Eksposisi Wahyu kepada Yohanes

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

Wahyu 1:17-20

 

 

Ay 17-18: “Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”.

 

1)   ‘Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati’.

 

a)   Berkat yang menyebabkan ketakutan.

 

Rasul Yohanes melihat Yesus dalam kemuliaan. Seharusnya semua itu menimbulkan sukacita, syukur, dan pujian. Tetapi ternyata ia menjadi takut. Kita juga sering seperti itu dimana kita salah mengerti tentang apa yang terjadi pada kita / di sekitar kita sehingga kita menjadi takut, padahal semua itu membawa berkat bagi kita, dan sebetulnya tidak perlu kita takuti.

 

Dalam suatu buku Saat Teduh diceritakan suatu cerita sebagai berikut:

“The story is told of a lone survivor of a shipwreck who was thrown upon an uninhabited island. After a while he built for himself a rude shelter in which he placed the few precious possessions he had managed to save from the ship. Being a Christian he prayed most earnestly for deliverance, and anxiously scanned the horizon to hail any ship that might come in that direction. One day, upon returning from a hunt for food, he was horrified to find his campsite in flames. All that he had salvaged was disappearing in the smoke! Disaster had struck, or so it appeared. However, that which seemed to have transpired for the worst was in reality for his gain. While to his limited vision such a cruel blow was inexplicable, to God’s infinite wisdom his loss was for the best, and actually resulted in the very thing for which he had been praying most earnestly - for the very next day a ship arrived! ‘We saw your smoke signal,’ the captain said! The Christian recognized then that even his seeming calamity had been God directed” (= Ada suatu cerita tentang seseorang yang merupakan satu-satunya orang yang selamat dari suatu kapal yang karam yang terdampar di suatu pulau yang tidak berpenghuni. Setelah beberapa waktu ia membangun tempat berlindung untuk dirinya sendiri dan di sana ia menempatkan beberapa barang-barang berharga yang berhasil ia selamatkan dari kapal itu. Sebagai seorang kristen ia berdoa dengan sungguh-sungguh untuk pembebasan, dan ia selalu mengawasi kaki langit untuk memanggil kapal yang datang ke arah tersebut. Suatu hari, pada waktu kembali dari mencari makan, ia terkejut karena mendapati bahwa perkemahannya terbakar. Semua barang-barang yang ia selamatkan habis terbakar! Bencana telah menimpa, atau begitulah kelihatannya. Tetapi hal yang terjadi yang kelihatannya sangat buruk itu sebetulnya menguntungkan dia. Sementara bagi pandangannya yang terbatas pukulan yang kejam itu tidak bisa dijelaskan, bagi hikmat Allah yang tak terbatas kerugiannya adalah untuk kebaikannya, dan betul-betul menghasilkan hal untuk mana ia telah berdoa dengan sungguh-sungguh - karena para hari berikutnya sebuah kapal tiba! ‘Kami melihat tanda asapmu’ kata kaptennya! Lalu orang kristen itu menyadari bahwa bahkan hal yang baginya terlihat sebagai bencana telah diarahkan oleh Allah) - ‘Bread for Each Day’, July 30.

 

James B. Ramsey: “Our fears often, nay, generally arise from our misconception of the nature of those means and influences and processes of spiritual discipline and outward providence by which He is working out our salvation. ... Where, indeed, is the child of God who has not fainted in heart and sunk in anxious fears, and wept bitterly over dispensations of God toward him, which he afterwards found out were only the instruments of good and the messengers of grace to his soul? Remember this, ye fearful saints! It is only your own misconceptions, your ignorance and imperfection that give to the events you dread the aspect of terror. Did you understand them, you would see cause to rejoice. ... Away, then, with your fears. You are afraid of your own mercies” (= Rasa takut kita sering, bahkan pada umumnya timbul dari kesalah-mengertian tentang sifat dari cara dan pengaruh dan proses dari disiplin rohani dan providence lahiriah dengan mana Ia sedang mengerjakan keselamatan kita. Dimana ada anak Allah yang tidak pernah kecil hati dan tenggelam dalam rasa takut yang bersifat kuatir, dan menangis dengan pahit tentang pengaturan Allah terhadapnya, yang belakangan mendapatkan bahwa hal-hal itu hanyalah alat-alat kebaikan dan utusan kasih karunia bagi jiwanya? Ingatlah ini hai kamu orang-orang kudus yang takut! Hanyalah kesalah-mengertianmu sendiri, ketidak-tahuanmu dan ketidak-sempurnaanmu yang memberikan kepada peristiwa-peristiwa yang engkau takuti pemandangan yang menakutkan. Andaikata engkau mengerti peristiwa-peristiwa itu, engkau akan melihat alasan untuk bersukacita. Jadi, singkirkanlah rasa takutmu. Engkau takut pada hal-hal yang diberikan Allah karena Ia berbelaskasihan kepadamu) - hal 63.

