Bagaimana menaklukkan dan membongkar fitnah/dusta/kepalsuan

Saksi-saksi palsu Yehuwa?

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

C) Bukti-bukti keilahian Kristus.

 

 

1)  Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit atau secara jelas menyatakan Yesus sebagai Allah.

 

Ada 12 ayat Kitab Suci yang secara explicit / jelas menyatakan Yesus sebagai Allah, yaitu Yes 9:5  Yoh 1:1  Yoh 1:18  Yoh 20:28  Kis 20:28  Ro 9:5  Fil 2:5b-7  Tit 2:13  Ibr 1:8  2Pet 1:1  1Yoh 5:20  Wah 1:8.

 

Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

 

Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

 

Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.   

Yoh 1:18 (TDB):  “satu-satunya allah yang diperanakkan”.

 

Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.

 

Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

 

Catatan: kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada.

 

Jadi kata ‘Nya’ menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi pada saat yang sama pasti menunjuk kepada Yesus, karena adanya kata ‘darah’. Jadi, ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah.

 

Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

 

Kata ‘Ia’ jelas menunjuk kepada ‘Mesias’ / Yesus. Jadi ayat ini menunjukkan Yesus sebagai Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.

 

Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

 

Tit 2:13 - dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita) Yesus Kristus.

 

Catatan: tanda kurung dari saya.

 

Ibr 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.

 

Kata ‘tentang’ seharusnya adalah ‘kepada’.

 

2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

 

1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

 

Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

 

Adanya 12 ayat Kitab Suci yang secara jelas dan explicit menyatakan Yesus sebagai Allah ini tidak menyebabkan Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai keilahian Yesus. Ada 2 cara yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantah ayat-ayat ini.

Cara pertama:

 

Sekalipun ada banyak ayat Kitab Suci yang menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, tetap saja Saksi-Saksi Yehuwa menolak keilahian Yesus. Mereka berkata bahwa dalam Kitab Suci kata ‘allah’ / ‘Allah’ sering diberikan kepada yang bukan Allah, baik itu malaikat, manusia, dewa / berhala, atau setan. Jadi pada waktu Yesus disebut ‘Allah’ itu tidak membuktikan bahwa Ia adalah Allah.

 

Tanggapan saya:

 

Pertama-tama perlu diperhatikan adalah: sekalipun dalam Kitab Suci kata ‘allah’ memang bisa digunakan untuk malaikat, setan, dan bahkan manusia, tetapi kata-kata itu tidak pernah digunakan sesering kata itu digunakan terhadap Yesus.

 

Kedua, pada saat Kitab Suci menyebut seseorang yang bukan Allah yang sesungguhnya dengan sebutan ‘allah’, Kitab Suci selalu menunjukkan secara jelas bahwa orang-orang itu disebut ‘allah’ bukan dalam arti seperti biasanya / yang sesungguhnya.

 

Contoh:

 

a.   Kel 7:1 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (ELOHIM) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu”.

 

Perhatikan bahwa sekalipun ayat ini menyebut Musa sebagai ‘Allah’, tetapi ada tambahan kata-kata ‘bagi Firaun’. Dan ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah Allah dalam arti yang sesungguhnya.

 

b.   Kel 12:12 - “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah (ELOHEY = gods of / allah-allah dari) di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN”.

 

Jelas bahwa kata ‘allah’ di sini tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, karena dikatakan bahwa Allah yang sejati itu akan menghukum ‘semua allah’ ini. Jadi di sini kata itu menunjuk kepada dewa-dewa sembahan Mesir, yang sering berupa binatang, khususnya sapi. Pada saat Tuhan menghukum Mesir dengan membunuh semua anak sulung, maka anak binatang (dewa / allah mereka) juga ikut dibunuh / dihukum.

 

c.   Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah (ELOHIM) lain di hadapanKu”.

 

Adanya kata-kata ‘lain’ dan ‘di hadapanKu’, membuat ayat ini jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ‘allah’ bukanlah Allah yang sebenarnya.

 

Selain dalam ayat ini, dalam banyak ayat-ayat lain, kata ‘allah’ digunakan untuk menunjuk kepada dewa / berhala dari bangsa-bangsa kafir, dan kontextnya selalu menunjukkan secara jelas bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sesungguhnya, tetapi hanya dewa / berhala yang dalam Kitab Suci dikatakan tidak mempunyai existensi (1Kor 8:4-6).

 

d.   Hak 5:8 - “Ketika orang memilih allah (ELOHIM) baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel”.

 

Kata-kata dari ayat ini yang mengatakan bahwa ‘orang memilih allah baru’, sudah menunjukkan bahwa kata ‘allah’ ini tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel memilih dewa / berhala baru (sambil meninggalkan YAHWEH), dan sebagai akibatnya terjadilah bencana seperti perang dan sebagainya.

 

e.   1Sam 28:13b: “Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi (ELOHIM) muncul dari dalam bumi.’”.

 

KJV: ‘gods’ (= allah-allah).

 

RSV/NWT: ‘a god’ (= suatu allah).

 

NIV: ‘a spirit’ (= suatu roh).

 

NASB: ‘a divine being’ (= suatu makhluk yang ilahi).

 

Kata Ibrani yang dipakai adalah ELOHIM.

 

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

 

·        Kata ELOHIM menunjuk kepada penampilan yang supranatural / gaib.

 

·        Kata ELOHIM digunakan karena ‘arwah’ itu boleh dikatakan merupakan allah dari si dukun yang memanggilnya.

 

Tidak peduli mana arti yang benar, yang jelas ayat itu sendiri secara menyolok menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ELOHIM di sini bukanlah Allah yang sesungguhnya. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel, tetapi saya yakin bahwa itu salah, dan bahwa ini hanyalah setan yang menyamar sebagai roh Samuel. Jika saudara mau mempelajari hal ini secara mendetail, bacalah buku saya yang berjudul Penginjilan Terhadap Orang Mati.

