Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Yohanes 19:28-30

 

 

Ay 28-30: “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’ Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.

 

1)   ‘Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai’.

 

William Hendriksen: Throughout his earthly sojourn and especially on the cross he had suffered the wrath of God against sin so as to deliver his people from it and to merit for them everlasting salvation. The task had been brought to completion. Jesus knew this, for he knew all things both in their totality and one by one” (= Sepanjang persinggahanNya di bumi dan khususnya pada kayu salib Ia telah menderita / mendapatkan murka Allah terhadap dosa sehingga membebaskan umatNya darinya dan mendapatkan untuk mereka keselamatan kekal. Tugas itu telah diselesaikan. Yesus mengetahui hal ini, karena Ia mengetahui segala sesuatu, baik secara keseluruhan maupun satu per satu) - hal 434.

 

2)   “berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’”.

 

Kristus mengalami kehausan (ay 28-29).

 

a)   Kehausan adalah salah satu penderitaan hebat yang selalu menyertai penyaliban.

 

Barnes’ Notes: “Thirst was one of the most distressing circumstances attending the crucifixion. The wounds were highly inflamed, and the raging fever was caused usually by the sufferings on the cross, and this was accompanied by insupportable thirst” (= Kehausan adalah salah satu keadaan yang paling membuat menderita yang menyertai penyaliban. Luka-luka itu meradang dengan hebat, dan demam yang tinggi biasanya terjadi oleh penderitaan-penderitaan pada salib, dan ini disertai / diiringi oleh kehausan yang tak tertahankan) - hal 354.

 

b)   Mengapa Kristus harus mengalami kehausan?

 

1.   Karena itu sudah dinubuatkan dalam:

 

·        Maz 22:16 - ‘lidahku melekat pada langit-langit mulutku’.

 

·        Maz 69:22b - ‘pada waktu aku haus mereka memberi aku minum anggur asam’.

 

2.   Supaya orang berdosa yang mengalami kehausan yang tak terpuaskan bisa terpuaskan dalam Kristus.

 

Spurgeon: “We know from experience that the present effect of sin in every man who indulges in it is thirst of soul. The mind of man is like the daughters of the horseleech, which cry for ever ‘Give, give.’ Metaphorically understood, thirst is dissatisfaction, the craving of the mind for something which it has not, but which it pines for. Our Lord says, ‘If any man thirst, let him come unto me and drink,’ that thirst being the result of sin in every ungodly man at this moment. Now Christ standing in the stead of the ungodly suffers thirst as a type of his enduring the result of sin” (= Kami mengetahui dari pengalaman bahwa akibat saat ini dari dosa dalam setiap orang yang menuruti keinginan hatinya dalam dosa adalah kehausan dari jiwa. Pikiran manusia adalah seperti saudari dari lintah, yang terus berteriak ‘Berilah, berilah’. Dimengerti secara kiasan, kehausan adalah ketidak-puasan, keinginan dari pikiran untuk sesuatu yang tidak dipunyainya, tetapi yang diharapkannya. Tuhan kita berkata: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum’, kehausan itu merupakan akibat dari dosa dalam setiap orang yang jahat pada saat ini. Sekarang Kristus yang berdiri di tempat orang-orang jahat, menderita kehausan sebagai suatu simbol dari pemikulan akibat dosa) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 562.

 

William Hendriksen: “the emphasis is on the infinite love of the Lord, revealed in being willing to suffer burning thirst in order that for his people he might be the everlasting fountain of living water” (= penekanannya adalah pada kasih yang tak terbatas dari Tuhan, dinyatakan dalam kerelaanNya untuk menderita / mengalami kehausan yang membakar supaya Ia bisa menjadi sumber yang kekal dari air hidup bagi umatNya) - hal 434.

 

3.   Karena dosa pertama-tama masuk ke dalam dunia melalui mulut, maka pemberesan dosa juga harus berurusan dengan mulut.

 

Spurgeon: “See, brethren, where sin begins, and mark that there it ends. It began with the mouth of appetite, when it was sinfully gratified, and it ends when a kindred appetite is graciously denied. Our first parents plucked forbidden fruit, and by eating slew the race. Appetite was the door of sin, and therefore in that point our Lord was put to pain. With ‘I thirst’ the evil is destroyed and receives its expiation. ... A carnal appetite of the body, the satisfaction of the desire for food, first brought us down under the first Adam, and now the pang of thirst, the denial of what the body craved for, restores us to our place” (= Lihatlah, saudara-saudara, dimana dosa mulai, dan tandailah bahwa di sana dosa berakhir. Dosa dimulai dengan mulut yang ingin makan, dan pada saat itu dipuaskan secara berdosa, dan dosa berakhir pada saat nafsu makan yang sama ditolak dengan kasih karunia. Orang tua pertama kita memetik buah terlarang, dan dengan memakannya membunuh umat manusia. Nafsu makan adalah pintu dari dosa, dan karena itu dalam hal itu Tuhan kita disakiti. Dengan kata-kata ‘Aku haus’ kejahatan dihancurkan dan mendapatkan penebusannya. ... Nafsu makan yang bersifat daging dari tubuh, pemuasan dari keinginan akan makanan, mula-mula membawa kita turun di bawah Adam pertama, dan sekarang rasa sakit dari kehausan, penyangkalan dari apa yang sangat diinginkan oleh tubuh, memulihkan kita ke tempat kita) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 562.

 

Catatan: saya memberikan pandangan Spurgeon di sini, hanya karena saya merasa bahwa pandangannya merupakan sesuatu yang menarik. Tetapi saya tidak yakin apakah pandangannya ini benar atau tidak.

