>

 Bab 1

Pendahuluan

Buku ini tidak bertujuan untuk memperkenalkan suatu doktrin atau sistem teologi baru, melainkan untuk memperkuat suatu sistem teologi yang dikenal dengan sebutan Reformed atau Calvinisme, dan membuktikan bahwa ajaran ini adalah ajaran yang benar dan Alkitabiah.

Doktrin ini sebenarnya sudah diajarkan oleh Agustinus, salah seorang Bapa Gereja yang juga dianggap sebagai ahli teologi terbesar antara jaman Paulus sampai dengan jaman Reformasi. Agustinus sudah mengajarkan doktrin ini pada sekitar abad ke enam, tetapi baru pada seribu tahun kemudian alur pikir sistem teologi ini untuk pertama kalinya disusun secara sistematis oleh John Calvin (1509-1564). Sistem ini sudah diajarkan dan diterapkan oleh organisasi-organisasi gereja yang mula-mula.

Sedangkan sistem yang merupakan "lawan" dari aliran Calvinisme ini, yaitu Arminianisme yang dipelopori oleh Jacobus Arminius (1560-1609), baru untuk pertama kalinya dianut oleh suatu organisasi gereja resmi pada tahun 1784 oleh Gereja Methodist di Inggris. Sebelumnya, sistem ini, yang merupakan turunan tidak langsung dari aliran Pelagianisme (aliran sesat abad kelima), dianggap sebagai aliran yang salah dan tidak Alkitabiah. Aliran inilah yang sekarang sangat populer di Indonesia.

Ada berbagai alasan mengapa orang-orang Kristen kurang mengenal doktrin ini, yang pertama adalah karena tidak adanya hamba Tuhan yang mengajarkan kepada mereka tentang doktrin ini; alasan kedua, mungkin ada yang mengajarkan tetapi kurang mengerti, dan kemungkinan terakhir adalah karena doktrin tidak cocok dengan perasaan mereka. Doktrin ini adalah suatu doktrin yang merendahkan manusia dan meninggikan Allah. Mungkin banyak orang yang tidak senang mendengar diri mereka atau kedaulatan mereka diinjak-injak oleh Allah.

Tetapi sekarang yang penting bukan "bagaimana reaksi orang-orang terhadap doktrin ini", melainkan yang seharusnya menjadi bebean setiap orang Kristen adalah "benarkah doktrin ini? dan punya dasar Alkitabkah doktrin ini?". Apabila doktrin ini bisa dibuktikan sebagai doktrin yang Alkitabiah, yang sesuai dengan Firman Tuhan yang dinyatakan kepada kita, maka tidak ada alasan lain lagi untuk menolak doktrin benar ini.

Sistem-sistem Teologi Kristen

Pada dasarnya hanya ada tiga sistem teologi Kristen di dalam sejarah Gereja. Yang pertama biasanya disebut Augustinian, Calvinisme atau Reformed. Yang kedua adalah Semi-Pelagianisme atau Arminianisme. Dan yang terakhir adalah Pelagianisme, Socinianisme, atau Liberalisme. Hanya dua sistem yang pertama (Calvinisme dan Arminianisme) yang bisa disebut sistem teologi yang benar-benar Kristen atau alkitabiah. Perbedaan antara keduanya adalah di dalam hal kekonsistenan teologi. Sedangkan sisten ketiga yaitu Pelagianisme atau Liberalisme (anti-supernaturalisme) pada hakikatnya adalah suatu sistem teologi yang sesat. Ciri yang paling jelas dari sistem terakhir ini adalah ketidakpercayaan mereka terhadap mujijat atau hal-hal yang bersifat supra-natural.

Kalau sistem teologi kekristenan tadi divbedakan menjadi tiga sistem, maka sistem tentang Keselamatan juga meliputi tiga sistem utama, Arminianisme, Calvinisme, dan Universalisme. Ketiga sistem Keselamatan ini percaya bahwa seseorang bisa selamat hanya melalui Yesus. Dua sistem yang pertama jelas pasti dianut oleh gereja masing-masing, sedangkan sistem yang terakhir berkembang sebagai aliran sesat di sela-sela kalangan Gereja penganut Arminian dan Reformed.