 

f.    Maz 82:1-8 - “(1) Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (Ibrani: ELOHIM) Ia menghakimi: (2) ‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!’ (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah (Ibrani: ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. - (7) Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.’ (8) Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa”.

 

Yang disebut ELOHIM (‘allah-allah’) dalam ay 1 dan ay 6 itu jelas adalah hakim-hakim yang lalim / tidak adil pada saat itu. Sekalipun mereka disebut ‘allah-allah’ (ELOHIM), tetapi mereka jelas bukan Allah dalam arti yang sesungguhnya, dan itu terlihat dari:

 

·        mereka ini bukan satu orang tetapi sekelompok orang, sehingga tidak mungkin mereka adalah Allah semua, karena akan menimbulkan polytheisme.

 

·        mereka dihakimi oleh Allah (ay 1).

 

·        mereka menghakimi dengan tidak adil (ay 2-4), dan hidup dalam kegelapan (ay 5).

 

·        mereka akan mati sebagai manusia (ay 7).

 

g.   Maz 95:3 - “Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah (ELOHIM).

 

Dalam ayat ini yang disebut ‘allah’ (ELOHIM) juga adalah sekelompok orang. Ada yang menganggap mereka ini sebagai dewa-dewa, dan ada juga yang menganggap mereka ini sebagai malaikat-malaikat. Bahwa mereka ini sekelompok, bukan tunggal, dan bahwa TUHAN dikatakan mengatasi mereka semua, jelas menunjukkan bahwa pada saat kata ‘allah’ (ELOHIM) diterapkan kepada mereka, kata itu tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.

 

h.   Maz 96:4-5 - “Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah (ELOHIM). Sebab segala allah (ELOHIM) bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit”.

 

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa yang disebut ‘allah’ di sini adalah berhala-berhala / dewa-dewa.

 

i.    Maz 138:1 - “Aku hendak bersyukur kepadaMu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah (ELOHIM) aku akan bermazmur bagiMu”.

 

Calvin menganggap bahwa kata ELOHIM di sini menunjuk atau kepada malaikat-malaikat atau kepada raja-raja; Calvin lebih condong pada arti pertama. Siapapun yang disebut sebagai ELOHIM di sini, jelas sekali bahwa mereka bukanlah Allah dalam arti sesungguhnya, karena dalam ayat ini Allah yang sesungguhnya disebut ‘Mu’, kepada siapa Daud bersyukur dan bermazmur.

 

j.    1Kor 8:5-6 - “(5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’ (THEOI = gods / allah-allah), baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ (THEOI) dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

 

Apakah yang disebut dengan ‘allah’ dalam ay 5 itu, malaikat atau berhala, tidak jadi soal. Yang jelas kata-kata tambahan dalam ay 6nya menunjukkan bahwa ‘allah’ dalam ay 5 itu bukan betul-betul Allah.

 

k.   Kis 12:22 - “Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara allah (THEOU) dan bukan suara manusia!’”.

 

Jelas bahwa ini tidak menunjuk kepada Allah yang benar, karena kata-kata ini ditujukan kepada Herodes.

 

l.    2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.

 

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ilah’ di sini adalah HO THEOS (= the God / sang Allah)! Jelas bahwa di sini kata itu tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, tetapi menunjuk kepada setan.

 

m.  2Tes 2:4 - “yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah (THEON). Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah (TOU THEOU).

 

Kontext menunjukkan bahwa ini sama sekali tidak menunjuk kepada Allah yang sebenarnya, tetapi mungkin ini menunjuk kepada Antikristus.

 

Jadi, dengan banyak contoh (dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) saya sudah menunjukkan bahwa kalau kata ‘Allah’ digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah, maka selalu diberi penjelasan yang secara jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sejati.

 

Tetapi pada waktu kata ‘Allah’ digunakan untuk Yesus, Kitab Suci tidak memberi petunjuk apapun bahwa kata itu digunakan bukan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya bahkan memberikan keterangan yang menunjukkan bahwa Ia memang adalah Allah yang sejati.

 

A. H. Strong: “It is sometimes objected that the ascription of the name ‘God’ to Christ proves nothing as to his absolute deity, since angels and even human judges are called gods, as representing God’s authority and executing his will. But we reply that, while it is true that the name is sometimes so applied, it is always with adjuncts and in connections which leaves no doubt of its figurative and secondary meaning. When, however, the name is applied to Christ, it is, on the contrary, with adjuncts and in connections which leaves no doubt that it signifies absolute Godhead” (= Kadang-kadang diajukan keberatan yang mengatakan bahwa pemberian nama ‘Allah’ kepada Kristus tidak membuktikan apa-apa berkenaan dengan keilahianNya yang mutlak, karena malaikat-malaikat dan bahkan hakim-hakim manusia disebut allah-allah, karena mewakili otoritas Allah dan melaksanakan kehendakNya. Tetapi kami menjawab bahwa sekalipun memang benar bahwa nama itu kadang-kadang diterapkan seperti itu, itu selalu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang membuang semua keragu-raguan tentang arti kiasan dan arti sekundernya. Tetapi pada waktu nama itu diterapkan kepada Kristus, sebaliknya itu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang membuang semua keragu-raguan bahwa itu menunjukkan keAllahan yang mutlak) - ‘Systematic Theology’, hal 307.

 

Contoh:

 

 

 

 

Cara kedua:

 

Cara lain dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantah keilahian Yesus yang ditunjukkan oleh ayat-ayat di atas adalah dengan membengkokkan penafsiran atau penterjemahan ayat-ayat tersebut.

