Eksposisi Surat Yakobus

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

Yakobus 5:16b-18

 

 

Catatan: Yak 5:16b-18 ini mempunyai latar belakang dalam 1Raja-raja 18:41-46, dan karena itu dalam memberikan exposisi Yak 5:16b-18 ini saya juga membahas 1Raja-raja 18:41-46 yang melatarbelakanginya.

 

 

I) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita (ay 17).

 

Kata-kata ‘Elia adalah manusia biasa sama seperti kita’ dalam ay 17 ini, kurang tepat terjemahannya.

 

NIV: ‘Elijah was a man just like us’ (= Elia adalah seorang manusia sama seperti kita). Ini sama dengan Kitab Suci Indonesia.

 

NASB: ‘Elijah was a man with a nature like ours’ (= Elia adalah seorang manusia dengan sifat dasar seperti kita).

 

KJV: ‘Elijah was a man subject to like passions as we are’ (= Elia adalah seorang manusia yang tunduk pada perasaan-perasaan yang sama seperti kita).

 

Kata Yunani yang digunakan adalah HOMOIOPATHES, dan dalam Interlinear Greek - English diterjemahkan ‘of like feeling’ (= dengan perasaan yang sama / serupa).

 

Tetapi Tasker (Tyndale) mengatakan:

“The distinctive Greek word used here means literally ‘suffering the same things’, homoiopathes, i.e. inheriting the same nature, subject to the same emotions, and liable to the same weaknesses. ‘Passions’ perhaps narrows the meaning too much; and the rendering of the R.S.V., following R.V. margin, ‘of like nature with ourselves’ is preferable” (= Kata Yunani khusus yang digunakan di sini secara hurufiah berarti ‘mengalami hal-hal yang sama’, HOMOIOPATHES, yaitu mewarisi sifat dasar yang sama, tunduk kepada perasaan / emosi yang sama, dan bisa terkena kelemahan yang sama. ‘Perasaan’ mungkin terlalu menyempitkan artinya; dan terjemahan dari R.S.V., mengikuti catatan tepi dari A.V., ‘dari sifat dasar yang mirip dengan diri kita sendiri’ lebih baik).

 

A. T. Robertson mengatakan bahwa kata ini terdiri dari 2 kata Yunani yaitu HOMOIOS dan PASCHO. Artinya adalah ‘suffering the like with another’ (= mengalami yang sama / serupa dengan yang lain).

 

Kata Yunani HOMOIOPATHES hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Yak 5:17 dan Kis 14:15. Dalam Kis 14 itu, Paulus dan Barnabas melakukan mujijat sehingga lalu diperlakukan sebagai dewa, dan orang banyak mau memberikan persembahan korban untuk mereka, maka mereka berseru dalam Kis 14:15 (KJV): “Sirs, why do ye these things? We also are men of like passions with you” (= Tuan-tuan, mengapa kamu melakukan hal-hal ini? Kami juga adalah manusia dengan perasaan yang sama / serupa dengan kamu).

 

Thomas Manton mengomentari kata HOMOIOPATHES dalam Kis 14:15 ini dengan mengatakan:

“It is put there for whatever differenceth man from the divine nature” (= Itu diletakkan di sana untuk apapun yang membedakan manusia dengan Allah).

 

Jadi, pada waktu HOMOIOPATHES ini digunakan terhadap Elia, menunjukkan bahwa Elia bukanlah makhluk ilahi atau setengah Allah, bahkan bukan seorang superman rohani! Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, ia juga adalah manusia berdosa seperti kita, ia juga mempunyai kecondongan kepada dosa seperti kita, ia juga mempunyai perasaan-perasaan yang sama seperti kita, dan juga mengalami hal-hal yang sama dengan kita. Karena itu dalam 1Raja-raja 19:3 dikatakan bahwa Elia juga merasa takut (Catatan: takutnya Elia di sini diperdebatkan), dan dalam 1Raja-raja 19:4 Elia merasa putus ada / frustrasi / depresi sehingga minta mati.

