Eksposisi Surat Yudas

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 
YUDAS 22-25
 

Ayat 22-23:

Setelah Yudas membicarakan hal-hal yang harus dilakukan untuk diri sendiri (ay 20-21), sekarang dalam ay 22-23 ia membicarakan tentang pelayanan kepada orang lain. Dalam ay 22-23 ini ia membicarakan 3 golongan orang yang harus dilayani:

1. ‘Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu’ (ay 22).

KJV: ‘and of some have compassion, making a difference’ (= dan kepada beberapa orang berbelaskasihanlah, membuat perbedaan). Ini salah terjemahan.

RSV: ‘And convince some, who doubt’ (= Dan yakinkanlah beberapa orang, yang ragu-ragu). Ini juga salah terjemahan.

NIV: ‘Be merciful to those who doubt’ (= Berbelaskasihanlah kepada mereka yang ragu-ragu).

NASB: ‘And have mercy on some, who are doubting’ (= Dan berbelas-kasihanlah kepada beberapa orang yang ragu-ragu).

Ada lagi yang menterjemahkan dari manuscript yang berbeda sehingga menjadi: ‘and some refute while they dispute with you’ (= dan bantahlah beberapa orang pada waktu mereka mendebat kamu).

b. ‘ragu-ragu’.

  Kata bahasa Yunaninya adalah DIAKRINOMENOUS. Kata ini bisa diarti-kan ‘ragu-ragu’ seperti dalam Yak 1:6 Mat 21:21 Mark 11:22 Ro 4:20. Tetapi kata ini juga bisa diartikan ‘membantah / bertengkar’, seperti dalam Yudas 9.

c. ‘belas kasihan’.

Pulpit Commentary:

"Believers who enjoy the blessing of mercy from Christ are required to show mercy to others" (= Orang-orang percaya yang menikmati berkat belas kasihan dari Kristus diharuskan untuk menunjukkan belas kasihan kepada orang lain).

Thomas Manton:

"... it checketh them that speak of others’ sins by way of reproof or censure, but with delight or petulancy of spirit; many reproofs are lost, because there is more passion than compassion in them. It is spiritual cruelty when you can turn a finger in your brother’s wound without grief. Reproofs are delightful sometimes out of the sweetness of revenge, or hatred, and ill-will to the persons of men; sometimes out of pride, or a desire to vaunt it and insult over others; sometimes from self-conceit, and non consideration of our own faultiness" (= ... ini menegur / memarahi mereka yang berbicara tentang dosa orang lain dengan cara menegur atau mencela, tetapi dengan roh kesukaan atau kemarahan; banyak teguran terhilang, karena ada lebih banyak nafsu dari pada belas kasihan dalam mereka. Adalah merupakan suatu kekejaman rohani kalau engkau bisa menunjuk pada luka saudaramu tanpa kesedihan. Teguran bisa menyenangkan, kadang-kadang karena itu keluar dari manisnya pembalasan, atau kebencian, dan maksud tidak baik kepada orang lain; kadang-kadang dari kesombongan, atau keinginan untuk menyombongkannya dan menghina orang lain; kadang-kadang dari pandangan yang terlalu tinggi tentang diri sendiri, dan tidak adanya perhatian pada kesalahan sendiri).

2. ‘Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api’ (ay 23a) a. Pada umumnya para penafsir menganggap bahwa ini tidak lagi menunjuk kepada orang yang ragu-ragu / membantah tadi, tetapi menunjuk kepada orang golongan ke 2. Dalam terjemahan Indonesia digunakan kata ‘mereka’ sehingga memungkinkan untuk menganggap bahwa ini tetap berbicara tentang orang dalam golongan pertama, tetapi dalam NIV/ NASB digunakan ‘others’ (= orang-orang lain), sehingga jelas menunjuk pada golongan yang berbeda.

NASB: ‘save others, snatching them out of the fire’ (= selamatkanlah orang-orang lain, menyentak mereka dari api).

