Khotbah Pekabaran Injil

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

Kristus adalah pengharapan kita

 

Yesaya 8:21-9:6

 

 

I) Dunia dan pengharapan.

 

Sebagian dari text yang kita baca mula-mula menunjukkan keadaan menderita dan tanpa harapan.

 

·        8:21 - ‘lalu lalang’.

 

NIV: ‘roam through the land’ (= mengembara melalui / di seluruh negeri itu).

 

Ini menunjukkan bahwa mereka mengembara tanpa tempat tinggal. Tuhan menjanjikan negeri itu sebagai milik pusaka mereka, tetapi karena dosa maka Tuhan menghukum mereka sehingga harus mengembara tanpa tempat tinggal.

 

·        8:21 - mereka melarat dan lapar dan mengutuki raja dan Allahnya..

 

Calvin mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini menunjuk kepada dewa-dewa / berhala mereka. Tadinya mereka mempunyai keyakinan kepada raja maupun dewa mereka, tetapi sekarang mereka mengutukinya. Ini langkah awal menuju pertobatan.

 

Tetapi E. J. Young mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini betul-betul menunjuk kepada Allah. Jadi pada waktu mereka dihukum dengan penderitaan, mereka justru menjadi marah kepada Allah dan mengutukinya.

 

·        8:22 - mereka melihat ke langit / ke atas dan ke bawah / ke bumi, tetapi yang ada hanya kesesakan, kegelapan, kesuraman yang menghimpit.

 

·        8:23 - ‘kesuraman’‘negeri yang terimpit’‘Tuhan merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali’.

 

·        9:1 - ‘berjalan dalam kegelapan’‘diam di negeri kekelaman’.

 

·        9:3 - ‘kuk yang menekannya’‘gandar (NIV: ‘bar’; NASB: ‘staff’) yang di atas bahunya’‘tongkat si penindas’.

 

Sebetulnya keadaan tanpa harapan ini berlaku bukan hanya atas Israel, tetapi atas seluruh dunia.

 

Pengharapan yang saya maksud adalah yang bersifat rohani dan kekal, yaitu pengharapan akan pengampunan dosa, damai dengan Allah, masuk surga, bebas dari hukuman dsb.

 

1)   Dalam dunia ini ada orang-orang yang secara duniawi merasa tidak punya harapan atau dianggap tidak mempunyai harapan.

 

Misalnya:

 

·        orang miskin, bodoh, tak berpendidikan.

 

·        orang yang mengalami problem berat, seperti dikeluarkan dari pekerjaan, problem rumah tangga, dsb.

 

·        orang yang mempunyai penyakit yang tidak mungkin sembuh.

 

2)   Dalam dunia ini ada orang yang merasa mempunyai harapan atau dianggap mempunyai harapan.

 

Misalnya:

 

·        seorang yang pandai / berIQ tinggi, yang sekolahnya hebat, selalu juara dsb.

 

·        seorang yang bisnisnya hebat, atau yang sekalipun belum hebat tetapi prospek bisnisnya bagus.

 

·        seorang yang mempunyai jabatan tinggi.

 

Orang-orang seperti ini dianggap mempunyai ‘masa depan cerah’, tetapi sebetulnya ini hanyalah pengharapan duniawi yang semu, palsu, dan sementara, dan karenanya sebetulnya sama dengan tidak ada pengharapan.

 

Banyak orang ditipu oleh pengharapan duniawi yang semu / palsu dan sementara ini, sehingga mereka lalu berjuang mati-matian untuk bisa mempunyai gelar, kedudukan / jabatan tinggi, kekayaan, dsb!

 

Untuk membuktikan bahwa orang yang seperti ini tidak mempunyai harapan, sebetulnya gampang sekali. Mula-mula tanyakan: apa yang sekarang ini kamu kejar / usahakan? Belajar mati-matian supaya bisa punya gelar yang tinggi. Lalu? Setelah lulus dan mempunyai gelar tinggi, saya akan bekerja. Lalu? Saya mempunyai bisnis yang hebat, yang menghasilkan banyak uang. Lalu? Saya menjadi kaya, lalu membeli rumah, mobil, lalu menikah, punya keluarga yang bahagia, menyekolahkan anak dsb. Lalu? Ya, saya menjadi tua? Lalu? Ya akhirnya saya akan mati. Lalu?

 

Pengharapan apa yang bisa diberikan oleh hal-hal itu pada saat saudara mati dan harus menghadap tahta pengadilan Allah? Amsal 11:4 berkata: “Pada hari kemurkaan harta tidak bergu­na, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut”.

 

Bandingkan semua ini dengan:

 

·        Luk 12:16-21 - perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh.

