Eksposisi Surat Yakobus

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

YAKOBUS 5:14-18

 

 

I) Penyakit yang diderita.

 

Ay 14 mengatakan bahwa jemaat yang sakit harus memanggil pena­tua. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud sakit di sini, bukanlah seadanya penyakit yang remeh-remeh, tetapi penyakit yang cukup berat.

 

Bahwa yang dimaksud dengan sakit di sini adalah penyakit yang cukup berat, terlihat dari:

 

a)   Orang sakit itu disuruh memanggil penatua, bukan datang kepada penatua (ay 14). Kalau orang itu sakit yang ringan-ringan, pasti orang itu yang disuruh datang ke penatua.

 

b)   Kata-kata ‘mendoakan dia’ (ay 14), diterjemahkan oleh NIV / NASB / KJV / RSV sebagai ‘pray over him’ (= berdoa di atas­nya), bukan ‘pray for him’ (= berdoa untuk dia).

 

Dari istilah ini, kelihatannya orang sakit itu berbaring dan penatua berdiri / duduk didekatnya sehingga posisi penatua itu lebih tinggi dari posisi si sakit. Ini lagi-lagi menun­jukkan bahwa si sakit itu penyakitnya cukup berat sehingga harus berbaring.

 

c)   Kata-kata ‘Tuhan akan membangunkan dia’ (ay 15), menunjukkan bahwa tadinya sakitnya cukup berat, sehingga ia harus berbaring.

 

d)   Kata ‘sakit’ dalam ay 14, bahasa Yunaninya adalah ASTHENEI dan kata itu juga digunakan dalam Yoh 5:5 untuk menggambarkan orang yang lumpuh selama 38 tahun.

 

Kalau untuk seadanya penyakit yang remeh-remeh, seperti pilek, sakit perut, pusing dsb, jemaat memanggil penatua, maka itu akan betul-betul ‘membunuh’ penatua! Jemaat harus belajar untuk tidak merepotkan penatua / pendeta secara tidak perlu. Dengan demikian mereka bisa melakukan tugas yang memang perlu!

 

 

II) Apa yang harus dilakukan oleh si sakit?

 

1)   Ia harus memanggil penatua jemaat / gereja (ay 14).

 

a)   Perhatikan bahwa ia bukannya disuruh memanggil orang yang mempunyai karunia kesembuhan, atau pergi ke kebaktian kesembuhan, dsb, tetapi disuruh memanggil penatua. Bandingkan perintah ini dengan kecenderungan jaman ini dimana orang sakit selalu mencari orang yang mempunyai karunia kesembuhan, atau mencari kebaktian kesembuhan.

 

b)   Penatua / tua-tua (Inggris: elder).

 

Ini adalah orang-orang yang dipilih dari antara jemaat untuk menjadi pimpinan gereja (Majelis gereja / jemaat).

 

Berdasarkan 1Tim 5:17 maka dibedakan adanya ruling elders (= tua-tua yang hanya memimpin gereja dalam hal organisasi saja), dan teaching elders (= tua-tua yang memimpin gereja dalam hal organisasi, tetapi juga mengajarkan Firman Tuhan).

 

Sekalipun Pendeta / penginjil termasuk dalam teaching elders, tetapi bagaimanapun perlu diperhatikan bahwa Yakobus mengatakan harus memanggil penatua. Jadi ini bukan semata-mata tugas pendeta / penginjil, tetapi tugas semua penatua.

 

Untuk tua-tua perlu diperhatikan supaya mereka mau melak­sanakan tugas ini, sedangkan untuk jemaat yang sakit, perlu diperhatikan untuk tidak tersinggung kalau yang datang adalah tua-tua, bukan pendeta / penginjil! Pikirkan bahwa kalau semua tugas dibebankan kepada pendeta / penginjil, maka ia tidak akan punya waktu untuk belajar Firman Tuhan, mempersiapkan khotbah dsb, sehingga akhirnya selu­ruh gereja dirugikan!

 

c)   Si sakit yang harus memanggil penatua.

 

Jadi, penatua (majelis / pendeta) tidak bisa diharapkan harus tahu dengan sendirinya bahwa jemaatnya sakit. Jemaat yang sakit itu yang harus memberitahu / memanggil mereka. Jangan merasa sung­kan karena merepotkan dsb, karena ini memang tugas pena­tua!

 

Setelah penatua datang, apa yang harus dilakukan oleh pena­tua?

 

a)   Mendoakan di sakit (ay 14).

 

Si sakit memang bisa saja berdoa sendiri, tetapi Tuhan lebih mau mendengarkan doa orang yang benar / saleh. Ini terlihat dari ay 16b - “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.

 

Catatan: kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’ sebetulnya salah terjemahan.

 

NIV: ‘The prayer of a righteous man is powerful and effective’ (= Doa orang yang benar, berkuasa dan efektif).

 

Bandingkan ini dengan Yoh 9:31.

 

Dan untuk mendukung kata-katanya dalam ay 6b ini Yakobus lalu memberikan contoh Elia dalam berdoa (ay 17-18).

 

Penatua seharusnya adalah orang yang benar / saleh (bdk. 1Tim 3:1-dst  Tit 1:5-dst), maka penatua ditugaskan untuk mendoakan si sakit.

 

b)   Mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan (ay 14).

 

Ini adalah kebiasaan Yahudi pada saat itu dan dilakukan oleh murid Yesus pada saat itu dalam Mark 6:13.

