Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Yohanes 20:1-10

 

 

Ay 1: Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

 

1)   Pada hari pertama minggu itu.

 

a)   Ini menunjukkan ketaatan Maria Magdalena pada hukum Sabat!

 

Pada hari Sabat kita memang tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari (Kel 20:9-10 bdk. Yer 17:21-27).

 

Yer 17:21-27 - “(21) Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem! (22) Janganlah membawa barang-barang dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, (25) maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka-pemuka, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. (26) Orang akan datang dari kota-kota Yehuda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Daerah Bukit, dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa korban syukur ke dalam rumah TUHAN. (27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.

 

Kita bukannya tidak boleh melakukan apa-apa pada hari Sabat. Jadi, ajaran para ahli Taurat dan orang Farisi, yang boleh dikatakan melarang segala sesuatu pada hari Sabat, dan yang menyebabkan hari Sabat menjadi beban yang sangat berat, adalah salah. Yang tidak boleh dilakukan adalah pekerjaan sehari-hari. Bahkan pada masa sibuk (masa ujian, dsb), kita harus tetap memelihara hari Sabat. Ini terlihat dari Kel 34:21 - “Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga”.

 

Pelanggaran terhadap peraturan Sabat ini merupakan dosa yang berat, karena pada jaman Perjanjian Lama, orang yang melanggar peraturan Sabat dijatuhi hukuman mati (Kel 31:14-15  Bil 15:32-36).

 

Calvin dalam tafsirannya tentang Kel 20:8 mengatakan:

“The object of this Commandment is that believers should exercise themselves in the worship of God” (= Tujuan dari Perintah ini adalah bahwa orang-orang percaya menggunakan diri mereka sendiri dalam ibadah / penyembahan terhadap Allah) - hal 433.

 

b)   Perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu.

 

Hari Sabat sebetulnya adalah hari Sabtu, tetapi sejak kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi pada hari Minggu, orang-orang kristen berbakti pada hari pertama / hari Minggu (Yoh 20:19  Kis 20:7  1Kor 16:2). Disamping itu, perlu kita ingat bahwa hari Pentakosta (Kis 2:1-13), yang merupakan ‘hari berdirinya gereja’, juga jatuh pada hari Minggu (bdk. Im 23:15-16  Ul 16:9).

 

Bandingkan dengan Wah 1:10 dimana istilah ‘hari Tuhan’ juga dianggap menunjuk pada hari Minggu.

 

Homer Hailey: “The ante-Nicene writers who wrote after John followed a consistent pattern in considering ‘the first day,’ ‘the Lord’s day,’ the ‘resurrection day,’ and the day of meeting, Sunday, as identical. Ignatius (30-107 A.D.) writes, ‘Let every friend of Christ keep the Lord’s day as a festival, the resurrection day, the queen and chief of all the days (of the week)’ (A-N-F, I, p. 63). Justin (110-165 A.D.), writing of the day which the saints met for worship identified it as ‘Sunday ... the first day ... and Jesus Christ our Saviour on the same day rose from the dead’ (I, p. 168). The teaching of the Twelve (120-190 A.D.): ‘But every Lord’s day do ye gather yourselves, and break bread’ (VII, p. 381). Clement (153-217 A.D.), writing agonist (against?) Gnostics, identifies the Lord’s day with the resurrection, saying, ‘He, in fulfillment of the precept, according to the Gospel, keeps the Lord’s day ... glorifying the Lord’s resurrection’ (II, p. 545). Tertullian (145-220 A.D.) identifies ‘the Lord’s day’ as ‘every eighth day’ (III, p. 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 A.D.): ‘And on the day of our Lord’s resurrection, which is the Lord’s day, meet more diligently’ (VII, p. 423); and ‘on the day of the resurrection of the Lord, that is, the Lord’s day, assemble yourselves together, without fail’ (ibid. p. 471)” [= Penulis-penulis sebelum Nicea yang menulis setelah Yohanes mengikuti pola yang konsisten dalam menganggap ‘hari pertama’, ‘hari Tuhan’, ‘hari kebangkitan’, dan hari pertemuan, Minggu, sebagai identik. Ignatius (30-107 M) menulis: ‘Hendaknya setiap teman Kristus memelihara hari Tuhan sebagai suatu perayaan, hari kebangkitan, ratu dan kepala dari semua hari (dari suatu minggu)’ (A-N-F, I, hal 63). Justin (110-165 M), menulis tentang hari dimana orang-orang kudus bertemu untuk kebaktian menyebutnya sebagai ‘Minggu ... hari yang pertama ... dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari antara orang mati pada hari yang sama’ (I, hal 168). The teaching of the Twelve (120-190 M): ‘Tetapi setiap hari Tuhan kamu berkumpul dan memecahkan roti’ (VII, hal 381). Clement (153-217 M), menulis menentang Gnostics, mengidentikkan hari Tuhan dengan kebangkitan, dengan berkata: ‘Ia, dalam penggenapan ajaran / perintah, sesuai dengan Injil, memelihara hari Tuhan ... memuliakan kebangkitan Tuhan’ (II, hal 545). Tertullian (145-220 M) mengidentikkan / menyebut ‘hari Tuhan’ sebagai ‘setiap hari ke 8’ (III, hal 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 M): ‘Dan pada hari kebangkitan Tuhan, yang adalah hari Tuhan, bertemulah dengan makin rajin’ (VII, hal 423); dan ‘pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu, hari Tuhan, kumpulkanlah dirimu bersama-sama, tanpa gagal (jangan pernah gagal untuk bertemu)’ (ibid. hal 471)] - hal 107.

 

William Barclay: “By early in the second century the Sabbath had been abandoned and the Lord’s Day was the accepted Christian day” (= Pada awal abad kedua hari Sabat telah ditinggalkan dan hari Tuhan diterima sebagai hari Kristen) - hal 43.

 

Bagian ini penting untuk diingat kalau saudara menghadapi orang Advent, yang berkeras bahwa hari untuk berbakti haruslah Sabtu, yang merupakan hari Sabat Perjanjian Lama.

 

R. L. Dabney: “After the resurrection of Christ, the perpetual Divine obligation of a religious rest was transferred to the first day of the week, and thence to the end of the world, the Lord’s day is the Christian Sabbath, by Divine and apostolic appointment” (= Setelah kebangkitan Kristus, kewajiban Ilahi yang kekal tentang istirahat agamawi dipindahkan ke hari pertama dari suatu minggu, dan dari sana sampai akhir jaman, hari Tuhan adalah Sabat Kristen, oleh penetapan Ilahi dan rasuli) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 367-368.

 

2)   pagi-pagi benar ketika hari masih gelap.

 

a)   Apakah ayat ini bertentangan dengan Mark 16:2?

 

Mark 16:2 - “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur”.

 

Tidak ada pertentangan antara ayat ini dengan Mark 16:2. Mungkin Yohanes menceritakan saat keberangkatannya (masih gelap), sedangkan Markus memaksudkan saat ia tiba di kubur Yesus (setelah matahari terbit).

