Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


MATIUS 2:13-23

 

I) Herodes.

 

1)   Mau membunuh Yesus.

 

a)   Mula-mula ia menggunakan orang Majus (ay 8), tetapi ketaatan orang Majus pada Firman Tuhan (ay 12) menggagalkan rencana pembunuhan Herodes ini, dan ini menyebabkan ia merasa tertipu (ay 16).

 

b)   Usaha selanjutnya ialah membunuh semua anak-anak di Betle­hem yang berusia dibawah 2 tahun (ay 16). Ini tidak berarti bahwa pada saat itu Yesus sudah berusia mendekati 2 tahun. Pasti Yesus masih berusia jauh di bawah 2 tahun, tapi Herodes, yang tidak tahu kapan persisnya bayi Yesus itu dilahirkan, lalu mengambil amannya dan mengambil batas 2 tahun.

 

Apa yang dilakukan oleh Herodes di sini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Firaun dalam Kel 1:15-22. Baik Herodes maupun Firaun adalah orang-orang yang melawan Allah dan berusaha menggagalkan rencana Allah. Tetapi merekalah yang gagal (bdk. Maz 2:1-4) karena rencana Allah tidak mungkin gagal (Ayub 42:2  Yes 14:24,26-27  Yes 46:10-11).

 

Maz 2:1-4 - “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya: ‘Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!’ Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka”.

 

Ayub 42:2 - “‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.

 

Yes 14:24,26-27 - “TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa.  TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

 

Yes 46:10-11 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

 

Penerapan:

 

Hati-hati dengan ajaran Arminian, yang mengatakan bahwa Allah bisa gagal dalam mencapai rencanaNya. Ini adalah pandangan yang menghina Allah!

 

2)   Kematian Herodes (ay 19).

 

a)   Pada waktu Herodes mau mati, ia menangkapi tokoh-tokoh Yahudi dan memenjarakan mereka. Dan ia memberi perintah untuk membunuh mereka semua pada saat ia mati. Ia melakukan hal ini karena ia tahu bahwa tidak ada orang yang akan berkabung pada waktu ia mati. Dengan adanya perintah ini, pada waktu ia mati akan ada orang-orang yang berkabung, sekalipun bukan untuk kematiannya, tetapi setidaknya pada saat kematiannya.

 

Tetapi pada waktu ia mati, perintah ini tidak dilaksana­kan.

 

b)   Bagaimanapun juga, setiap orang harus mati dan mempertanggung-jawabkan perbuatannya dihadapan Tuhan.

 

Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

 

Siapkah saudara untuk mati? Ingat bahwa kalau saudara belum mempunyai Yesus sebagai Juruselamat saudara, saudara tidak siap untuk menghadap Tuhan! Karena itu jangan menunda untuk percaya dan ikut Yesus!

 

II) Penderitaan karena Herodes.

 

Ada 2 golongan yang mengalami penderitaan akibat tindakan Herodes ini:

 

1)   Ibu dari bayi-bayi yang dibunuh (ay 17-18).

 

2)   Yusuf, Maria dan Yesus.

 

a)   Mereka harus mengungsi ke Mesir dan hidup di negeri asing / kafir.

 

Pengungsian ini tidak diceritakan dalam Injil Lukas, tetapi seharusnya kira-kira terletak di sela-sela Luk 2:39.

 

b)   Setelah kematian Herodespun, mereka tidak terbebas dari penderitaan, karena ternyata Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan ayahnya (ay 22).

 

Kedua golongan ini menghadapi penderitaan dengan cara yang berbeda:

 

1)   Ibu dari bayi-bayi yang dibunuh.

 

a)   Mereka sedih dan menangis (ay 18).

 

Banyak orang Kristen menyalahkan orang menangis dalam keadaan apapun berdasarkan Fil 4:4 dan Ro 8:28. Tetapi dalam Kitab Suci kita melihat bahwa:

 

·        Yesus juga pernah sedih dan menangis (Mat 26:37-38  Yoh 11:33-35).

 

·        Paulus berkata bahwa kita harus menangis dengan orang yang menangis (Ro 12:15b).

 

Ini menunjukkan bahwa ada situasi dimana kesedihan dan tangisan bisa dibenarkan.

 

b)   Mereka hanya / terus-menerus menujukan pandangannya pada penderitaan mereka (ay 18: ‘mereka tidak ada lagi’).

 

Ini hal yang salah dari para ibu itu. Tidak salah kalau mereka sedih dan menangis pada waktu bayi mereka dibunuh, tetapi kalau mereka terus menerus menujukan pandangannya pada hal yang membuat mereka sedih, maka kesedihan mereka menjadi berlarut-larut, dan ini merupakan sikap yang salah.

