Eksposisi Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus

oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.


I KORINTUS 11:2-16

 

Ay 2:

 

1)  Dalam ay 2 ini Paulus memuji jemaat Korintus. Mengapa?

 

a)  Ada yang menganggap bahwa ini adalah irony (= ejekan), karena orang Korintus tidak ada bagusnya.

 

Keberatan: kontrasnya ay 17 dengan ay 2, menunjukkan bahwa pujian dalam ay 2 itu sungguh-sungguh merupakan pujian.

 

b)  Calvin mengatakan bahwa sekalipun ada orang-orang breng­sek dalam gereja Korintus, tetapi secara umum mereka memang tetap mengingat Paulus dan memegang ajaran Paulus dan karena itulah maka mereka dipuji.

 

Penerapan:

Kita tidak boleh memukul rata dengan mengang­gap seluruh gereja brengsek, hanya karena kita pernah bertemu dengan beberapa orang jemaatnya yang brengsek

 

Juga, kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan yang memimpin sebuah jemaat, atau saudara adalah seorang guru sekolah minggu / guru agama yang memimpin sekelompok murid, maka janganlah menganggap bahwa pelayanan saudara sama sekali tidak berhasil, hanya karena saudara menjumpai adanya beberapa jemaat / murid yang brengsek!

 

2)  ‘Ajaran’.

 

NASB/RSV/Lit: ‘traditions’ (= tradisi).

 

Dalam Kitab Suci kata tradisi sering digunakan untuk menunjuk pada ajaran manusia yang bukan dari Tuhan (bdk. Gal 1:14 Kol 2:8 Mat 15:3 - di sini diterjemahkan ‘adat istiadat’ / ‘ajaran turun temurun’, tetapi sebetulnya menggunakan kata Yunani yang sama).

 

Tetapi di sini, kata tradisi menunjuk pada pengajaran lisan yang diberikan oleh Paulus (dalam 2Tes 2:15 dikatakan bahwa Paulus memberikan penga-jaran baik secara tertulis maupun secara lisan).

 

Ay 3:

 

1)  ‘Kepala’.

 

Dalam 11:2-6 ini, kata ‘kepala’ kadang-kadang mempunyai arti hurufiah, kadang-kadang mempunyai arti simbolis. Dalam ay 3 ini jelas bahwa kata ‘kepala’ mempunyai arti simbolis.

 

Untuk bisa mengetahui artinya, kita bisa membandingkannya dengan Ef 5:22-24. Di sini dikatakan bahwa istri harus tunduk kepada suami, karena suami adalah kepala istri, dan jemaat harus tunduk kepada Kristus, karena Kristus adalah kepala jemaat. Jadi, yang disebut ‘kepala’ mempunyai otoritas, dan berhak menerima ketundukan.

 

Dalam ay 3 ini, kata ‘kepala’ juga mempunyai arti seperti itu.

 

2)  Dalam ay 3 ini dikatakan bahwa ‘kepala dari perempuan ialah laki-laki’, dan itu berarti bahwa laki-lakilah yang memegang otoritas, dan perempuan harus tunduk kepada laki-laki. Tetapi, bagaimana dengan Gal 3:28 yang mengatakan bahwa di dalam Kristus tidak ada laki-laki atau perempuan?

 

Gal 3:28 meninjau nilai manusia secara hakiki. Dalam hal ini maka tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, bahkan tidak ada perbedaan antara orang tua dan anak. Jadi, perempuan tidak lebih hina dari pada laki-laki, dan laki-laki tidak lebih mulia dari pada perempuan. Dan baik laki-laki maupun perempuan, kalau ia percaya Yesus, ia menjadi anak Allah dan ia diselamatkan. Laki-laki dan perempuan boleh berbakti bersama-sama dalam kebaktian (tak seperti dalam Yudaisme dimana mereka dipisahkan).