 

4.   Supaya kita yang percaya tidak perlu masuk ke neraka dan mengalami kehausan yang kekal.

 

Spurgeon: “thirst will also be the eternal result of sin, for he says concerning the rich glutton, ‘In hell he lift up his eyes, being in torment,’ and his prayer, which was denied him, was, ‘Father Abraham, send Lazarus, that he may dip the tip of his finger in water and cool my tongue, for I am tormented in this flame.’ Now recollect, if Jesus had not thirsted, every one of us would have thirsted for ever afar off from God, with an impassable gulf between us and heaven. Our sinful tongues, blistered by the fever of passion, must have burned for ever had not his tongue been tormented with thirst in our stead” (= kehausan juga akan menjadi akibat kekal dari dosa, karena Ia berkata tentang orang kaya yang rakus, ‘Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut / neraka ia memandang ke atas’, dan doanya, yang tidak dikabulkan, adalah: ‘Bapa Abraham, suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini’. Sekarang ingatlah bahwa seandainya Yesus tidak mengalami kehausan, setiap kita akan mengalami kehausan selama-lamanya terpisah dari Allah, dengan jurang yang tak terseberangi antara kita dengan surga. Lidah-lidah kita yang berdosa, melepuh / kepanasan oleh demam dari nafsu / penderitaan, harus terbakar selama-lamanya, seandainya lidahNya tidak disiksa oleh kehausan di tempat kita / menggantikan kita) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 562-563.

 

Bdk. Luk 16:23-24 - “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.

 

Dan Kristus memikul hukuman itu, sehingga harus merasakan kehausan yang luar biasa.

 

c)   Kristus minta minum supaya:

 

1.   Nubuat dalam Maz 69:22b tergenapi (ay 28).

 

Maz 69:22b - ‘pada waktu aku haus mereka memberi aku minum anggur asam’.

 

George Hutcheson: “He did not express his need to them, as hoping or expecting to be refreshed by them, but only that he might fulfil the scriptures which foretold of this part of his suffering” (= Ia tidak menyatakan kebutuhanNya kepada mereka, karena berharap untuk disegarkan oleh mereka, tetapi hanya supaya Ia bisa menggenapi kitab suci yang telah meramalkan tentang bagian ini dari penderitaanNya) - hal 404.

 

George Hutcheson: “All that Christ was to endure and suffer came not at random, nor at the pleasure of men, but was foredetermined by God, and accordingly recorded in scripture” (= Semua yang harus dipikul dan diderita oleh Kristus tidak datang secara sembarangan, ataupun karena kesenangan manusia, tetapi ditentukan lebih dulu oleh Allah, dan dicatat dalam kitab suci sesuai dengan hal itu) - hal 404.

 

Ia juga menunjukkan Kis 4:27-28 - “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.

 

George Hutcheson: “Christ in his suffering did not respect his own case, but his great care was to fulfil all things that were enjoined and appointed for redemption of his people; ... and might by his example teach us to make it our great care in suffering rather to do our duty than how to get ease and deliverance, Acts 20:24” (= Kristus dalam penderitaanNya tidak mempedulikan kasusNya sendiri, tetapi perhatian / kepedulianNya yang besar adalah untuk menggenapi segala sesuatu yang dihubungkan dan ditetapkan untuk penebusan umatNya; ... dan oleh teladanNya bisa mengajar kita untuk membuat kita memperhatikan untuk melakukan tugas kita dalam penderitaan dari pada untuk mendapatkan kesenangan dan pembebasan, Kis 20:24) - hal 404.

 

Kis 20:24 - “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”.

 

2.   Ia bisa meneriakkan kata-kata ‘Sudah selesai’ (ay 30), yang mempunyai arti sangat penting bagi kita. Tanpa minuman itu, mulut, lidah, dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan yang luar biasa itu tidak akan bisa meneriakkan kata-kata itu. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa Ia minta minum supaya Ia bisa meneriakkan kata-kata terakhirNya, yaitu yang ada dalam Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.

 

William Hendriksen: “It has been suggested that Jesus desired to slake his agonizing thirst in order to be able to utter the loud cry recorded in Luke 23:46 ... It is possible, but the text does not say anything to this effect” (= Telah diusulkan bahwa Yesus ingin memuaskan kehausannya yang menyakitkan supaya bisa mengucapkan teriakan keras yang dicatat dalam Luk 23:46 ... Itu mungkin, tetapi textnya tidak mengatakan apapun yang kira-kira seperti itu) - hal 434.

 

3)   ‘Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, ...’.

 

a)   Jangan mencampur-adukkan peristiwa ini dengan peristiwa yang terjadi dalam Mat 27:34 / Mark 15:23, dimana Yesus menolak diberi minum.

 

·        Mat 27:34 - “Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya”.

 

·        Mark 15:23 - “Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia menolaknya”.

 

Kedua ayat ini bukannya bertentangan tetapi saling melengkapi. Jadi, minuman yang diberikan adalah anggur yang bercampur ramuan tertentu yang mengandung empedu, mur dan sebagainya. Banyak penafsir yang beranggapan bahwa minuman yang ditolak oleh Yesus ini adalah minuman yang berfungsi sebagai pembius rasa sakit.

 

Pulpit Commentary: “‘They offered him wine, mixed with narcotic gall,’ to stupefy his senses and lull his physical agony” (= ‘Mereka menawarkan Dia anggur, dicampur dengan empedu narkotik’, untuk membius perasaannya dan meredakan penderitaan fisikNya) - hal 425.

 

Adam Clarke: “This vinegar must not be confounded with the vinegar and gall mentioned Matt. 27:34, and Mark 15:23. That, being a stupifying potion, intended to alleviate his pain, he refused to drink; but of this he took a little, and then expired, ver. 29” (= Cuka ini tidak boleh dicampur-adukkan dengan cuka dan empedu yang disebutkan dalam Mat 27:34 dan Mark 15:23. Itu, karena merupakan obat / minuman pembius yang dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit, Ia tolak untuk minum; tetapi yang ini Ia meminumnya sedikit, dan lalu mati, ay 29) - hal 653.

 

Amsal 31:6-7 - “Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya”.