 

·        Bandingkan dengan kitab Pengkhotbah: ‘segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari’ (Pengkhotbah 2:11b).

 

·        1Yoh 2:17 - ‘dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya’.

 

3)   Dalam dunia ini ada orang yang mempunyai agama tertentu (non Kristen), yang berharap akan masuk surga.

 

Dari sudut agamanya sendiri tidak ada kepastian masuk surga, dan dari sudut kristen / Kitab Suci kita, ia bahkan pasti masuk neraka, karena tanpa Kristus tidak ada orang sampai kepada Bapa / Surga (Yoh 14:6).

 

Kesimpulan: dunia ini tidak mempunyai pengharapan! Mengapa semua ini terjadi? Waktu Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, dalam Kej 1:31 dikatakan ‘sungguh amat baik’. Manusia tidak mempunyai penderitaan, bersekutu dengan Tuhan, juga Adam dan Hawa mempunyai hubungan yang baik. Tetapi Kej 3 lalu menceritakan bahwa dosa masuk ke dalam dunia. Apa yang diakibatkan oleh hal itu?

 

·        Manusia putus hubungan dengan Allah.

 

·        Terjadi pertengkaran antar manusia. Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, yang tentunya menyebabkan Hawa jengkel. Kain membunuh Habil dsb.

 

·        Penderitaan masuk ke dalam dunia, baik penderitaan batin (takut, gelisah, dsb) maupun fisik (penyakit, kemiskinan dsb).

 

·        Kematian.

 

 

II) Kristus adalah pengharapan kita

 

Sekarang mari kita kembali kepada text khotbah hari ini. Text ini bukan hanya menggambarkan keadaan orang yang menderita dan tidak mempunyai pengharapan, tetapi juga menunjukkan bahwa keadaan lalu berbalik.

 

·        8:23a - ‘Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman’.

 

·        8:23b - ‘Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain’. Jangan pusingkan istilah ‘jalan ke laut’ dsb. Pokoknya ini adalah wilayah yang sama, yang tadinya direndahkan tetapi sekarang dimuliakan.

 

·        9:1 - ‘Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar’.

 

·        9:2 - ‘Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapanMu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan’.

 

·        9:3 - ‘kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas, telah Kaupatahkan ...’.

 

·        9:4 menunjukkan bahwa semua peralatan perang dimusnahkan, dan ini menunjukkan adanya damai.

 

Mengapa keadaan penderitaan dan tanpa harapan itu bisa berbalik? Jawabnya ada dalam 9:5 - ‘Karena seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita’. Ini jelas menunjuk pada kelahiran Yesus. Jadi, Natal / kelahiran Yesus memberikan pengharapan.

 

Catatan: Kitab Suci Indonesia benar dengan menterjemahkan ke dalam bentuk lampau (‘telah lahir’ dan ‘telah diberikan’). Ini memang merupakan suatu nubuat, tetapi untuk menunjukkan kepastian terjadinya hal itu, maka digunakan bentuk lampau.

 

E. J. Young“He speaks of the birth as though it had already occurred, even though from his standpoint it was yet to take place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran itu seakan-akan itu telah terjadi, sekalipun dari sudut pandangnya itu masih akan terjadi di masa yang akan datang) - hal 329.

 

Pada waktu manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa, Tuhan memberikan suatu janji dalam Kej 3:15, yang memberikan pengharapan. Mesias ini dinanti-nantikan selama ribuan tahun oleh orang Yahudi, lalu datang pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Tetapi Yesus lalu ditangkap dan mati disalib. Sepertinya pengharapan yang tadinya muncul lalu hilang lagi. Tetapi tidak demikian, karena Ia lalu bangkit dari antara orang mati. Jadi kalau dikatakan bahwa Natal memberikan pengharapan, ingat bahwa Natal tidak bisa dipisahkan dari Jum’at Agung dan Paskah. Mengapa? Karena tadi sudah kita lihat bahwa dosalah yang menyebabkan semua kekacauan, penderitaan, dan keadaan tanpa harapan ini. Jadi dosa itu harus dibereskan. Tetapi upah dosa itu maut (Ro 6:23 Kej 2:16-17), sedangkan Allah tidak bisa mati. Jadi Allah harus menjadi manusia, dan itu yang terjadi pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Yesus memang datang dengan tujuan untuk mati menebus dosa kita. Tetapi setelah Ia mati, Ia lalu bangkit dan menunjukkan kemenanganNya atas setan, dosa dan maut. Melalui semua itu Ia membereskan dosa dan menyediakan pengharapan dan keselamatan bagi manusia.

 

Karena itulah Kitab Suci menyebut Kristus sebagai pengharapan kita.