 

Tetapi demi keteraturan, maka baik dalam gereja maupun dalam keluarga, Tuhan menetapkan bahwa laki-laki adalah pemegang otoritas, dan perempuan harus tunduk kepada laki-laki.

 

3)  Sekalipun dikatakan bahwa ‘kepala dari perempuan ialah laki-laki’, tetapi juga ditambahkan bahwa ‘kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus’, dan ‘kepala dari Kristus ialah Allah’. Ini menunjukkan bahwa perempuan harus menyadari bahwa sekalipun mereka harus tunduk kepada laki-laki, tetapi di atas laki-laki masih ada Kristus dan Allah! Jadi, mereka harus tunduk kepada Kristus / Allah lebih dari pada kepada laki-laki!

 

Penerapan:

Apakah saudara, yang adalah istri, tunduk kepada suami lebih dari pada kepada Tuhan? Dan apakah saudara, yang adalah suami, menuntut istri saudara tunduk kepada saudara lebih dari pada kepada Tuhan? Marahkah saudara kalau istri saudara lebih tunduk kepada saudara dari pada kepada Tuhan?

 

4)  ‘Kepala dari Kristus ialah Allah’.

 

Apakah ini berarti bahwa Kristus lebih rendah dari pada Allah? Kalau kita meninjau Yesus sebagai Allah, maka jelas bahwa Ia setingkat dengan BapaNya (Yoh 10:30 Yoh 14:7,9,10). Tetapi di sini, Kristus tidak ditinjau sebagai pribadi ke 2 dari Allah Tritunggal, tetapi sebagai Pengantara antara Allah dan manusia, atau sebagai Allah yang telah berinkar­nasi menjadi manusia. Karena itulah maka Ia lebih rendah dari pada Allah, dan Ia tunduk kepada Allah.

 

Calvin: “God, then, occupies the first place: Christ holds the second place. How so? Inasmuch as he has in our flesh made himself subject to the Father, for, apart from this, being of one essence with the Father, he is equal. et us, therefore, bear it in mind, that this is spoken of Christ as mediator” (= ) - hal 353.

 

5)  Ayat ini tidak berarti bahwa: ketundukan perempuan kepada laki-laki = ketundukan laki-laki kepada Kristus = ketundukan Kristus kepada Allah. Ketundukan perempuan kepada laki-laki adalah ketundukan bersyarat (kalau perintah laki-laki sesuai atau tidak bertentangan Firman Tuhan), dan tidak mungkin sempurna. Ketundukan laki-laki kepada Kristus adalah ketundukan mutlak / tanpa syarat, tetapi jelas tidak mungkin bisa sempurna. Sedangkan ketundukan Kristus kepada Allah, merupakan ketundukan yang sempurna.

 

Ay 4-5:

 

Ay 4-5: “(4) Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. (5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya”.

 

1)  Di tempat itu, tudung merupakan simbol kesopanan dan ketundukan (bdk. Kej 24:65). Membuang tudung berarti tidak menghormati otoritas suami.

 

Karena ini adalah tradisi setempat, maka di tempat lain, dimana tradisinya berbeda, maka tentu saja bagian ini tidak bisa diterapkan secara persis.

 

Calvin: “The ‘covering,’ as we shall see ere long, is an emblem of authority intermediate and interposed” (= ) - hal 355.

 

Calvin berpendapat, ini cuma masalah kesopanan.

 

Calvin: “in this matter the error is merely in so far as decorum (= kesopanan) is violated, and the distinction of rank which God has established, is broken in upon. ... we must not be so scrupulous as to look upon it as a criminal thing for a teacher to have a cap on hid head, when addressing the people from the pulpit” (= ) - hal 355.

 

2)  Yang dimaksud dengan ‘berdoa’ adalah: memimpin jemaat dalam doa.

 

Sedang tentang arti dari kata ‘bernubuat’, ada 2 pandangan:

 

a)  Berkhotbah / mengajar biasa.

 

b)  Menyampaikan Firman Tuhan di bawah ilham ilahi.