 

Adam Clarke: “Some person, out of kindness, appears to have administered this to our blessed Lord; but he, as in all other cases, determining to endure the fulness of pain, refused to take what was thus offered to him” (= Beberapa orang, karena kebaikan, kelihatannya memberikan ini kepada Tuhan kita yang diberkati / terpuji; tetapi Ia, seperti dalam semua kasus yang lain, memutuskan untuk menahan rasa sakit sepenuhnya, menolak untuk meminum apa yang ditawarkan kepadaNya) - hal 273.

 

Problem dengan pandangan ini adalah: Maz 69:22 merupakan sesuatu yang tidak ditujukan untuk kebaikan pemazmur dalam Maz 69 tersebut.

 

Maz 69:22 - “Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam”.

 

1.   Persoalan terjemahan.

 

RSV: ‘poison’ (= racun).

 

KJV/NIV/NASB: gall (= empedu).

 

Footnote NASB: ‘Or poison’ (= Atau racun).

 

Jadi rupanya kata bahasa Ibraninya bisa diterjemahkan ‘empedu’ maupun ‘racun’. Tetapi pemilihan ‘racun’ jelas salah karena tidak cocok dengan penggenapan nubuatnya dalam Mat 27:34.

 

2.   Dalam Maz 69:22 jelas bahwa tindakan itu bukan ditujukan untuk kebaikan dari si pemazmur.

 

b)   Yesus diberi minum anggur asam (ay 29) dan Ia mau minum. Ini juga diceritakan dalam Mat 27:48 dan Mark 15:36.

 

Ada 3 hal yang ingin saya persoalkan di sini:

 

1.   Ay 29: ‘anggur asam’.

 

Ini sama dengan terjemahan NASB yang menterjemahkan ‘sour wine’. Tetapi KJV/RSV/NIV menterjemahkan ‘vinegar’ (= cuka).

 

Leon Morris (NICNT): “‘vinegar’ is a term which signifies a cheap wine, the kind of drink that was used by the masses” (= ‘cuka’ adalah suatu istilah yang berarti anggur murah, jenis minuman yang digunakan oleh orang banyak).

 

Adam Clarke: “Instead of OXOS, vinegar, several excellent mss. and versions have OINON, wine; but as sour wine is said to have been a general drink of the common people and Roman soldiers, it being the same as vinegar, it is of little consequence which reading is being adopted” (= Bukannya OXOS, cuka, beberapa manuscripts dan versi yang sangat bagus mengatakan OINON, anggur; tetapi karena anggur asam dikatakan merupakan minuman umum dari orang banyak dan tentara Romawi, dan merupakan sesuatu yang sama dengan cuka, maka tidak terlalu berbeda bacaan mana yang diambil) - hal 273.

 

2.   Mengapa tentara-tentara itu mau memberiNya minum? Ada penafsir yang mengatakan bahwa biasanya orang disalib tidak diberi minum. Kalau ini benar, maka jelas bahwa di sini Allah bekerja, sehingga nubuat dalam Maz 69:22b itu terjadi. Tetapi Calvin mengatakan (hal 233) bahwa pemberian minum seperti ini adalah suatu kebiasaan.

 

3.   Dengan Kristus meminta minum, dan diberi minum, apakah itu berarti bahwa penderitaanNya dikurangi sehingga Ia tidak menanggung 100 % hukuman dosa kita? Tidak! Karena Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa semua sudah selesai (ay 28), artinya penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk menebus dosa kita. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini:

“Now, it ought to be remarked, that Christ does not ask any thing to drink till all things have been accomplished ... No words can fully express the bitterness of the sorrows which he endured; and yet he does not desire to be freed from them, till the justice of God has been satisfied, and till he has made a perfect atonement” (= Harus diperhatikan, bahwa Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah selesai / tercapai ... Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna) - hal 234.

 

Tetapi bagaimana mungkin sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata ‘sudah selesai’ itu dengan memperhitungkan kematianNya yang akan terjadi. Atau ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sudah selesai’ adalah penderitaan aktifNya dalam memikul hukuman dosa.

 

c)   Barclay menyoroti kata ‘hisop’ yang digunakan untuk memberi Yesus minum, dan ia menghubungkan ‘hisop’ di sini dengan ‘hisop’ dalam Kel 12:21-23 - “Lalu Musa memanggil semua tua-tua Israel serta berkata kepada mereka: ‘Pergilah, ambillah kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah. Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorangpun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi. Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi”, dan ia lalu berkata:

 

William Barclay: “It was the blood of the Passover lamb which saved the people of God; it was the blood of Jesus which was to save the world from sin. The very mention of hyssop would take the thoughts of any Jews back to the saving blood of the Passover lamb; and this was John’s way of saying that Jesus was the great Passover Lamb of God whose death was to save the whole world from sin” (= Adalah darah dari domba Paskah yang menyelamatkan umat Allah; adalah darah Yesus yang harus menyelamatkan dunia dari dosa. Penyebutan tentang ‘hisop’ akan membawa pikiran dari seadanya orang Yahudi kembali kepada darah domba Paskah yang menyelamatkan; dan ini merupakan cara Yohanes untuk mengatakan bahwa Yesus adalah Domba Paskah Allah yang besar / agung, yang kematianNya adalah untuk menyelamatkan seluruh dunia dari dosa) - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 259.

 

4)   “berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’”.

 

a)   Kata-kata ‘Sudah selesai’ dalam ay 30 ini dalam bahasa Yunaninya adalah TETELESTAI, sama persis dengan kata-kata ‘telah selesai’ dalam ay 28.

 

Ay 28-30: “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’ Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.

 

Thomas Whitelaw: “‘It is finished’ tetelestai, a word ‘in Christ’s heart before, but now brought forth with the lips’ (Bengel)” [= ‘Sudah selesai’, tetelestai / TETELESTAI, suatu kata ‘dalam hati Kristus sebelumnya, tetapi sekarang dikeluarkan oleh bibirNya’ (Bengel)] - hal 409.

 

b)   Bdk. Yoh 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.