 

a)   Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

 

Saksi-Saksi Yehuwa membedakan istilah ‘Allah yang perkasa’ dengan ‘Allah Yang Mahakuasa’. Tetapi ini sudah dibahas dalam jilid I, dan tidak akan saya ulang di sini.

 

b)   Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

 

TDB menterjemahkan ‘Firman itu adalah suatu allah, tetapi ini juga sudah saya bahas dalam jilid I, dan tidak akan saya ulang di sini.

 

c)   Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.

 

Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.

 

Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain). Ada 4 golongan manuscript:

 

1.   the only begotten (= satu-satunya yang diperanakkan).

 

2.   the only begotten Son (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).

 

3.   the only begotten Son of God (= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan).

 

4.   only begotten God (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).

 

Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite article / kata sandang tertentu (the only begotten God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only begotten God’).

 

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang keempatlah yang benar, dengan alasan:

 

a.   Ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.

 

Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak dipercaya.

 

Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.

 

b.   Ini merupakan ‘bacaan yang lebih sukar’ (‘more difficult reading’).

 

Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk akal’ menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang tidak masuk akal’. Dengan kata lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.

 

Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu tidak masuk akal’. Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3. Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.

 

Saksi-Saksi Yehuwa sendiri menterjemahkan berdasarkan manuscript golongan 4 ini.

 

Yoh 1:18 (NWT): ‘the only begotten god’ (= satu-satunya allah yang diperanakkan).

 

Yoh 1:18 (TDB):  “satu-satunya allah yang diperanakkan”.

 

Jadi, sekalipun terjemahan dari NWT / TDB ini berbeda dengan terjemahan kita, tetapi sebetulnya terjemahan NWT / TDB ini berasal dari manuscript yang paling benar. Tetapi mereka salah dalam satu hal, yaitu bahwa mereka menggunakan kata ‘god’ / ‘allah’ dan bukannya ‘God’ / ‘Allah’.

 

Dan Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa Yesus disebut demikian “karena keunikan kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431.

 

Ini sama sekali tidak masuk akal. Mengapa kalau kedudukanNya unik, lalu harus disebut sebagai ‘satu-satunya Allah yang diperanakkan’? Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan keunikan!

 

Saya sendiri beranggapan bahwa pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan), maka:

 

·        secara implicit ini menunjukkan bahwa ada kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.

 

·        ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin the eternal generation of the Son, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa (lihat jilid I tentang penjelasan dari hal ini).

 

·        ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.

 

A. H. Strong: “In John 1:18, monogenhj qeoj - ‘the only begotten God’ - must be regarded as the correct reading, and as a plain ascription of absolute Deity to Christ” [= Dalam Yoh 1:18, monogenhj qeoj (MONOGENES THEOS) - ‘satu-satunya Allah yang diperanakkan’ - harus dianggap sebagai bacaan yang benar, dan merupakan suatu pernyataan yang jelas yang memberikan keilahian yang mutlak kepada Kristus] - ‘Systematic Theology’, hal 306.

 

Satu hal lain yang meneguhkan penafsiran ini adalah bahwa Yoh 1:18 ini juga menunjukkan bahwa Yesus itu maha ada. Ini bisa terlihat kalau kita melihat seluruh kontext dari Yoh 1 itu. Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa. Yoh 1:18 (NIV): “... but God the only Son, who is at the Father’s side ...”.

 

Perhatikan bentuk present tense yang digunakan oleh NIV ini!

 

Catatan: NWT juga menggunakan present tense untuk bagian ini.

 

Karena itu tepatlah kata-kata Calvin yang mengatakan:

“For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvel­ous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin’s womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning” (= Karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayang­kan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

 

d)   Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.

 

TDB: “Sebagai jawaban Tomas mengatakan kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’”.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bagi Tomas, Yesus adalah seperti ‘allah,’ terutama dalam mukjizat yang ia lihat yang mendorongnya untuk mengeluarkan seruan itu. Beberapa sarjana mengatakan bahwa Tomas mungkin hanya mengucapkan seruan keheranan yang emosional, yang diucapkan kepada Yesus namun ditujukan kepada Allah.” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 29.

 

Tanggapan saya:

 

1.   Kata-kata dari Saksi-Saksi Yehuwa ini adalah kata-kata bodoh yang bertentangan dengan dirinya sendiri! Bagaimana mungkin Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus tetapi menujukan kepada Allah?

 

Ada penulis di internet yang mengatakan bahwa ada Saksi-Saksi Yehuwa yang menafsirkan bahwa kata-kata ‘Ya Tuhanku’ ditujukan kepada Yesus, tetapi kata-kata ‘Ya Allahku’ ditujukan kepada Allah.

 

Mungkin karena itu TDB menterjemahkan: “Sebagai jawaban Tomas mengatakan kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’”.

 

Untuk kata pertama TDB menggunakan kata ‘Tuan’ (bukan ‘Tuhan’). Jadi kelihatannya mereka menganggap ini ditujukan kepada Yesus. Sedangkan untuk kata kedua mereka menggunakan ‘Allah’ (dimulai dengan huruf besar), bukan ‘allah’! Jadi mungkin mereka menganggap bagian ini ditujukan kepada Allah.

 

Tetapi ini jelas merupakan suatu terjemahan yang tidak masuk akal, dan merupakan penafsiran yang karepe dewe, yang sengaja dipaksakan untuk disesuaikan dengan ajaran / kepercayaan sesat mereka.

 

2.   Tentang penafsiran bahwa itu hanya kata-kata yang keluar karena kaget / heran, ada 2 alasan mengapa pandangan ini tidak mungkin benar:

 

a.   Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.

 

NASB (Literal / hurufiah): Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” (= Tomas menjawab dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).

 

Perhatikan bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya. Kalau seseorang mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.