 

c)   Mereka tidak mau dihibur (ay 18).

 

Ini sikap yang sama seperti sikap Yakub pada waktu mengira bahwa Yusuf sudah mati diterkam binatang buas (Kej 37:35), dan ini lagi-lagi merupakan sikap yang salah.

 

Pada waktu sedih, saudara bukan saja tidak boleh menolak penghiburan, tetapi sebaliknya saudara harus mencari penghiburan! Tetapi juga perlu diperhatikan supaya saudara tidak mencari hiburan yang tidak benar, seperti hal-hal duniawi, dsb. Ini hanya penghiburan yang bersifat semu dan sementara. Carilah hiburan dari Firman Tuhan, orang kris­ten / hamba Tuhan yang rohani dsb. Dengan demikian saudara tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan saudara.

 

2)   Yusuf.

 

a)   Dalam penderitaan ia tetap mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya (ay 13-15,20-21).

 

Allah menyuruh dia lari ke Mesir. Yusuf mempunyai alasan yang kuat untuk memprotes cara yang ‘lemah’ itu. Bukankah Anak yang dilahirkan Maria itu disebut sebagai Juruselamat (Mat 1:21)? Lalu mengapa Juruselamat itu tidak bisa menye­lamatkan mereka, bahkan Juruselamat itu harus diselamatkan dengan cara yang begitu ‘lemah’ yaitu melarikan diri? Bukankah pada masa yang lalu Allah sering menyelamatkan umatNya dengan cara-cara yang spektakuler / luar biasa, seperti membelah Laut Merah (Kel 14:15-31), membutakan orang kafir yang mau menangkap nabiNya (2Raja 6:8-23), menurunkan api dari langit untuk membakar orang-orang yang mau menangkap nabiNya (2Raja 1:1-12), dsb? Mengapa sekarang, untuk menyelamatkan AnakNya sendiri, Allah menggunakan cara yang begitu ‘lemah’? Tetapi sekalipun ada alasan untuk protes, Yusuf tidak melakukan itu dan ia taat kepada Tuhan.

 

Penerapan:

 

Pada waktu saudara minta tolong kepada Tuhan, saudara tidak boleh mendikte Dia dengan cara apa Ia harus menolong saudara. Biarlah Ia yang memilih dan menentukan caraNya dan saudara harus percaya bahwa cara yang diberi­kan itu adalah yang terbaik. Misalnya pada waktu saudara sakit, janganlah menentukan bahwa Tuhan harus menyembuhkan saudara dengan menggunakan cara yang luar biasa, yaitu dengan menggunakan mujijat kesembuhan. Tuhan bisa menggunakan cara yang biasa, yaitu melalui dokter, obat, olah raga, istirahat, dsb.

 

Illustrasi: ada suatu tempat yang terkena banjir yang hebat. Seorang kristen naik ke atas atap rumahnya dan berdoa supaya Tuhan menyelamatkan dia. Sebentar lagi datang sebuah perahu, dan orang-orang di perahu mengajak­nya naik perahu untuk menyelamatkan diri. Tetapi ia meno­lak naik perahu itu dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan menolong aku’. Perahu itu pergi, dan sebentar lagi datang sebuah perahu yang lain yang mau menolong dia. Tetapi ia lagi-lagi menolak dengan alasan / jawaban yang sama. Sebentar lagi datang sebuah helikopter yang menurunkan tali untuk menolongnya. Tetapi ia lagi-lagi menolak sambil berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan, dan Ia pasti akan menolong aku’. Banjir itu terus naik, dan akhirnya orang itu mati tenggelam. Pada waktu menghadap Tuhan, orang itu dengan penasaran bertanya kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku berdoa supaya Engkau menyelamatkan aku. Mengapa Engkau tidak menyelamatkan aku?’. Tuhan lalu berkata: ‘Apa maksudmu Aku tidak menyelamatkan kamu? Aku mengirim 2 buah perahu dan sebuah helikopter, tetapi engkau menolak untuk Kuselamat­kan!’.

 

Orang ini menganggap cara yang biasa bukanlah dari Tuhan. Karenanya ia menolak pertolongan dengan cara yang biasa itu, dan ia mengharapkan Tuhan menggunakan cara yang luar biasa, seperti mengirim malaikat, dsb. Akhirnya ia mati karena kebodohannya!

 

b)   Yusuf taat secara langsung (ay 14 - ‘malam itu juga’).