 

Ini suatu teladan dalam melakukan pelayanan.

 

c)   Kata-kata ini merupakan inti dari Injil, dan ini harus kita beritakan kepada orang-orang yang belum percaya supaya mereka mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.

 

Arthur W. Pink: “‘It is finished’ is but one word in the original, yet in that word is wrapped up the Gospel of God; in that word is contained the ground of the believer’s assurance” (= ‘Sudah selesai’ hanya merupakan satu kata dalam bahasa aslinya, tetapi dalam kata itu terbungkus Injil Allah; dalam kata itu tercakup dasar dari keyakinan orang percaya) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 60.

 

John G. Mitchell: “As you speak to the unsaved, tell them that He finished the work. Redemption is completed. He asks them to accept Him as Savior and as Lord. We sometimes sing, ‘Nothing in my hands I bring, Simply to thy cross I cling.’ He is the Savior, the complete Savior. He has finished the work. Blessed be His name” (= Pada waktu engkau berbicara dengan orang yang belum diselamatkan, beritahu mereka bahwa Ia telah menyelesaikan pekerjaanNya. Penebusan sudah lengkap / sempurna. Ia meminta mereka untuk menerimaNya sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Kita kadang-kadang menyanyi: ‘Tidak ada yang aku bawa dalam tanganku, Hanya kepada salib aku berpegang’. Ia adalah Juruselamat, Juruselamat yang lengkap / sempurna. Ia telah menyelesaikan pekerjaanNya. Terpujilah namaNya) - hal 378.

 

Spurgeon: “Let us publish it. Children of God, ye who by faith received Christ as your all in all, tell it every day of your lives that ‘it is finished.’ Go and tell it to those who are torturing themselves, thinking through obedience and mortification to offer satisfaction. ... In all parts of the earth there are those who think that the misery of the body and the soul may be an atonement for sin. Rush to them, stay them in their madness and say to them, ‘Wherefore do ye this? It is finished.’ All the pains that God asks, Christ has suffered; all the satisfaction by way of agony in the flesh that the law demandeth, Christ hath already endured. ... God neither asks nor accepts any other sacrifice than that which Christ offered once for all upon the cross. ... Why improve on what is finished? Why add to that which is complete? The Bible is finished, he that adds to it shall have his name taken out of the Book of Life, and out of the holy city: Christ’s atonement is finished, and he that adds to that must expect the selfsame doom” (= Hendaklah kita mempublikasikannya. Anak-anak Allah, engkau yang oleh iman menerima Kristus sebagai semua dalam semua bagimu, ceritakanlah dalam setiap hari dalam hidupmu bahwa itu ‘Sudah selesai’. Pergilah dan ceritakanlah itu kepada mereka yang menyiksa diri mereka sendiri, dan mengira melalui ketaatan dan penghukuman / penyangkalan diri untuk menawarkan pemuasan. ... Di semua bagian-bagian bumi ada mereka yang berpikir bahwa penderitaan dari tubuh dan jiwa bisa menjadi penebusan untuk dosa. Cepatlah pergi kepada mereka, tahanlah / hentikanlah mereka dalam kegilaan mereka dan katakan kepada mereka: ‘Untuk apa kamu lakukan ini? Itu sudah selesai’. Semua rasa sakit yang dituntut oleh Allah, telah diderita oleh Kristus; semua pemuasan melalui penderitaan dalam daging yang dituntut oleh hukum Taurat, telah ditahan oleh Kristus. ... Allah tidak meminta ataupun menerima korban lain apapun dari pada korban yang diberikan oleh Kristus sekali untuk selama-lamanya di atas kayu salib. ... Mengapa memperbaiki apa yang sudah selesai? Mengapa menambahkan pada apa yang sudah selesai / lengkap? Alkitab sudah selesai, ia yang menambahinya akan dihapuskan namanya dari Kitab Kehidupan, dan dari kota kudus: penebusan Kristus sudah selesai, dan ia yang menambahkan pada penebusan itu harus mengharapkan nasib yang sama) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 584,585.

 

d)   Bagaimana Kristus bisa menyelesaikan hukuman kekal kita dalam waktu yang begitu singkat?

 

Spurgeon: “We have sometimes heard it said, ‘How could Christ, in so short a time, bear suffering which should be equivalent to the torments - the eternal torments of hell?’ Our reply is, we are not capable of judging what the Son of God might do even in a moment, much less what he might do and what he might suffer in his life and in his death. ... it is very possible that he did in the space of two or three hours endure not only the agony which might have been contained in centuries, but even an equivalent for that which might be comprehended in everlasting punishment. At any rate, it is not for us to say that it could not be done. Do not, I pray you, let us attempt to measure Christ’s sufferings by the finite line of your ignorant reason, but let us know and believe that what he endured there was accepted by God as an equivalent for all our pains” (= Kita kadang-kadang mendengar dikatakan: ‘Bagaimana Kristus bisa, dalam waktu yang begitu singkat, memikul penderitaan yang setara dengan penyiksaan - penyiksaan kekal dari neraka?’ Jawaban kami adalah: kita tidak mampu menghakimi / menilai apa yang Anak Allah bisa lakukan dalam waktu yang singkat, apa lagi apa yang bisa Ia lakukan dan apa yang bisa Ia alami / pikul dalam hidupNya dan dalam matiNya. ... adalah sangat mungkin bahwa dalam waktu 2 atau 3 jam Ia memikul / menahan bukan hanya penderitaan yang tercakup dalam banyak abad, tetapi bahkan setara dengan hal yang dimengerti dalam penghukuman kekal. Bagaimanapun, bukanlah bagian kita untuk mengatakan bahwa itu tidak bisa dilakukan. Saya mohon, jangan mencoba untuk mengukur penderitaan Kristus dengan garis / tali terbatas dari akal yang bodoh / tidak tahu apa-apa, tetapi hendaklah kita tahu dan percaya bahwa apa yang Ia tahan di sana telah diterima oleh Allah sebagai sesuatu yang setara dengan semua rasa sakit kita) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 579-580.