 

Contoh:

 

1.      Murid-murid menjadi ketakutan dan putus asa pada saat Yesus ditangkap dan dibunuh melalui salib, padahal ini adalah peristiwa yang merupakan berkat bagi mereka (dan juga bagi saudara) karena tanpa peristiwa ini tidak ada pengampunan dosa ataupun keselamatan.

 

2.      Dalam Kej 42:36 Yakub menjadi putus asa dan berkata: ‘Aku inilah yang menanggung segala-galanya’. Ini salah terjemahan.

 

NIV: ‘Everything is against me’ (= Segala sesuatu menentang aku).

 

KJV/NASB: ‘all these things are against me’ (= Semua hal ini menentang aku).

 

Adam Clarke mengomentari bagian ini dengan berkata:

“All these things are against me, said poor desponding Jacob; whereas, instead of being against him, all these things were for him” (= Semua hal-hal ini menentang aku, kata Yakub yang putus asa; padahal semua hal-hal itu bukannya menentang dia, tetapi untuk dia).

 

Ingat, Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah bekerja menentang seorang anakNya yang sungguh-sungguh. Sebaliknya Ia selalu bekerja untuk dia! Bdk. Ro 8:28 (KJV): “... all things work together for good to them that love God” (= ... segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah).

 

Pulpit Commentary mengomentari kata-kata Yakub ini dengan berkata:

 

·        “So God’s providences are often misinterpreted by his saints” (= Demikianlah providensia Allah sering disalahmengerti / disalah-tafsirkan oleh orang-orang kudusNya).

 

·        “How often the believer says, ‘All these things are against me.’ when he is already close upon that very stream of events which will carry him out of his distress into the midst of plenty, peace, and joy of a healed heart in its recovered blessedness” (= Betapa sering orang percaya berkata: ‘Semua hal ini menentang aku’ pada saat ia sudah dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang disembuhkan dalam keberkatan yang dipulihkan).

 

Memang, pada saat itu Yakub sebetulnya sudah dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa dimana ia bertemu kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengarahkan ia kepada pertemuan yang berbahagia itu, tetapi pada saat ini ia justru menjadi putus asa.

 

Bagi kita, karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa melihat betapa bodohnya Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat itu, segalanya terlihat gelap gulita, sehingga ia menjadi putus asa.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara adalah anak Allah, dan saat ini segalanya gelap gulita bagi saudara, jangan putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu pada kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti Yakub, saudara sudah dekat sekali dengan saat yang akan sangat membahagiakan saudara!

 

b)   Rasul Yohanes ‘nggeblak’ / ‘slain of / by the Spirit’ / ‘tumbang dalam Roh’?

 

Apakah rebahnya rasul Yohanes mendukung praktek ‘nggeblak’ dalam kalangan Kharismatik? Perlu diingat bahwa rasul Yohanes tersungkur seperti orang mati, saking takutnya melihat Yesus dengan kemuliaanNya.

 

Leon Morris (Tyndale): “the physical effects of the tremendous vision” (= akibat fisik dari penglihatan yang hebat / dahsyat itu) - hal 54.

 

Ini terlihat jelas dari kata-kata ‘Jangan takut’ yang diucapkan oleh Yesus kepadanya pada akhir dari Wah 1:17. Dalam Kitab Suci memang sering terjadi peristiwa dimana orang yang mendapat penglihatan tentang Tuhan sendiri lalu menjadi begitu takut, bahkan kadang-kadang jatuh pingsan saking takutnya (bdk. Kel 19:16-25  Kel 20:18-21  Hak 6:22-23  Hak 13:20-22  1Raja 19:12-13  Yes 6:1-5  Luk 1:11-13,26-30,65  Luk 2:8-10  Mat 17:6  Mat 28:1-5  Mark 16:4-8  Luk 24:4-5  Wah 22:8). Ini tentu tidak sama dengan orang yang ‘tumbang / rebah di dalam Roh’ dalam kalangan Kharismatik, dimana orangnya rebah / jatuh pingsan tanpa mendapat penglihatan apa-apa.

 

2)   “tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”.