Universalisme

Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus benar-benar mati bagi semua orang (dengan tujuan untuk menyelamatkan mereka) sehingga pada akhirnya, semua orang (di seluruh dunia, dari segala jaman, setiap individu) akan selamat (masuk surga). Sistem ini adalah, mungkin, yang paling dekat dengan keinginan hati kita tetapi sayangnya tidak Alkitabiah. Sistem ini sangat jarang dianut oleh suatu organisasi gereja Kristen, dan biasanya dianggap sesat.

Arminianisme

Sistem ini percaya bahwa Kristus mati bagi semua orang, setiap individu dari umat manusia, baik bagi mereka yang akhirnya binasa (masuk neraka) maupun bagi yang selamat (masuk surga). Mereka menganggap bahwa kematian Kristus bukan bertujuan menyelamatkan manusia berdosa melainkan membuka jalan agar semua manusia berdosa (yang mati rohani) dapat dihidupkan sehingga mereka dimungkinkan untuk percaya. Kemudian, manusia itu sendirilah yang akan memutuskan keselamatan dirinya sendiri.

Karena mereka percaya bahwa Kristus mati bagi semua orang tanpa kecuali, tetapi karena pada saat yang sama mereka tidak mempercayai bahwa semua orang akan masuk sorga (mereka menentang Universalisme), maka mereka harus mengubah tujuan dari kematian Kristus dari "menyelamatkan umat manusia" menjadi sekedar "memberikan kesempatan agar manusia bisa bertobat".

Arminianisme juga tidak percaya bahwa Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan dan sisanya dibiarkan binasa. Mereka percaya bahwa God's saving grace (kasih karunia Allah yang bisa menyelamatkan dari dosa), hanya sekedar ditawarkan kepada semua orang sehingga kasih karunia tersebut dapat ditolak atau diterima sesuai dengan kehendak orang tersebut. Orang tersebut dapat menahan/menolak kuasa Roh Kudus yang akan melahir-barukannya apabila dia memang tidak menghendaki untuk dilahirbarukan. Lebih dari itu, mereka percaya bahwa saving grace tersebut tidak permanen, sehingga bagi mereka yang dikasihi Allah, sudah ditebus oleh Kristus, serta sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus masih dapat terhilang (murtad sampai mati) dan binasa.

Arminianisme, dalam bentuknya yang lebih berkembang, pada dasarnya adalah turunan dari Pelagianisme, suatu jenis sistem yang percaya bahwa manusia bisa menyelamatkan diri mereka sendiri. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh pihak Arminian, sudah ada pada aliran Pelagianisme 1200 tahun sebelum Jacobus Arminius, pelopor sistem ini, lahir. Perbedaan Arminianisme dengan Pelagianisme yang murni adalah bahwa Arminianisme percaya bahwa keselamatan adalah hasil kerja sama manusia dan Allah, sedangkan Pelagianisme percaya bahwa manusia sendiri, tanpa bantuan dari Allah, dapat menyelamatkan diri sendiri. Meskipun demikian, Arminisnisme, apabila benar-benar diselidiki dengan teliti, menganggap bahwa manusialah penentu keselamatannya sendiri dan Allah hanya mengikuti kemauan manusia itu. Manusialah yang berdaulat di atas Allah di dalam hal keselamatan dirinya.

Aliran ini juga menolak bahwa manusia pada dasarnya sudah tidak mampu berbuat baik. Pada dasarnya mereka mengakui bahwa manusia itu lemah karena kejatuhan ke dalam dosa, tetapi mereka percaya bahwa hal itu tidak berarti seluruh kemampuannya (untuk berkenan kepada Allah) lenyap. Manusia hanya butuh bantuan ilahi dalam melaksanakan usahanya sendiri mencari keselamatan. Jadi, manusia tidak mati rohani melainkan hanya sakit, dia memang tidak dapat menolong dirinya sendiri tetapi dia dapat memanggil dokter atau menerima/menolak pertolongan dokter tersebut.

