Khotbah Pekabaran Injil

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

Menyia-nyiakan keselamatan

 

Ibrani 2:1-4

 

 

I) Keselamatan yang besar.

 

Disebut ‘keselamatan yang sebesar itu’ (ay 3a), karena:

 

1)   Mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya dan banyaknya.

 

Bandingkan dengan Yes 1:18 - “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”. Jadi bukan seperti katrolan pada rapat kenaikan kelas, yang hanya mengatrol murid yang nilainya kurang sedikit!

 

Barnes’ Notes: “It is great, because it saves from great sins” (= Itu besar karena itu menyelamatkan dari dosa-dosa yang besar) - hal 1235.

 

2)   Dilakukan dengan pengorbanan yang besar, yaitu dengan cara Allah berinkarnasi, lalu menderita dan mati di kayu salib, lalu bangkit, dsb.

 

3)   Menyelamatkan kita dari hukuman yang sangat mengerikan di neraka.

 

Barnes’ Notes: “It is great, because it saves from great dangers” (= Itu besar, karena itu menyelamatkan dari bahaya yang besar) - hal 1235.

 

4)   Membuat kita tidak jadi masuk neraka, tetapi masuk surga, dan itu semua dengan cuma-cuma, tanpa perbuatan / usaha kita, dan tanpa hukuman apapun (kita tidak percaya ‘api pencucian’!).

 

Semua ini memang menyenangkan bukan? Tetapi jangan senang dulu, karena besarnya keselamatan mempunyai konsekwensi. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.

 

Calvin: “God would indeed have his gifts valued by us according to their worth. Then the more precious they are, the baser is our ingratitude when we do not value them. In a word, in proportion to the greatness of Christ will be the severity of God’s vengeance on all the despisers of his Gospel” (= Allah memang menghendaki karuniaNya dinilai oleh kita menurut nilainya. Makin berharga karunia itu, makin jelek / hina rasa tidak berterima kasih kita pada saat kita tidak menghargainya. Singkatnya, kerasnya pembalasan Allah terhadap semua orang yang menghina / memandang rendah Injil, akan sebanding dengan kebesaran Kristus) - hal 53.

 

Anugerah keselamatan itu memang luar biasa besarnya, tetapi ingat bahwa itu memberikan konsekwensi yang berat, yaitu: kalau keselamatan itu saudara abaikan maka pembalasan Allah nanti juga akan sangat besar!

 

 

II) Menyia-nyiakan keselamatan.

 

Ini bisa terjadi melalui 2 cara. Yang pertama adalah menyia-nyiakan keselamatan pada waktu itu ditawarkan kepada kita. Yang kedua adalah menerimanya, tetapi lalu lalai dalam memeliharanya sehingga diri kita hanyut dibawa arus.

 

1)   Menyia-nyiakan keselamatan pada waktu ditawarkan.

 

Tentang kata ‘menyia-nyiakan’ dalam ay 3, Thomas Hewitt (Tyndale) berkata sebagai berikut:

“The author does not say ‘if we reject’ but simply ‘if we neglect’; yet the latter quickly leads to the former” (= Si pengarang tidak berkata ‘jika kita menolak’ tetapi hanya ‘jika kita mengabaikan / menyia-nyiakan’; tetapi yang terakhir dengan cepat membawa kepada yang pertama) - hal 63.

 

Hewitt menambahkan bahwa kata Yunani yang digunakan di sini sama dengan yang digunakan dalam Mat 22:5 dimana tamu yang diundang itu dikatakan ‘tidak mengindahkan’ undangan itu.

 

Calvin“Not only the rejection of the Gospel, but also its neglect, deserves the heaviest punishment” (= Bukan hanya penolakan terhadap Injil, tetapi juga pengabaiannya, layak mendapat hukuman yang terberat) - hal 53.

 

Editor Calvin’s Commentary menambahkan bahwa ‘menyia-nyiakan’ berarti ‘not to care for’ (= tidak mempedulikan / mengurus). Tidak mempedulikan / tidak mengurus keselamatan kita berarti menyia-nyiakan / mengabaikannya.

