Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

YOHANES 9:1-7

 

 

Ay 1-2:

 

1)   Murid-murid Yesus menganggap / mengira bahwa kebutaan orang itu terjadi karena dosa.

 

Calvin menanggapi hal ini sebagai berikut:

“... while every man is ready to censure others with extreme bitterness, there are few who apply to themselves, as they ought to do, the same severity. If my brother meets with adversity, I instantly acknowledge the judgment of God; but if God chastises me with a heavier stroke, I wink at my sins. But in considering punishments, every man ought to begin with himself, and to spare himself as little as any other person. Wherefore, if we wish to be candid judges in this matter, let us learn to be quick in discerning our own evils rather than those of others” (= pada saat setiap orang siap untuk mengecam orang lain dengan kepahitan yang hebat, hanya ada sedikit orang yang menerapkannya kepada diri mereka sendiri, seperti yang seharusnya mereka lakukan, dengan kekerasan yang sama. Jika saudara saya mengalami kemalangan, saya langsung mengakui penghakiman Allah; tetapi jika Allah menghajar saya dengan pukulan yang lebih hebat, saya pura-pura tidak melihat dosa-dosa saya. Tetapi dalam mempertimbangkan hukuman, setiap orang harus mulai dengan dirinya sendiri, dan menyayangkan dirinya sendiri sama sedikitnya dengan ia menyayangkan orang lain. Karena itu, jika kita ingin menjadi hakim yang jujur dalam persoalan ini, marilah kita belajar untuk cepat dalam melihat kejahatan kita sendiri dari pada melihat kejahatan orang lain).

 

Illustrasi:

 

Seorang pendeta pulang dari luar negeri, dan ia dijemput seorang jemaatnya di airport. Dalam perjalanan, jemaatnya mengeluh karena rumahnya baru dihancurkan oleh badai. Pendeta itu lalu mengatakan: ‘Sudah dari dulu aku nasehati kamu supaya bertobat dari dosa-dosamu, tapi kamu tidak mau; sekarang Tuhan menghukum kamu’. Jemaat itu lalu menjawab: ‘Tapi, pak pendeta, rumahmu juga hancur kena badai itu’. Pendeta menjawab: ‘O ya? Ah memang jalan / rencana Tuhan melampaui akal kita’.

 

2)   Ada 3 penyebab penderitaan:

 

a)   Dosa Adam (Kej 3).

 

b)   Dosa orang tua (Kel 20:5  34:7  Bil 14:18  Ul 5:9  Ul 28:32  Yer 31:29  Yeh 18:2).

 

c)   Dosa pribadi (Ul 28:15-68  Maz 107:10-12,17-18  Yer 31:30  Yeh 18:4).

 

Tetapi orang-orang Yahudi saat itu mempunyai kecenderungan untuk menekankan b) dan c). Mereka mengikuti jejak setiap penderitaan pada suatu dosa tertentu.

 

Contoh: waktu teman-teman Ayub melihat penderitaan Ayub, mereka menuduh Ayub kejam terhadap janda dan anak yatim (Ayub 4:7  8:20  11:6  22:5-10).

 

3)   Murid-murid Yesus menganggap ada 2 kemungkinan mengapa orang itu buta (ay 2):

 

a)   Karena ia sendiri berdosa.

 

Tetapi ini aneh, karena orang itu buta sejak lahir. Lalu kapan ia berbuat dosa sehingga menyebabkan buta? Untuk itu ada 2 teori dari orang-orang Yahudi:

 

·        dalam kandungan, janin sudah bisa berbuat dosa.

 

Ini didasarkan pada:

 

*        Kej 25:22 - mereka menganggap bahwa dalam kandungan Esau berusaha membunuh Yakub.

 

*        Maz 58:4.

 

·        jiwa seseorang sudah ada sebelum ia mulai ada dalam kandungan.