Mereka memang mempunyai dasar-dasar ayat Alkitab untuk mendukung doktrin mereka, tetapi ayat-ayat tersebut, apabila ditafsirkan sesuai dengan pengertian mereka akan menabrak/bertentangan dengan banyak sekali ayat-ayat Alkitab lainnya. Hal inilah menyebabkan mereka tidak mempunyai suatu sistematika teologi Arminian yang jelas dan standar. Gereja Methodist, misalnya, mempunyai suatu pengakuan iman yang terdiri dari 25 bagian, tetapi apabila dibandingkan dengan Pengakuan Iman Westminster (Westminster Confession of Faith, th. 1647) yang dirumuskan dengan hati-hati sekali, maka perbedaannya sangat menyolok. Pengakuan Iman Westminster yang merupakan ringkasan sistem teologi atau doktrin-doktrin Reformed terdiri dari 33 pasal yang meliputi 171 ayat; dari sini bisa terlihat adanya ke konsistenan Alkitabiah yang luar biasa di dalam Calvinisme.

Calvinisme

Sistem yang ketiga adalah suatu sistem yang dipelopori oleh John Calvin. Kehebatan John Calvin di dalam penafsirannya tentang Alkitab diakui oleh banyak orang. Bahkan Arminus, pendiri sistem Arminian, pernah mengatakan 'Selain daripada belajar langsung dari Kitab Suci, aku (Arminius) menganjurkan murid-muridku untuk mempelajari buku-buku tafsiran Calvin, karena aku mengakui bahwa ia benar-benar tidak ada bandingannya di dalam menafsirkan Kitab Suci, buku-buku tafsirannya harus lebih kita hargai daripada tafsiran-tafsiran bapa-bapa Gereja lainnya yang kita warisi.'

Kaum Calvinist percaya bahwa sebagai akibat dari kejatuhan dalam dosa (the Fall), diri manusia menjadi berdosa, rusak, dan tidak mempunyai harapan untuk selamat. Kemudian, dari seluruh umat yang telah jatuh inilah, Tuhan, dengan kedaulatanNya yang mutlak, memilih orang-orang yang akan diselamatkanNya. Kristus kemudian diutus untuk menebus dosa orang-orang pilihan tersebut. Selanjutnya, Roh Kudus dikirim untuk menerapkan kasih karunia tersebut dengan melahir-barukan mereka; yang menyebabkan semua orang pilihan tersebut dapat percaya, bertobat, setia sampai mati dan diselamatkan.

Kesalahan utama pihak Arminian adalah bahwa mereka mengecilkan peran Allah dalam penebusan dan terlalu meninggikan harga diri dan kekuatan manusia itu sendiri; sedangkan Calvinist merendahkan diri manusia serta menjunjung tinggi kedaulatan dan kasih karunia Allah. Calvinisme menganggap bahwa ajaran yang mengatakan bahwa manusia dapat menyucikan diri sendiri, mengusahakan kasih karunia Allah, serta menyelamatkan diri sendiri adalah suatu ajaran yang terlalu meninggikan manusia dan menginjak-injak kedaulatan Allah.

Pengertian Kehendak Allah (God's Will)

Doktrin Predestinasi boleh dibilang merupakan inti atau dasar dari Calvinisme. Doktrin ini berhubungan sangat erat sekali dengan kehendak Allah, tetapi untuk menghindarkan penafsiran yang kacau balau perlu kiranya diperjelas apa yang dimaksud dengan kehendak Allah tersebut.

Istilah "Kehendak Allah" dapat menunjuk kepada tiga arti yang berbeda, yaitu, (a) sesuatu yang menyenangkan Dia, (b) perintah-perintahNya, atau (c) rencanaNya yang kekal.

Kehendak Allah sebagai sesuatu yang menyenangkan Dia

Kehendak Allah dalam arti yang pertama ini tidak harus terjadi. Misalnya Allah menghendaki semua orang selamat, tetapi kenyataannya, pada jaman perjanjian lamapun kita dapat melihat bahwa banyak orang binasa (masuk neraka). Jadi, kita bisa melihat bahwa karena kasihNya Dia tidak ingin ada satu orangpun yang binasa, akan tetapi hal ini tidak akan terjadi karena memang bukanlah rencanaNya. Orang-orang Arminianpun tidak mempercayai bahwa semua orang pasti selamat, karena hal itu berarti Universalisme.