 

William Hendriksen: “Although it was still dark when the women started out, the sun had risen when they arrived at the tomb” (= Sekalipun itu masih gelap pada waktu perempuan-perempuan itu berangkat, matahari telah terbit pada waktu mereka tiba di kubur) - hal 448.

 

b)   Maria Magdalena datang pagi-pagi karena ingin melanjutkan tugasnya sedini mungkin. Jelas bahwa kasihnya kepada Yesus menyebabkan hal itu.

 

Leon Morris (NICNT): “Her early arrival is evidence of a determination to get on with the task at the soonest possible moment” (= Kedatangannya yang begitu pagi merupakan bukti dari suatu kebulatan tekad untuk meneruskan tugas sesegera mungkin) - hal 830.

 

Ini merupakan teladan bagi orang-orang malas, yang selalu ingin menunda pekerjaan / pelayanan. Kalau saudara adalah orang malas yang selalu ingin menunda pekerjaan / pelayanan, maka renungkan berapa besar kasih saudara kepada Tuhan. Kalau saudara betul-betul mengasihi Dia, saudara tidak akan menunda-nunda.

 

c)   Leon Morris mengatakan (hal 830) bahwa mungkin karena pada saat itu hari masih gelap maka Maria Magdalena tidak melihat apa yang dilihat oleh Petrus dan Yohanes dalam ay 4-8. Tetapi ada kemungkinan lain, yaitu bahwa Maria Magdalena tidak berhenti cukup lama untuk memperhatikan dengan lebih seksama (ay 1-2).

 

3)   pergilah Maria Magdalena ke kubur itu.

 

a)   Maria Magdalena tidak sendirian; ada perempuan-perempuan lain yang menyertai dia.

 

William Hendriksen: “John probably assumes that the readers are acquainted with the other Gospels and confines his story to Mary Magdalene. ... However, he implies that other women have accompanied Mary (20:2: ‘we don’t know’)” [= Yohanes mungkin menganggap bahwa para pembaca (Injilnya) mengetahui Injil-injil yang lain (Matius, Markus, dan Lukas) dan membatasi ceritanya pada Maria Magdalena. ... Tetapi, ia menunjukkan secara implicit bahwa perempuan-perempuan lain menyertai Maria (20:2: ‘kami tidak tahu’] - hal 448.

 

Barnes’ Notes: “John mentions only Mary Magdalene. ... he does not deny that others were present also. It is an old maxim, that ‘he who mentions a few, does not deny that there are more.’” (= Yohanes hanya menyebut Maria Magdalena. ... ia tidak menyangkal bahwa perempuan-perempuan lain juga hadir. Merupakan suatu pepatah kuno bahwa ‘ia yang menyebut beberapa, tidak menyangkal bahwa di sana ada lebih banyak lagi’) - hal 143.

 

Barnes’ Notes: “The persons who came were Mary Magdalene, (Matt. 28:1; John 20:1;) Mary, the mother of James and Joses, (Matt. 28:1; Luke 24:10; Mark 15:40;) Salome, the wife of Zebedee, and Joanna, the wife of Chuza, Herod’s steward, (compare Luke 24:10; 8:3;) and certain others not specified, (Luke 24:1,10.)” [= Orang-orang yang datang adalah Maria Magdalena, (Mat 28:1; Yoh 20:1); Maria, ibu dari Yakobus dan Yoses (Mat 28:1; Luk 24:10; Mark 15:40); Salome, istri Zebedeus, dan Yohana, istri Khuza, bendahara Herodes (bandingkan Luk 24:10; 8:3); dan orang-orang tertentu yang lain yang tidak disebutkan secara terperinci, (Luk 24:1,10)] - hal 146.

 

F. F. Bruce: “Her words to Peter and John, ‘we do not know where they have put him’, indicate that she was not unaccompanied when she went to the tomb, but she so obviously took the lead that John does not even say in so many words that there were other women with her, let alone mention their names, as the other Evangelists do. But when the others mention her companions’ names, they agree in putting hers first. This may reflect the early church’s remembrance that she was the first witness of the risen Christ, preceding even Peter in this regard. If her witness nevertheless was not stressed (as Peter’s was) in the primitive preaching, this was probably because a woman’s testimony was of little public account” [= Kata-katanya kepada Petrus dan Yohanes, ‘kami tidak tahu dimana mereka telah meletakanNya’, menunjukkan bahwa ia bukannya tidak ditemani pada waktu ia pergi ke kubur, tetapi ia dengan begitu nyata memegang pimpinan sehingga Yohanes bahkan tidak mengatakan dengan banyak kata-kata bahwa di sana ada perempuan-perempuan yang lain bersama dia, apalagi menyebutkan nama-nama mereka, seperti yang dilakukan oleh Penginjil-penginjil yang lain (Matius, Markus, Lukas). Tetapi pada waktu yang lain menyebutkan nama-nama orang-orang yang menyertainya, mereka setuju dalam menempatkan namanya di tempat pertama. Ini mungkin mencerminkan ingatan gereja yang mula-mula bahwa ia adalah saksi pertama dari Kristus yang bangkit, bahkan mendahului Petrus dalam hal ini. Jika kesaksiannya tidak ditekankan (seperti kesaksian Petrus) dalam khotbah-khotbah mula-mula, ini mungkin disebabkan karena kesaksian seorang perempuan tidak dihargai oleh umum] - hal 384.

 

b)   Ini merupakan tindakan kasih Maria Magdalena.

 

Hutcheson mengatakan (hal 411) bahwa kasih dan pelayanan yang terbesar sering bersinar dan dilakukan oleh orang-orang yang lemah dan rendah, karena di sini kita melihat Maria Magdalena melakukan tindakan kasih / pelayanan bagi Kristus, pada saat para rasul tidak muncul.

 

William Barclay: “No one ever loved Jesus so much as Mary Magdalene. He had done something for her that no one else could ever do, and she could never forget. Tradition has always had it that Mary was a scarlet sinner, whom Jesus reclaimed and forgave and purified. ... Mary had sinned much and she loved much” (= Tak seorangpun pernah begitu mengasihi Yesus seperti Maria Magdalena. Ia telah melakukan untuknya sesuatu yang tidak seorang lainpun pernah bisa melakukannya, dan ia tidak pernah bisa melupakannya. Tradisi mengatakan bahwa Maria adalah orang yang sangat berdosa, yang oleh Yesus diperoleh kembali, dan diampuni, dan dimurnikan. ... Maria telah sangat berdosa, dan ia sangat mengasihi) - hal 264-265.

 

Banyak orang yang banyak berdosa tetapi sedikit mengasihi!

 

c)   Apa tujuan Maria Magdalena dan perempuan-perempuan yang lain itu pergi ke kubur?