NIV: ‘snatch others from the fire and save them’ (= sentaklah orang-orang lain dari api dan selamatkanlah mereka).

b. Rupa-rupanya ini menunjuk kepada orang-orang yang jahat, dan sudah mengalami banyak penderitaan karena dosanya, dan boleh dikatakan sudah hampir masuk neraka. Karena itu digunakan kata-kata ‘menyelamatkan dengan menyentak dari api’. Ini mencakup beberapa hal:

c. ‘api’.   Untuk memotivasi diri kita dalam memberitakan Injil, kita perlu banyak merenungkan tentang neraka, dan membayangkan bagaimana orang-orang di sekitar kita, termasuk keluarga yang kita cintai, akan masuk ke neraka selama-lamanya, kalau kita tidak memberitakan Injil kepada mereka.

d. S. Maxwell Coder membandingkan ini dengan Zakh 3:1-2, dan lalu memberikan komentar sebagai berikut:

"Even the high priest of Israel was a man who had been snatched from the flames! This should encourage us to hope that some of those who now seem hopelessly lost in sin may become useful servants of Christ, if we heed the Scriptures and pluck them out. No case should be regarded as hopeless. The history of soul-winning is filled with the records of men and women so far gone in sin that it seemed as though the flames of Hell were about to receive them, when some messenger of the cross snatched them out of the fire, and they became outstanding evangelists and personal workers afterwards" (= Bahkan imam besar Israel adalah orang yang telah disentak dari nyala api! Ini harus menguatkan hati kita untuk berharap bahwa beberapa dari mereka yang sekarang kelihatannya hilang dalam dosa tanpa harapan bisa menjadi pelayan-pelayan Kristus yang berguna, jika kita memperhatikan Kitab Suci dan menarik mereka keluar. Tidak ada kasus yang boleh dianggap sebagai tak ada harapan. Sejarah penginjilan dipenuhi dengan catatan tentang laki-laki dan perempuan yang hidup begitu jauh di dalam dosa sehingga kelihatan seolah-olah nyala api neraka hampir menerima mereka, ketika seorang utusan salib menyentak mereka dari api, dan mereka menjadi penginjil dan pekerja pribadi yang menonjol setelah itu).

3. ‘Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa’ (ay 23b). Golongan ini membahayakan bagi orang yang mau menginjili mereka, karena dosa mereka adalah dosa yang mudah menular, sehingga bisa-bisa pemberita Injil itu sendiri terseret dalam dosa orang-orang ini. Karena itu dikatakan tunjukkan belas kasihan yang disertai ketakutan.

Bdk. Amsal 14:16a (NIV): "A wise man fears the LORD and shun evil" (= seorang bijaksana takut kepada TUHAN dan menolak kejahatan).

  S. Maxwell Coder:

"We shall be as careful as Israel was commanded to be in the presence of leprosy or other communicable diseases" (= Kita harus sama hati-hatinya seperti orang Israel diperintahkan untuk hati-hati di depan orang yang sakit kusta atau penyakit menular lainnya).

Saya berpendapat bahwa dosa yang mudah menular itu, berbeda untuk setiap orang, tergantung kelemahan orang itu. Tetapi bagaimanapun ada dosa yang secara umum (bagi hampir semua orang laki-laki) sangat mudah menular, misalnya dosa sex. Karena itu laki-laki harus sangat berhati-hati dalam melayani / menginjili perempuan, apalagi kalau perempuan itu genit. Bahwa ini adalah pelayanan yang membutuhkan kehati-hatian yang tinggi terlihat dari:

Kalau Titus langsung mendidik perempuan-perempuan muda, itu bisa membahayakan, mengingat Titus adalah seorang laki-laki. Jadi Paulus menyuruh Titus mendidik perempuan-perempuan tua supaya mereka bisa mendidik perempuan-perempuan muda. Tetapi saya berpendapat bahwa rumusan ini tidak boleh dimutlakkan, seakan-akan seorang laki-laki sama sekali tidak boleh melayani seorang perempuan, mengingat bahwa Yesus juga melayani orang perempuan, seperti dalam Yoh 4.
 
b. Ay 23 akhir menjelaskan bagaimana menyertai belas kasihan dengan ketakutan, yaitu dengan membenci pakaian mereka yang dicemari oleh keinginan-keinginan dosa.   Dalam banyak bagian Kitab Suci, seperti dalam Wah 3:4, ‘pakaian’ menunjuk pada kehidupan orang itu. Jadi di sini terlihat prinsip ‘mengasihi orang berdosa, tetapi membenci dosanya’.

c. Ada penafsiran yang berbeda tentang bagian ini, dimana kata-kata ‘disertai ketakutan’ diterapkan kepada orang yang berdosa yang diinjili itu. Jadi kita harus memberitakan Injil disertai ancaman keadilan, murka dan hukuman Allah, supaya orang itu menjadi takut dan lalu bertobat.