 

*        ada yang percaya bahwa jiwa-jiwa itu ada di suatu tempat. Pada saat itu mereka sudah bisa berbuat dosa, dan ada yang berkata bahwa dimasukkan mereka ke suatu tubuh merupakan hukuman terhadap dosa mereka.

 

*        Calvin berkata bahwa ada yang percaya pada reinkarnasi.

 

Karena adanya kepercayaan-kepercayaan semacam inilah maka murid-murid tetap memperhitungkan kemungkinan bahwa orang itu buta sejak lahir karena dosanya sendiri.

 

b)   Karena orang tuanya berdosa.

 

Ay 3-5:

 

1)   Jawaban Yesus dalam ay 3a jelas menunjukkan bahwa Yesus menolak kedua kemungkinan yang ada dalam pikiran murid-muridNya.

 

Sebaliknya Yesus mengatakan bahwa orang itu dilahirkan buta karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia (ay 3b).

 

·        Jadi jelas bahwa orang bisa menderita sama sekali bukan karena dosa, tetapi karena Allah mempunyai tujuan tertentu untuk kemuliaan diriNya melalui penderitaan orang itu! Ini mengajar kita untuk tidak sembarangan menghakimi pada waktu melihat orang sakit / menderita dsb.

 

·        Dengan kata-kata ini Yesus menghendaki supaya murid-muridNya mengharapkan suatu mujijat.

 

2)   Ay 4:

 

a)   Yesus tahu-tahu berbicara tentang pekerjaan, karena Ia punya pekerjaan untuk memuliakan Allah melalui penyembuhan orang buta itu.

 

b)   Ini juga mengajar kita sebagai berikut: pada waktu melihat seseorang menderita, jangan hanya menjadikan dia obyek diskusi. Tetapi lakukanlah sesuatu untuk menolong dia.

 

c)   Ini menunjukkan bahwa suatu pekerjaan / pelayanan tidak boleh ditunda, karena akan datang suatu saat dimana itu tidak lagi bisa dilakukan. Misalnya:

 

·        menunda penginjilan / pemberitaan Firman Tuhan terhadap seseorang. Ingat bahwa ‘malam’ bisa terjadi:

 

*        kalau orang itu mati.

 

*        kalau saudara mati.

 

*        makin dekat akhir jaman, dimana orang tidak mau mendengarkan kebenaran (2Tim 4:3-4  2Tim 3:1-5  2Tes 2:1-12).

 

·        menunda pelayanan tertentu. Kalau saudara merasa bahwa Tuhan menghendaki saudara melayani Dia dalam pelayanan tertentu (chairman, guru sekolah minggu, anggota komisi, pengkhotbah / hamba Tuhan), maka janganlah menunda pelayanan tersebut!

 

Yesus sendiri tidak menunda penyembuhan terhadap orang buta ini, padahal hari itu adalah hari Sabat (ay 14), dan Yesus tahu bahwa itu bisa menimbulkan pertentangan dengan orang-orang Yahudi (bdk. Yoh 5:10-18).

 

·        menunda pembangunan gereja (bdk. Hagai 1:2-dst).

 

3)   Ay 5:

 

a)   Penyembuhan terhadap orang buta ini jelas dijadikan suatu illustrasi untuk menunjukkan Yesus sebagai Terang dunia. Jadi, bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta ini dari kebutaan jasmani, dijadikan suatu illustrasi untuk menunjukkan bahwa Yesus bisa menyembuhkan kebutaan rohani (bdk. ay 35-41  12:35-36,46).

 

Hal yang sama terjadi pada:

 

·        Mat 8:14-17 - kesembuhan jasmani yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan bahwa Yesus bisa menyembuhkan kita secara rohani (Mat 8:17  bdk. Yes 53:4 dan 1Pet 2:22-25 yang jelas menunjukkan bahwa ini berhubungan dengan kesembuhan rohani, bukan kesembuhan jasmani).

