Nabi Elisa

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

II Raja-raja 8:7-15

 

 

I) Elisa dan pertanyaan Benhadad.

 

1)   Elisa pergi ke Damsyik, ibukota Aram (ay 7).

 

Ia mungkin diperintahkan oleh Tuhan untuk mengurapi Hazael menjadi raja.

 

Pulpit Commentary: “Elisha had come to Damascus, probably sent thither by God to carry out in spirit the commission given long before to Elijah (1Kings 19:15)” [= Elisa telah datang ke Damsyik, mungkin dikirim ke sana oleh Allah untuk melaksanakan dalam roh perintah yang diberikan lama sebelumnya kepada Elia (1Raja 19:15)] - hal 185.

 

Bagaimanapun ini merupakan tindakan yang berani, mengingat tadinya Benhadad sangat memusuhinya (1Raja 6:11-13).

 

2)   Benhadad yang sedang sakit mengutus Hazael untuk pergi kepada Elisa dan menanyakan tentang penyakitnya (ay 7b-9).

 

a)   Apa yang menyebabkan Benhadad mau bertanya kepada Elisa?

 

Saya berpendapat bahwa ada 2 penyebab:

 

·        penyebab pertama adalah kemampuan Elisa untuk melakukan mujijat-mujijat.

 

Seorang penafsir dari Pulpit Commentary mengatakan (hal 166) bahwa mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Elisa menyebabkan orang Syria / Aram, mulai mempercayai Yahweh, dan menganggap Elisa sebagai nabi yang benar. Iman mereka kepada agama mereka pasti setidaknya melemah karena adanya keyakinan yang baru ini. Pulpit menambahkan bahwa ini merupakan persiapan bagi mereka untuk menerima kekristenan nanti. Dan memang kekristenan ada di Syria sejak sangat awal (bandingkan dengan Kis 14:26 - Antiokhia ada di Syria / Aram).

 

Saya agak meragukan kebenaran bagian terakhir dari kata-kata ini mengingat bahwa setelah ini Hazael menjadi raja Aram dan ia justru berperang melawan Israel (2Raja 10:32-33  13:3-7), dan bahkan juga dengan Yehuda (2Raja 12:17-18).

 

·        penyebab kedua adalah penyakit yang ia derita.

 

2 orang penafsir lain dari Pulpit Commentary mengatakan (hal 172,177) bahwa penyakit yang diderita oleh Benhadadlah yang menyebabkan ia merendahkan diri seperti itu.

 

Pulpit Commentary: “It is wonderful how ready men are to forsake God when they are well, and to seek his help when they are in sickness or trouble” (= Merupakan sesuatu yang sangat hebat betapa siapnya manusia untuk meninggalkan Allah pada saat mereka sehat, dan untuk mencari pertolonganNya pada saat mereka sakit atau ada dalam kesukaran) - hal 177.

 

Pulpit Commentary: “His conduct is in striking contrast with Ahazia’s (ch. 1). That Israelitish king, forsaking the God of Israel, sent to inquire at an idol shrine at Ekron. Benhadad, though a Syrian and a worshipper of Rimmon, turns in his sickness from Rimmon to Jehovah” [= Tingkah lakunya sangat kontras dengan tingkah laku Ahazia (pasal 1). Raja Israel itu meninggalkan Allah Israel, dan mengirimkan orang untuk bertanya kepada kuil berhala di Ekron. Benhadad, sekalipun ia adalah seorang Aram dan seorang penyembah dewa Rimmon, berbalik dari Rimmon kepada Yehovah pada waktu ia sakit] - hal 185.

 

b)   Pengutusan Hazael oleh Banhadad.

 

Pulpit Commentary memberikan komentar tentang Hazael sebagai berikut:

“He was bold, bad, ambitious intriguer, who was already cherishing deep thoughts of crime against his master. Yet Benhadad seems to have trusted him. How unreliable are the friendships of the wicked! Men flatter with their tongue, but in their hearts are malice, falsehood, and selfish, ambitious designs (Ps. 5:9)” [= Ia adalah seorang yang berani, busuk, perencana secara diam-diam yang ambisius, yang sudah memikirkan pemikiran yang dalam tentang kejahatan terhadap tuannya. Tetapi Benhadad kelihatannya mempercayainya. Alangkah tak dapat dipercayanya persahabatan dari orang jahat! Orang-orang menjilat dengan lidah mereka, tetapi dalam hati mereka ada kedengkian / kebencian, kepalsuan, dan rencana-rencana yang egois dan ambisius (Maz 5:10)] - hal 185.