 

Barnes’ Notes: “The object of their coming: (1) To see the sepulchre, Matt. 28:1. (2) To embalm him, or to finish embalming him, Mark 16:1; Luke 24:1” [= Tujuan kedatangan mereka: (1) Untuk melihat kuburan, Mat 28:1. (2) Untuk membalsemNya, atau untuk menyelesaikan pembalseman terhadapNya, Mark 16:1; Luk 24:1] - hal 146.

 

Thomas Whitelaw: “Their purpose was to complete the work of embalming imperfectly done on the Friday afternoon” (= Tujuan mereka adalah menyelesaikan pekerjaan pembalseman yang tidak sempurna yang dilakukan pada Jum’at sore) - hal 425.

 

Bandingkan dengan:

 

·        Luk 24:1 - “tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.

 

·        Mark 16:1 - “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.

 

Apakah 2 ayat di atas ini bertentangan? Rempah-rempah itu sudah disediakan atau baru dibeli pada saat itu? Sebetulnya tidak ada pertentangan, karena Markus mengatakan ‘setelah lewat hari Sabat’. Jadi mungkin mereka membeli dan mempersiapkan rempah-rempah itu pada Sabtu malam (ingat bahwa bagi mereka pergantian hari terjadi pada pk. 6 sore). Dan terjemahan dari Luk 24:1 itu sebetulnya adalah ‘telah dipersiapkan’. Yang mereka lakukan untuk mempersiapkannya adalah membelinya, dan lalu mencampurnya.

 

4)   dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

 

a)   Dalam perjalanan para perempuan itu bingung bagaimana caranya menyingkirkan batu itu dari kubur (Mark 16:3), tetapi sekarang ternyata batu itu sudah disingkirkan.

 

George Hutcheson: “it may serve to teach, ... that difficulties may appear very great which the Lord’s providence may make very easy” (= ini bisa berfungsi untuk mengajar, ... bahwa kesukaran-kesukaran bisa terlihat sangat besar, yang oleh providensia Tuhan bisa dibuat menjadi sangat mudah) - hal 411.

 

Bdk. Mat 6:34 - “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.

 

b)   Thomas Whitelaw mengatakan (hal 425) bahwa Maria Magdalena tidak masuk ke kubur, tetapi langsung lari untuk mendapatkan rasul-rasul / murid-murid Yesus (ay 2). Jadi, pada waktu perempuan-perempuan yang lain mengalami apa yang tercatat dalam Mat 28:2 dan Mark 16:5, Maria Magdalena tidak bersama dengan mereka.

 

Tetapi dari kata-kata Maria Magdalena dalam ay 2b (‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’) terlihat bahwa setidaknya ia melihat bahwa kubur Yesus itu kosong.

 

c)   Para perempuan ini adalah saksi-saksi pertama tentang kubur Yesus yang kosong.

 

Calvin menganggap bahwa Tuhan memilih seorang perempuan sebagai saksi, sesuai dengan 1Kor 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.

 

Matthew Henry: “she came early, while it was yet dark; so early did she set out. ... She found the stone taken away ... it was the beginning of a glorious discovery; the Lord was risen, though she did not at first apprehend it so. ... Those that are most constant in their adherence to Christ, and most diligent in their enquiries after him, have commonly the first and sweetest notices of the divine grace. Mary Magdalene, who followed Christ to the last in his humiliation, met him with the first in his exaltation” (= ia datang pagi-pagi, sementara hari masih gelap; begitu pagi ia berangkat. ... Ia mendapati batu itu telah disingkirkan ... itu merupakan permulaan dari suatu penemuan yang mulia; Tuhan telah bangkit, sekalipun pada mulanya ia tidak mengertinya seperti itu. ... Mereka yang paling konstan dalam kesetiaan kepada Kristus, dan paling rajin dalam menyelidiki Dia, biasanya mendapatkan pemberitahuan yang pertama dan termanis dari kasih karunia ilahi. Maria Magdalena, yang mengikuti Kristus sampai akhir pada perendahanNya, menemui dia pertama-tama dalam pemuliaanNya).

 

d)   Batu itu disingkirkan bukan supaya Kristus yang telah bangkit itu bisa keluar dari kubur. Setelah kebangkitanNya, Ia bisa menembus tembok / ruangan yang terkunci, dsb., sehingga jelas Ia tidak membutuhkan penyingkiran batu yang menutup pintu kuburNya itu. Kalau demikian, mengapa batu itu disingkirkan?

 

·        demi para perempuan dan murid, supaya mereka bisa memasuki kubur.

 

·        untuk menunjukkan bahwa kubur sudah ditaklukkan oleh kebangkitan Kristus.

Karena itu orang kristen tidak boleh takut pada kubur, baik dalam hal sehari-hari, maupun pada saat mereka tahu bahwa mereka harus mati dan masuk ke kubur.

 

Ay 2: Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: ‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’.

 

1)   Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka.

 

Bdk. Luk 24:9-12 - “(9) Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. (10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. (11) Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. (12) Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.

 

Kelihatannya ada beberapa pertentangan antara Luk 24:9-10 dengan Yoh 20:2 ini, yaitu:

 

a)   Dalam Luk 24:9-10 dikatakan bahwa yang memberitakan tentang kubur yang kosong itu bukan hanya Maria Magdalena, tetapi Maria Magdalena dengan beberapa perempuan yang lain.

 

Bdk. Luk 24:22-23 - “Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayatNya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup”.

 

A. T. Robertson: “Luke (24:9-12) does not distinguish between the separate report of Mary Magdalene and that of the other women” [= Lukas (24:9-12) tidak membedakan antara laporan yang terpisah dari Maria Magdalena dan dari perempuan-perempuan yang lain] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 308.

 

Barnes’ Notes: “In Luke 24:10, it is said that it was Mary Magdalene, and Joanna, and Mary the mother of James, that told these things to the disciples. Not that Luke affirms that they were together when they told them, but that the information was given by them, though perhaps at different times” (= Dalam Luk 24:10, dikatakan bahwa adalah Maria Magdalena, dan Yohanna, dan Maria ibu Yakobus, yang menceritakan hal-hal ini kepada murid-murid. Bukan bahwa Lukas menegaskan bahwa mereka ada bersama-sama pada waktu mereka menceritakannya kepada mereka, tetapi bahwa informasi itu diberikan oleh mereka, sekalipun mungkin pada waktu yang berbeda-beda) - hal 146.

 

Rupanya Lukas tidak mau menceritakan secara terperinci, dan karena itu ia mencampur-adukkan / menjadikan satu laporan-laporan yang seharusnya terpisah.

 

b)   Dalam Luk 24:9-10 dikatakan bahwa Maria Magdalena memberitahukan hal itu kepada kesebelas rasul, sedangkan dalam Yoh 20:2 Maria Magdalena hanya memberitahukan hal itu kepada Petrus dan Yohanes. Calvin mengatakan (hal 249) bahwa Yohanes sengaja tak membicarakan rasul-rasul / murid-murid yang lain, karena hanya ia dan Petrus yang pergi ke kubur Yesus.