 

Pada waktu ia berdoa / mau berdoa, mungkin sekali Elia juga dipengaruhi oleh keraguan, ketidakpercayaan, kemalasan, dsb, tetapi ia berhasil mengatasi semua itu dan berdoa dengan sungguh-sungguh sehingga menghasil-kan jawaban doa yang luar biasa.

 

Saya yakin ini tidak hanya berlaku untuk Elia saja, tetapi juga untuk semua orang-orang saleh / kudus dalam Kitab Suci, seperti Abraham, Ayub, Daud, Paulus, Petrus dsb. Bagian ini penting, karena kalau kepada kita ditunjukkan teladan dari orang-orang kudus itu, misalnya Ayub, maka kita cenderung berpikir bahwa ia adalah seorang ‘superman rohani’, dan kita tidak seperti dia, sehingga tentu saja tidak bisa menirunya / meneladaninya!

 

Thomas Manton: “God’s eminent children are men of like passions with us ... they are all troubled with a naughty heart, a busy devil, and a corrupt world. We are all tainted in our originals, and infected with Adam’s leprosy ... Many times there are notorious blemishes in the lives of the saints; they are of the same nature with others, and have not wholly divested and put off the interests and concernments of the flesh and blood. ... Constancy and continuance in sin would deny them saints, and an uninterrupted continuance in holiness would deny them men. Well, then, God’s children, that travail under the burden of infirmities, may take comfort; such conflicts are not inconsistent with faith and piety ... When we partake of the divine nature we do not put off the human; we ought to walk with care, but yet with comfort” (= Anak-anak Allah yang terkenal adalah manusia dengan perasaan yang sama seperti kita ... mereka semua diganggu oleh hati yang nakal, setan yang sibuk, dan dunia yang rusak. Kita semua ternoda dari semula, dan tertular oleh penyakit kustanya Adam ... Seringkali ada cacat yang terkenal buruk dalam hidup orang-orang kudus; mereka mempunyai sifat dasar yang sama dengan orang yang lain, dan belum sepenuhnya bebas dan menanggalkan kesenangan dan perhatian dari daging dan darah. ... Jika mereka terus ada dalam dosa maka mereka bukan orang kudus, dan jika mereka terus menerus ada dalam kesucian maka mereka bukan manusia. Jadi, anak-anak Allah, yang menderita di bawah beban kelemahan, boleh merasa terhibur; konflik seperti itu bukannya tidak konsisten dengan iman dan kesalehan ... Pada waktu kita mengambil bagian dari sifat ilahi kita tidak melepaskan sifat manusia; kita harus hidup dengan hati-hati, tetapi juga dengan senang).

 

Thomas Manton juga menganggap bahwa ay 17 ini menentang adanya orang suci seperti dalam Roma Katolik, yang menganggap mereka sebagai setengah allah, karena Kitab Suci mengatakan bahwa mereka sama seperti kita.

 

 

II) Doa Elia berkuasa dan efektif.

 

Ay 16b versi Kitab Suci Indonesia berbunyi: ‘Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya’. Tetapi kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’ sebetulnya salah terjemahan.

 

TB2-LAI: ‘Doa orang yang benar, sangat besar kuasanya dan ada hasilnya’.

 

NIV: ‘The prayer of a righteous man is powerful and effective (= Doa orang yang benar, berkuasa dan efektif).

 

‘Berkuasa’ dan ‘efektif’ memang berhubungan, karena doa tidak mungkin bisa berkuasa kalau tidak efektif. Tetapi 2 kata itu tetap berbeda artinya. ‘Berkuasa’ menunjukkan bahwa doanya bisa melakukan hal-hal yang besar, sedangkan ‘efektif’ menunjukkan bahwa doanya dikabulkan oleh Allah.

 

Sebagai contoh dari doa orang benar yang berkuasa dan efektif ini, ay 17-18 lalu menceritakan tentang Elia dan doanya. Memang doa Elia berkuasa dan efektif. Dengan doanya ia:

 

·        menghentikan hujan selama 3 1/2 tahun (ay 17b)

 

·        menurunkan hujan (ay 18  1Raja-raja 18:42-45).

 

·        menurunkan api dari langit (1Raja-raja 18:36-38).