 

e)   Kata-kata ‘Sudah selesai’ ini menunjukkan bahwa kalau saudara mau percaya kepada Kristus, maka saudara harus percaya hanya kepada Kristus.

 

Calvin: “Now this word, which Christ employs, well deserves our attention; for it shows that the whole accomplishment of our salvation, and all the parts of it, are contained in his death. We have already stated that his resurrection is not separated from his death, but Christ only intends to keep our faith fixed on himself alone, and not to allow it to turn aside in any direction whatever. The meaning, therefore, is, that every thing which contributes to the salvation of men is to be found in Christ, and ought not to be sought anywhere else” (= Kata yang digunakan oleh Kristus ini perlu kita perhatikan; karena kata itu menunjukkan bahwa seluruh penyelesaian / pencapaian keselamatan kita, dan semua bagian-bagiannya, tercakup dalam kematianNya. Kami sudah menyatakan bahwa kebangkitanNya tidak terpisah dari kematianNya, tetapi Kristus hanya bermaksud untuk mengarahkan iman kita hanya kepada Dia saja, dan tidak mengijinkannya untuk berpaling ke arah manapun juga. Karena itu, artinya adalah bahwa segala sesuatu yang memberikan sumbangsih kepada keselamatan manusia harus ditemukan di dalam Kristus, dan tidak boleh dicari di tempat lain manapun juga) - hal 235-236.

 

Calvin: “If we give our assent to this word which Christ pronounced, we ought to be satisfied with his death alone for salvation, and we are not at liberty to apply for assistance in any other quarter” (= Jika kita menyetujui kata-kata yang Kristus ucapkan, kita harus puas dengan kematianNya saja untuk keselamatan, dan kita tidak boleh menggunakan bantuan dari sudut lain manapun) - hal 236.

 

Karena itu, jangan menggabungkan Kristus dengan kepercayaan / agama lain, dengan kepercayaan kepada Maria atau orang suci, dengan kepercayaan pada perbuatan baik saudara sendiri, dsb. Keselamatan kita terjadi hanya karena jasa penebusan Kristus, yang kita terima dengan iman!

 

f)    Kata-kata ‘Sudah selesai’ ini juga menjamin bahwa Yesus akan menyelesaikan pekerjaanNya di dalam kita.

 

Spurgeon: “Once more, there is joy to every believer when he remembers that, as Christ said, ‘It is finished,’ every guarantee was given of the eternal salvation of all the redeemed. It appears to me that, if Christ finished the work for us, he will finish the work in us. If he has undertaken so supreme a labour as the redemption of our souls by blood, and that is finished, then the great but yet minor labour of renewing our natures, and transforming us even unto perfection, shall be finished, too. If, when we were sinners, Christ loved us so as to die for us, now that he has redeemed us, and has already reconciled us to himself, and made us his friends and his disciples, will he not finish the work that is necessary to make us fit to stand among the golden lamps of heaven, and to sing his praises in the country where nothing that defileth can ever enter?” (= Sekali lagi, ada sukacita bagi setiap orang percaya pada waktu ia mengingat bahwa, seperti dikatakan Kristus: ‘Sudah selesai’, semua garansi diberikan tentang keselamatan kekal dari umat manusia. Bagi saya kelihatannya bahwa jika Kristus telah menyelesaikan pekerjaan untuk kita, Ia akan menyelesaikan pekerjaan di dalam kita. Jika Ia telah mengerjakan pekerjaan yang begitu tinggi seperti penebusan jiwa kita oleh darah, dan hal itu sudah diselesaikan, maka pekerjaan yang agung tetapi lebih kecil tentang pembaharuan diri kita, dan perubahan kita kepada kesempurnaan, akan diselesaikan juga. Jika, pada waktu kita adalah orang-orang berdosa, Kristus mengasihi kita sehingga mati untuk kita, sekarang pada saat Ia telah menebus kita, dan telah mendamaikan kita dengan diriNya sendiri, dan membuat kita sahabat-sahabatNya dan murid-muridNya, apakah Ia tidak akan menyelesaikan pekerjaan yang perlu untuk membuat kita cocok untuk berdiri di antara lampu-lampu emas dari surga, dan untuk menyanyikan pujianNya di negara dimana tidak ada sesuatu yang mengotori bisa masuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 575.

 

g)   Calvin menganggap bahwa kata-kata ‘Sudah selesai’ dari Kristus ini merupakan dasar penghapusan ‘ceremonial law’ (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan).

 

Calvin: “All the sacrifices of the Law must have ceased, for the salvation of men has been completed by the one sacrifice of the death of Christ” (= Semua korban dari hukum Taurat harus sudah berhenti, karena keselamatan manusia telah disempurnakan / diselesaikan oleh satu korban dari kematian Kristus) - hal 236.

 

Calvin: “On this doctrine depends the abolition of all the ceremonies of the Law; for it would be absurd to follow shadows, since we have the body of Christ” (= Pada doktrin ini tergantung penghapusan dari semua hukum-hukum upacara; karena adalah menggelikan untuk mengikuti bayangan, karena kita mempunyai tubuh dari Kristus) - hal 236.

 

h)   Kata-kata ‘Sudah selesai’ ini bertentangan dengan:

 

1.   Ajaran yang mengatakan bahwa setelah mati Yesus turun ke neraka untuk memikul hukuman dosa kita di sana. Kalau ajaran ini benar, seharusnya Yesus berkata: ‘Belum selesai’, dan lalu menyerahkan nyawaNya.

 

2.   Ajaran tentang api pencucian. Ajaran tentang api pencucian ini bukan hanya sama sekali tidak punya dasar Kitab Suci, tetapi juga bertentangan dengan kata-kata ‘Sudah selesai’ dari Kristus, dan juga dengan Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.