 

Ini jelas juga menentang penterjemahan / penafsiran karepe dewe dari Saksi-Saksi Yehuwa di atas, karena ayat itu menunjukkan bahwa Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus, bukan kepada Allah (Bapa).

 

b.   A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan seperti itu tidak ada dalam kalangan Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).

 

3.   Tidak ada apapun dalam kata-kata Tomas itu yang menunjukkan bahwa Ia menganggap Yesus hanya seperti Allah. Jadi, bagaimana mungkin Saksi-Saksi Yehuwa bisa mengatakan “Bagi Tomas, Yesus adalah seperti ‘allah,’”? Ini lagi-lagi merupakan suatu penafsiran karepe dewe, dan merupakan suatu usaha membengkokkan Kitab Suci!

 

Saksi-Saksi Yehuwa masih mempunyai jawaban lain tentang Yoh 20:28 ini. Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431, Saksi-Saksi Yehuwa berkata:

“Tidak ada keberatan untuk menyebut Yesus sebagai ‘Allah’ jika inilah yang ada dalam pikiran Tomas. Hal itu selaras dengan kutipan Yesus sendiri dari Mazmur di mana orang-orang yang berkuasa, hakim-hakim, disebut ‘allah.’ (Yoh 10:34,35; Mzm. 82:1-6) Memang, Kristus mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi dari pada orang-orang tersebut. Karena keunikan kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa, di Yohanes 1:18 (NW) Yesus disebut sebagai ‘allah yang anak tunggal’”.

 

Maz 82:1-6 - “(1) Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi: (2) ‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!’ (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian”.

 

Yoh 10:34-35 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan”.

 

Tanggapan saya:

 

1.   Pertama-tama perlu diperhatikan bahwa penjelasan Saksi-Saksi Yehuwa tentang kata-kata Tomas dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’ (yang telah saya bahas di atas) dan dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’ (yang saya bahas sekarang ini), ternyata bertentangan.

 

Dalam buku pertama mereka mengatakan kata-kata itu diucapkan kepada Yesus tetapi ditujukan kepada Allah. Dalam buku kedua mereka secara implicit mengakui bahwa kata-kata itu memang ditujukan kepada Yesus, tetapi lalu mereka menafsirkan bahwa kata ‘Allah’ tersebut artinya ‘bukan Allah’.

 

Dari kontradiksi seperti ini, yang begitu sering terjadi dalam ajaran mereka, terlihat bahwa orang-orang sesat ini memang tidak terlalu mempunyai logika, atau, mereka memang sengaja membutakan diri mereka sendiri.

 

2.   Ada satu hal penting yang perlu diperhatikan tentang Yoh 10:34-35 ini, yaitu bahwa Yoh 10:34-35, yang mengutip Maz 82:6, didahului oleh Yoh 10:30-33 yang berbunyi: “(30) Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.’”.

 

Dan Yesus tidak membetulkan kata-kata dari orang-orang Yahudi itu, dan bahkan sebaliknya, kalau kita membaca Yoh 10:34-38, Yesus justru membenarkan tuduhan / kata-kata dari orang-orang Yahudi tersebut.

 

3.   Dalam Yoh 10 itu, pada waktu para tokoh agama Yahudi menuduh Yesus menghujat Allah, karena Ia mengaku sebagai Anak Allah (yang artinya sama dengan ‘menyamakan / menyetarakan diri dengan Allah’ - Yoh 5:18), maka Yesus lalu mengutip Maz 82:6 ini (Yoh 10:34-36). Ini tidak berarti bahwa Yesus adalah Allah dalam arti yang sama seperti para hakim dalam Maz 82 ini.

 

Calvin (tentang Maz 82:6): “By these words Christ did not mean to place himself among the order of judges; but he argues from the less to the greater, that if the name of God is applied to God’s officers, it with much propriety belongs to his only begotten Son, who is the express image of the Father, in whom the Father’s majesty shines forth, and in whom the whole fulness of the Godhead dwells” (= Dengan kata-kata ini Kristus tidak bermaksud untuk menempatkan diriNya sendiri di antara golongan hakim-hakim; tetapi Ia berargumentasi dari yang lebih kecil menuju ke yang lebih besar, dimana jika nama Allah diterapkan kepada pejabat-pejabat Allah, maka nama itu dengan lebih cocok / patut menjadi milik dari satu-satunya Anak yang diperanakkan, yang adalah gambar yang jelas dari Bapa, dalam siapa keagungan Bapa bersinar, dan dalam siapa seluruh kepenuhan keAllahan tinggal / diam) - hal 336.

 

4.   Sekalipun dalam Kitab Suci memang kata ‘tuhan’ dan ‘allah’ bisa digunakan untuk malaikat, setan, dan bahkan manusia, tetapi kata-kata itu tidak pernah digunakan sesering kata itu digunakan terhadap Yesus.

 

5.   Di atas telah saya bahas bahwa kalau kata ‘allah’ digunakan untuk sesuatu / seseorang yang bukan Allah, maka Kitab Suci selalu menunjukkan hal itu dengan jelas. Sebaliknya, pada waktu kata itu digunakan untuk Yesus, Kitab Suci malah menambahi dengan hal-hal yang menunjukkan keilahian Yesus.

 

Ada 3 hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembahasan tentang kata-kata Tomas dalam Yoh 20:28 ini, yaitu:

 

a.   Kata-kata yang sama dengan kata-kata Tomas ini diucapkan oleh Daud terhadap YAHWEH dalam Maz 35:22-23 - “(22) Engkau telah melihatnya, TUHAN (YAHWEH), janganlah berdiam diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari padaku! (23) Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku!”.

 

b.   Kata-kata Tomas ini boleh dikatakan paralel dengan Wah 4:11 - “‘Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.’”, hanya saja di sini digunakan ‘kami’ bukan ‘ku’, dan kata ‘kami’ digunakan satu kali, sedangkan kata ‘ku’ digunakan dua kali.