 

a)   “tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut!”.

 

·        Kita yang adalah orang percaya tidak perlu takut pada kehadiranNya!

 

·        William Barclay: “.. there is also something lovely. When the seer fell in awed terror before the vision of the Risen Christ, the Christ stretched out his right hand and placed it on him and bade him not to be afraid. The hand of Christ is strong enough to uphold the heavens and gentle enough to wipe away our tears” (= ... di sini juga ada sesuatu yang bagus / indah. Pada saat sang pelihat jatuh ketakutan di hadapan penglihatan dari Kristus yang telah bangkit, Kristus mengulurkan tangan kananNya dan meletakkannya padanya dan memintanya untuk tidak takut. Tangan Kristus cukup kuat untuk me-nahan / menopang langit dan cukup lembut untuk menghapus air mata kita) - hal 50.

 

·        dalam kata-kataNya selanjutnya Tuhan memberikan alasan-alasan mengapa kita tidak perlu takut.

 

b)   ‘Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir’.

 

‘Aku adalah yang awal’ seharusnya adalah ‘I am the first’ (= Aku adalah yang pertama). Dengan kata-kata ini Yesus mengclaim diriNya sebagai Allah, yang ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.

 

Pulpit Commentary: “Here the Lord Jesus identifies himself with the living God who spake by the prophets. There cannot be two firsts! He who is the First is Jehovah, Lord of hosts. Jesus is the First. Therefore Jesus is the one living and true God” (= Di sini Tuhan Yesus mengidentikkan diriNya dengan Allah yang hidup yang berbicara oleh nabi-nabi. Tidak mungkin ada dua ‘yang pertama’! Ia yang pertama adalah Yehovah, Tuhan semesta alam. Yesus adalah yang pertama. Karena itu Yesus adalah Allah yang hidup dan benar) - hal 16.

 

Penerapan:

 

·        Bagian ini bisa saudara gunakan kalau saudara menghadapi orang-orang Saksi Yehovah. Mengapa? Karena mereka beranggapan bahwa Yesus hanyalah ‘allah kecil’, yang merupakan ciptaan pertama dari Yahweh / Yehovah. Kalau pandangan mereka ini benar, maka hanya Yahweh / Yehovah sendiri sajalah yang berhak berkata: ‘I am the first’ (= Aku adalah yang pertama), dan di sini Yesus seharusnya berkata: ‘I am the second’ (= Aku adalah yang kedua). Tetapi ternyata Yesus tidak berkata demikian. Ia berkata: ‘I am the first’ (= Aku adalah yang pertama)., dan ini membuktikan bahwa Ia betul-betul adalah Allah sendiri.

 

·        Bahwa Yesus adalah Allah, merupakan alasan pertama mengapa kita tidak boleh takut. Ingat baik-baik, Juruselamat dan Gembala kita itu adalah Allah sendiri! Apa yang harus / perlu kita takuti?

 

c)   ‘dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya’.

 

Bahwa Yesus sudah mati, tetapi bangkit kembali, merupakan alasan kedua mengapa kita yang percaya kepada Yesus tidak boleh takut. Paling banter kita mati, tetapi sama seperti Yesus, kitapun akan bangkit. Juga ditinjau secara rohani, kematian dan kebangkitan Yesus membereskan semua dosa kita. Jadi lagi-lagi menyebabkan kita tidak boleh takut.

 

d)   ‘Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut’.

 

Kematian / maut dan kerajaan maut / HADES mempunyai pintu gerbang (Maz 9:14b  Maz 107:18b  Yes 38:10), dan Kristus memegang kuncinya!

 

‘Kunci’ merupakan simbol dari kuasa dan otoritas. Jadi kalau dikatakan bahwa Kristus memegang kunci ‘maut’ / ‘death’ (= kematian), maka itu menunjukkan bahwa saat kematian setiap orang ada dalam tangan dan penguasaan Kristus.

 

James B. Ramsey: “Not a soul can pass from this world to the next, except just at the time and in the circumstances which He ordains” (= Tidak ada satu jiwapun bisa berpindah dari dunia ini ke dunia yang akan datang, kecuali hanya pada saat dan dalam keadaan yang Ia tentukan) - hal 67.

 

Bdk. Mat 10:28-30 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.

 

Dilihat dari ay 28nya kelihatannya sekalipun manusia bisa membunuh kita, kita tetap tidak boleh takut, karena mereka tidak bisa membunuh jiwa. Tetapi dilihat dari ay 29-30nya, terlihat bahwa sebetulnya membunuh tubuh kitapun orang-orang itu tidak bisa, kecuali kalau Tuhan memang menghendaki kematian kita. Ini semua menyebabkan kita tidak boleh takut kepada siapapun!