 

c)   Hazael menghadap Elisa sambil membawa persembahan (ay 9).

 

·        Memang merupakan suatu kebiasaan, baik di kalangan orang Israel maupun kafir, untuk membawa persembahan kalau mau menanyakan sesuatu kepada seorang nabi.

 

·        ‘sebanyak muatan 40 ekor unta’ (ay 9).

 

Ini tidak berarti banyaknya persembahan itu sebanyak muatan yang bisa diangkut oleh 40 ekor unta.

 

Pulpit Commentary: “Not as much as forty camels could carry, but a gift of such a size that it was actually placed on the backs of forty camels, ... Orientals are guilty of extreme ostentation with respect to the presents that they make. As Chardin says, ‘Fifty persons often carry what a single one could have very well borne’ ... It is not unlikely that a single camel could have carried the whole” (= Tidak sebanyak yang bisa diangkut oleh 40 ekor unta, tetapi suatu pemberian dengan ukuran sedemikian rupa sehingga pemberian itu betul-betul diletakkan pada punggung dari 40 ekor unta, ... Orang Timur bersalah tentang pameran yang extrim berkenaan dengan pemberian / hadiah yang mereka berikan. Seperti dikatakan Chardin: ‘Seringkali 50 orang mengangkat apa yang bisa dipikul oleh 1 orang’ ... Bukannya tidak mungkin bahwa satu ekor unta bisa mengangkat seluruh pemberian / hadiah itu) - hal 166.

 

d)   Ay 9: ‘anakmu Benhadad’.

 

Dengan menyebut dirinya sebagai anak Elisa, atau Elisa sebagai bapanya, maka Benhadad menunjukkan hormatnya kepada Elisa.

 

3)   Jawaban / nubuat Elisa tentang Benhadad (ay 10).

 

a)   Dalam ay 10 ini ada problem text.

 

Ay 10: “Jawab Elisa kepadanya: ‘Pergilah, katakanlah kepadanya: Pastilah engkau sembuh. Namun demikian, TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa ia pasti mati (dibunuh).’”. Catatan: kata ‘dibunuh’ ini sebetulnya tidak ada.

 

Keil & Delitzsch mengatakan bahwa dalam bagian ini ada 2 manuscripts yang berbeda, yaitu:

 

1.   Yang menggunakan kata Ibrani xlo (LO), yang berarti ‘not’ (= tidak).

 

Dengan demikian terjemahan ay 10 menjadi: “Jawab Elisa kepadanya: ‘Pergilah, katakanlah: Pastilah engkau tidak sembuh. Dan / karena TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa ia pasti mati.’”.

 

2.   Yang menggunakan kata Ibrani Ol (LO), yang berarti ‘to him’ (= kepadanya).

 

Dengan demikian terjemahannya menjadi: “Jawab Elisa kepadanya: ‘Pergilah, katakanlah kepadanya: Pastilah engkau sembuh. Namun demikian, TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa ia pasti mati.’”.

 

Keil & Delitzsch mengambil arti pertama, dan salah satu alasannya adalah: Benhadad tidak pernah sembuh dari penyakitnya, karena besoknya ia mati dibunuh. Dengan demikian kalau diambil arti kedua, maka nubuat Elisa salah / tak tergenapi.

 

Tetapi kalau memang arti pertama yang benar, mengapa dalam ay 14 Hazael mengatakan kepada Benhadad bahwa ia akan sembuh? Keil & Delitzsch berpendapat Hazael mendustai Benhadad.

 

Mengingat bahwa KJV, RSV, NIV, NASB semuanya mengambil terjemahan yang kedua (tetapi NIV memberikan footnote yang memberikan terjemahan pertama), maka jelas bahwa terjemahan kedua ini memang memungkinkan. Kalau diambil terjemahan kedua ini, maka bagian pertama kalimat itu maksudnya penyakit ini bukan penyakit yang fatal, dan tidak akan membawa kematian (jadi tidak diartikan betul-betul akan sembuh). Dan bagian kedua menunjukkan bahwa ia tetap akan mati karena sebab yang lain.

 

b)   Apakah kita mengambil terjemahan pertama atau kedua, kata-kata Elisa ini tetap merupakan kata-kata yang diucapkan apa adanya, sehingga seandainya terdengar oleh telinga Benhadad, pastilah terasa tidak menyenangkan, kasar, tidak berperasaan dan sebagainya.