 

3.   Ajaran yang mengatakan bahwa perbuatan baik kita mempunyai andil untuk menyelamatkan kita.

 

Spurgeon: “Are there any of you here who are trying to do something to make a righteousness of your own? How dare you attempt such a work when Jesus says, ‘It is finished’? Are you trying to put a few of your own merits together, a few odds and ends, fig-leaves and filthy rags of your own righteousness? Jesus says, ‘It is finished.’ Why do you want to add anything of your own to what he has completed? Do you say that you are not fit to be saved? What! have you to bring some of your fitness to eke out Christ’s work? ‘Oh!’ say you, ‘I hope to come to Christ one of these days when I get better.’ What! What! What! What! Are you to make yourself better, and then is Christ to do the rest of the work? You remind me of the railways to our country towns; you know that, often, the station is half-a-mile or a mile out of the town, so that you cannot get to the station without having an omnibus to take you there. But my Lord Jesus Christ comes right to the town of Mansoul. His railway runs close to your feet, and there is the carriage-door wide open; step in. You have not even to go over a bridge, or under a subway; there stands the carriage just before you. This royal railroad carries souls all the way from hell’s dark door, where they lie in sin, up to heaven’s great gate of pearl, where they dwell in perfect righteousness for ever. Cast yourself on Christ; take him to be everything you need, for he says of the whole work of salvation, ‘It is finished.’” (= Apakah ada dari kamu di sini yang sedang berusaha untuk melakukan sesuatu untuk membuat suatu kebenaran dari dirimu sendiri? Bagaimana engkau berani melakukan pekerjaan seperti itu pada waktu Yesus berkata ‘Sudah selesai’? Apakah engkau sedang berusaha untuk mengumpulkan beberapa dari jasamu sendiri, sedikit barang-barang rombengan / sisa, daun ara dan kain kotor dari kebenaranmu sendiri? Yesus berkata: ‘Sudah selesai’. Mengapa engkau mau menambahkan apapun dari dirimu sendiri pada apa yang sudah Ia selesaikan? Apakah engkau berkata bahwa engkau tidak cocok untuk diselamatkan? Apa! haruskah engkau membawa sebagian dari kelayakanmu untuk menambah dengan susah payah pekerjaan Kristus? ‘Oh!’ katamu, ‘Aku berharap untuk datang kepada Kristus pada salah satu dari hari-hari ini pada saat aku sudah lebih baik’. Apa! Apa! Apa! Apa! Apakah engkau harus membuat dirimu sendiri lebih baik, dan lalu Kristus harus mengerjakan sisa dari pekerjaan itu? Engkau mengingatkan aku tentang jalan kereta api ke kota-kota kita; engkau tahu bahwa seringkali stasiun terletak ½ atau 1 mil di luar kota, sehingga engkau tidak bisa sampai ke stasiun tanpa menggunakan bis penumpang untuk membawa engkau ke sana. Tetapi Tuhan Yesus Kristusku datang sampai pada kota Jiwa-manusia. Rel kereta apiNya sampai pada dekat kakimu, dan di sana kendaraannya berada persis di depanmu. Rel kereta api kerajaan ini membawa jiwa-jiwa dari pintu neraka yang gelap, dimana mereka berbaring dalam dosa, terus sampai ke pintu gerbang mutiara yang besar dari surga, dimana mereka tinggal dalam kebenaran yang sempurna selama-lamanya. Serahkanlah dirimu kepada Kristus; ambillah Dia sebagai segala sesuatu yang engkau butuhkan, karena Ia berkata tentang seluruh pekerjaan keselamatan: ‘Sudah selesai’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 575-576.

 

4.   Ajaran Roma Katolik tentang Perjamuan Kudus.

 

Calvin memakai kata-kata ‘Sudah selesai’ dari Kristus ini untuk menyerang Perjamuan Kudus versi Roma Katolik, yang merupakan pengorbanan ulang terhadap Kristus. Ini bertentangan dengan kata-kata ‘Sudah selesai’ ini! Bandingkan juga dengan Ibr 9:28 - “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”.

 

i)    Penyalahgunaan terhadap kata-kata ‘Sudah selesai’ ini.

 

Spurgeon: “Somebody once wickedly said, ‘Well, if Christ has finished it, there is nothing for me to do now but to fold my hands, and go to sleep.’ That is the speech of a devil, not of a Christian! There is no grace in the heart when the mouth can talk like that. On the contrary, the true child of God says, ‘Has Christ finished his work for me? Then tell me what work I can do for him.’ ... If Christ has finished the work for you which you could not do, now go and finish the work for him which you are privileged and permitted to do. ... Has he finished his work for me? Then I must get to work for him, and I must persevere until I finish my work, too; not to save myself, for that is all done, but because I am saved. Now I must work for him with all my might; and if there come discouragements, if there come sufferings, if there comes a sense of weakness and exhaustion, yet let me not give way to it; but, inasmuch as he pressed on till he could say, ‘It is finished,’ let me press on till I, too, shall be able to say, ‘I have finished the work which thou gavest me to do’” (= Seseorang suatu kali berkata secara jahat: ‘Jika Kristus telah menyelesaikannya, sekarang tidak ada apa-apa lagi yang harus aku lakukan, kecuali melipat tanganku, dan tidur’. Itu merupakan ucapan dari setan, bukan dari orang kristen! Tidak ada kasih karunia dalam hati pada waktu mulut bisa berbicara seperti itu. Sebaliknya, anak Allah yang sejati berkata: ‘Apakah Kristus telah menyelesaikan pekerjaanNya untuk aku? Kalau demikian beri tahu aku pekerjaan apa yang bisa aku lakukan untuk Dia’. ... Jika Kristus telah menyelesaikan pekerjaan untukmu yang tidak bisa engkau lakukan, sekarang pergilah dan selesaikan pekerjaan untuk Dia untuk mana engkau diberi hak dan ijin untuk melakukannya. ... Apakah Ia telah menyelesaikan pekerjaanNya untuk aku? Maka aku harus bekerja bagi Dia, dan aku harus bertekun sampai aku menyelesaikan pekerjaanku juga; bukan untuk menyelamatkan diriku sendiri, karena semua itu sudah terjadi, tetapi karena aku sudah selamat. Sekarang aku harus bekerja untuk Dia dengan seluruh kekuatanku; dan jika datang sesuatu yang membuat kecil hati, jika datang penderitaan, jika datang perasaan lemah dan lelah, hendaklah aku tidak menyerah padanya; tetapi, sebagaimana Ia maju terus sampai Ia bisa berkata: ‘Sudah selesai’, hendaklah aku juga maju terus sampai aku juga bisa berkata: ‘Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaku untuk dilakukan’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 577.