 

c)   Luk 24:12 menceritakan bahwa Petrus pergi ke kubur, tetapi Lukas tidak menceritakan bahwa Yohanes juga ikut bersama dengan Petrus. Tetapi ini juga bukan kontradiksi, karena Lukas tidak wajib menceritakan semua.

 

Cerita tentang kebangkitan Tuhan Yesus dalam keempat Injil berbeda-beda dan bahkan kelihatannya bertentangan. Ini pada umumnya disoroti secara negatif. Tetapi sebetulnya ini merupakan sesuatu yang positif.

 

Leon Morris (NICNT): “The differences between the Gospels amount to no more than a demonstration that here we have the spontaneous evidence of witnesses, not the stereotyped repetition of an official story” (= Perbedaan-perbedaan antara Injil-injil sama dengan suatu demonstrasi bahwa di sini kita mempunyai bukti spontan dari saksi-saksi, bukan pengulangan yang meniru-niru dari suatu cerita resmi) - hal 828.

 

Penerapan:

 

Bandingkan dengan bahasa Roh, yang biasanya sama semua, menunjukkan itu ‘hasil kursus’.

 

2)   ‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’.

 

a)   ‘Tuhan’.

 

William Hendriksen: “It is interesting, nevertheless, that Mary is still calling Jesus ‘the Lord.’” (= Merupakan sesuatu yang menarik, bagaimanapun, bahwa Maria tetap memanggil Yesus ‘Tuhan’) - hal 449.

 

b)   ‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan’.

 

1.   Ini merupakan suatu sharing penderitaan.

 

Matthew Henry: “She did not stand poring upon the grief herself, but acquaints her friends with it. Note, The communication of sorrows is one good improvement of the communion of saints” (= Ia tidak berdiri merenungkan kesedihannya sendirian, tetapi memberi tahu teman-temannya. Perhatikan, persekutuan penderitaan adalah suatu kemajuan yang baik dari persekutuan orang-orang kudus).

 

Penerapan:

 

Maulah menceritakan penderitaan / beban saudara kepada saudara-saudara seiman yang lain. Tetapi kalau hal itu bersifat pribadi, saudara juga harus memilih orang yang tidak bocor mulut. Dan bagi saudara yang menerima sharing yang bersifat pribadi, jangan lalu menjadi seperti radio amatir. Itu merupakan pengkhianatan terhadap kepercayaan yang diberikan kepada saudara.

 

2.   Kubur yang kosong menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus bersifat jasmani, bukan rohani, seperti yang dikhayalkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

 

Leon Morris (NICNT): “the empty tomb witnesses to the fact that the resurrection of Christ had physical aspects” (= kubur yang kosong menyaksikan fakta bahwa kebangkitan Kristus mempunyai aspek-aspek fisik) - hal 829-830.

 

John G. Mitchell: “And lest I be misunderstood, when we speak of the resurrection of Jesus Christ, we’re speaking of the physical resurrection. There’s no such thing in the Bible as spiritual resurrection. The word ‘resurrection’ doesn’t mean a thing if that which died is not raised again. The spirit doesn’t die; the body dies. It is the body that is raised” (= Dan supaya saya tidak disalah-mengerti, pada waktu kami berbicara tentang kebangkitan Yesus Kristus, kami berbicara tentang kebangkitan secara fisik. Dalam Alkitab tidak ada kebangkitan rohani. Kata ‘kebangkitan’ tidak berarti apa-apa jika apa yang mati tidak dibangkitkan kembali. Roh tidak mati; tubuh mati. Adalah tubuh yang dibangkitkan) - hal 386.

 

3.   Ini merupakan hal yang sekalipun bagi Maria Magdalena kelihatannya menyedihkan, tetapi sebetulnya dan seharusnya membahagiakan.

 

Matthew Henry: “she found the stone gone, looked into the grave, and saw it empty. ... She suggested, They have taken away the Lord; ... Whatever was her suspicion, it seems it was a great vexation and disturbance to her that the body was gone; whereas, if she had understood it rightly, nothing could be more happy. Note, Weak believers often make that the matter of their complaint which is really just ground of hope, and matter of joy. We cry out that this and the other creature-comfort are taken away, and we know not how to retrieve them, when indeed the removal of our temporal comforts, which we lament, is in order to the resurrection of our spiritual comforts, which we should rejoice in too” (= ia mendapatkan batu itu hilang, melihat ke dalam kubur, dan melihatnya kosong. ... Ia mengusulkan / menduga, Mereka telah mengambil Tuhan; ... Apapun kecurigaannya, kelihatannya itu merupakan kejengkelan dan gangguan yang besar baginya bahwa tubuh itu hilang; sedangkan, seandainya ia mengertinya dengan benar, tidak ada yang lebih membahagiakan. Perhatikan, Orang-orang percaya yang lemah sering membuat sebagai keluhan hal-hal yang sebetulnya merupakan dasar dari pengharapan, dan persoalan sukacita. Kita menangis / berteriak bahwa kesenangan lahiriah diambil, dan kita tidak tahu bagaimana untuk mendapatkannya kembali, pada waktu penyingkiran dari kesenangan sementara, yang kita ratapi itu, terjadi untuk kebangkitan dari kesenangan-kesenangan rohani, dalam mana kita harus bersukacita juga).

 

4.   Kata ‘kami’ menunjukkan bahwa Maria Magdalena tidak sendirian.

 

Jadi ini cocok dengan cerita dalam ketiga Injil yang lain yang menceritakan bahwa yang pergi ke kubur itu adalah beberapa perempuan. Dalam ay 13 Maria Magdalena menggunakan kata ‘aku’ karena pada saat itu ia memang sudah terpisah dari perempuan-perempuan yang lain.

 

Ay 3-4: (3) Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. (4) Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.

 

Calvin: “When we find that Peter, though he made less haste, is the first to enter into the sepulchre, let us learn from it that many persons have more given to them in the end than appears at the beginning. And, indeed, we sometimes see many, who were full of fervour at the commencement, give way when they come to the conflict; while others, who appeared to be slow and indolent, assume new courage when danger is at hand” (= Pada waktu kita mendapati bahwa Petrus, sekalipun ia kurang cepat, adalah yang pertama masuk ke dalam kubur itu, hendaklah kita belajar dari hal itu bahwa banyak orang mendapat lebih banyak diberikan kepada mereka pada akhirnya dari pada kelihatannya pada awalnya. Dan memang, kadang-kadang kita melihat banyak orang, yang penuh dengan semangat pada permulaan, menyerah pada waktu mereka mengalami konflik; sementara yang lain, yang terlihat pelan dan lamban, menerima keberanian yang baru pada waktu bahaya mendekat) - hal 250-251.

 

Bdk. Mark 10:31 - “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.’”.

 

Ay 5-8: (5) Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. (6) Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, (7) sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. (8) Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.

 

1)   Ia menjenguk ke dalam (ay 5).

 

Ini salah terjemahan.