 

Illustrasi: “Two brothers, Herbert and James, lived with their mother and a cat named Edgar. James was particularly attached to the cat, and when he had to leave town for several days, he left Herbert meticulous instruction about the pet’s care. At the end of his first day away, James telephoned his brother. ‘How is Edgar?’ he asked. ‘Edgar is dead,’ Herbert answered. There was a pause. Then James said: ‘Herbert, you’re insensitive. You know how close I was to Edgar - you should have broken the news to me slowly. When I asked about Edgar tonight, you should have said, ‘Edgar’s on the roof, but I’ve called the fire department to get him down.’ And tomorrow when I called, you could have said the firemen were having trouble getting Edgar down, but you were hopeful they would succeed. Then when I called the third time, you could have told me that the firemen had done their best, but unfortunately Edgar had fallen off the roof and was at the veterinarian’s. Then when I called the last time, you could have said that although everything possible had been done for Edgar, he had died. That’s the way a sensitive man would have told me about Edgar. And, oh, before I forget,’ James added, ‘how is mother?’. ‘Uh,’ Herbert said, pausing for a moment, ‘she is on the roof.’” (= Dua saudara, Herbert dan James, hidup dengan ibu mereka dan seekor kucing bernama Edgar. James sangat dekat dengan kucing itu, dan pada waktu ia harus meninggalkan kota untuk beberapa hari, ia memberi instruksi yang sangat teliti tentang pemeliharaan binatang peliharaan itu. Pada akhir dari hari pertama dari kepergiannya, James menelpon saudaranya. ‘Bagaimana dengan Edgar?’, ia bertanya. ‘Edgar mati’, jawab Herbert. Ada keheningan sebentar. Lalu James berkata: ‘Herbert, kamu tidak peka / tidak berperasaan. Kamu tahu betapa dekatnya aku dengan Edgar - kamu seharusnya memecah berita itu secara bertahap kepadaku. Pada waktu aku bertanya tentang Edgar malam ini, kamu seharusnya berkata: ‘Edgar ada di atas atap / genteng, tetapi aku sudah memanggil PMK untuk menurunkannya’. Dan besok pada waktu aku menelpon, kamu bisa mengatakan bahwa PMK mendapat kesukaran untuk menurunkan Edgar, tetapi kamu berharap bahwa mereka akan berhasil. Lalu pada waktu aku menelpon ketigakalinya, kamu bisa memberitahu aku bahwa para petugas pemadam kebakaran itu telah melakukan yang terbaik, tetapi sialnya Edgar jatuh dari atap / genteng dan sekarang ada di dokter hewan. Lalu pada waktu aku menelpon untuk terakhir kalinya, engkau bisa mengatakan bahwa sekalipun segala sesuatu yang memungkinkan telah dilakukan untuk Edgar, tetapi ia mati. Itulah cara seseorang yang peka / berperasaan menceritakan kepadaku tentang Edgar. Dan, o, sebelum aku lupa,’ James menambahkan, ‘Bagaimana dengan ibu?’. ‘Uh’, kata Herbert, lalu berhenti sebentar, ‘ia ada di atas atap / genteng’).

 

Pulpit Commentary: “Elisha has no cunning, no art, no special cleverness. But he can read character; he can see through Hazael’s designs. Whether king, or noble, or common person applies to him for advice, he uses the same simplicity, counsels each as seems to him for the best, and seeks to gain nothing for himself by the advice which he gives them. His plainness offends Naaman (ch. 5:12); his firmness enrages Jehoram (ch. 6:31); his penetration disconcerts Hazael (ch. 8:11); but he cares nothing how men may receive his words. It is a Divine message that he delivers, and deliver the message he must and will, in simple plain language, whether men will hear or whether they will forbear” [= Elisa tidak mempunyai kelicikan, kesenian, kepandaian yang khusus. Tetapi ia bisa membaca karakter; ia bisa melihat rencana Hazael. Apakah yang datang kepadanya untuk meminta nasehat itu adalah raja atau bangsawan atau orang biasa, ia menggunakan kesederhanaan yang sama, menasehati setiap orang dengan nasehat yang baginya terlihat sebagai yang terbaik, dan tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dari nasehat yang ia berikan kepada mereka. Kesederhanaannya menyinggung Naaman (5:12); ketegasannya membuat marah Yoram (6:31); pandangannya yang menembus membuat malu Hazael (8:11); tetapi ia tidak peduli bagaimana orang akan menerima kata-katanya. Adalah pesan ilahi yang ia sampaikan, dan ia harus dan akan menyampaikan pesan itu, dalam bahasa yang sederhana dan jelas, tak peduli apakah orang akan mendengar atau menghindar] - hal 174.