 

Saya agak condong pada pandangan b).

 

Calvin: “‘Prophesying’ I take here to mean - declaring the mysteries of God for the edification of the hearers, (as afterwards in chapter 14)” (= ) - hal 355.

 

Calvin: “‘praying’ means preparing a form of prayer, and taking the lead, as it were, of all the people - which is the part of the public teacher, for Paul is not arguing here as to every kind of prayer, but as to solemn prayer in public” (= ) - hal 355.

 

3)  Karena laki-laki adalah pemegang otoritas, maka kalau ia berdoa / bernubuat dengan memakai tudung (simbol ketundukan!), ia ‘menghina kepalanya’.

 

Sebaliknya, karena perempuan ada di bawah otoritas laki-laki, maka kalau ia berdoa / bernubuat tanpa tudung, ia ‘menghina kepalanya’.

 

Tentang kata-kata ‘menghina kepalanya’:

 

a)  Ada yang menafsirkan kata ‘kepala’ secara hurufiah, sehingga artinya ialah: menghina dirinya sendiri.

 

b)  Ada yang menafsirkan kata ‘kepala’ secara simbolis, sehingga artinya ialah:

 

·        menghina Kristus (ay 4).

 

·        menghina suami (ay 5).

 

4)  Ajaran Paulus ini bertentangan dengan ajaran / praktek dari:

 

a)  Orang Yahudi, dimana laki-laki berdoa dengan tudung.

 

b)  Orang Yunani, dimana perempuan berdoa tanpa tudung.

 

Jelas bahwa dalam Paulus mengajar, ia tidak takut menentang ajaran / praktek yang umum.

 

5)  Dalam bernubuatpun ada aturannya, yaitu perempuan harus memakai tudung, dan laki-laki harus tanpa tudung! Padahal bernubuat adalah menyampaikan Firman Tuhan di bawah ilham ilahi!

 

Dari sini jelaslah bahwa orang yang betul-betul dipimpin oleh Roh Kuduspun harus tetap memegang peraturan dan sopan santun, dan tidak boleh semau gue! (bdk. 1Kor 14:26-33).

 

Karena itu, janganlah menggunakan kata-kata ‘saya dipimpin oleh Tuhan / Roh Kudus’ sebagai suatu alasan untuk melang­gar peraturan, kesopanan dsb!

 

Contoh:

 

·        ada Pendeta yang membuang khotbah dalam kebaktian, karena ia ‘dipimpin oleh Tuhan’ untuk mengadakan acara kesembuhan! Ini jelas omong kosong!

 

·        orang berdoa / memberi kesaksian terlalu panjang dalam kebaktian, dengan alasan bahwa ia ‘dipimpin Tuhan’. Ingat bahwa Tuhan tidak mungkin memimpin orang sehingga merusak seluruh kebaktian / acara pemberitaan Firman Tuhan.

 

6)  Tentang kata-kata ‘perempuan ... bernubuat’ dalam ay 5, ada 2 pandangan:

 

a)  Golongan yang pro pengkhotbah perempuan menganggap bagian ini sebagai salah satu dasar untuk memperbolehkan perempuan berkhotbah.

 

b)  Golongan yang anti pengkhotbah perempuan menafsirkan bahwa ini tetap bukan alasan untuk memperbolehkan perem­puan berkhotbah. Tafsiran mereka tentang bagian ini:

 

·        di sini Paulus membahas tentang boleh tidaknya perempuan bernubuat tanpa tudung. Sedangkan tentang boleh tidak­nya perempuan memberitakan Firman Tuhan / mengajar / bernubuat, dibahas dalam 1Kor 14:34-35 & 1Tim 2:11-12.

 

Saya merasa ini tidak masuk akal! Kalau memang perempuan sama sekali tidak boleh bernubuat / mengajar, untuk apa Paulus mempersoalkan boleh tidaknya perempuan bernubuat tanpa tudung?