 

·        menghidupkan kembali anak janda di Sarfat (1Raja-raja 17:17-24).

 

·        dsb.

 

Bukan hanya Elia yang melakukan hal-hal besar melalui kuasa doa. Kuasa doa yang luar biasa juga terlihat dalam:

 

¨      kasus Musa yang berdoa untuk Israel yang sedang berperang (Kel 17:8-13).

 

¨      kasus matahari yang berhenti atas doa Yosua (Yos 10:12).

 

¨      kasus matahari yang mundur atas permintaan Hizkia (2Raja-raja 20:9-11).

 

Barnes’ Notes: “prayer moves the arm that moves the world” (= doa menggerakkan lengan yang menggerakkan dunia).

 

Karena itu apapun problem saudara, dan berapapun besar dan hebatnya problem saudara, berdoalah! Tidak ada yang mustahil bagi Allah.

 

Tetapi dalam hal ini perlu diberi satu catatan, yaitu: ini tidak berarti bahwa doa bisa mengubah kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14  Yer 7:16  Yer 15:1  Yer 14:11  Yeh 14:14,16,18,20). Juga lihat waktu Abraham berdoa untuk Sodom dan Gomora (Kej 18:16-33). Karena itu pada waktu berdoa kita tetap harus meniru teladan Yesus yang tunduk pada kehendak Bapa (Mat 6:10  Mat 26:39,42).

 

 

III) Bagaimana supaya doa bisa berkuasa dan efektif.

 

Pulpit Commentary: “God is more ready to give than we to pray” (= Allah lebih bersedia dalam memberi dari pada kita dalam berdoa).

 

Tetapi dalam kenyataannya, doa kita sering tidak dijawab, sehingga kita menjadi malas berdoa. Karena itu mari sekarang kita mempelajari bagaimana doa bisa berkuasa dan efektif.

 

1)   Yang berdoa haruslah orang benar (ay 16b).

 

a)   Siapa yang dimaksud dengan ‘orang benar’?

 

Pertama-tama ia haruslah orang yang percaya kepada Kristus.

 

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”.

 

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

 

Jadi, jangan bermimpi mau membenarkan diri sendiri melalui usaha sendiri, tanpa Kristus.

 

Tetapi setelah kita dibenarkan oleh iman kepada Kristus, kita juga harus menjaga kesucian. Memang kita tidak mungkin bisa suci, tetapi kita tidak boleh hidup dalam dosa, karena ini akan kembali menghalangi doa kita. Kitab Suci memang menekankan bahwa dosa menghalangi doa (Bdk. 2Raja 3:1-14  Maz 66:18  Maz 145:18-19  Amsal 15:8,29  Amsal 28:9  Yes 1:15  Yes 59:1-2  Yoh 9:31).

 

Saya ingin membahas satu dari ayat-ayat ini yaitu Amsal 28:9 - “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian”.

 

Penerapan:

 

Kalau tidak mau datang ke Pemahaman Alkitab termasuk ‘memalingkan telinganya dari hukum’ atau tidak? Kalau ya, maka semua yang tidak mau datang ke Pemahaman Alkitab doanya adalah kekejian [NIV: ‘detestable’ (= menjijikkan)]!

 

Kalau setelah dibenarkan oleh iman kepada Kristus, saudara lalu menjaga dan meningkatkan kesucian, itu bagus. Tetapi awas, ini tidak berarti bahwa kita boleh berdoa dengan merasa diri layak dan lalu datang kepada Tuhan bermodalkan kebaikan diri kita sendiri. Ingat bahwa ‘segala kesalehan kita seperti kain kotor’ (Yes 64:6). Semua kita tidak layak menghadap Allah, dan hanya bisa dilayakkan dan didengar doanya karena jasa penebusan Kristus! Karena itu kita berdoa dalam nama Yesus.

 

Penerapan:

 

Kalau doa saudara terus menerus tidak didengar, periksalah iman dan kekudusan saudara!

 

b)   Mungkinkah ada orang yang tidak benar tetapi doanya terkabul?