 

j)    Penjelasan tentang Kol 1:24 - “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat”.

 

Kelihatannya Kol 1:24 ini bertentangan dengan Yoh 19:30.

 

Roma Katolik menafsirkan bahwa Kol 1:24 ini menunjukkan bahwa penebusan Kristus tidak sempurna, perlu ditambahi dengan penderitaan dari para martir. Dan memang dalam ajaran Roma Katolik ada hal-hal yang sejalan dengan ketidak-sempurnaan penebusan Kristus, seperti:

 

·        api pencucian.

 

·        perbuatan baik manusia punya andil dalam keselamatan.

 

Tetapi Kol 1:24 ini tidak mungkin diartikan bahwa penebusan Kristus tidak sempurna, karena:

 

1.   Itu bertentangan dengan kata-kata ‘Sudah selesai’ dalam Yoh 19:28,30 dan juga dengan Ibr 10:11-14 - “Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kakiNya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”.

 

2.   Itu bertentangan dengan doktrin tentang ‘kecukupan’ penebusan Kristus, yang justru ditekankan oleh Paulus dalam surat Kolose ini, untuk menangani ajaran sesat yang menyangkal kecukupan penebusan Kristus sehingga harus ditambah dengan pertapaan, dan sebagainya.

 

Herbert M. Carson (Tyndale): “Furthermore, he is dealing here at Colossae with a false teaching which denies the sufficiency of the work of Christ, and insists that it must be supplemented by asceticism and other human endeavours. Paul has replied in his opening chapter with an uncompromising stress on the preeminence of Christ, and the completeness of the redemption which He has accomplished. Is it then likely that he would cast this position to the winds and introduce a view which envisaged the perfecting of an incomplete atonement?” (= Selanjutnya, di sini di Kolose ia sedang menangani ajaran sesat yang menyangkal kecukupan pekerjaan Kristus, dan mendesak bahwa itu harus ditambahi dengan pertapaan dan usaha-usaha manusia yang lain. Paulus telah menjawab dalam pasal pembukaannya dengan penekanan yang tidak berkompromi pada penonjolan Kristus, dan kelengkapan dari penebusan yang telah Ia selesaikan. Lalu mungkinkah sekarang ia membuang pandangannya dan mengajukan suatu pandangan yang menggambarkan penyempurnaan dari suatu penebusan yang tidak lengkap?) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50.

 

Catatan: bahwa surat Kolose memang menangani hal-hal tersebut di atas, terlihat dari Kol 2:8-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (9) Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan, (10) dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. (11) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, (14) dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada kayu salib: (15) Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka. (16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (18) Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi”.

 

3.   Kata yang diterjemahkan ‘penderitaan’ dalam bahasa Yunani adalah THLIPSIS, dan kata ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk pada penderitaan Kristus untuk menebus dosa.

 

Herbert M. Carson (Tyndale): “The very word used here for suffering, thlipsis, is nowhere used in the New Testament to describe the atoning death of Christ, and, as Lightfoot points out, it ‘certainly would not suggest a sacrificial act’” (= Kata yang digunakan di sini untuk penderitaan, THLIPSIS, tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan kematian yang bersifat menebus dosa dari Kristus, dan, seperti ditunjukkan oleh Lightfoot, itu ‘pasti tidak menunjukkan suatu tindakan pengorbanan’) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50-51.

 

4.   Dalam Kol 1:25 Paulus menyebut dirinya ‘pelayan jemaat’.

 

Jika dalam Kol 1:24 ia memang mengajarkan bahwa penderitaan yang ia alami itu adalah untuk penebusan dosa, seharusnya ia mengaku diri sebagai ‘pengantara’ atau ‘penebus’, atau ‘rekan penebus’. Tetapi ternyata ia tidak melakukan hal itu.

 

Lalu, apa artinya Kol 1:24 ini?

 

1.   Ini adalah penderitaan dalam pembangunan tubuh Kristus, dan dalam hal ini Kristus memberikan tempat untuk penderitaan lebih lanjut bagi para pengikutNya.

 

William Barclay: “He thinks of the sufferings through which he is passing as completing the sufferings of Jesus Christ himself. Jesus died to save his Church; but the Church must be upbuilt and extended; it must be kept strong and pure and true; therefore, anyone who serves the Church by widening her borders, establishing her faith, saving her from errors, is doing the work of Christ. And if such service involves suffering and sacrifice, that affliction is filling up and sharing the very suffering of Christ” (= Ia berpikir tentang penderitaan yang ia lalui sebagai melengkapi penderitaan Yesus Kristus sendiri. Yesus mati untuk menyelamatkan GerejaNya; tetapi Gereja harus dibangun dan diperluas; itu harus dijaga agar tetap kuat dan murni dan benar; karena itu, setiap orang yang melayani Gereja dengan memperluas batasan-batasannya, meneguhkan imannya, menyelamatkannya dari kesalahan, sedang melakukan pekerjaan Kristus. Dan jika pelayanan seperti itu mencakup penderitaan dan pengorbanan, penderitaan itu memenuhkan dan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus).