 

Penerapan:

 

Jangan menunda untuk mentaati Firman Tuhan! Penundaan adalah ketidaktaatan! Ingat juga bahwa setan selalu bisa memberikan alasan yang kuat dan logis supaya saudara menunda ketaatan saudara! Misalnya dalamn hal melayani Tuhan. Pada masa pemuda / remaja, setan mengusulkan supaya saudara menunda pelayanan dengan alasan bahwa ini adalah masa muda yang indah, masa pacaran, masa belajar dsb. Pada waktu saudara sudah dewasa dan bekerja, setan memberikan begitu banyak kesibukan sehingga saudara menunda lagi. Pada saat sudah tua, kesehatan saudara tidak memungkinkan untuk melayani Tuhan. Jadi akhirnya, dari penundaan datang pembatalan!

 

c)   Yusuf taat terus-menerus (ay 13-15,19).

 

Ketaatan yang sejati harus disertai ketekunan.

 

Penerapan:

 

·        Tuhan menyuruh saudara belajar Firman Tuhan. Tekunkah saudara dalam belajar? Tekunkah saudara dalam datang ke Pemahaman Alkitab di gereja saudara? Tekunkah saudara dalam membaca Alkitab / bersaat teduh?

 

·        Tuhan menyuruh saudara untuk memberitakan Injil. Apakah kegagalan dalam memberitakan Injil, atau kesukaran yang timbul karena pekabaran Injil yang saudara lakukan, membuat saudara lalu berhenti dalam mengabarkan Injil? Tuhan menghendaki saudara mentaati perintah untuk mem­beritakan Injil ini dengan tekun!

 

·        Tuhan menyuruh saudara berdoa, memuji Dia, bersyukur kepadaNya, dsb. Apakah saudara melakukan hal-hal ini dengan tekun?

 

d)   Yusuf menggunakan akal sehat dan Firman Tuhan (ay 22).

 

Akal sehatnya membuat ia takut pergi ke Yudea karena ia tahu akan kekejaman Arkhelaus yang tidak kalah dengan kekejaman ayahnya (Herodes yang Agung). Dan ia lalu menuruti pimpi­nan Firman Tuhan dan pergi ke Nazaret di Galilea (ay 22-23).

 

Penerapan:

 

Pada umumnya kita harus menggunakan akal sehat / logika. Tetapi kadang-kadang, Tuhan bisa menyuruh kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, misalnya pada waktu Ia menyuruh Petrus untuk berjalan di atas air (Mat 14:28-29). Pada saat seperti itu, kita harus tunduk pada Firman Tuhan, bukan pada akal sehat / logika kita!

 

III) Tujuan Tuhan dengan penderitaan.

 

Di atas Herodes (yang sudah kita bahas dalam no I) dan pen­deritaan yang dialami orang-orang tadi (yang sudah kita bahas dalam no II), ada Tuhan yang menguasai segala sesuatu. Kalau Ia mengijinkan adanya orang seperti Herodes menyebabkan penderitaan kepada orang-orang lain, termasuk anak-anakNya, Ia pasti mempunyai tujuan tertentu. Apa tujuan Tuhan?

 

·        ay 14: Yusuf, Maria dan Yesus menderita. Apa tujuannya? Ay 15 memberikan jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Hos 11:1 tergenapi.

 

·        ay 16: bayi-bayi dibunuh sehingga ibu bayi-bayi itu mende­rita. Apa tujuannya? Ay 17-18 memberikan jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Yer 31:15 tergenapi.

 

·        ay 22: Arkhelaus menjadi raja sehingga Yusuf menderita lagi karena tidak berani pulang. Apa tujuannya? Ay 23 memberikan jawabnya, yaitu supaya Firman yang disampaikan nabi-nabi tergenapi.

 

Jadi dari semua ini kita bisa lihat bahwa Allah pasti mempun­yai tujuan yang baik pada waktu Ia mengijinkan anak-anakNya menderita. Bandingkan dengan Ro 8:28 yang berbunyi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

 

Penjelasan tentang ay 23:

 

Ayat ini menimbulkan problem karena tidak ada ayat Perjanjian Lama yang berbunyi seperti itu.

 

1)   Penjelasan dari John Calvin.

 

Dalam bahasa Inggris ayat itu berbunyi: “He shall be called a Nazarene” (= Ia akan dipanggil / disebut orang Nazarene).

 

Calvin berpendapat bahwa kata ‘Nazarene’ tidak berasal dari kata ‘Nazaret’. Itu hanya permainan kata saja. ‘Nazarene’ berasal dari kata ‘Nazarite’ (= Nazir) yang berarti ‘kudus’ atau ‘dipersembahkan / dipisahkan untuk Allah’.