 

NWT: “Jehovah, even our God” (= Yehovah, yaitu Allah kami).

 

TDB: “Yehuwa, ya, Allah kami”.

 

Sebagai tambahan perlu diingat bahwa yang mencatat kata-kata Tomas dalam Yoh 20:28 adalah rasul Yohanes, yaitu orang yang sama dengan yang menuliskan Wah 4:11. Dan karena itu sangat besar kemungkinannya bahwa ia menuliskan dalam arti yang sama.

 

Robert M. Bowman Jr.: “the same man, John the apostle, was the author of both the Gospel of John and the book of Revelation. In this light, it seems likely that John 20:28 should be interpreted in a manner similar to Revelation 4:11” (= orang yang sama, rasul Yohanes, adalah pengarang dari Injil Yohanes dan kitab Wahyu. Dalam terang ini, lebih memungkinkan bahwa Yoh 20:28 ditafsirkan dengan cara yang sama seperti Wah 4:11) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 134.

 

c.   Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi Tomas atas kata-katanya itu, tetapi bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ terhadap diriNya itu.

 

A. H. Strong: “In John 20:28, the address of Thomas o] kurioj mou kai o] qeoj mou, - ‘My Lord and my God’ - since it was unrebuked by Christ, is equivalent to an assertion on his own part of his claim to Deity” (= Dalam Yoh 20:28, penyebutan Tomas o] kurioj mou kai o] qeoj mou, - ‘Tuhanku dan Allahku’ - karena hal itu tidak ditegur / dimarahi oleh Kristus, maka itu sama dengan suatu penegasan dari diriNya tentang claimNya atas keAllahan) - ‘Systematic Theology’, hal 306.

 

e)   Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

   

1.   Kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada.

 

Kata ‘Anak’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada dalam bahasa Yunaninya.

 

RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia (TB1-LAI), dan NRSV tetap mempertahankan kesalahan itu, tetapi KJV/ASV/NIV/NASB/NKJV/NEB semua menterjemahkan tanpa kata ‘Son’ / ‘Anak’, dan demikian pula dengan TB2-LAI telah membetulkan terjemahan dari TB1-LAI dengan membuang kata ‘Anak’ itu.

 

Sekarang mari kita membandingkannya dengan terjemahan dari Saksi-Saksi Yehuwa.

 

NWT: “to shepherd the congregation of God, which he purchased with the blood of his own (Son) [= untuk menggembalakan jemaat Allah, yang ia beli dengan darah (Anak)nya sendiri].

 

TDB: untuk menggembalakan sidang jemaat Allah, yang ia beli dengan darah Puteranya sendiri”.

 

Catatan: perhatikan bahwa kalau dalam NWT kata ‘Son’ diletakkan dalam tanda kurung, dan ini menunjukkan bahwa mereka tahu dan mengakui bahwa kata itu tidak ada dalam bahasa Yunaninya, tetapi TDB membuang tanda kurung itu.

 

Jadi terlihat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa justru mempertahankan kata ‘Anak’ yang seharusnya tidak ada itu! Ini menunjukkan bahwa mereka memang secara sengaja memilih terjemahan-terjemahan yang sesuai dengan pandangan mereka, sekalipun terjemahannya salah.

 

Perlu diketahui bahwa dalam ayat ini, semua manuscripts Yunani tidak mempunyai kata ‘Anak’. Jadi perbedaan terjemahan-terjemahan itu muncul bukan karena ada problem text, tetapi hanya karena sebagian penterjemah keminter. Mereka merasa tidak masuk akal bahwa Allah punya darah, dan karena itu mereka menambahkan kata ‘Anak’.

 

2.   Dalam Kis 20:28 ini ada problem text, tetapi bukan terletak pada kata ‘Anak’ tersebut, tetapi pada kata ‘Allah’, karena ada manuscripts yang bukan menuliskan ‘Allah’ tetapi ‘Tuhan’ (NEB).

 

Tetapi saya setuju dengan Bruce M. Metzger, ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 480-481, yang memilih bacaan ‘Allah’, dengan alasan bahwa itu adalah ‘bacaan yang lebih sukar’.

 

NWT sendiri juga memilih bacaan ‘Allah’.

 

3.   Kalau kata ‘Anak’ tidak ada, dan kalau kata ‘Allah’ memang merupakan bacaan yang benar, maka jelas bahwa kata ‘Nya’ yang saya lingkari itu menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi karena adanya kata ‘darah’, maka jelas bahwa kata ‘Nya’ itu juga menunjuk kepada Yesus. Jadi ayat ini menyatakan secara jelas bahwa Yesus adalah Allah.

 

f)    Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

 

TDB: “yang memiliki bapak-bapak leluhur dan yang menurunkan Kristus sebagai manusia: Allah, yang ada di atas segalanya, diagungkanlah untuk selama-lamanya.

 

Kelihatannya TDB mau memisahkan kalimat yang saya garis bawahi dalam Ro 9:5 itu, dengan kalimat sebelumnya, dan menganggap bahwa kalimat pertama berbicara tentang Kristus, sedangkan kalimat kedua (yang saya garis bawahi) mereka anggap sebagai suatu doxology (= kata-kata pujian) dari Paulus kepada Allah (Bapa). Jadi, dengan terpisahnya kedua kalimat ini, maka Ro 9:5 ini tidak menunjukkan Kristus sebagai Allah.