 

James Fergusson (Geneva): “As the personal sufferings of Christ were for the church’s redemption, and to satisfy the Father’s justice for the sins of the elect, Acts 20:28, which he did completely, John 19:30; so the suffering of the saints are also for the church’s good, though not for her redemption or expiation of sin, neither in its guilt nor punishment, 1John 1:7; yet to edify the church by their example, James 5:10, to comfort her under sufferings, 2Cor. 1:6, and to confirm that truth for which they do suffer, Phil. 2:17” (= Seperti penderitaan pribadi Kristus adalah untuk penebusan gereja, dan untuk memuaskan keadilan Bapa terhadap dosa-dosa orang pilihan, Kis 20:28, yang Ia lakukan secara lengkap, Yoh 19:30; begitulah penderitaan dari orang-orang kudus juga untuk kebaikan gereja, sekalipun bukan untuk penebusannya atau penebusan / pembayaran dosa, tidak dalam kesalahannya ataupun hukumannya, 1Yoh 1:7; tetapi untuk mendidik gereja oleh teladan mereka, Yak 5:10, untuk menghibur gereja dalam penderitaan, 2Kor 1:6, dan untuk meneguhkan kebenaran untuk mana mereka menderita, Fil 2:17).

 

2.   Karena adanya kesatuan antara Kristus dan para pengikutNya, maka pada waktu pengikutNya menderita, Kristus juga menderita dalam dia.

 

James Fergusson (Geneva): “The sufferings of Paul, and of any other saints, are the sufferings of Christ, and the filling up of his sufferings; not as if Christ’s personal sufferings for the redemption of sinners were imperfect, and so to be supplied by the sufferings of others, (see Heb. 10:14) but such is that sympathy betwixt Christ and believers, Acts 9:4, and so strict is that union among them, whereby he and they do but make up one mystical Christ, 1Cor. 12:12, that in those respects the sufferings of the saints are his sufferings, to wit, the sufferings of mystical Christ, which are not perfect nor filled up, until every member of his body endure their own allotted portion and share” (= Penderitaan dari Paulus, dan dari orang kudus yang lain, adalah penderitaan Kristus, dan memenuhkan / melengkapi penderitaanNya; bukan seakan-akan penderitaan pribadi Kristus untuk penebusan orang berdosa adalah tidak sempurna, dan karena itu harus disuplai oleh penderitaan orang-orang lain, (lihat Ibr 10:14) tetapi begitulah simpati antara Kristus dan orang-orang percaya, Kis 9:4, dan begitu ketat persatuan antara mereka, dengan mana Ia dan mereka membentuk satu Kristus yang mistik, 1Kor 12:12, bahwa dalam hal itu penderitaan orang-orang kudus adalah penderitaanNya, yaitu, penderitaan dari Kristus mistik, yang tidak sempurna atau penuh, sampai setiap anggota tubuhNya menanggung bagian mereka).

 

Pulpit Commentary keberatan dengan pandangan ini dengan alasan sebagai berikut:

“this view identifies Pauls’ sufferings with his Master’s while he expressly distinguishes them” (= pandangan ini mengidentikkan penderitaan Paulus dengan penderitaan TuanNya sementara ia secara jelas membedakan mereka).

 

3.   Ini ditinjau dari sudut musuh-musuh Kristus.

 

William Hendriksen: “... although Christ by means of the affliction which he endured rendered complete satisfaction to God, so that Paul is able to glory in nothing but the cross (Gal. 6:14), the enemies of Christ were not satisfied! They hated Jesus with insatiable hatred, and wanted to add to his afflictions. But since he is no longer physically present on earth, their arrows, which are meant especially for him, strike his followers. It is in that sense that all true believers are in his stead supplying what, as the enemies see it, is lacking in the afflictions which Jesus endured. Christ’s afflictions overflow toward us” [= ... sekalipun Kristus melalui penderitaan yang Ia tanggung memberikan pemuasan lengkap / penuh kepada Allah, sehingga Paulus bisa bermegah hanya dalam salib (Gal 6:14), musuh-musuh Kristus tidak dipuaskan! Mereka membenci Yesus dengan kebencian yang tidak terpuaskan, dan ingin menambah penderitaanNya. Tetapi karena Ia tidak lagi hadir secara jasmani di bumi ini, panah-panah mereka, yang sebetulnya dimaksudkan secara khusus untuk Dia, menyerang pengikut-pengikutNya. Adalah dalam arti ini dimana semua orang yang sungguh-sungguh percaya ada di tempatNya menyuplai apa, sebagaimana musuh-musuh itu melihatnya, yang kurang dalam penderitaan yang telah Yesus tanggung. Penderitaan Kristus meluap / melimpah kepada kita].

 

Bdk. Kis 9:4-5  2Kor 1:5  Gal 6:17  Fil 3:10  Wah 12:13 (‘perempuan’ = gereja).

 

5)   ‘Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya’.

 

George Hutcheson: “he died voluntarily, and went to meet death, and ‘gave up the ghost,’ by a real separation of soul and body, which could not have been if his body had been everywhere” (= Ia mati secara sukarela, dan pergi menemui kematian, dan ‘menyerahkan rohNya’ oleh suatu pemisahan yang sungguh-sungguh / nyata dari jiwa dan tubuh, yang tidak bisa terjadi seandainya tubuhNya ada di mana-mana) - hal 405.

 

Mungkin ini dimaksudkan untuk menyerang doktrin Perjamuan Kudus dari Roma Katolik dan Lutheran, yang mensyaratkan kemahaadaan tubuh Kristus.

 

William Hendriksen: “He gave it. No one took it away from him. He laid down his life” (= Ia menyerahkannya. Tidak seorangpun yang mengambilnya dari Dia. Ia menyerahkan nyawaNya) - hal 435.

 

Bdk. Yoh 10:17-18 - “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

 

Pulpit Commentary: “Though therefore his death was violent and cruel, it was a voluntary sacrifice” (= Karena itu sekalipun kematianNya keras dan kejam, itu merupakan korban sukarela) - hal 439.



-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com