 

·        perempuan boleh bernubuat (karena itu adalah ilham / pimpinan dari Tuhan), tetapi perempuan tetap tidak boleh mengajar / berkhotbah secara biasa.

 

Saya merasa ini juga tak masuk akal, karena kalau memang Tuhan sama sekali tidak menghendaki perempuan menga­jar / berkhotbah biasa, mengapa Ia menggunakan perem­puan dalam bernubuat?

 

7)  Mengomentari ay 5-6 yang menekankan keharusan perempuan memakai tudung, seseorang mengatakan:

“God did not form woman out of the head lest she should become proud; nor out of the eye lest she should lust; nor out of the ear lest she should be curious; nor out of the mouth lest she should be talkative; nor out of the heart lest she should be jealous; not out of the hand lest she should be covetous; nor out of the foot lest she should be a wandering busybody; but out of a rib which was always covered; therefore modesty should be her primary quality” (= Allah tidak membentuk perempuan dari kepala supaya ia tidak menjadi sombong; juga tidak dari mata supaya ia tidak bernafsu; juga tidak dari telinga supaya ia tidak menjadi orang yang selalu ingin tahu; juga tidak dari mulut supaya ia tidak banyak bicara; juga tidak dari hati supaya ia tidak cemburu; juga tidak dari tangan supaya ia tidak tamak; juga tidak dari kaki supaya ia tidak suka pergi kemana-mana untuk mencampuri urusan orang lain; tetapi dari sebuah rusuk yang selalu tertutup; karena itu kesopanan / kesederhanaan harus selalu menjadi kwalitet-nya yang utama).

 

Ay 6-7:

 

1)  Arti dari ay 6: kalau perempuan tidak mau pakai tudung, itu berarti bahwa ia senang berada dalam keadaan hina. Kalau mau konsekwen, gundul saja sekalian, itu juga hina. Seba­liknya, kalau tidak mau gundul / hina, maka harus memakai tudung.

 

2)  ‘Tidak perlu’ (ay 7). Ini salah terjemahan!

 

KJV / RSV / NIV / NASB: ‘ought not’ (= tidak seharusnya / tidak boleh).

 

3)  Dalam ay 7, hanya laki-laki yang ditekankan sebagai gambar Allah, karena gambar Allah hanya disoroti dari 1 sudut, yaitu dalam hal adanya otoritas.

 

4)  Dalam ay 7 seharusnya tidak ada kata ‘menyinari’.

 

NIV: ‘he is the image and glory of God ... the woman is the glory of man’ (= ia adalah gambar dan kemuliaan Allah).

 

Jadi, laki-laki adalah kemuliaan Allah, dan perempuan adalah kemuliaan laki-laki. Ini lagi-lagi menunjukkan superiornya laki-laki terhadap perempuan.

 

Ay 8-9:

 

Dua alasan mengapa laki-laki ada di atas perempuan:

 

1)  Dari sudut asal mulanya, perempuan berasal dari laki-laki (ay 8).

 

2)  Dari sudut tujuan penciptaan, perempuan dicipta karena / demi laki-laki (ay 9 bdk. Kej 2:18).

 

Seorang penafsir mengatakan:

“The man is the beginning of the woman and the end for which she was made” (= laki-laki adalah permulaan dari perempuan dan tujuan untuk mana perempuan diciptakan).

 

Penerapan:

Apakah saudarai sebagai orang perempuan sering merasa jengkel karena Tuhan memberikan otoritas kepada laki-laki? Apakah saudara sering merasa diperlakukan tidak adil? Apapun alasannya yang menyebabkan saudarai mempunyai pemikiran semacam itu, sadarilah bahwa itu adalah pemikiran yang tidak Alkitabiah dan saudarai harus bertobat dari pemikiran seperti itu!