 

Pulpit Commentary: “The prayers of unrighteous men are sometimes heard (Luke 18:14  2Chron 33:19), but only their prayers for grace and pardon” [= Doa-doa dari orang-orang yang tidak benar kadang-kadang didengar (Luk 18:14  2Taw 33:19), tetapi hanya doa-doa mereka untuk kasih karunia dan pengampunan].

 

Saya menambahkan lagi satu kemungkinan: orang yang tidak benar, bahkan yang sesat, doanya bisa dikabulkan, tetapi pengabulan doa itu datang dari setan, bukan dari Tuhan. Mengapa setan mau mengabulkan? Supaya orangnya sesat terus dan akhirnya masuk ke neraka bersama dia!

 

2)   Doanya dinaikkan dengan sungguh-sungguh (ay 17 - ‘Ia telah bersungguh-sungguh berdoa’).

 

Lit: ‘he prayed in prayer’ (= ia berdoa dalam doa). Ini adalah suatu ungkapan Ibrani yang artinya ‘ia berdoa dengan sungguh-sungguh’. Ini sama seperti dalam Luk 22:15 yang terjemahan hurufiahnya mestinya adalah ‘I desired with desire’ (= Aku menginginkan dengan keinginan) tetapi artinya adalah ‘Aku sangat menginginkan / merindukan’.

 

Kesungguhan Elia dalam berdoa terlihat dalam 1Raja-raja 18:42, dimana sekalipun Ahab makan dan minum, Elia berlutut dalam doa.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara berdoa, apakah saudara sungguh-sungguh atau asal doa? Atau berdoa dengan pemikiran ‘dikabulkan baik, tidak dikabulkan ya sudah’?

 

3)   Doanya dinaikkan dengan kerendahan hati (1Raja-raja 18:42).

 

Padahal Tuhan sebetulnya sudah menjanjikan hujan dalam 1Raja-raja 18:1, dan Israel sudah bertobat, tetapi toh pada waktu Elia meminta hujan itu, ia tidak menuntut supaya Tuhan memberi hujan, tetapi sebaliknya ia berdoa dengan berlutut.

 

Luk 18:9-14 (perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah) menunjukkan secara menyolok perbedaan dari orang yang berdoa dengan sombong dan orang yang berdoa dengan rendah hati!

 

Penerapan:

 

Mungkin saudara adalah orang tua / suami, dan anak-anak / istri saudara tunduk kepada saudara. Tetapi begitu menghadap Tuhan, yang adalah Bapa saudara / Mempelai laki-laki, saudara adalah anak / mempelai perempuan!

 

Mungkin saudara orang kaya, berkedudukan tinggi, dan orang lain menghormati / menyanjung saudara. Tetapi begitu berhadapan dengan Allah yang maha besar, pencipta dan penguasa langit dan bumi, saudara tidak ada apa-apanya!

 

Mungkin saudara adalah orang yang saleh (dibandingkan kebanyakan orang lain), atau mungkin saudara mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja, tetapi begitu saudara datang di hadapan Allah yang maha suci, maha tinggi dan maha mulia, saudara najis, rendah dan hina.

 

Mungkin saudara adalah hamba Tuhan / gembala / guru sekolah minggu / guru agama, tetapi begitu menghadap kepada Tuhan, Dialah yang adalah Gembala / Guru, dan saudara adalah domba / murid!

 

Karena itu selalulah datang kepada Tuhan dengan rendah hati, dengan kesadaran bahwa saudara dilayakkan hanya oleh jasa penebusan Kristus!

 

4)   Doanya dinaikkan dengan iman pada janji Tuhan.

 

1Raja-raja 18:43-44 menunjukkan iman Elia (bdk. Yak 1:6-7  Mat 21:21-22  Mark 9:23). Tetapi berbeda dengan ‘iman’ jaman ini, yang seringkali tidak didasarkan atas apapun, iman Elia di sini didasarkan atas janji Tuhan dalam 1Raja-raja 18:1. Doa yang seperti ini tidak mungkin tidak dikabulkan!

 

Penerapan:

 

Dalam krisis moneter saat ini selalulah ingat janji Tuhan dalam Mat 6:25-34, khususnya ay 33nya, dan berdoalah berdasarkan janji itu! Tetapi pada saat yang sama jangan lupa / lalai untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, karena itu adalah syaratnya!