  Saya lebih setuju dengan penafsiran pertama, karena lebih sesuai dengan ay 23 akhir, yang menyuruh membenci pakaian mereka yang dicemarkan oleh dosa.
4. Kesimpulan dari ay 22-23. Pulpit Commentary:

"There is a duty to all, but the duty is not the same to each. Christian wisdom must decide how to distinguish between cases, and to act in each so as at once to seek good of others and to keep ourselves pure. ... All souls are to be cared for; but not all by the same method" (= Ada kewajiban terhadap semua, tetapi terhadap tiap-tiap orang kewajiban itu berbeda. Hikmat kristen harus memutuskan bagaimana membedakan kasus-kasus, dan bertindak dalam setiap kasus supaya sekaligus berusaha untuk kebaikan orang lain dan menjaga diri sendiri tetap suci. ... Semua jiwa harus diperhatikan; tetapi tidak semua dengan metode yang sama).

Banyak orang kristen beranggapan bahwa hamba Tuhan / pelayan Tuhan harus selalu bersikap ramah / kasih dan lembut, bahkan juga dalam menegor / menasehati orang, sesuai dengan 2Tim 2:24-26. Dan dalam menegor orang kita harus melakukannya di bawah empat mata, sesuai dengan Mat 18:15. Tetapi perlu diingat bahwa Kitab Suci juga mempunyai ayat-ayat seperti:

Kata-kata ‘dengan tegas’ oleh NIV diterjemahkan ‘sharply’ (= dengan tajam), oleh NASB diterjemahkan ‘severely’ (= dengan keras / bengis). Ayat 24-25:

1. ‘tersandung’ (ay 24a).

NIV: ‘falling’ (= jatuh).

Ini jelas bukan menunjukkan pada ‘jatuh ke dalam dosa’, karena Allah memang tidak menjaga orang kristen supaya bisa hidup suci murni (bdk. 1Yoh 1:8,10). Sebetulnya tentu saja Allah bisa menjaga kita supaya sama sekali tidak jatuh ke dalam dosa. Tetapi Ia tidak mau melakukannya, dan Ia tidak pernah menjanjikannya. Ia baru melakukan hal itu kalau kita sudah ada di surga.

Thomas Manton mengatakan bahwa ‘tersandung’ ini menunjuk pada ‘total apostasy’ (= kemurtadan total). Jadi ayat ini menjamin bahwa orang kristen sejati tidak mungkin murtad. Bandingkan ini dengan ayat-ayat di bawah ini:

Ini jelas menunjukkan bahwa kalau seseorang tidak tetap dalam firman, maka ia bukan benar-benar murid Yesus. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa orang yang murtad tidak sungguh-sungguh ‘termasuk pada kita’ atau tidak sungguh-sungguh kristen. Sebaliknya ayat ini juga mengatakan bahwa orang yang sungguh-sungguh termasuk pada kita, atau orang kristen yang sejati, pasti akan tetap bersama-sama dengan kita (tidak mungkin murtad). Jadi kalau ada orang kristen yang murtad, tidak peduli dulunya ia adalah pendeta atau rasul (seperti Yudas), pasti ia tadinya hanyalah orang kristen KTP.
 
Kalau ada orang yang menganggap bahwa Yudas 24 hanya menunjukkan bahwa Allah mampu menjaga, tetapi tidak menjanjikan hal itu, maka kita bisa menunjukkan Maz 37:24 Yoh 10:27-30 Ibr 13:5b-6 yang jelas menjanjikan hal itu.   Perlu juga ditekankan bahwa ketidakmungkinan untuk murtad itu bukanlah disebabkan karena kebaikan / kesetiaan kita, tetapi karena pekerjaan dan kesetiaan Allah.

Thomas Manton:

"He had before said, ‘Keep yourselves in the love of God,’ and now ‘to him that is able to keep from falling,’ &c. We fall not because God doth not let go his hold; our necessities and difficulties are so great that nothing less than a divine power can support us: 1Peter 1:5, ‘Ye are kept by the power of God through faith unto salvation.’ ... We cannot stand a moment longer than God upholdeth us; we are as a staff in the hand of a man; take away the hand, and the staff falleth to the ground; or rather, as a little infant in the nurse’s hand, Hosea 11:3" (= Ia sebelum ini telah berkata, ‘Peliharalah dirimu dalam kasih Allah’, dan sekarang ‘bagi Dia yang berkuasa menjaga supaya kamu jangan jatuh / tersandung’ dst. Kita tidak jatuh karena Allah tidak melepaskan peganganNya; kebutuhan dan kesukaran kita begitu besar sehingga tidak kurang dari kuasa ilahi yang bisa menopang kita: 1Pet 1:5, ‘kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu kepada keselamatan’. ... Kita tidak bisa berdiri sedikitpun lebih lama dari pada Allah menegakkan kita; kita adalah seperti tongkat dalam tangan manusia; ambillah tangannya, dan tongkat itu jatuh ke tanah; atau, seperti bayi kecil dalam tangan pengasuhnya, Hosea 11:3).