 

Calvin: “All women are born, that they may acknowledge them­selves inferior in consequence of the superiority of the male sex” (= Semua perempuan dilahirkan supaya mereka bisa mengakui diri mereka sendiri lebih rendah sebagai akibat dari kesuperioran laki-laki).

 

Ay 10:

 

1)  Ini adalah ayat yang begitu sukar, sehingga Charles Hodge memberikan komentar sebagai berikut:

“After all that has been written, it remains just as obscure as ever” [= setelah semua yang telah ditulis (tentang ayat ini), ayat ini tetap sama kaburnya dengan dulu].

 

2)  ‘Tanda wibawa’.

 

Lit: ‘sign of authority’ (= tanda otoritas).

 

Ada macam-macam penafsiran tentang bagian ini:

 

a)  Artinya adalah: tanda ketundukan.

 

Diartikan demikian, karena kontexnya menuntut penafsiran seperti itu.

 

b)  Artinya adalah: tanda dengan mana perempuan menyatakan dirinya di bawah otoritas laki-laki.

 

c)  Artinya adalah: tanda otoritas / martabat perempuan itu sendiri, karena tanpa tudung perempuan itu dianggap amoral / pelacur.

 

3)  ‘Oleh karena para malaikat’.

 

Bagian ini membingungkan semua penafsir, sehingga muncul banyak penafsiran tentang bagian ini. Tetapi arti yang paling banyak diterima adalah: ‘demi para malaikat yang hadir dalam kebaktian’.

 

Jadi, karena para malaikat itu hadir sebagai saksi dalam kebaktian, maka perempuan harus tunduk pada otoritas laki-laki.

 

Ay 11-12:

 

1)  Kata-kata ‘dalam Tuhan’ (ay 11) artinya adalah ‘kehendak Tuhan’. Jadi adalah merupakan kehendak Tuhan bahwa laki-laki tergantung pada perempuan dan sebaliknya.

 

2)  Bagian ini menunjukkan kesatuan laki-laki dan perempuan sehingga yang satu tidak bisa hidup tanpa yang lain.

 

3)  Bagian ini ditambahkan:

 

a)  Supaya laki-laki tidak menjadi sombong dan menghina perempuan.

 

b)  Untuk menghibur perempuan.

 

4)  Kata-kata ‘segala sesuatu berasal dari Allah’ (ay 12) menunjukkan bahwa Allah ada di atas laki-laki dan perempuan.

 

Ay 13-15:

 

1)  Ada yang mengartikan ‘alam’ sebagai ‘kebiasaan setempat’.

 

Kalau ini benar, maka semua ini memang bersifat kultural, sehingga tidak berlaku di tempat yang mempunyai tradisi / kebudayaan yang berbeda.

 

2)  Bagi orang-orang Yahudi, adalah sesuatu yang memalukan kalau laki-laki berambut panjang, kecuali kalau ia adalah seorang nazir Allah (bdk. Bil 6:1-5 Hak 13:5 Hak 16:17 1Sam 1:11).

 

Perkecualian: Absalom (2Sam 14:26).

 

3)  Ay 15b tidak mungkin diartikan: rambut panjang sudah cukup bagi perem-puan sehingga tak perlu memakai tudung lagi. Mengapa? Karena kalau ditafsirkan seperti itu, akan ber­tentangan dengan apa yang Paulus ajarkan dalam sepanjang kontex ini.

 

Artinya justru adalah: adanya ‘tudung’ alamiah (yaitu rambut panjang), menunjukkan bahwa perempuan membutuhkan tudung yang lain, yaitu tudung yang sungguh-sungguh.

 

Ay 16:

 

Ada 2 pandangan tentang arti dari kata ‘kebiasaan’ dalam ayat ini:

 

1)  Calvin: kata ‘kebiasaan’ itu menunjuk pada kebiasaan debat kusir.

 

2)  Mayoritas penafsir: kata ‘kebiasaan’ itu menunjuk pada kebiasaan perempuan berdoa / bernubuat tanpa tudung.

 

-AMIN-