 

NASB: ‘and stooping and looking’ (= dan membungkuk dan melihat).

 

William Hendriksen: “The entrance, as in many similar Oriental tombs today, was probably low” (= pintu / jalan masuk, seperti dalam banyak kuburan Timur jaman sekarang, mungkin rendah) - hal 449.

 

2)   akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. (6) Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. ... (8a) Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu (ay 5b-6a,8a).

 

Yang cepat mempercepat yang lambat; yang berani membuat yang takut menjadi lebih berani.

 

Matthew Henry: “John could out-run Peter, but Peter could out-dare John. ... Some disciples are quick, and they are useful to quicken those that are slow; others are bold, and they are useful to embolden those that are timorous. ... John followed Peter in venturing. It should seem, he durst not have gone into the sepulchre if Peter had not gone in first. Note, It is good to be emboldened in a good work by the boldness of others. The dread of difficulty and danger will be taken off by observing the resolution and courage of others. Perhaps John’s quickness had made Peter run faster, and now Peter’s boldness makes John venture further, than otherwise either the one or the other would have done” (= Yohanes bisa mengalahkan Petrus dalam lari, tetapi Petrus bisa mengalahkan Yohanes dalam keberanian. ... Sebagian murid adalah cepat, dan mereka berguna untuk mempercepat mereka yang lambat; yang lain adalah berani, dan mereka berguna untuk memberanikan mereka yang penakut. ... Yohanes mengikuti Petrus dalam berspekulasi / melakukan perbuatan yang mengandung resiko. Kelihatannya, ia tidak berani masuk ke dalam kubur seandainya Petrus tidak masuk lebih dulu. Perhatikan, Adalah baik untuk diberanikan dalam perbuatan baik oleh keberanian dari orang-orang lain. Rasa takut terhadap kesukaran dan bahaya akan disingkirkan oleh pengamatan terhadap ketetapan hati dan keberanian dari orang-orang lain. Mungkin kecepatan Yohanes telah membuat Petrus lari lebih cepat, dan sekarang keberanian Pertrus membuat Yohanes berspekulasi lebih jauh, dari pada kalau yang manapun dari mereka melakukannya sendirian).

 

Penerapan:

 

Jangan lupa bahwa kebalikannya juga bisa terjadi. Kalau saudara malas / tak bersemangat, itu juga bisa menjadikan orang-orang kristen lain menjadi malas / tak bersemangat. Kalau saudara takut-takut itu bisa menular kepada orang-orang kristen lain. Kalau saudara pelit dalam memberi persembahan atau dalam menolong orang, itu bisa menyebabkan orang-orang kristen lain mempunyai sikap yang sama.

 

3)   Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung (ay 6b-7).

 

a)   Kedua rasul ini tidak mengambil kain kapan itu dan menjadikannya relics.

 

Adam Clarke: “‘Went he not in.’ Why? Because he was fully satisfied that the body was not there. But why did he not seize upon the linen clothes, and keep them as a most precious relic? Because he had too much religion and too much sense; and the time of superstition and nonsense was not yet arrived, in which bits of rotten wood, rags of rotten cloth, decayed bones (to whom originally belonging no one knows) and bramble bushes, should become objects of religious adoration” [= ‘Ia tidak masuk ke dalam’. Mengapa? Karena ia dipuaskan sepenuhnya bahwa tubuh itu tidak ada di sana. Tetapi mengapa ia tidak meraih kain lenan itu, dan menyimpannya sebagai relic yang paling berharga? Karena ia mempunyai terlalu banyak agama dan terlalu banyak pengertian; dan jaman dari takhyul dan omong kosong belum tiba, dalam mana suatu potongan dari kayu yang lapuk, kain buruk dari kain / pakaian yang usang, tulang-tulang yang busuk (siapa yang sebetulnya adalah pemiliknya, tak seorangpun yang tahu) dan semak-semak berduri, menjadi obyek dari pemujaan agamawi].

 

Calvin mengatakan bahwa Gereja Roma Katolik percaya mereka mempunyai kain kapan itu dan pada kain kapan itu ada bentuk dari tubuh dan wajah Kristus. Calvin menanggapi dengan mengatakan bahwa kalau itu benar, mungkinkah rasul Yohanes tidak menceritakan hal yang penting itu, padahal hal-hal yang tidak sepenting itu diceritakan olehnya?

 

Calvin: “To this is added a fabulous miracle, which they have contrived, to this effect, that the likeness of Christ’s body continued to be visible in the linen cloth. I appeal to you, if such a miracle had been wrought, would nothing have been said about it by the Evangelist, who is so careful to relate events which were not of so great importance? Let us be satisfied with this simple view of the matter, that Christ, by laying aside the tokens of death, intended to testify that he had clothed himself with a blessed and immortal life” (= Kepada ini ditambahkan suatu mujijat yang bersifat khayalan, yang telah mereka buat / susun, yang kira-kira berarti bahwa gambar tubuh Kristus terus terlihat pada kain lenan itu. Saya bertanya kepadamu, seandainya mujijat seperti itu telah dibuat, apakah tidak ada apapun yang dikatakan tentang hal itu oleh sang Penginjil, yang begitu teliti menceritakan peristiwa-peristiwa yang tidak begitu penting? Hendaklah kita puas dengan pandangan sederhana dari persoalan ini, bahwa Kristus, dengan menyingkirkan tanda-tanda kematian, bermaksud untuk menyaksikan bahwa Ia telah memakaiani diriNya sendiri dengan kehidupan yang diberkati dan tidak bisa mati) - hal 251.

 

Dalam Reader’s Digest November 1989 ada artikel berjudul ‘The Saga of the Shroud’ (= Kisah dari Kain Kapan). Dan pada bagian awalnya ada kata-kata:

“For more than 600 years the Shroud of Turin has been venerated as the burial cloth of Christ. Now science has revealed that it is merely a mysterious work of art” (= Untuk lebih dari 600 tahun kain kapan dari Turin telah dipuja sebagai kain kapan dari Kristus. Sekarang ilmu pengetahuan telah menyatakan bahwa itu semata-mata merupakan suatu pekerjaan seni yang misterius) - hal 34.

 

b)   Hilangnya tubuh Yesus, dan ditinggalkannya kain kapan di dalam kubur, membuktikan kebangkitan Kristus.

 

Leon Morris mengatakan (hal 833) bahwa Yohanes hanya menggambarkan keadaan yang teratur dalam kubur pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa mayat Yesus bukan dicuri orang, karena kalau demikian, mereka pasti akan mengambil mayat Yesus beserta kain kapannya, atau merobek-robek kain kapan itu dan meninggalkannya di dalam kubur.