 

5)   Doanya dinaikkan dengan tekun (1Raja-raja 18:42-44).

 

1Raja-raja 18:42-44 jelas menunjukkan ketekunan. Bayangkan, 6 x dia menyuruh bujangnya melihat tanda-tanda akan adanya hujan, dan tidak ada apa-apa! Kalau kita yang jadi dia, mungkin kita sudah lama berhenti berdoa. Tetapi Elia terus berdoa dengan tekun (bdk. Luk 18:1-8  Ef 6:18).

 

Penerapan:

 

Hal apa yang dahulu saudara doakan berkali-kali, tetapi sekarang tidak lagi, karena saudara putus asa? Pertobatan keluarga? Perbaikan dalam negara dan bangsa kita? Perkembangan /. perbaikan dalam gereja? Mampunya saudara mengatasi dosa / kelemahan tertentu? Minta jodoh? Problem keluarga? Apapun yang saudara minta, jangan berhenti berdoa sampai Allah mengabulkan doa. Saudara hanya boleh berhenti berdoa kalau saudara tahu-tahu sadar bahwa apa yang saudara minta itu tidak baik atau tidak sesuai kehendak Tuhan.

 

6)   Doanya bukan doa yang egois, tetapi sebaliknya berdasarkan kasih.

 

a)   Elia adalah orang yang penuh dengan kasih, dan ini ia tunjukkan dengan mengasihi Ahab.

 

1Raja-raja 18:41: Ahab di suruh makan dan minum, mungkin karena sepanjang hari dalam pertandingan mendatangkan api itu, ia tidak sempat makan ataupun minum. Ini menunjukkan bahwa Elia mengasihi Ahab.

 

1Raja-raja 18:44: Elia menyuruh Ahab cepat-cepat pulang supaya tidak terhalang hujan. Ini lagi-lagi menunjukkan kasih Elia kepada Ahab.

 

b)   Tidak hujan selama 3 1/2 tahun dimintanya sebagai hukuman untuk Israel, tetapi ini tetap karena kasih kepada Israel, yaitu supaya Israel bertobat.

 

Tentang doa minta hukuman untuk orang jahat, Thomas Manton berkata:

“It is sometimes lawful to imprecate the vengeance of God upon the wicked. Elias prayed that it might not rain, out of a zeal of God’s glory, and detestation of their idolatry. I confess here we must be cautious; imprecations in scripture were often uttered with a prophetic spirit, and by special impulse and intimation from God. Elijah’s act must not be imitated without Elijah’s spirit and warrant” (= Kadang-kadang diijinkan untuk meminta pembalasan Allah bagi orang jahat. Elia berdoa supaya tidak hujan, karena semangatnya untuk kemuliaan Allah, dan kebencian / kejijikan terhadap penyembahan berhala mereka. Saya mengakui bahwa di sini kita harus berhati-hati; meminta sesuatu yang jelek / hukuman dalam Kitab Suci sering diucapkan dengan suatu roh nubuat, dan oleh suatu dorongan dan isyarat / pemberitahuan dari Allah. Tindakan Elia tidak boleh ditiru tanpa roh / semangat dan pemberian otoritas / kuasa Elia).

 

Manton menambahkan lagi:

“There is a great deal of difference between public and private cases. In all private cases it is the glory of our religion to bless them that curse us, ... but in public cases, wherein divine or human right is interverted (?) and disturbed, we may desire God to relieve oppressed innocence, to ‘wound the hairy scalp of evil-doers,’ &c” [= Ada perbedaan besar antara kasus umum dan pribadi. Dalam semua kasus pribadi, merupakan kemuliaan agama kita untuk memberkati mereka yang mengutuk kita, ... tetapi dalam kasus umum, dimana hak ilahi dan manusia di ... (?) dan diganggu, kita boleh menginginkan supaya Allah membebaskan orang tak berdosa yang ditindas, untuk ‘melukai kulit kepala yang berambut dari pembuat-pembuat kejahatan’ dst].