 

Tetapi apa artinya ‘Kristus memegang kunci kerajaan maut’?

 

·        ‘kerajaan maut’ diterjemahkan ‘hell’ (= neraka) oleh KJV. Kitab Suci bahasa Inggris yang lain tetap menggunakan kata Yunani HADES.

 

·        macam-macam penafsiran tentang HADES.

 

*        Adam Clarke: HADES menunjuk bukan pada neraka atau tempat penantian, tetapi pada kubur.

 

*        Homer Hailey: “Death claims the body, which returns to the dust; and Hades claims the spirit, which, after death, is in the realm of the unseen” (= Kematian menuntut tubuh, yang kembali kepada debu; dan HADES menuntut roh, yang setelah kematian berada dalam dunia dari yang tak kelihatan) - hal 113.

 

*        William Hendriksen: “It is evident that the term ‘Hades’ as used here cannot mean hell or the grave. It signifies the state of disembodied existence. It refers to the state of death which results when life ceases and when body and soul separate. Thus Hades always follows death (Rev. 6:8)” [= Jelaslah bahwa istilah HADES seperti yang digunakan di sini tidak bisa berarti neraka atau kuburan. Itu berarti keadaan dari keberadaan tanpa tubuh. Itu menunjuk pada ‘keadaan kematian’ yang diakibatkan dari kehidupan yang berhenti dan pada waktu tubuh dan jiwa berpisah. Demikianlah HADES selalu mengikuti kematian (Wah 6:8)] - hal 57.

 

Bahwa kunci maut / kematian maupun Hades dipegang oleh Yesus merupakan alasan ketiga mengapa kita tidak boleh takut.

 

 

Ay 19: “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini”.

 

1)   Pembetulan terjemahan.

 

Terjemahan Indonesia agak kacau, karena adanya kata-kata ‘baik’ dan ‘maupun’.

 

KJV: ‘Write the things which thou hast seen, and the things which are, and the things which shall be hereafter’ (= Tuliskanlah hal-hal yang telah kaulihat, dan hal-hal yang ada sekarang, dan hal-hal yang akan ada setelah ini).

 

NIV: ‘Write, therefore, what you have seen, what is now and what will take place later’ (= Karena itu, tuliskanlah apa yang telah kaulihat, apa yang ada sekarang dan apa yang akan terjadi setelahnya).

 

RSV dan NASB menterjemahkan seperti KJV dan NIV.

 

Ayat ini menunjukkan bahwa rasul Yohanes disuruh untuk menuliskan apa yang telah dilihatnya (lampau), apa yang sedang dilihatnya (sekarang), dan apa yang akan dilihatnya (akan datang).

 

2)   Pertentangan tentang ay 19 ini.

 

Ada orang-orang yang menafsirkan bahwa ‘apa yang telah kaulihat’ (lampau) menunjuk pada Wah 1; ‘apa yang ada sekarang’ (sekarang) menunjuk pada Wah 2-3; dan ‘apa yang akan terjadi setelah ini’ (akan datang) menunjuk pada Wah 4-dst.

 

Tetapi ada yang menentang penafsiran ini, karena mereka tidak mau menimbulkan kesan bahwa Wah 2-3 harus terjadi dahulu dan baru setelah itu Wah 4-dst.

 

Tetapi saya berpendapat bahwa ay 19 ini hanya memberikan chronology penglihatan, bukan chronology penggenapan / terjadinya penglihatan itu. Jadi, sekalipun rasul Yohanes mendapat penglihatan tentang Wah 2-3 lebih dulu dari Wah 4-dst, tetapi dalam penggenapannya / terjadinya penglihatan itu bisa saja ada hal-hal dalam Wah 4-dst yang terjadi lebih dulu dari hal-hal dalam Wah 2-3.

 

 

Ay 20: “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.

 

1)   ‘rahasia’.

 

Homer Hailey: “In the New Testament the word ‘mystery’ describes the purpose and plan of God for human redemption, formulated in His own mind after the counsel of His will, closely guarded by Himself and neither known nor understood by man until revealed and made known by the Lord” (= Dalam Perjanjian Baru kata ‘misteri’ menggambarkan rencana Allah untuk penebusan umat manusia, dirumuskan dalam pikiranNya menurut rencana kehendakNya, dijaga dengan teliti olehNya sendiri dan tidak diketahui ataupun dimengerti oleh manusia sampai hal itu dinyatakan dan diberitahukan oleh Tuhan) - hal 114.