 

Calvin berpendapat bahwa dalam ay 23 itu Matius mengutip Hakim 13:5. Sama seperti Simson, yang adalah seorang nazir Allah, membebaskan bangsanya dari tangan orang Filis­tin, Tuhan Yesus (yang juga adalah seorang nazir Allah) juga membebaskan umatNya dari dosa.

 

Calvin juga menunjuk pada Kej 49:26 yang berbunyi: ‘... ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang yang teristi­mewa di antara saudara-saudaranya.

 

KJV: 'Joseph, … that was separate from his brethren' (= Yusuf, … yang dipisahkan / dikuduskan dari saudara-saudaranya).

 

Terjemahan hurufiahnya adalah: ‘a Nazarite of his brethren’ (= seorang nazir dari saudara-saudaranya).

 

Jadi, baik Simson maupun Yusuf adalah nazir, dan mereka berdua adalah Type dari Kristus, sehingga pada waktu Kristus disebut nazir, maka itu berarti bahwa Hakim 13:5 dan Kej 49:26 tergenapi. Karena itulah Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam ay 23, yang menunjukkan lebih dari satu bagian Perjanjian Lama yang digenapi.

 

2)   Penjelasan William Hendriksen.

 

Hendriksen menganggap penjelasan Calvin tidak benar karena ay 23 itu jelas menghubungkan ‘kota Nazaret’ dengan ‘a Nazarene’. Ia lalu memberi penjelasan sebagai berikut:

 

a)   Nazaret yang terletak di Galilea dianggap sebagai tempat yang hina (Yoh 7:40-42,52  Yoh 1:45-46).

 

b)   Perjanjian Lama banyak menubuatkan Kristus sebagai orang yang hina (Maz 22:7-9  Maz 69:9  Yes 53:2-3).

 

c)   Jadi, dengan Tuhan Yesus disebut sebagai ‘orang Nazaret’, maka tergenapilah banyak nubuat-nubut Perjanjian Lama itu. Karena itu Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam ay 23.

 

3)   Penjelasan William Barclay.

 

Barclay menganggap (hal 40) bahwa Matius sedang melakukan permainan kata terhadap Yes 11:1 - ‘Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah’. Ia berkata bahwa kata Ibrani untuk ‘taruk’ adalah NEZER; dan mungkin Matius sedang melakukan permainan kata terhadap kata ‘orang Nazaret’ dan kata ‘NEZER’; dan bahwa ia ingin mengatakan pada satu saat bahwa ‘Yesus datang dari Nazaret’ dan bahwa ‘Yesus adalah sang NEZER’, taruk yang dijanjikan dari keturunan Isai, keturunan Daud, Raja yang diurapi yang dijanjikan oleh Allah.

 

4)   Knox Chamblin: “I. A general prophecy: ‘through the prophets.’ The plural is especially noteworthy, alongside the singulars of 1:22; 2:5,15,17. Matthew has no particular OT passage in view (as confirmed by the impossibility of finding an OT counterpart for the statement of v. 23b). II. Messiah’s humiliation. In keeping with prophecy (e.g. Isa 49:7; 53:2-3), he lives in a despised town (he is ‘the Nazarene,’ not ‘the Bethlehemite’): Jon 1:46; 7:42,52. III. The Davidic Messiah. Nazoraios recalls Hebrew NETSER, ‘branch’ (Isa 11:1). Jesus ‘was a branch from a royal line hacked down to a stump and reared in surroundings guaranteed to win him scorn’ (Carson, 97). ‘The Davidic origin of the Branch provides a fitting capstone to Matthew’s version of Jesus’ nativity, which began with a reference to ‘Jesus Christ the son of David’ (1:1; cf. Rev 22:16). Thus Matthew marries phonetics with Christology’ (Gundry, 40). More than one theme of Matthew’s birth narrative is recalled in Rev 22:16b, ‘I am the Root and the Offspring of David, and the bright Morning Star.’” (= ) - hal 20.

 

Sebagai pengikut Kristus, kita juga disebut ‘Nazarene’ / Nasrani (Kis 24:5).

 

·        Kalau kita menuruti arti yang diberikan oleh Calvin, maka itu berarti kita juga kudus dan dipersembahkan untuk Allah.

 

·        Kalau menurut arti yang diberikan oleh Hendriksen, maka kita adalah orang yang hina (bdk. 1Kor 1:28  1Kor 4:11-13).



-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com