 

Catatan: Kutipan di bagian akhir ini diambil dari Psalm 68:21 (Maz 68:22).

 

Jadi, dalam kasus pribadi memang tidak boleh ada doa minta hukuman Tuhan. Dalam hal ini kita harus mentaati / meneladani ayat-ayat seperti Mat 5:38-48  Luk 23:34  Kis 7:60. Dalam Luk 9:51-56, waktu orang Samaria melarang Yesus dan rombonganNya melewati daerah mereka, Yakobus dan Yohanes bertanya kepada Yesus apakah Ia mau mereka meminta api turun dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria itu (mungkin mereka mau meniru Elia dalam 2Raja-raja 1:9-12), tetapi Yesus justru memarahi mereka.

 

Tetapi dalam kasus umum, seperti dalam perusakan gereja dan penganiayaan orang kristen, atau bahkan dalam aksi penjarahan dan pemerkosaan, maka dimungkinkan adanya doa untuk meminta hukuman Tuhan.

 

c)   Elia lalu minta berkat (hujan) untuk mereka.

 

·        Setelah ada pertobatan dari dosa, barulah Elia memberikan janji hujan dan berdoa untuk hujan. Pada saat ini Indonesia belum bertobat dari perusakan / pembakaran gereja (bdk. Komentar Amien Rais, di koran Surya 23 April 1998 - pembakaran / perusakan gereja bukan karena SARA, tetapi karena frustrasi sosial ekonomi, lalu mengamuk mencari kambing hitam).

 

Karena itu, kita tidak seharusnya berdoa supaya bencana-bencana yang menimpa Indonesia diangkat. Mungkin kita perlu berdoa supaya bencananya makin hebat, misalnya supaya Amerika melakukan embargo ekonomi, supaya Indonesia bertobat!

 

·        Ini menunjukkan bahwa Elia mengasihi Israel. Kalau tidak, sekalipun mereka bertobat, ia tidak akan minta berkat untuk mereka.

 

d)   Jadi, baik pada waktu minta tidak ada hujan dan embun, maupun pada waktu minta hujan, Elia berdoa dengan motivasi yang tidak bersifat egois.

 

Ia berdoa demi Tuhan dan bangsa Israel, dan bahkan pada waktu berdoa supaya tidak ada hujan, ia sendiri menderita karena kekeringan / kelaparan yang terjadi!

 

Pulpit Commentary: “Our prayers for rain or fine weather are often selfish. Elijah only desired the drought, only supplicated for rain, as a means of influencing Israel and advancing God’s work. It is partly the selfishness of our prayers which has led men to question the efficacy of all prayer. If men want to have their own way with the elements, or to make God’s power further their private ends, is it strange if He declines to hear them?” (= Doa kita untuk hujan atau cuaca baik seringkali bersifat egois. Elia hanya menginginkan kekeringan, dan hanya memohon hujan, sebagai suatu cara untuk mempengaruhi Israel dan memajukan pekerjaan Allah. Keegoisan dalam doa merupakan sebagian dari hal yang menyebabkan manusia mempertanyakan keefektifan semua doa. Jika manusia ingin mendapatkan jalan mereka sendiri dengan elemen-elemen itu, atau membuat kuasa Allah memajukan tujuan pribadi mereka, anehkah jika Ia menolak untuk mendengarkan mereka?).

 

Saya kira kata-kata ini benar. Kalau kita kepanasan, kita minta hujan, tetapi kalau mau pergi ke gereja kita minta cuaca baik. Jadi kita sering minta hujan atau tidak hujan dengan motivasi yang egois! Juga dalam meminta hal-hal yang lain, kita sering meminta dengan sikap egois. Karena itu tidak heran Tuhan tidak mengabulkan doa kita (bdk. Yak 4:3). Karena itu introspeksilah akan keegoisan dalam diri saudara, mintalah ampun atas hal-hal itu, mintalah pengudusan dalam hal itu, supaya saudara bisa berdoa dengan kasih, bukan dengan sikap egois!

 

 

Penutup / kesimpulan:

 

Maukah saudara meniru Elia dalam berdoa? Tuhan memberkati saudara.

 

 

-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com