 

Tanggapan saya:

 

1.   Ro 9:5b merupakan suatu doxology?

 

Ro 9:5b tidak mungkin merupakan suatu doxology, karena kalimatnya tidak mungkin diterjemahkan demikian. Mari kita melihat bagian terakhir dari Ro 9:5 itu dalam bahasa Yunani beserta terjemahannya kata per kata dalam bahasa Inggris:

 

o[     w]n   e]pi      pantwn  qeoj     eu]loghtoj     ei]j      touj  ai]wnaj

HO      ON      EPI            PANTON  THEOS     EULOGETOS      EIS            TOUS AIONAS

the       being  over           all              God           blessed                unto           the       ages

ks        ada     di atas      semua      Allah          terpujilah               sampai     selama-lamanya

 

Catatan: ks = kata sandang.

 

A. H. Strong: “In Rom. 9:5, the clause o[ w]n e]pi pantwn qeoj eu]loghtoj cannot be translated ‘blessed be the God over all,’ for w]n is superfluous if the clause is a doxology; eu]loghtoj precedes the name of God in a doxology, but follows it, as here, in a description’ (Hovey). The clause can therefore justly be interpreted only as a description of the higher nature of the Christ who had just been said, to kata sarka, or according to his lower nature, to have had his origin from Israel” [= Dalam Ro 9:5, anak kalimat o[ w]n e]pi pantwn qeoj eu]loghtoj (HO ON EPI PANTON THEOS EULOGETOS) tidak dapat diterjemahkan ‘terpujilah Allah di atas segala sesuatu’, karena w]n (ON = being / ada) berlebihan jika anak kalimat itu merupakan suatu doxology; eu]loghtoj (EULOGETOS = terpujilah) mendahului nama Allah dalam suatu doxology, tetapi mengikutinya, seperti di sini, dalam suatu penggambaran’ (Hovey). Karena itu, anak kalimat itu bisa ditafsirkan dengan benar hanya sebagai suatu penggambaran dari hakekat yang lebih tinggi dari Kristus tentang siapa baru saja dikatakan, to kata sarka (TO KATA SARKA = menurut daging), atau menurut hakekatNya yang lebih rendah, mendapatkan asal usulNya dari Israel] - ‘Systematic Theology’, hal 306-307.

 

Jadi, argumentasi A. H. Strong adalah:

 

a.   Kalau Ro 9:5b ini adalah suatu doxology, maka kata w]n / ON (= being / ada) itu kelebihan (seharusnya tidak ada). Adanya kata itu menunjukkan bahwa bagian akhir ini bukanlah suatu doxology.

 

b.   Kalau bagian akhir dari Ro 9:5 itu memang merupakan suatu doxology, maka kata eu]loghtoj / EULOGETOS (= blessed / terpujilah) harus mendahului kata ‘Allah’, dan bukannya diletakkan sesudah kata ‘Allah’. Jadi seharusnya adalah ‘terpujilah Allah ...’, dan bukannya ‘Allah terpujilah ...’. William Hendriksen juga mengatakan hal yang serupa (hal 316), dan demikian juga dengan Charles Hodge (‘Romans’, hal 301).

 

c.   Sangat cocok kalau Ro 9:5b ini dianggap bukan sebagai suatu doxology bagi Bapa, tetapi sebagai penggambaran tentang hakekat ilahi Kristus, karena dalam Ro 9:5a Paulus baru membicarakan hakekat manusia Kristus.

 

Charles Hodge (‘Romans’, hal 300) menambahkan lagi argumentasi lain sebagai berikut: Kalau Paulus sekedar membicarakan bahwa Mesias itu diturunkan dari bangsa Yahudi, dan ia tidak berkeinginan untuk membicarakan keilahian Mesias itu, untuk apa ia menambahkan kata-kata ‘sebagai manusia’ (Hurufiah: ‘menurut daging’)? Adanya kata-kata ‘sebagai manusia’ / ‘menurut daging’ ini menuntut kontrasnya, yaitu penggambaran tentang Mesias itu menurut hakekatNya yang lebih tinggi, yaitu sebagai Allah.

 

Charles Hodge: “On any other interpretation there is nothing to answer to the to kata sarka / TO KATA SARKA. ... Why not simply say, ‘of whom Christ came?’ This would have expressed everything, had not the apostle designed to bring into view the divine nature” [= Pada penafsiran lain yang manapun, tidak ada apapun yang sesuai dengan kata-kata to kata sarka (TO KATA SARKA = menurut daging / sebagai manusia). ... Mengapa ia tidak sekedar berkata: ‘dari siapa Kristus datang’? Ini akan menyatakan segala sesuatu, seandainya sang rasul tidak merencanakan untuk menyatakan hakekat ilahi (dari Kristus)] - ‘Romans’, hal 300.

 

Kesimpulannya: Ro 9:5b itu bukan merupakan suatu doxology, tetapi merupakan suatu penggambaran tentang diri Kristus. Dengan demikian ayat ini memang menunjukkan / menyatakan keilahian Kristus.

 

2.   Terjemahan yang mana yang sesuai dengan kontext dari Ro 9:5 itu?

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Pikirkan apa yang selanjutnya tertulis di Roma pasal 9. Ayat 6-13 menunjukkan bahwa pelaksanaan maksud-tujuan Allah tidak bergantung pada warisan secara jasmani tetapi pada kehendak Allah. Ayat 14-18 membicarakan tentang pesan Allah kepada Firaun, seperti yang tertulis di Keluaran 9:16, untuk menonjolkan kenyataan bahwa Allah ada di atas segalanya. Di ayat 19-24 keunggulan Allah selanjutnya digambarkan dengan suatu kiasan mengenai tukang periuk dan benda-benda tanah liat yang dibuatnya. Maka betapa tepatnya pernyataan di ayat 5: ‘Allah, yang ada di atas segala sesuatu, terpujilah untuk selama-lamanya. Amin.’ - NW” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 407.