 

Ada beberapa pandangan tentang arti ‘pengolesan minyak’ di sini:

 

·        Roma Katolik:

 

Ini dijadikan dasar dari sakramen perminyakan, yang diberikan oleh pastor kepada orang yang mau mati dan tujuannya adalah untuk mempersiapkan orang menghadapi kematian.

 

Pandangan ini jelas tidak cocok dengan text ini karena Yakobus memerintahkan hal itu dengan tujuan supaya orang itu sembuh, bukan untuk mempersiapkan orang itu mengha­dapi kematian.

 

·        Calvin:

 

Ini adalah sakramen sementara. Minyak menunjuk pada karunia kesembuhan dan karena karunia kesembuhan diang­gap sudah lenyap, maka Calvin berpendapat bahwa sakramen sementara itu juga harus dibuang.

 

Kelemahan pandangan ini:

 

*        Tidak ada dasar untuk menganggap ini sebagai sakramen, karena tidak diperintahkan langsung oleh Kristus.

 

*        Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah CHRIO, yang berarti ‘mengoles dengan minyak / meminyaki’. Kata ini diguna­kan kalau hal pemberian minyak itu dilakukan bukan dalam upacara agama. Kalau dalam upacara agama, diguna­kan kata Yunani ALEIPHO (to anoint / mengurapi). Jadi, pemberian minyak ini tidak mungkin dianggap sebagai sakramen.

 

·        Minyak adalah obat (bdk. Yes 1:6 dan Luk 10:34).

 

Mereka disuruh memanggil penatua, bukan tabib, mungkin karena mereka miskin. Jadi, obatnya adalah bantuan dari penatua. Jadi, penatua berdoa dan memberi obat untuk si sakit.

 

Kalau pandangan ini yang diambil, maka jelas bahwa praktek pengolesan dengan minyak sudah tidak perlu lagi dilakukan pada jaman ini. Penatua bisa memberi obat yang lain. Dan tentu saja kalau orangnya tidak miskin, tidak perlu penatua yang memberi obat.

 

Jadi, dalam menafsirkan bagian ini kontextualisasi sangat dibutuhkan!

 

2)   Mengakui dosa.

 

Ini terlihat secara implicit dari ay 15b, karena tanpa pengakuan dosa tidak mungkin ada pengampunan dosa.

 

Bagian ini ditambahkan karena ada penyakit yang disebabkan oleh dosa (Maz 107:17-18  1Kor 11:29-30). Awas! Tidak semua penyakit disebabkan karena dosa. Contoh: Ayub, Yoh 9:1-3.

 

Penatua berfungsi membantu si sakit untuk memeriksa dirinya, apakah ada dosa atau tidak. Penatua tidak boleh menghakimi / menuduh si sakit bahwa ia berdosa! Ia hanya membantunya untuk mengadakan introspeksi. Kalau memang ada dosa yang menjadi penyebab penyakitnya, penyakitnya tidak akan sembuh sebelum dosanya dibereskan.

 

Ini semua mempersoalkan dosa yang dilakukan kepada Allah. Tetapi itu belum cukup! Ada ay 16 yang memerintahkan untuk saling mengaku dosa dan saling mendoakan.

 

Roma Katolik menggunakan ayat ini sebagai dasar dari sakra­men pengakuan / pengampunan dosa. Tetapi ini lagi-lagi tidak mungkin, karena:

 

·        Text ini untuk orang sakit, sedangkan Roma Katolik menerapkan untuk seadanya orang.

 

·        Text ini tidak menyebut ‘pastor’ tetapi ‘penatua’, sedang­kan dalam Roma Katolik pengakuan dosa dilakukan kepada pastor.

 

·        Adanya kata ‘saling mengaku dosa’ dan ‘saling mendoakan’ dalam ay 16 itu. Kalau ayat ini tetap mau dipakai sebagai dasar dari sakramen pengakuan dosa itu, maka pastor seha­rusnya juga mengaku dosa kepada jemaat.

 

Tasker (Tyndale): “Martin Luther said in connection with such an interpretation: A strange confessor! His name is ‘One another’.” (= Martin Luther berkata sehubungan dengan penafsiran seperti itu: Seorang pengaku dosa / pastor yang menerima pengakuan dosa yang aneh! Namanya ialah ‘satu sama lain’).

 

Catatan: Ini jelas merupakan kata-kata sinis dari Martin Luther, yang menjadikan penafsiran Roma Katolik itu sebagai lelucon. Kata ‘confessor’ bisa diartikan sebagai ‘si pengaku dosa’ atau ‘pastor yang menerima pengakuan dosa’. Dalam terjemahan NASB Yak 5:16 berbunyi: “Therefore, confess your sins to one another, and pray for one another, ...” (= Karena itu mengaku dosalah satu sama lain, dan berdoalah satu sama lain, ...). Dilihat dari terjemahan ini mungkin sekali yang dimaksud dengan ‘confessor’ oleh Martin Luther adalah pastor yang menerima pengakuan dosa.

 

Ay 16 ini menunjuk pada dosa yang dilakukan kepada sesama manusia. Untuk dosa-dosa seperti: memfitnah, dan semua dosa dimana kita menyakiti / merugikan sesama manusia, kita harus mengaku kepada Tuhan dan juga kepada orang bersangkutan.

 

 

Kesimpulan:

 

Pada waktu kita sakit, kita harus:

 

1)   Memanggil penatua, yang akan mendoakan dan bahkan memberi obat kalau perlu.

 

2)   Mengakui dosa kepada Tuhan dan sesama manusia kepada siapa kita sudah berbuat salah.

 

 

-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com