 

George Hutcheson: “he was indeed risen from the dead, and was not conveyed away either by friends of foes, or any other for their own ends; for the lying of ‘the linen clothes,’ observed by both of them, did clearly witness this. ... it would have been a terror to have handled a naked, dead man, what could be the end of any party to carry away his body and leave these?” (= Ia memang bangkit dari orang mati, dan tidak dibawa pergi atau oleh teman-teman atau musuh-musuh, atau siapapun yang lain untuk tujuan mereka sendiri; karena terletaknya ‘kain lenan / kapan’ yang diperhatikan oleh mereka berdua, secara jelas menyaksikan hal ini. ... merupakan sesuatu yang mengerikan / menyeramkan untuk menangani seseorang mati yang telanjang, apa yang bisa merupakan tujuan dari golongan manapun untuk membawa pergi tubuhNya dan meninggalkan kain kapan itu?) - hal 415.

 

Adam Clarke: “‘Wrapped together in a place by itself.’ The providence of God ordered these very little matters, so that they became the fullest proofs against the lie of the chief priests, that the body had been stolen away by the disciples. If the body had been stolen away, those who took it would not have stopped to strip the clothes from it, and to wrap them up, and lay them by in separate places” (= ‘agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung’. Providensia Allah mengatur hal-hal yang sangat kecil ini, sehingga hal-hal itu menjadi bukti yang paling penuh terhadap dusta dari imam-imam kepala, yang mengatakan bahwa tubuh itu telah dicuri oleh murid-murid. Seandainya tubuh itu dicuri, mereka yang mengambilnya tidak akan berhenti untuk membuka kain itu dari tubuh tersebut, dan menggulungnya, dan meletakkanya di tempat-tempat yang terpisah).

 

c)   Perdebatan tentang posisi dari kain kapan.

 

Ada orang-orang yang menafsirkan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa kain kapan Yesus itu tetap dalam posisi semula pada waktu membungkus tubuh Yesus, dan tubuh Yesus bangkit tanpa mengganggu kain kapan tersebut. Jadi kain kapan itu hanya mengempis, karena tubuh yang dibungkus olehnya tahu-tahu hilang.

 

Tasker (Tyndale): “In John’s record of the passion and burial of Jesus, as a recent writer has said, ‘life is present in death’; and it is, very significantly, in the actual grave clothes, still lying in their original folds, untouched by human hands yet no longer containing the crucified body, that the beloved disciple finds the evidence he needs for full Christian faith, which is faith in Jesus crucified-and-risen” (= Dalam catatan Yohanes tentang penderitaan dan penguburan Yesus, seperti seorang penulis baru-baru ini telah berkata: ‘Kehidupan hadir dalam kematian’; dan itu ada, secara sangat berarti, dalam pakaian kubur yang sesungguhnya, yang tetap terletak dalam lipatan / gulungan orisinilnya, tak disentuh oleh tangan manusia, tetapi tidak lagi berisikan tubuh yang sudah disalibkan, sehingga murid yang dikasihi itu mendapatkan bukti yang ia butuhkan untuk iman Kristen yang penuh, yang adalah iman kepada Kristus yang tersalib dan bangkit) - hal 220-221.

 

William Barclay: “Then something else struck him - the grave clothes were not dishevelled and disarranged. They were lying there still in their folds - that is what the Greek means - the clothes for the body where the body had been; the napkin where the head had lain. The whole point of the description is that the grave-clothes did not look as if they had been put off or taken off; they were lying there in their regular folds as if the body of Jesus had simply evaporated out of them. The sight suddenly penetrated to John’s mind; he realized what had happened - and he believed. It was not what he had read in scripture which convinced him that Jesus had risen; it was what he saw with his own eyes” (= Lalu sesuatu yang lain terlihat olehnya - pakaian kubur itu tidak kusut dan tak teratur. Mereka tetap terletak di sana dalam lipatannya - itulah arti dari kata Yunaninya - kain untuk tubuh terletak dimana tadi tubuh itu terletak; kain peluh terletak dimana kepalaNya tadi terletak. Seluruh maksud dari penggambaran ini adalah bahwa pakaian kubur itu tidak terlihat seakan-akan mereka dilepaskan; mereka terletak di sana dalam lipatan tetap seakan-akan tubuh Yesus menguap keluar darinya. Penglihatan itu tiba-tiba menembus / masuk ke pikiran Yohanes; ia menyadari apa yang telah terjadi - dan ia percaya. Bukan apa yang telah ia baca dalam Kitab Suci yang meyakinkan dia bahwa Yesus telah bangkit; tetapi apa yang ia lihat dengan matanya sendiri) - hal 267.

 

Tetapi kata-kata ‘kain peluh ... agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung’ (ay 7) kelihatannya tidak mendukung pandangan ini.

 

NIV: as well as the burial cloth that had been around Jesus’ head. The cloth was folded up by itself, separate from the linen (= maupun kain peluh yang tadinya membungkus kepala Yesus. Kain itu dilipat sendiri, terpisah dari kain lenan).

 

William Hendriksen: “Just what did all this mean? It is necessary to stress at this point that not more must be read into the text than is actually there. Ideas such as these, namely, that the headband was lying there as if it had not been removed from the head, and that the bandages were lying there just as if the limbs of Jesus were still enclosed by them, or as if the body had been abstracted from them, are foreign to the text. We do not even know exactly where the linen bandages and the sweat-band were lying. Neither John nor Luke (in his Gospel, 24:12) says anything about such matters. What Luke emphasizes is that the bandages were lying there by themselves, which, again, does not mean that they were being held in position mysteriously and in violation of the laws of gravity; but simply indicates that they were lying there without the body” [= Apa artinya semua ini? Adalah perlu untuk menekankan di titik ini bahwa tidak boleh lebih banyak ditafsirkan dari text dari pada yang sesungguhnya ada di sana. Gagasan seperti bahwa kain peluh terletak di sana seakan-akan kain itu tidak dilepaskan dari kepala, dan bahwa kain kapan terletak seakan-akan anggota-anggota badan Yesus tetap dibungkus olehnya, atau seakan-akan tubuh itu diambil darinya, adalah asing bagi text ini. Kita bahkan tidak tahu secara tepat dimana kain lenan dan kain peluh terletak. Baik Yohanes maupun Lukas (dalam Injilnya, 24:12) tidak mengatakan apa-apa tentang hal-hal seperti itu. Apa yang Lukas tekankan adalah bahwa kain kapan itu terletak sendirian di sana, yang lagi-lagi, tidak berarti bahwa kain itu ditahan dalam suatu posisi secara misterius dan bertentangan dengan hukum gravitasi; tetapi hanya menunjukkan bahwa mereka terletak di sana tanpa tubuh Yesus] - hal 450.

 

Luk 24:12 - “Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.

 

NIV: Peter, however, got up and ran to the tomb. Bending over, he saw the strips of linen lying by themselves, and he went away, wondering to himself what had happened (= Tetapi Petrus bangkit dan berlari ke kubur. Dengan membungkuk, ia melihat kain lenan terletak sendiri, dan ia pergi, bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa yang telah terjadi).