 

Dari kutipan ini, kelihatannya Saksi-Saksi Yehuwa mau mengajak untuk memperhatikan kontext dari Ro 9:5 itu, dan mereka menunjukkan bahwa terjemahan mereka sesuai dengan kontext. Karena itu mari kita memperhatikan kontext dari Ro 9:5 ini, untuk melihat terjemahan yang mana yang sesuai dengan kontext.

 

a.   Saksi-Saksi Yehuwa secara cerdik / licik mengajak kita untuk hanya memperhatikan ayat-ayat sesudah Ro 9:5. Tetapi kalau kita mau memperhatikan kontext, bukankah kita harus memperhatikan ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya? Kalau kita melihat ayat-ayat sebelum Ro 9:5 itu, maka terjemahan Saksi Yehuwa itu jelas tidak sesuai dengan kontext, karena di sana Paulus menyatakan kesedihannya karena penolakan orang-orang Yahudi terhadap Kristus.

 

Ro 9:1-4 - “(1) Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, (2) bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. (3) Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. (4) Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji”.

 

Mungkinkah setelah menyatakan kesedihannya karena saudara-saudara sebangsanya menolak Kristus, Paulus lalu memberikan kata-kata pujian / doxology kepada Allah?

 

William Hendriksen: “A doxology to God would sound very strange in a paragraph in which Paul expresses ‘great sorrow and unceasing anguish’ because of Israel’s unbelief! Today it is unlikely that a missionary, reporting back to his board would say, ‘Even though the people among whom I carry on my evangelistic activity have been blessed with many advantages - such as prosperity, good health, intelligence, etc. - there have been very few conversions. Praise the Lord!’” (= Suatu doxology / kata-kata pujian bagi Allah akan kedengaran sangat aneh dalam suatu pasal dalam mana Paulus menyatakan ‘kesedihan yang besar dan tak henti-hentinya’ karena ketidak-percayaan Israel! Pada jaman sekarang adalah tidak mungkin bahwa seorang misionaris, yang melaporkan kepada badan missinya akan berkata: ‘Sekalipun orang-orang di antara siapa saya melaksanakan aktivitas penginjilan telah diberkati dengan banyak manfaat, seperti kemakmuran, kesehatan yang baik, kepandaian, dsb., tetapi hanya ada sangat sedikit pertobatan. Puji Tuhan!’) - hal 316.

 

Tetapi bukankah Ro 9:5b itu, kalau merupakan penggambaran tentang Kristus, juga merupakan pujian bagi Kristus? Tidak, Paulus tidak melakukan suatu pujian kepada Kristus! Ia hanya mengatakan: ‘Ia (Yesus) adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya’. Ini merupakan suatu pernyataan, dan juga suatu perintah yang didasarkan pada pernyataan itu. Karena Yesus memang adalah Allah, maka Ia harus dipuji selama-lamanya.

 

b.   Sekarang kita melihat Ro 9:5 itu sendiri.

 

·        Ro 9:5 ini tetap berhubungan erat dengan Ro 9:1-4, khususnya Ro 9:4nya yang menunjukkan kehormatan yang diberikan kepada bangsa Yahudi, karena Ro 9:5 ini juga menunjukkan betapa bangsa Yahudi itu diberi kehormatan, karena merekalah yang menurunkan Mesias / Kristus sebagai manusia.

 

Charles Hodge: “This was the great honour of the Jewish race. For this they were separated as a peculiar people, and preserved amidst all their afflictions” (= Ini merupakan kehormatan yang besar bagi bangsa Yahudi. Untuk ini mereka dipisahkan sebagai bangsa yang khusus, dan dipelihara / dilindungi di tengah-tengah segala penderitaan mereka) - ‘Romans’, hal 300.

 

·        Tetapi setelah membicarakan Kristus sebagai manusia, supaya Kristus itu tidak dianggap hanya sebagai manusia, Paulus melanjutkan dengan membicarakan secara singkat keilahian Kristus.

 

Ro 9:5 - Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

 

Dalam Ro 9:5a (garis bawah dobel), kita melihat bahwa Paulus berbicara tentang Yesus sebagai manusia. Lalu dalam Ro 9:5b (garis bawah tunggal) ia membicarakan Yesus sebagai Allah!

 

·        Kata-kata ‘yang ada di atas segala sesuatu’ seharusnya dihubungkan dengan kalimat terakhir, seperti dalam NIV: Theirs are the patriarchs, and from them is traced the human ancestry of Christ, who is God over all, forever praised! Amen (= Milik merekalah bapa-bapa leluhur, dan dari mereka diturunkan leluhur manusia dari Kristus, yang adalah Allah di atas segala sesuatu, dipuji selama-lamanya).

 

Hodge  mengatakan (hal 300) bahwa kata-kata ‘over all’ (= di atas semua) bukan sekedar berarti ‘over all persons (= di atas semua orang / pribadi), tetapi berarti ‘over all things (= di atas segala sesuatu), karena kata Yunani yang digunakan adalah pantwn / PANTON (= all / semua), yang merupakan kata berjenis kelamin netral, bukan laki-laki [Catatan: kata ‘person’ (= pribadi) dalam bahasa Yunani merupakan kata benda berjenis kelamin laki-laki, sedangkan kata ‘thing’ (= hal / sesuatu) merupakan kata benda berjenis kelamin netral].

 

Hodge melanjutkan dengan mengatakan bahwa ini menunjukkan ‘supremacy over the universe’ (= keunggulan di atas alam semesta), dan karena itu ini ‘precludes the possibility of qeoj being taken in any subordinate sense’ [= membuat tidak mungkin bahwa kata qeoj (THEOS) diambil dalam arti yang lebih rendah apapun].

 

Charles Hodge: “This passage, therefore, shows that Christ is God in the highest sense of the word” (= Karena itu, text ini menunjukkan bahwa Kristus adalah Allah dalam arti yang tertinggi dari kata itu) - ‘Romans’, hal 302.