2. ‘tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya’ (ay 24b). a. ‘di hadapan kemuliaanNya’.

NIV: ‘before his glorious presence’ (= di hadapan kehadiranNya yang mulia).

NASB: ‘in the presence of His glory’ (= dalam kehadiran kemuliaanNya).

Ini menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua dimana Ia datang dengan seluruh kemuliaanNya.

  b. ‘tak bernoda’.
c. ‘penuh kegembiraan’.

NIV/NASB: ‘with great joy’ (= dengan sukacita yang besar).

Berbeda dengan orang yang tidak percaya yang akan ketakutan luar biasa pada saat kedatangan Kristus yang keduakalinya (bdk. Wah 6:16-17 Wah 9:3-6), orang kristen / percaya akan penuh dengan sukacita.

Ini sesuai dengan kata-kata Abraham kepada orang kaya yang ada dalam neraka: "Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita" (Luk 16:25).

3. Yudas menutup suratnya dengan suatu pujian kepada Allah (ay 25). a. KJV: "To the only wise God our Saviour, be glory and majesty, dominion and power, both now and ever. Amen." (= Bagi satu-satunya Allah yang bijaksana, Juruselamat kita, kemuliaan dan keagungan, pemerintahan dan kuasa, sekarang dan selamanya. Amin).

Ini berbeda karena diambil dari manuscript yang berbeda.

b. ‘oleh Yesus Kristus, Tuhan kita’.

  NIV/NASB: through Jesus Christ our Lord’ (= melalui Yesus Kristus Tuhan kita).

Allah bisa menjadi Juruselamat kita memang melalui Tuhan kita Yesus Kristus, yang sudah menjadi manusia, menderita dan mati di salib untuk dosa kita, bangkit dari antara orang mati dan hidup selama-lamanya.

S. Maxwell Coder:

"... it is to emphasize for one last time the great truth denied by apostasy, the fact that God is Saviour only for those who come to Him through Jesus Christ. No man cometh to the Father but by the Son. Those who think that believing in God is equivalent to being eternally saved, without reference to the cross of Christ, cannot put down the Epistle of Jude without a final reminder that the Word of God contradicts their position. God is Saviour only through Christ. Millions may express belief in one God, may offer a form of worship, without being able to claim Him as Saviour because they deny His Son. ‘For there is one God, and one mediator between God and men, the man Christ Jesus’ (1Tim. 2:5). Only the God of Jude, the God of evangelical Christianity, may properly be called ‘God and Saviour,’ because only those who accept the truth of Jude 25, John 14:6, and Acts 4:12 acknowledge that salvation is through the Lord Jesus Christ alone" [= ... ini untuk menekankan untuk terakhir kalinya kebenaran besar yang disangkal oleh kemurtadan, fakta bahwa Allah adalah Juruselamat hanya untuk mereka yang datang kepadaNya melalui Yesus Kristus. Tidak seorangpun datang kepada Bapa kecuali oleh Anak. Mereka yang berpikir bahwa percaya kepada Allah adalah sama dengan diselamatkan secara kekal, tanpa hubungan dengan salib Kristus, tidak bisa meletakkan Surat Yudas tanpa peringatan terakhir bahwa Firman Allah menentang pandangan mereka. Allah adalah Juruselamat hanya melalui Kristus. Berjuta-juta orang menyatakan kepercayaan kepada satu Allah, mempersembahkan suatu bentuk ibadah, tanpa bisa menyatakan Dia sebagai Juruselamat karena mereka menyangkal AnakNya. ‘Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus’ (1Tim 2:5). Hanya Allah Yudas, Allah kekristenan yang injili, boleh secara benar menyebut ‘Allah Juruselamat kita’, karena hanya mereka yang menerima kebenaran dari Yudas 25, Yoh 14:6, dan Kis 4:12 mengakui bahwa keselamatan adalah melalui Tuhan Yesus Kristus saja].

 
-AMIN-
 

email us at : gkri_exodus@mailcity.com