 

NASB: But Peter arose and ran to the tomb; stooping and looking in, he saw the linen wrappings only; and he went away to his home, marveling at that which had happened. (= Tetapi Petrus bangkit dan berlari ke kubur; membungkuk dan melihat ke dalam, ia melihat kain lenan itu saja; dan pergi dari kubur; terheran-heran pada apa yang telah terjadi).

 

d)   Pakaian Kristus setelah kebangkitanNya.

 

Matthew Henry: “Christ had left his grave-clothes behind him there; what clothes he appeared in to his disciples we are not told, but he never appeared in his grave-clothes, as ghosts are supposed to do; no, he laid them aside, First, Because he arose to die no more; death was to have no more dominion over him, Rom. 6:9. Lazarus came out with his grave-clothes on, for he was to use them again; but Christ, rising to an immortal life, came out free from those incumbrances. Secondly, because he was going to be clothed with the robes of glory, therefore he lays aside these rags; in the heavenly paradise there will be no more occasion for clothes than there was in the earthly. The ascending prophet dropped his mantle” (= Kristus meninggalkan pakaian kuburan di belakangNya di sana; dalam pakaian apa Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya kita tidak diberitahu, tetapi Ia tidak pernah menampakkan diri dalam pakaian kuburanNya, seperti yang dianggap dilakukan oleh hantu-hantu; tidak, Ia menyingkirkannya, Pertama, Karena Ia bangkit untuk tidak mati lagi; kematian tidak lagi berkuasa atasNya, Ro 6:9. Lazarus keluar dengan memakai pakaian kuburannya, karena ia harus mengenakannya lagi; tetapi Kristus, bangkit pada suatu kehidupan yang tidak bisa binasa, keluar dengan bebas dari rintangan-rintangan itu. Kedua, karena Ia akan dipakaiani dengan jubah kemuliaan, karena itu Ia menyingkirkan kain kotor itu; dalam firdaus surgawi tidak akan ada lagi alasan untuk pakaian dari pada seperti di dunia).

 

George Hutcheson: “it teacheth that Christ rose again, not to live any more in this world not to die any more, but to live and reign for ever, and therefore he left his grave-clothes, whereas with Lazarus it was otherwise, he being to live in the world for a space, and then to die again” (= itu mengajarkan bahwa Kristus bangkit kembali, bukan untuk hidup tanpa mati di dunia ini lagi, tetapi untuk hidup dan memerintah selama-lamanya; dan karena itu Ia meninggalkan pakaian kuburanNya, sementara Lazarus sebaliknya, ia harus hidup di dunia untuk suatu jangka waktu, dan lalu mati lagi) - hal 415.

 

Rupanya kain kapan itu adalah satu-satunya pakaian Yesus.

 

George Hutcheson: “Christ, rising from the dead, left his grave-clothes behind him, (which yet were all the clothes he had, the soldiers having parted his garments,)” [= Kristus, bangkit dari orang mati, meninggalkan pakaian kuburanNya di belakangNya, (yang merupakan semua pakaian yang Ia miliki, karena para tentara telah membagi-bagi pakaianNya,)] - hal 415.

 

Ini tak berarti bahwa setelah kebangkitanNya Yesus tampil telanjang.

 

Bdk. Wah 1:13 - “Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas”.

 

Mungkin ini bukan pakaian duniawi, tetapi pakaian surgawi.

 

4)   dan ia melihatnya dan percaya.

 

Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:

 

a)   Yohanes hanya percaya pada laporan dari Maria Magdalena yang mengatakan tubuh Yesus hilang, tetapi ia tidak / belum mempercayai kebangkitan Yesus.

 

Adam Clarke: “‘And believed.’ That it had been taken away, as Mary had said; but he did not believe that he was risen from the dead” (= ‘Dan percaya’. Bahwa tubuh itu telah diambil, seperti yang telah dikatakan Maria; tetapi ia tidak percaya bahwa Ia dibangkitkan dari orang mati).

 

Catatan: saya tidak mengerti bagaimana ia bisa menafsirkan seperti ini. Penafsiran ini jelas bertentangan dengan ay 9.

 

b)   Ini jelas bukan sekedar percaya akan laporan Maria Magdalena, tetapi percaya akan kebangkitan Kristus. Ini terlihat dari ay 9: Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.

 

Golongan ini terbagi dalam 2 bagian:

 

1.   Yohanes tak berbeda dengan Tomas, yang melihat baru percaya.

 

Leon Morris (NICNT): “‘He saw, and believed’ - and therefore did not attain to the blessing promised to those who believed without seeing” (= ‘Ia melihatnya dan percaya’ - dan karena itu tidak mencapai berkat yang dijanjikan kepada mereka yang percaya tanpa melihat) - hal 834.

 

Bdk. Yoh 20:29 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.

 

2.   Yohanes berbeda dengan Tomas, karena ia belum melihat Yesus yang bangkit, tetapi sudah percaya.

 

Tasker (Tyndale): “on the evidence of what he now saw, without having had any encounter with the risen Lord, he believed that the Lord’s body had not been removed by human hands, but raised by divine intervention. He is thus in a real sense the forerunner of those counted ‘blessed’ in verse 29, the innumerable company who ‘have not seen, and yet have believed’” (= berdasarkan bukti dari apa yang telah ia lihat sekarang, tanpa mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit, ia percaya bahwa tubuh Tuhan bukannya telah disingkirkan oleh tangan manusia, tetapi dibangkitkan oleh intervensi ilahi. Karena itu ia dalam arti yang sebenarnya merupakan pendahulu dari mereka yang dianggap ‘diberkati’ dalam ay 29, rombongan yang tak terhitung yang ‘tidak melihat, namun percaya’) - hal 224.

 

5)   Yohanes mengatakan bahwa ia percaya, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa tentang Petrus. Dan dari ayat paralelnya dalam Lukas, kelihatannya Petrus belum percaya.

 

Luk 24:12 - “Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.

 

Tetapi, ada yang menganggap Luk 24:12 ini sebagai tidak asli, karena ada manuscripts yang tidak mempunyainya (Leon Morris, NICNT, hal 828, footnote). Karena itu maka NASB meletakkan Luk 24:12 ini di dalam tanda kurung.

 

Ay 9-10: Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah.

 

1)   Kata ‘isi’ seharusnya tidak ada.

 

2)   Kata ‘Kitab Suci’ pasti menunjuk kepada Perjanjian Lama, tetapi ayat mana yang dimaksudkan?

 

a)   Maz 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.

 

Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

 

NIV: because you will not abandon me to the grave, nor will you let your Holy One see decay (= karena Engkau tidak akan meninggalkan aku pada / di kuburan, ataupun akan membiarkan Orang KudusMu melihat pembusukan).

 

NASB: For Thou wilt not abandon my soul to Sheol; Neither wilt Thou allow Thy Holy One to undergo decay (= Karena Engkau tidak akan meninggalkan jiwaku pada / di Sheol; juga Engkau tidak akan mengijinkan Orang KudusMu untuk mengalami pembusukan).