 

Penerapan:

 

Bagian ini mungkin perlu saudara renungkan kalau saudara adalah orang yang tidak senang dengan khotbah keras dan apa adanya, atau saudara tidak senang dengan kata-kata seperti ‘sesat’, ‘nabi palsu’, ‘terkutuk’, ‘tolol’, dan sebagainya.

 

c)   Sekalipun memberi banyak pemberian, tetap Benhadad mendapatkan berita yang tidak enak.

 

Pulpit Commentary: “If lavish wealth could buy a favourable answer from Jehovah, surely now it would be obtained. But God is no respecter of persons; still less does he bestow favour for bribes. We may be sure that as in a former case (ch. 5:16), Elisha touched nothing of all this wealth that was brought to him” [= Jika kekayaan yang berlebihan / royal bisa membeli jawaban yang menyenangkan dari Yehovah, pasti sekarang jawaban itu akan didapatkan. Tetapi Allah tidak memandang seseorang berdasarkan kekayaannya / statusnya; lebih-lebih lagi Ia jelas tidak bisa disuap / disogok untuk memberikan kemurahan. Kita bisa yakin bahwa seperti dalam kasus yang terdahulu (5:16), Elisa tidak menyentuh semua kekayaan yang dibawa kepadanya] - hal 185.

 

d)   Mungkin sekali pada saat Elisa menubuatkan kematian Benhadad, ia sebetulnya sedang ‘menyindir’ Hazael yang memang sudah merencanakan pembunuhan terhadap tuannya.

 

e)   Komentar bodoh Adam Clarke tentang bagian ini.

 

Adam Clarke: “That is, God has not determined thy death, nor will it be a necessary consequence of the disease by which thou art now afflicted; but this wicked man will abuse the power and trust thou hast reposed in him, and take away thy life. Even when God has not designed nor appointed the death of a person, he may nevertheless die, though not without the permission of God. This is a farther proof of the doctrine of contingent events: he might live for all his sickness, but thou wilt put an end to his life” (= Yaitu, Allah tidak menentukan kematianmu, juga itu bukan merupakan konsekwensi yang harus terjadi dari penyakit yang sekarang menimpamu; tetapi orang jahat ini akan menyalahgunakan kuasa dan kepercayaan yang engkau berikan kepadanya, dan membunuhmu. Bahkan pada waktu Allah tidak merencanakan atau menentukan kematian seseorang, ia tetap bisa mati, sekalipun bukannya tanpa ijin dari Allah. Ini merupakan bukti yang lebih jauh dari ajaran tentang peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang bisa terjadi ataupun tidak: ia bisa sembuh dari penyakitnya, tetapi engkau akan membunuhnya) - hal 507.

 

Saya berpendapat bahwa komentar ini betul-betul bodoh karena nubuat Elisa ini justru menunjukkan secara jelas bahwa kematian ditentukan oleh Tuhan. Juga komentar ini bertentangan dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kematian jelas ditentukan oleh Tuhan.

 

·        Maz 31:16 - Masa hidupku ada dalam tanganMu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!”.

 

·        Maz 39:5-6 - “Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela.”.

 

·        Mat 6:27 - Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”.

 

R. C. Sproul: “That God in some sense foreordains whatever comes to pass is a necessary result of his sovereignty. ... everything that happens must at least happen by his permission. If he permits something, then he must decide to allow it. If He decides to allow something, then is a sense he is foreordaining it” (= Bahwa Allah dalam arti tertentu menentukan apapun yang akan terjadi merupakan akibat yang harus ada dari kedaulatanNya. ... segala sesuatu yang terjadi setidaknya harus terjadi karena ijinNya. Jika Ia mengijinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengijinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengijinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya) - ‘Chosen By God’, hal 26.