 

·        1Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita”.

 

Catatan: kata ‘dasar’ seharusnya tidak ada.

 

·        Kol 1:27b - “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan”.

 

Catatan: ‘di tengah-tengah kamu’ seharusnya adalah ‘di dalam kamu’.

 

Kata ‘kemuliaan’ tentu tidak menunjuk pada kemuliaan duniawi, tetapi menunjuk pada kemuliaan di sorga. Ada orang yang ikut Kristus hanya untuk hal-hal duniawi seperti kekayaan, kesembuhan dari penyakit jasmani, bebas dari problem dsb. Tetapi Paulus berkata dalam 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

 

Kalau 2 ayat di atas ini kita perhatikan dengan seksama, maka kita akan melihat bahwa tidak dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan pengharapan’, tetapi dikatakan bahwa ‘Kristus adalah pengharapan’. Kalau dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan pengharapan’, maka bisa saja kita menerima pengharapannya tetapi menolak Kristusnya. Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘Kristus adalah pengharapan’, maka itu berarti bahwa menerima Kristus berarti menerima pengharapan dan menolak Kristus berarti menolak pengharapan.

 

Dalam suatu buku Saat Teduh ada suatu cerita sebagai berikut:

Seorang pendeta tertidur di ruang kerjanya, pada pagi hari, di suatu hari Natal, dan ia bermimpi tentang dunia dimana Yesus tidak pernah datang. Dalam mimpinya, ia melihat-lihat dalam rumahnya, dan ia tidak menjumpai hiasan-hiasan Natal. Ia lalu berjalan-jalan di jalan raya, tetapi tidak ada gereja-gereja. Ia kembali ke ruang belajarnya dan ia menjumpai bahwa semua buku-buku tentang Juruselamat sudah hilang. Tiba-tiba ada bel, dan seorang utusan memintanya untuk mengunjungi seorang ibu yang sedang sekarat. Ia cepat-cepat pergi ke rumah itu, dan ia berkata kepada anak dari ibu yang sedang sekarat itu: “Aku mempunyai sesuatu disini yang akan menghibur kamu”. Ia membuka Alkitabnya untuk mencari ayat-ayat hiburan yang sudah biasa ia gunakan, tetapi Alkitabnya berhenti pada Maleakhi, dan di sana tidak ada Injil maupun janji tentang pengharapan dan keselamatan dan ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menangis bersama anak itu di dalam keputusasaan yang pahit. Dua hari setelah itu, ia berdiri di sebelah peti mati ibu itu dan memimpin kebaktian penguburan, tetapi disana tidak ada berita penghiburan, tidak ada firman tentang kebangkitan yang mulia, tidak ada surga yang terbuka, tetapi hanya ada “engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” dan suatu perpisahan yang panjang dan kekal. Akhirnya ia menyadari bahwa Kristus tidak datang, dan ia menangis dengan pahit dalam mimpinya yang menyedihkan itu. Tiba-tiba ia terbangun, dan ia mendengar nyanyian Natal dari paduan suara gereja yang membuatnya sadar bahwa sebetulnya Kristus sudah datang! - ‘Streams in the Desert’, vol I, tgl 25 Desember.

 

A. F. Wells“Take Christ out of Christmas, and December becomes the bleakest and most colorless month of the year” (= Ambillah / buanglah Kristus dari Natal, dan Desember menjadi bulan yang paling suram dan paling tak berwarna dalam sepanjang tahun) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 116.

 

Puji Tuhan karena Natal itu ada! Puji Tuhan karena Kristus sudah datang! Banyak orang mempersoalkan tanggal kelahiran, tempat kelahiran dari Kristus. Semua itu memang tidak diketahui dan tidak penting. Yang penting adalah fakta bahwa Kristus sudah datang, sebagai pengharapan bagi manusia, termasuk bagi saudara dan saya.

 

 

III) Tanggapan apa yang harus kita berikan?

 

1)   Sadarilah bahwa saudara adalah orang berdosa, yang membutuhkan Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa.

 

Kalau saudara merasa diri baik, saudara tidak akan merasa butuh seorang Juruselamat / Penebus, dan Kristus juga tidak datang untuk saudara (Mat 9:12-13).

 

Ada seorang yang berkata:

“There is more hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint” (= Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada untuk orang kudus / suci yang menipu dirinya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.

 

Charles Haddon Spurgeon“Nothing is more deadly than self-righteousness” (= Tidak ada yang lebih mematikan dari perasaan / anggapan bahwa diri sendiri itu benar) - ‘Morning and Evening’, September 29, morning.