 

·        Yoh 11 - pembangkitan Lazarus oleh Yesus dijadikan illustrasi untuk menunjukkan dirinya sebagai ‘kebangkitan dan hidup’ (Yoh 11:25-26).

 

b)   Kata-kata Yesus dalam ay 5 tak berarti bahwa fungsiNya sebagai Terang dunia terbatas oleh waktu. Maksudnya adalah penerimaan terhadap diriNya dari orang-orang yang Ia layani itu yang terbatas oleh waktu (Barclay).

 

Barclay melanjutkan dengan memberikan statistik dari buku ‘The Psychology of Religion’ sebagai berikut:

 

·        pertobatan bisa terjadi pada usia 7-8 tahun.

 

·        dari 7-8 tahun sampai pada usia 10-11 tahun, makin banyak.

 

·        jumlahnya menanjak secara tajam sampai usia 16 tahun.

 

·        tetapi mulai usia 16 tahun jumlah itu turun drastis sampai usia 20 tahun.

 

·        di atas 30 tahun, jarang terjadi pertobatan.

 

Karena itu beritakan Injil kepada anak-anak, dan jangan biarkan mereka pergi ke gereja sesat / Liberal dsb! Jangan menunda, karena ‘malam’ segera tiba (ay 4).

 

Ay 6-7:

 

1)   Tak diketahui mengapa Yesus memakai cara ini (menggunakan ludah, tanah dan kolam Siloam) untuk menyembuhkan orang buta itu. Mungkin penggunaan ludah dan tanah itu berfungsi untuk menguji orang itu, apakah ia mau percaya dan taat sekalipun caranya tidak masuk akal (Ingat bahwa secara logika penggunaan ludah dan tanah yang dioleskan di mata itu justru bisa menyebabkan orang melek menjadi buta!). Bdk. dengan Naaman yang mula-mula marah karena mendengar cara yang begitu tidak masuk akal (2Raja-raja 5).

 

2)   Bahwa orang buta itu mau pergi ke kolam Siloam menunjukkan bahwa ia mempunyai iman kepada Yesus! Tanpa kepercayaan kepada Yesus, tidak bakal ia taat pada perintah yang begitu tidak masuk akal.

 

Penerapan:

 

Tuhan sering memberi perintah yang tidak masuk akal untuk menguji iman kita. Pada saat seperti itu jangan bersandar kepada logika! bdk. Amsal 3:5.

 

3)   Siloam berarti ‘yang diutus’.

 

NIV / NASB: ‘sent’ (= yang diutus / dikirim).

 

Arti ‘yang dikirim’ lebih tepat, karena kolam itu dinamakan seperti itu karena mendapatkan air kiriman melalui saluran-saluran yang mungkin sekali dibangun oleh raja Hizkia (2Raja-raja 20:20), mungkin dengan tujuan untuk tetap mendapatkan air pada waktu kota dikepung.

 

Sekalipun kata ‘Siloam’ ini mempunyai arti hurufiah, tetapi juga mempunyai arti yang lebih dalam dibaliknya. Bagaimana bisa demikian?

 

·        karena Yohanes berulangkali menekankan bahwa Yesus adalah seseorang ‘yang diutus’ oleh Allah / Bapa (ay 4  bdk. Yoh 3:17,34  5:36-37  6:57  7:29  8:18,27,29 dsb).

 

·        jadi, orang yang buta jasmani Ia suruh pergi ke kolam Siloam (= ‘yang diutus’); tetapi orang yang buta rohani harus datang kepada Yesus sendiri (‘yang diutus’ oleh Allah / Bapa).

 

4)   Dalam Perjanjian Lama pemberian pengelihatan / pencelikan mata orang buta adalah:

 

·        pekerjaan Allah (Kel 4:11  Maz 146:8).

 

·        aktivitas Mesias (Yes 29:18  35:5  42:7).

 

Jadi, penyembuhan orang buta ini menunjukkan Yesus sebagai Allah dan Mesias!



-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com