 

c.   Kalau kita melihat ayat-ayat sesudah Ro 9:5 itu, Paulus berbicara tentang Predestinasi. Ini tetap sangat cocok dengan terjemahan kita. Paulus takut bahwa kata-katanya dalam Ro 9:3-4 menimbulkan pemikiran bahwa Allah gagal dalam janjiNya. Karena itu, Paulus lalu membicarakan Predestinasi dalam Ro 9:6-dst, supaya para pembacanya mengetahui bahwa Allah tidak pernah memaksudkan bahwa janji-janjiNya itu berlaku untuk seluruh Israel, tetapi hanya untuk mereka yang termasuk orang-orang pilihan saja.

 

Terjemahan yang dipilih oleh Saksi-Saksi Yehuwa itu justru tidak sesuai dengan kontext sesudah Ro 9:5 itu. Supaya lebih jelas, saya berikan kutipan kata-kata mereka lagi di sini.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Pikirkan apa yang selanjutnya tertulis di Roma pasal 9. Ayat 6-13 menunjukkan bahwa pelaksanaan maksud-tujuan Allah tidak bergantung pada warisan secara jasmani tetapi pada kehendak Allah. Ayat 14-18 membicarakan tentang pesan Allah kepada Firaun, seperti yang tertulis di Keluaran 9:16, untuk menonjolkan kenyataan bahwa Allah ada di atas segalanya. Di ayat 19-24 keunggulan Allah selanjutnya digambarkan dengan suatu kiasan mengenai tukang periuk dan benda-benda tanah liat yang dibuatnya. Maka betapa tepatnya pernyataan di ayat 5: ‘Allah, yang ada di atas segala sesuatu, terpujilah untuk selama-lamanya. Amin.’ - NW” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 407.

 

Menurut saya kata-kata ini sangat tidak masuk akal. Mengapa? Karena seharusnya setelah selesai menggambarkan keunggulan Allah, barulah Paulus memberikan doxology, dan bukan sebelumnya!

 

Bandingkan dengan:

 

·        Gal 1:3-5 - “(3) kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, (4) yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. (5) BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin”.

 

Perhatikan bahwa dalam Gal 1:3-4 Paulus sudah menunjukkan kebaikan Allah untuk kita, dan lalu dalam Gal 1:5 ia memberikan suatu doxology (kata-kata pujian).

 

·        Ef 3:20-21 - “(20) Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, (21) bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin”.

 

Perhatikan bahwa dalam Ef 3:20 Paulus menunjukkan kebaikan Allah, dan lalu dalam Ef 3:21 Paulus memberikan suatu doxology.

 

3.   Perbandingan Ro 9:5 dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Terjemahan manakah dari Roma 9:5 yang selaras dengan Roma 15:5,6, yang mula-mula membedakan Allah dari Kristus Yesus dan kemudian mengajak para pembaca untuk ‘memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus’? (Lihat juga 2Korintus 1:3 dan Efesus 1:3.)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 406-407.

 

Ro 15:5-6 - “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus”.

 

2Kor 1:3 - “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan”.

 

Ef 1:3 - “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga”.

 

Tanggapan saya:

 

a.   Kita tidak harus menterjemahkan Ro 9:5 sehingga menjadi identik dengan Ro 15:5-6  2Kor 1:3  Ef 1:3. Lagi-lagi Saksi-Saksi Yehuwa membuat peraturan yang sebetulnya tidak pernah ada. Siapa yang memberi peraturan bahwa dalam penterjemahan, kita harus menterjemahkan suatu ayat sehingga identik dengan yang lainnya? Ayat-ayat boleh berbeda / tidak harus identik, asal tidak bertentangan.

 

b.   Di atas sudah saya jelaskan bahwa Ro 9:5b bukan pujian terhadap Kristus, tetapi merupakan suatu pernyataan tentang keilahian Kristus, dan juga suatu perintah untuk memuji Dia selama-lamanya. Bahwa Kristus harus dipuji selama-lamanya, sesuai dengan ayat-ayat lain yang memberikan pujian / kemuliaan bagi Kristus sampai selama-lamanya, seperti:

 

·        2Tim 4:18 - “Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya di sorga. BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin”.

 

Saya berpendapat bahwa kata ‘Tuhan’ di sini menunjuk kepada Yesus, dan dengan demikian pujian dalam kalimat terakhir itu juga ditujukan kepada Yesus.

 

·        Ibr 13:21 - “kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendakNya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepadaNya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin”.

 

Kata ‘Dia’ jelas menunjuk kepada ‘Yesus Kristus’.

 

·        2Pet 3:18 - “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.

 

·        Wah 1:5-6 - “(5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya - (6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin”.

 

Kata ‘Dia’ dalam ay 5b dan ay 6b jelas menunjuk kepada ‘Yesus Kristus’ dalam ay 5a.

 

·        Wah 5:13 - “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’”.

 

Di sini pujian diberikan baik kepada Bapa maupun kepada Yesus.

 

c.   Terjemahan yang saya pilih sesuai / sejalan dengan beberapa ayat Kitab Suci lain dimana Paulus membicarakan baik keilahian maupun kemanusiaan Yesus, seperti:

 

·        Ro 1:3-4 - “(3) tentang AnakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, (4) dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.

 

Dalam Ro 1:3nya Paulus berbicara tentang kemanusiaan Yesus, sedangkan dalam Ro 1:4nya Paulus berbicara tentang keilahianNya.

 

·        Fil 2:5-7, dimana dalam ay 6nya Paulus membicarakan keilahian Yesus, sedangkan dalam ay 7nya Paulus membicarakan kemanusiaan Yesus.

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com