 

Dalam membahas 1Yoh 1:8-10 William Barclay berkata:

“Any number of people do not really believe that they have sinned and rather resent being called sinners. Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which gets into the newspapers” (= Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa mereka telah berbuat dosa dan tersinggung / marah pada waktu disebut sebagai orang berdosa. Kesalahan mereka adalah bahwa mereka menganggap dosa sebagai hal-hal yang dimasukkan ke surat kabar) - hal 33.

 

Kata dosa dalam 1Yoh 1:8,9,10 adalah HAMARTIA, yang arti hurufiahnya adalah ‘a missing of the target’ (= suatu keluputan dari sasaran). Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap namanya dosa. Sasaran seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai dengan Kitab Suci, apakah tidak sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.

 

Dalam arti seperti ini, tidak ada orang yang tidak berdosa (kecuali Kristusnya sendiri).

 

2)   Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.

 

Tidak cukup hanya sadar bahwa diri saudara adalah orang berdosa, tidak cukup bagi saudara untuk sekedar tahu / mengerti secara intelektual bahwa Yesus adalah Juruselamat dosa.

 

Saudara harus datang kepada Juruselamat dunia satu-satunya, yaitu Yesus Kristus, dan percaya kepada Dia sebagai Juruselamat dosa saudara dengan segenap hati saudara.

 

Ada seorang yang berkata:

“Christmas began in the heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam hati Allah. Itu lengkap / sempurna hanya pada waktu itu mencapai hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 113.

 

Kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara mendapatkan pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, keselamatan, dan saudara mempunyai pengharapan bahwa suatu saat kelak saudara akan masuk ke surga, dan terbebas dari segala penderitaan dan problem yang saudara alami di dunia ini / dalam hidup ini.

 

Kalau saya katakan ‘pengharapan’ itu bukan sekedar kemungkinan. Pengharapan kristen adalah sesuatu yang pasti, karena dilandasi oleh janji Tuhan. Janji apa / yang mana?

 

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.

 

Pengharapan seperti ini bisa dimiliki oleh setiap orang, yang bagaimanapun jahatnya, dan bahkan pada saat hampir mati.

 

Penjahat yang mau mati di salib kelihatannya sudah tidak ada harapan. Ia adalah orang yang sangat jahat, dan ia hampir mati. Tetapi ia lalu datang kepada Kristus, dan berharap kepada Kristus. Ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk 23:42). Dan Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).

 

Tetapi jangan menjadi ‘orang pinter’ dengan berpikir lebih baik sekarang hidup dalam dosa, dan kalau mau mati baru bertobat dan percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena saudara tidak tahu kapan maut itu akan datang. Bagaimana kalau maut datang dengan mendadak sehingga tak ada kesempatan untuk bertobat? Dan sekalipun maut tidak datang secara mendadak, jangan kira gampang untuk percaya / bertobat pada saat terakhir. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berseru-lah kepadaNya selama Ia dekat!”.

 

J. C. Ryle“I know that people are fond of talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the hour of fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about the friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men die just as they have lived” (= Saya tahu bahwa banyak orang senang membicarakan bukti-bukti ranjang kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan dan sakit dan kelemahan, seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam kata-kata itu tentang sahabat mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut / kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-bukti seperti itu tidak bisa diandalkan. Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang sangat jarang, orang mati sama seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’, hal 40.

 

Kitab Suci juga mengatakan bahwa kalau saudara menolak / mengabaikan Kristus, dan karenanya tidak mempunyai Kristus, saudara tidak mempunyai harapan. Dengan kata lain saudara akan dihukum selama-lamanya di dalam neraka.

 

Ef 2:12 - “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijan-jikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”.

 

Orang kafir disebut ‘tanpa Kristus’, ‘tanpa pengharapan’, dan ‘tanpa Allah’.

 

Memang ‘tanpa Kristus’ sama dengan ‘tanpa Allah’ (1Yoh 2:23), dan karena itu jelas juga sama dengan ‘tanpa pengharapan’.

 

Mengomentari Ef 2:12 ini Calvin berkata:

“for him that is without Christ, there remains nothing but destruction” (= untuk dia yang tanpa Kristus, tidak ada yang tertinggal / tersisa selain penghancuran / pembinasaan) - hal 233.

 

Ada seseorang yang berkata:

“Life with Christ is an endless hope, without Him a hopeless end” (= Hidup dengan Kristus adalah pengharapan yang tidak ada akhirnya, tanpa Dia suatu akhir tanpa harapan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.

 

3)   Jangan miliki keselamatan dan pengharapan ini hanya bagi diri saudara sendiri. Bagikanlah juga kepada orang lain, dengan memberitakan Injil kepada mereka.

 

Charles Haddon Spurgeon“I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel if you can eat it all yourself” (= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February 19, evening.

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com