untuk menguji iman mereka!

 

3)   Hebatnya, Yosua maupun bangsa Israel mau mentaati perintah Tuhan untuk sunat itu (ay 3,7).

 

Akibatnya: ‘cela Mesir’ dihapuskan dari bangsa Israel (ay 9). Apa artinya ‘cela Mesir’ itu? Ada 2 penafsiran:

 

a)   Pada saat Israel ‘tak disunat’ mereka dalam keadaan tercela karena tak berbeda dengan orang Mesir. Sekarang dengan disunat­nya mereka, maka cela itu dihapuskan.

 

b)   Tak disunatnya mereka menunjukkan bahwa mereka ditolak oleh Tuhan. Penolakan Tuhan terhadap umat pilihanNya sendiri sering menimbulkan ejekan dari orang Mesir seperti dalam Kel 32:12  Bil 14:13-16  Ul 9:28  32:27. Tetapi dengan disunatnya mereka, berarti bahwa mereka diterima kembali oleh Allah, maka celaan seperti itu tidak akan ada lagi.

 

 

II) Perjamuan Paskah (ay 10).

 

1)   Perintah Tuhan untuk merayakan Paskah (= keluarnya Israel dari Mesir) yang ada dalam Kel 12, juga diabaikan oleh bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun.

 

Kitab Suci hanya mencatat 2 x perayaan Paskah sebelum perayaan Paskah dalam ay 10 ini, yaitu:

 

·        di Mesir, pada malam waktu mereka mau keluar dari Mesir (Kel 12)

 

·        dalam Bil 9.

 

Argumentasi yang menunjukkan bahwa bangsa Israel tak pernah lagi merayakan Paskah selama di padang gurun:

 

a)   Orang yang tak / belum disunat tidak boleh ikut dalam perayaan Paskah (Kel 12:44,48). Sedangkan di atas sudah kita lihat bahwa mereka tidak / belum disunat.

 

b)   Ada penafsir yang berdasarkan Kel 12:25 mengatakan bahwa perayaan Paskah memang seharusnya baru dirayakan kalau bangsa Israel sudah tiba di Kanaan. Dan ia mengatakan bahwa Bil 9 merupa­kan perkecualian, karena disitu ada perintah khusus.

 

Tetapi saya menganggap argumentasi ini salah, karena kalau kita membaca Kel 12:24-25 maka kelihatannya arti yang benar adalah: Paskah harus dirayakan terus-menerus (setiap tahun), bahkan juga kalau bangsa Israel sudah tiba di Kanaan.

 

c)   Amos 5:25 menunjukkan bahwa selama mereka di padang gurun mereka tidak pernah memberikan persembahan / korban kepada Tuhan. Sedangkan kalau mereka merayakan Paskah, maka pasti ada korban / persembahan bagi Tuhan.

 

d)   Di gurun tidak ada tepung yangh cukup bagi mereka untuk membuat roti tak beragi yang dibutuhkan dalam Perjamuan Paskah.

 

2)   Sekarang mereka merayakan Paskah.

 

Tetapi perhatikan urut-urutannya: sunat dulu (ay 2-9), baru merayakan Paskah (ay 10). Bandingkan dengan Kel 12:44,48.

 

Analoginya: karena dalam Perjanjian Baru sunat digantikan oleh Baptisan, dan Perjamuan Paskah digantikan oleh Perjamuan Kudus, maka orang baru boleh mengikuti Perjamuan Kudus, kalau ia sudah dibaptis!

 

 

III) Makan hasil tanah Kanaan (ay 11-12).

 

Hal-hal yang bisa kita pelajari dari sini:

 

1)   Pada saat ada cara alamiah, Tuhan biasanya tidak melakukan mujijat.

 

Pada waktu mereka di padang gurun, mereka tidak bisa makan apa-apa, kecuali kalau Tuhan memberikan mujijat berupa manna yang turun dari langit. Tetapi setelah masuk Kanaan, mereka bisa bercocok tanam sehingga menghasilkan makanan untuk mereka secara alamiah. Karena itu, Tuhan lalu menghentikan pemberian makanan secara mujijat itu.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara sakit pada saat saudara ada di hutan belantara dimana tidak ada obat, dokter dsb, maka saudara boleh mengharapkan mujijat kesembuhan dari Tuhan. Tetapi kalau saudara sakit di kota dimana ada dokter, obat, rumah sakit, dan saudara mempunyai uang untuk membayar, maka janganlah terlalu mengharapkan mujijat kesembuhan.

 

2)   Baik makanan yang mereka dapatkan secara mujijat (manna), maupun makanan yang mereka dapatkan secara alamiah (hasil tanah Kanaan) adalah pemberian Tuhan.

 

Untuk mendapatkan manna mereka boleh dikatakan tak perlu beker­ja. Tetapi untuk mendapatkan hasil tanah Kanaan, mereka harus bersusah payah. Tetapi tetap saja dua-duanya adalah pemberian Tuhan!

 

Penerapan:

 

Kalau suatu hari ada orang yang bermurah hati kepada saudara dan memberikan sejumlah uang kepada saudara tanpa saudara perlu melakukan apa-apa, saudara boleh jadi menganggap itu sebagai pembe­rian dari Tuhan, dan saudara bersyukur atas hal itu. Tetapi bagaima­na kalau saudara harus bekerja keras, lalu saudara memperoleh gaji / keuntungan dari kerja keras saudara? Apakah itu bukan merupakan pemberian Tuhan? Apakah saudara bersyukur kepada Tuhan atas hal itu?

 

Ingat bahwa kalau saudara bisa bekerja, kepandaian, kekuatan dan bahkan kesempatan unutk bekerja, semua diberikan oleh Tuhan! Dan karena itu maka hasilnya adalah pemberian Tuhan!

 

3)   Tuhan tidak senang mempunyai umat / anak yang malas / tak mau bekerja. Andaikata Tuhan memang senang mempunyai anak yang malas, maka pastilah Ia terus memberikan manna sekalipun bangsa Israel sudah menetap di Kanaan.

 

Penerapan:

 

Apakah saudara tergolong orang yang malas, dalam bekerja / belajar / melayani? Kalau ya, sadarilah bahwa hal itu adalah dosa yang menyakiti hati Tuhan! Bertobatlah dan berusahalah untuk menjadi rajin!

 

 

Kesimpulan.

 

Berbeda dengan orang Kanaan yang sekalipun siap secara jasmani tetapi tetap takut, putus asa dan yakin kalah dalam menghadapi peperangan, maka bangsa Israel menghadapi peperangan dengan santai (Ingat bahwa perjamuan Paskah adalah suatu pesta!). Karena apa? Karena persiapan secara rohani dan ketaatan mereka pada perintah Tuhan menyebabkan mereka yakin bahwa Tuhan beserta dengan mereka sehingga mereka yakin akan menang dalam peperangan itu!

 

Kalau saudara menghadapi ‘perang’ di depan, yang mana yang akan saudara tiru, orang Kanaan atau orang Israel?

 

 

-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com