 

Calvin: “Those who are moderately versed in the Scriptures see that for the sake of brevity I have put forward only a few of many testimonies. Yet from these it is more than evident that they babble and talk absurdly who, in place of God’s providence, substitute bare permission - as if God sat in a watchtower awaiting chance events, and his judgments thus depended upon human will”(= Mereka yang betul-betul mengetahui Kitab Suci melihat bahwa untuk singkatnya saya hanya memberikan sedikit dari banyak kesaksian. Tetapi dari kesaksian-kesaksian ini adalah lebih dari jelas bahwa mereka mengoceh dan berbicara secara menggelikan yang, menggantikan providensia Allah dengan ‘sekedar ijin’ - seakan-akan Allah duduk di menara pengawal menunggu kejadian-kejadian yang terjadi secara kebetulan, dan dengan demikian penghakimanNya tergantung pada kehendak manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.

 

 

II) Elisa dan Hazael.

 

1)   Ay 11: “Elisa menatap dengan lama ke depan, lalu menangislah abdi Allah itu”.

 

Ada sesuatu yang kurang dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia.

 

NIV: ‘He stared at him with a fixed gaze until Hazael felt ashamed (= Ia menatapnya dengan pandangan yang tetap sampai Hazael merasa malu). KJV/RSV/NASB » NIV.

 

Pulpit mengatakan (hal 167) bahwa dari sini bisa disimpulkan bahwa pada saat itu Hazael sudah merencanakan pembunuhan terhadap tuannya (Benhadad), dan ia merasa malu karena dari tatapan mata Elisa itu ia menyadari bahwa Elisa mengetahui hal tersebut.

 

Tentang rasa malu ini, perlu diingat bahwa sekedar rasa malu, tidak terlalu ada gunanya. Akhirnya Hazael toh melakukan segala kejahatan yang sudah direncanakannya.

 

Pulpit Commentary: “Hazael had no restraining power to check his own evil tendencies, no resisting power to stop the temptation at the door, ere it entered and took possession of his heart. He seems to have had a feeling of shame, as when he became confused before Elisha’s steady glance. But shame, by itself, with no other superior influence to sustain it, is easily vanquished. Lust, covetousness, ambition, intemperance, - every one of these is able to put shame to flight. The immoral man - he has long since trampled shame. The miser, the covetous man - he will stop at nothing that will increase his possessions. The ambitious man - he will not allow shame to hinder him in the desire for power and place. The drunkard - shame has long since ceased in his besotted mind; no blush is seen upon his bloated face” (= Hazael tidak mempunyai kuasa / kekuatan yang mengekang untuk mengontrol kecenderungannya pada kejahatan, tidak mempunyai kuasa / kekuatan untuk menghentikan pencobaan di pintu sebelum pencobaan itu masuk dan menguasai hatinya. Ia kelihatannya mempunyai rasa malu, seperti pada waktu ia menjadi bingung di hadapan tatapan yang terus-menerus dari Elisa. Tetapi rasa malu itu sendiri, tanpa pengaruh yang lebih tinggi untuk menyokongnya, mudah ditaklukkan. Nafsu, ketamakan, ambisi, tidak adanya penguasaan diri, - setiap hal dari hal-hal ini bisa mengusir rasa malu. Orang yang tidak bermoral - ia sudah sejak lama menginjak-injak rasa malu. Orang yang kikir / pelit, orang yang tamak - ia tidak akan berhenti dari apapun yang akan menambah kekayaannya. Orang yang ambisius - ia tidak akan mengijinkan rasa malu untuk menghalanginya dalam menginginkan kekuasaan dan kedudukan. Seorang pemabuk - rasa malu sudah lama berhenti dalam pikirannya yang mabuk / terbius; tidak ada warna merah (karena malu) yang terlihat pada wajahnya yang bengkak] - hal 179.

 

Penerapan:

 

Karena itu kalau saudara merasa malu tentang apa yang akan saudara perbuat / biasa saudara perbuat, datanglah kepada Tuhan dalam doa untuk hal memalukan itu, supaya Tuhan menolong saudara dalam menghentikan / tidak melakukan hal itu.

 

2)   Elisa bernubuat tentang Hazael (ay 12b).

 

Ay 12: nubuat Elisa ini digenapi dalam 2Raja 10:32-33  13:3-7, tetapi tidak diceritakan secara terperinci.

 

3)   Jawaban Hazael.

 

Ay 13: “Sesudah itu berkatalah Hazael: ‘Tetapi apakah hambamu ini, yang tidak lain dari anjing saja, sehingga ia dapat melakukan hal sehebat itu?’.”.