 

2)   ‘Tujuh bintang’ menunjuk kepada ‘malaikat ke tujuh jemaat’.

 

Tetapi apa yang dimaksud dengan ‘malaikat jemaat / gereja’ itu? Ada bermacam-macam penafsiran yaitu:

 

a)   Orang yang dikirim kepada Yohanes untuk mengetahui keadaannya.

 

b)   Karakter rohani, keadaan batin dari gereja.

 

c)   Malaikat penjaga gereja.

 

Tetapi dalam Wah 2:1,8,12,18  Wah 3:1,7,14 dikatakan bahwa rasul Yohanes diperintahkan untuk menulis surat kepada ‘malaikat jemaat / gereja’ itu, dan karena itu tidak masuk akal kalau ini menunjuk kepada malaikat. Keberatan ini juga bisa diterapkan pada penafsiran pertama dan kedua di atas.

 

d)   Pimpinan gereja, khususnya pemberita Firman Tuhan dalam gereja.

 

Perlu diingat bahwa baik kata bahasa Ibrani MALAKH maupun kata bahasa Yunani ANGGELOS bisa diartikan ‘angel / malaikat’ atau ‘messenger / utusan’. Misalnya: Mal 3:1 kata MALAKH diterjemahkan ‘utusan’ dan ditujukan kepada Yohanes Pembaptis.

 

Herman Hoeksema: “... the minister of the Word of God. They are called ‘angels’ simply because they are God’s servants and messengers. And they are symbolized in stars, not because the churches receive their light only and absolutely from them, but because it is the Lord’s good pleasure to enlighten and instruct His church in the world through their ministry. Through them especially it pleases Christ to preach and to preserve His Word” (= ... pelayan Firman Allah. Mereka disebut ‘malaikat’ karena mereka adalah pelayan dan utusan Allah. Dan mereka disimbolkan dengan bintang, bukan karena gereja-gereja menerima terang mereka hanya dari mereka secara mutlak, tetapi karena merupakan kesenangan Tuhan untuk menerangi dan mengajar gerejaNya dalam dunia melalui pelayanan mereka. Merupakan sesuatu yang memperkenan Kristus untuk mengkhotbahkan dan memelihara FirmanNya khususnya melalui mereka) - hal 41-42.

 

Saya memegang penafsiran yang terakhir (d).

 

3)   Tujuh bintang itu ada pada tangan Kristus (bdk. 2:1).

 

a)   Herman Hoeksema:“you cannot separate these ‘stars’ from Christ. He holds them in His right hand. Without Him they are nothing. Unless Christ Himself works through them, they cannot function. Only when Christ, as the Chief Prophet, speaks His Word, can there be preaching” (= engkau tidak dapat memisahkan ‘bintang-bintang’ ini dari Kristus. Ia memegang mereka di tangan kananNya. Tanpa Dia, mereka bukan apa-apa. Kecuali Kristus sendiri bekerja melalui mereka, mereka tidak dapat berfungsi. Hanya pada waktu Kristus, sebagai Kepala Nabi, menyampai-kan FirmanNya, maka di sana bisa ada suatu khotbah) - hal 42.

 

Penerapan:

 

Karena itu banyaklah berdoa untuk hamba Tuhan / pendeta / pengkhotbah, baik dalam persiapan mereka maupun dalam penyampaian Firman yang mereka lakukan, supaya Tuhan betul-betul memakai mereka untuk menyampaikan FirmanNya.

 

b)   Pulpit Commentary: “In his right hand seven stars, holding those who have the place of responsi-bility in his Church, in the place of security, honour, and renown. The over-seers of the Churches are Christ’s special care” (= Dalam tangan kananNya ada ketujuh bintang, memegang mereka yang mempunyai tempat tanggung jawab dalam gerejaNya dalam tempat aman, terhormat, dan terkenal. Penilik / pengawas / penatua gereja merupakan perhatian khusus dari Kristus) - hal 16.

 

Penerapan:

 

Kata-kata ini mungkin menyenangkan untuk saudara yang adalah seorang penatua / penilik jemaat / majelis. Tetapi ingat bahwa harus ada timbal baliknya. Majelis / penilik jemaat / penatua juga harus ikut Kristus dan melayani Kristus dengan sungguh-sungguh!

 

 

-AMIN-

 


 

email us at : gkri_exodus@lycos.com