 

Bdk. Kis 2:31  Kis 13:35 (dalam kedua ayat ini, yang merupakan kutipan dari Maz 16:10, Kitab Suci Indonesia juga salah terjemahan, dengan kesalahan yang persis sama seperti dalam Maz 16:10 ini).

 

b)   Yes 53:10b - “ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut”.

 

c)   Yunus 1:17 - “Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya”.

 

Bdk. Mat 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.

 

3)   ‘harus’.

 

A. T. Robertson: “‘Must’ (DEI). For this use of DEI concerning Christ’s death and resurrection see Mark 8:31; Matt. 26:54; Luke 9:22; 17:25; 22:37; 24:7,26,44; John 3:14; 12:34; Acts 1:16” [= ‘Harus’ (DEI). Untuk penggunaan dari DEI mengenai kematian dan kebangkitan Kristus, lihat Mark 8:31; Mat 26:54; Luk 9:22; 17:25; 22:37; 24:7,26,44; Yoh 3:14; 12:34; Kis 1:16] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 310.

 

F. F. Bruce: “The ‘must’ (DEI) is the ‘must’ of the divine decree” [= ‘Harus’ (DEI) adalah ‘harus’ dari ketetapan ilahi] - hal 386.

 

4)   ‘Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci’.

 

KJV/Lit: ‘they knew not’ (= mereka tidak tahu).

 

RSV: ‘they did not know (= mereka tidak tahu).

 

NIV/NASB: ‘they did not understand (= mereka tidak mengerti).

 

Ayat ini menunjukkan bahwa mereka lebih dulu mempercayai kebangkitan Yesus (dari fakta kubur yang kosong), dan baru sesudah itu mereka mengerti nubuat Perjanjian Lama yang menubuatkan hal itu.

 

Kalau mereka hanya tidak mengerti Perjanjian Lama yang menubuatkan tentang kebangkitan Kristus, maka itu tidak terlalu mengherankan, karena ayat-ayatnya memang tidak jelas. Tetapi Yesus sendiri berulangkali menubuatkan kematian dan kebangkitanNya pada hari yang ketiga.

 

Memang nubuat Yesus itu ada yang tidak jelas, dan membutuhkan penjelasan, seperti dalam Yoh 2:19-22 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

 

Tetapi beberapa kali Yesus juga mengatakan hal itu secara gamblang, sehingga tidak memungkinkan untuk tidak dimengerti.

 

Mat 16:21 - “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga”.

 

Mat 17:22-23 - “Pada waktu Yesus dan murid-muridNya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’ Maka hati murid-muridNya itupun sedih sekali”.

 

Mat 20:17-19 - “Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas muridNya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: ‘Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’”.

 

Mat 26:1-2 - “Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaranNya itu, berkatalah Ia kepada murid-muridNya: ‘Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.’”.

 

Pada kali yang terakhir (Mat 26:1-2) Ia hanya menubuatkan kematianNya, tetapi tidak tentang kebangkitanNya. Atau mungkin juga sebetulnya Ia mengatakannya, tetapi Matius tidak mencatat secara lengkap.

 

Jadi, sedikitnya ada 3 x nubuat yang jelas / gamblang tentang kebangkitanNya, dan karena itu kalau mereka melupakan hal ini, itu betul-betul merupakan hal yang aneh.

 

Pulpit Commentary: “It is remarkable that, whilst the disciples forgot, or failed to believe, what their Lord had said, the priests and rulers who had put him to death remembered the words attributed to him, and guarded, as they thought, against any attempt on the part of his followers to remove his body, and so to give colour to a report of his resurrection. They looked coolly at the facts; the friends of Jesus were blinded by overwhelming emotion!” (= Merupakan sesuatu yang luar biasa / patut diperhatikan bahwa sementara murid-murid lupa, atau gagal untuk percaya, apa yang Tuhan telah katakan, imam-imam dan pemimpin-pemimpin yang telah membunuhNya ingat kata-kata yang dianggap berasal dari Dia, dan menjaga, seperti mereka pikirkan, terhadap usaha dari pihak para pengikutNya untuk menyingkirkan tubuhNya, dan dengan demikian menyemarakkan berita tentang kebangkitanNya. Mereka melihat dengan dingin pada fakta-fakta; teman-teman Yesus dibutakan oleh emosi yang meluap-luap!) - hal 484.

 

Luk 24:6-8 memang menunjukkan bahwa murid-murid memang lupa akan kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga, tetapi ironisnya, dari Mat 27:62-64 terlihat bahwa justru para tokoh Yahudi tahu dan ingat akan kata-kata Yesus tersebut.

 

Luk 24:6-8 - “Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.’ Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.

 

Mat 27:62-64 - “Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.’”.

 

Penerapan:

 

Ini mengajar kita untuk lebih banyak mempelajari Kitab Suci, supaya jangan kalah dari ‘musuh-musuh’ kita dalam ingatan terhadap Kitab Suci kita sendiri.

 

5)   Mengapa Yesus bangkit pada hari Minggu / pada hari ketiga?

 

a)   Untuk menggenapi type nabi Yunus.

 

Mat 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.

 

b)   Untuk menunjukkan bahwa tadinya Ia betul-betul sudah mati.

 

Kalau Ia bangkit setelah mati hanya beberapa jam, maka orang mungkin akan beranggapan bahwa Ia tidak betul-betul mati. Tetapi kebangkitanNya pada hari yang ketiga, membuktikan bahwa tadinya Ia betul-betul mati.

 

Tetapi sekalipun ia betul-betul mati, tubuhNya tidak membusuk [Maz 16:10  Kis 2:31  Kis 13:35-37. Tetapi perhatikan no 2) di atas dimana telah ditunjukkan kesalahan penterjemahan dari Kitab Suci Indonesia tentang ayat-ayat ini].

 

Tidak jelas mengapa tubuh Yesus tidak membusuk. Ada beberapa kemungkinan:

 

1.   Ada yang mengatakan karena waktu yang singkat (hanya sekitar 37-38 jam). Tetapi ini rasanya tak memungkinkan, karena dalam cuaca panas seperti di Israel, maka pasti mayat sudah membusuk dalam waktu 37-38 jam itu.

 

2.   Karena pembalseman / pemberian rempah-rempah yang dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus (Yoh 19:39-40).

 

3.   Karena Allah melakukan mujijat.

 

c)   Untuk mengubah Sabat dari Sabtu menjadi Minggu.

 

George Hutcheson: “he rose on ‘the first day of the week,’ that he ... might sanctify and set apart that day to be the Christian sabbath, which therefore is called the Lord’s day, Rev. 1:10” (= Ia bangkit pada ‘hari pertama dari suatu minggu’, supaya Ia ... bisa menguduskan dan memisahkan hari itu untuk menjadi sabat Kristen, yang karena itu disebut hari Tuhan, Wah 1:10) - hal 412.

 

Wah 1:10 - “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala”.

 

6)   Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah’.

 

Ini menunjukkan para murid punya rumah. Bdk. Yoh 19:27.



-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com