 

KJV: ‘And Hazael said, But what, is thy servant a dog, that he should do this great thing?’ (= Dan Hazael berkata: Tetapi, apakah hambamu ini adalah seekor anjing, sehingga ia melakukan hal besar ini?).

 

Terjemahan KJV ini jelas merupakan terjemahan yang salah. Kitab Suci Indonesia yang benar.

 

Ada 2 penafsiran tentang kata-kata Hazael ini.

 

a)   Dari pertanyaannya kelihatan bahwa Hazael merasa bahwa ia tidak mungkin bisa melakukan kejahatan sebesar itu. Jadi ia merasa dirinya tidak cukup jahat untuk bisa melakukan apa yang dinubuatkan Elisa.

 

Pulpit Commentary: “The picture was so dreadful that even Hazael, with apparent sincerity, asked, ‘Who is thy servant, this dog, that he should do this great thing?’ Hazael, like many others, was not aware of the possibilities of his own heart. A certain measure of crime he knew himself to be capable of, but he thought that other iniquities were beyond him. Once on the downward grade, however, there is no point at which a sinner can be sure of stopping. ... The greatest criminals were once innocent children, and at one period of their lives would have shuddered at the deeds they afterwards calmly perpetrated. The only safe course is to resist the beginnings of evil” (= Gambaran itu begitu menakutkan sehingga bahkan Hazael, yang kelihatannya tulus, bertanya: ‘Siapakah hambamu, anjing ini, sehingga ia melakukan hal yang hebat ini?’ Hazael, seperti banyak orang lain, tidak sadar akan kemungkinan-kemungkinan dari hatinya sendiri. Ia tahu bahwa dirinya bisa melakukan suatu kejahatan tertentu, tetapi ada kejahatan-kejahatan lain yang ia kira tidak bisa ia lakukan. Tetapi, sekali ada pada jalan yang menurun, tidak ada titik dimana seorang yang berdosa bisa yakin untuk berhenti. ... Kriminil-kriminil yang paling hebat dulunya adalah anak-anak yang tidak bersalah, dan pada satu masa dari hidupnya merasa gemetar terhadap perbuatan-perbuatan jahat yang belakangan mereka lakukan dengan tenang. Satu-satunya jalan yang aman adalah menolak permulaan dari kejahatan) - hal 185-186.

 

Pulpit Commentary: “Be on your guard against the beginnings of evil. If you yield to one temptation, no matter how small and insignificant it may be, others are sure to follow in its wake” (= Jagalah terhadap permulaan kejahatan. Jika kamu menyerah pada satu pencobaan, tidak peduli betapa kecilnya dan tak berartinya kejahatan itu, kejahatan-kejahatan yang lain pasti akan mengikuti di belakangnya) - hal 179.

 

Pulpit Commentary: “Hazael did not become a murderer all at once. The old Latin saying is, NEMO REPENTE FIT TURPISSIMUS - ‘No one becomes suddenly very wicked.’” (= Hazael tidak langsung menjadi seorang pembunuh. Pepatah kuno Latin adalah: NEMO REPENTE FIT TURPISSIMUS - ‘Tak seorangpun tiba-tiba menjadi sangat jahat’.) - hal 178.

 

b)   Pertanyaan Hazael hanya menunjukkan bahwa ia merasa tidak mempunyai kemampuan / kuasa untuk melakukan semua itu.

 

Satu hal yang harus diperhatikan dari kata-kata Hazael dalam ay 13a adalah bahwa ia menyebut pembunuhan kejam yang dinubuatkan Elisa dalam ay 12 bukan sebagai ‘hal sejahat itu’ atau ‘hal terkutuk itu’ tetapi ‘hal sehebat itu’ [KJV/RSV/NASB: ‘this great thing’ (= hal besar ini); NIV: ‘such a feat’ (= prestasi / perbuatan seperti itu)].

 

Penerapan:

 

Bagaimana seseorang menyebut sesuatu yang jahat menunjukkan kwalitet orang itu.

 

Cara Hazael menyebut ini menyebabkan Clarke beranggapan bahwa ia bukannya kaget dengan kejahatan yang dinubuatkan oleh Elisa tersebut, tetapi ia hanya beranggapan bahwa ia tidak mempunyai kemampuan / kuasa untuk melakukan hal sehebat itu.

 

4)   Jawaban / nubuat Elisa tentang  Hazael (ay 13b).