Banyak ayat-ayat yang menunjukkan kehendak Allah dalam arti ini. Akan kita lihat nanti bahwa apabila kita menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan asumsi bahwa kehendak tersebut menunjuk kepada rencanaNya maka sudah dapat dipastikan bahwa apa yang Allah rencanakan ternyata dapat digagalkan oleh ciptaanNya.

Kehendak Allah yang menunjuk kepada Hukum dan PerintahNya

Kehendak Allah dalam arti yang kedua menunjuk kepada seluruh hukum-hukum dan perintah-perintah yang diturunkanNya kepada manusia. KehendakNya di dalam arti yang ini juga tidak harus terjadi. Misalnya, Allah menghendaki supaya kita tidak berdusta, tidak berzinah dll. Dia juga menghendaki agar kita mengabarkan Injil, berbakti dll. Pada kenyataannya, kehendak ini juga seringkali tidak terjadi, dan pasti tidak akan terjadi apabila memang tidak sesuai dengan rencanaNya.

Kehendak Allah yang menunjuk kepada Rencana KekalNya

Pada arti yang ketiga inilah seluruh doktrin Predestinasi didasarkan. KehendakNya dalam arti yang ini pasti terjadi, tidak mungkin luput dan pasti akan terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan bahkan sampai kedetail-detailnya.

Mazmur 115:3

Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!

Mazmur 135:6

TUHAN melakukan apa yang dikehendakiNya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya;...

Agar tidak membingungkan kita dapat mengatakan bahwa Kehendak Allah pada arti yang kedua adalah kehendakNya yang dinyatakan (melalui FirmanNya), sedangkan kehendakNya dalam arti ketiga adalah kehendak yang tidak dinyatakan karena tidak ada seorangpun yang tahu apa rencana Allah yang sebenarNya.

Ulangan 29:29

"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."

Alkitab adalah satu-satunya dasar yang sah

Kita tidak boleh mengembangkan suatu sistem kekristenan hanya karena hal tersebut sesuai dengan kesukaan kita atau kehendak kita. Tetapi hendaknya, apapun sistem yang akan kita rumuskan harus didasarkan pada Alkitab dan hanya pada Alkitab. Sebagai konsekuensinya, apapun yang diajarkan oleh Alkitab bagaimanapun tidak enak atau tidak masuk akal harus kita terima sebagai Firman Tuhan.

Kita semua percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan para penulisnya diilhami langsung oleh Allah, jadi satu ayat Alkitab tidak mungkin bertentangan dengan ayat yang lain apabila ditafsirkan dengan benar, karena Allah tidak mungkin berbicara dengan lidah yang bercabang.

Pada bagian-bagian yang selanjutnya akan kita lihat bukti-bukti (dasar ayat Alkitab) dari ajaran Calvinisme serta keberatannya dari pihak Arminian. Akan kita tunjukkan bahwa tidak sukar dan tanpa pemaksaan, untuk menafsirkan secara konsisten ayat-ayat yang mereka (pihak Arminian) gunakan untuk menyerang doktrin Calvinisme. Tetapi sebaliknya, bagi mereka, akan sangat sulit untuk mengharmoniskan doktrin mereka dengan ayat-ayat kita secara konsiten. Biasanya, keberatan-keberatan mereka (Arminian) lebih didasarkan pada emosi/perasaan atau filsafat daripada exegesis (penafsiran/pembahasan) Kitab Suci yang benar. Sebagian besar keberatan mereka terhadap doktrin ini adalah karena doktrin ini mengecilkan peran manusia di dalam keselamatannya. Mereka tidak senang bila diri manusia diabaikan, mungkin mereka berpikir lebih baik mengorbankan kedaulatan Tuhan daripada menginjak-injak kehendak bebas manusia.

Galatia 1:6-10

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. (10) Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.


email us at : gkri_exodus@mailcity.com