 

Ay 13b: dengan kata-kata ini Elisa menjelaskan bagaimana hal itu mungkin. Hazael tidak terus tetap dalam keadaan yang rendah. Ia akan menjadi raja dan itu memungkinkannya / memberinya kemampuan untuk melakukan apa yang dinubuatkan oleh Elisa. Dilihat dari jawaban ini, maka kontext kelihatannya mendukung padangan kedua dari 2 pandangan tentang kata-kata Hazael di atas.

 

5)   Hazael membunuh Benhadad dan menjadi raja atas Aram (ay 14-15).

 

a)   Ay 14: Terhadap pertanyaan Benhadad, Hazael hanya menceritakan setengah kebenaran (atau berdusta, kalau dalam point I,3,a diatas pandangan pertama yang benar). Sekalipun ia hanya mengatakan setengah kebenaran, ini jelas salah, karena rajanya berhak tahu semua jawaban Elisa.

 

b)   Ay 15: selimut itu dicelupkan ke dalam air untuk menutup lubang-lubangnya / celah-celah di antara benang-benangnya, sehingga tidak memungkinkan orangnya bernafas.

 

·        Pulpit mengatakan bahwa ada orang-orang (salah satunya adalah Martin Luther) yang menafsirkan bahwa arti bagian ini adalah: Benhadad sendiri menutupkan selimut basah itu pada mukanya untuk menyegarkan dirinya, tetapi secara kebetulan / kecelakaan hal itu membuat ia tidak bisa bernafas dan lalu mati. Penafsiran ini tak masuk akal, karena:

 

*        Benhadad bukan anak kecil usia 3-5 tahun.

 

*        Kalau dibaca dari ay 14 maka terlihat bahwa yang mengambil selimut basah dan menutupkannya ke muka raja adalah Hazael, yang melakukan itu untuk membunuh Benhadad.

 

·        Mengapa Hazael membunuh dengan cara seperti itu? Supaya tak kelihatan sebagai pembunuhan tetapi sebagai kematian yang wajar. Ingat bahwa itu terjadi pada jaman dahulu dimana manusia belum bisa menyelidiki penyebab kematian seperti itu.

 

c)   Apakah Elisa / Tuhan ikut bersalah dalam pembunuhan itu?

 

Mengapa tahu-tahu muncul pertanyaan seperti ini? Karena ada yang berpendapat bahwa nubuat Elisa dalam ay 13b itu memberikan kepastian kepada Hazael bahwa ia akan berhasil dalam rencananya membunuh Benhadad, dan bahwa ia akan menjadi raja. Ini yang mendorongnya untuk melakukan pembunuhan tersebut.

 

Matthew Poole: “this he the more boldly attempted, because the prophet’s prediction made him confident of the success” (= ini ia usahakan dengan lebih berani, karena ramalan sang nabi membuatnya yakin akan keberhasilannya) - hal 733.

 

Contoh: cerita tentang Macbeth, yang karena diramalkan akan menjadi raja, akhirnya membunuh raja.

 

Tetapi kita tidak bisa menyalahkan Elisa ataupun Tuhan yang menubuatkan bahwa Hazael akan menjadi raja. Nubuat bahwa Hazael akan menjadi raja tidak membenarkan pembunuhan ini. Daud juga dinubuatkan menjadi raja menggantikan Saul, tetapi ia mati-matian menolak untuk membunuh Saul.

 

Pulpit Commentary: “Never did man mount a throne with purer hands than David; and if Saul would have permitted it, he would have been a faithful and loyal servant to the last” (= Tidak pernah ada orang yang naik ke atas takhta dengan tangan yang lebih murni / suci dari pada Daud; dan seandainya Saul mengijinkannya, ia akan menjadi pelayan yang setia sampai akhir) - ‘1Samuel’, hal 294-295.

 

Penerapan: orang brengsek, diberi Firman Tuhan apapun, bisa memutarbalikkan Firman Tuhan itu untuk mendukung kejahatannya!

 

d)   Hazael menjadi raja menggantikan Benhadad, seperti yang dinubuatkan oleh Elisa.

 

 

Kesimpulan / penutup.

 

Semua nubuat Elisa terjadi dengan tepat, dan memang Firman Tuhan tidak bisa tidak terjadi. Biarlah ini membuat kita makin percaya dan berpegang pada Firman Tuhan.

 

 

-AMIN-

 


 

email us at : gkri_exodus@lycos.com