 

Pulpit Commentary: “Let professing Christians remember that they will miss salvation if they merely neglect it. As the farmer will lose his harvest by simple neglect, as the business man will become bankrupt by simple neglect, as the scholar will strip himself of his attainments by simple neglect, so the surest way by which to accomplish the irremediable ruin of the soul is just to ‘neglect so great salvation’” (= Biarlah orang yang mengaku Kristen ingat bahwa mereka akan tidak mendapatkan keselamatan jika mereka semata-mata mengabaikannya. Seperti petani akan kehilangan tuaiannya hanya oleh pengabaian, seperti seorang pengusaha akan menjadi bangkrut hanya oleh pengabaian, seperti seorang pelajar akan melucuti dirinya sendiri dari pencapaiannya hanya oleh pengabaian, demikianlah jalan yang paling pasti untuk mencapai kehancuran jiwa yang tak bisa disembuhkan / diperbaiki adalah hanya dengan ‘mengabaikan keselamatan yang sebesar itu’) - hal 53.

 

Pulpit Commentary: “Thousands of church-going people ignore the gospel, out of love of the world and secret repugnance of Christ and his cross” (= Ribuan orang yang rajin pergi ke gereja mengabaikan Injil, karena kasih kepada dunia dan kejijikan diam-diam terhadap Kristus dan salibNya) - hal 52.

 

Penerapan:

 

Apakah saudara peduli pada keselamatan saudara atau mengabaikan / tidak peduli pada keselamatan saudara? Ingat bahwa pergi ke gereja dan bahkan aktif di gereja belum tentu berarti bahwa saudara peduli dan mengurus keselamatan saudara!

 

Ingat juga bahwa bukan penolakan terhadap Injil saja yang akan menyebabkan penghukuman, tetapi juga penyia-nyiaan / pengabaian terhadap Injil! Jadi jangan merasa aman / sudah selamat hanya karena saudara adalah seorang simpatisan kristen, sudah pergi ke gereja dsb! Saudara mungkin tidak memusuhi Injil / Yesus, tetapi kalau saudara mengabaikan Injil / Yesus maka saudara tetap akan dihukum.

 

Saudara mungkin tidak mengabaikan gereja, pendeta, orang kristen yang lain, dsb, tetapi kalau saudara mengabaikan keselamatan / Injil / Yesus sendiri, maka saudara pasti binasa!

 

Hanya dengan mengabaikan keselamatan maka kita akan binasa / masuk neraka. Jadi untuk bisa binasa / masuk neraka tidak dibutuhkan dosa-dosa yang hebat!

 

Barnes’ Notes: “It needs not great sins to destroy the soul. Simple neglect will do it as certainly as atrocious crimes. Every man has a sinful heart that will destroy him, unless he makes an effort to be saved. And it is not merely the great sinner, therefore, who is in danger. It is the man who neglects his soul - whether a moral or an immoral man, a daughter of amiableness, or a daughter of vanity and vice” (= Tidak dibutuhkan dosa-dosa yang besar untuk menghancurkan jiwa. Suatu pengabaian semata-mata akan menghancurkannya dengan sama pastinya seperti kejahatan-kejahatan yang kejam / mengerikan. Setiap orang mempunyai hati yang berdosa yang akan menghancurkannya, kecuali ia melakukan usaha untuk diselamatkan. Dan karena itu, bukan hanya orang-orang yang sangat berdosa saja yang ada dalam bahaya. Yang ada dalam bahaya adalah orang yang mengabaikan jiwanya - apakah ia seorang laki-laki bermoral atau tidak bermoral, seorang perempuan yang ramah atau seorang perempuan yang melakukan kesia-siaan dan kejahatan) - hal 1234.

 

Catatan: ‘usaha untuk diselamatkan’ maksudnya bukan ‘berbuat baik supaya selamat’, tetapi ‘datang kepada Kristus supaya diselamatkan’.

 

Kalau saudara membaca koran tentang pembunuhan terhadap ‘ninja’ dimana kepalanya dipenggal, lalu disunduk dan diangkat ke atas, darahnya diminum, atau tentang pembunuhan terhadap preman dalam peristiwa Ketapang baru-baru ini, maka saudara mungkin beranggapan bahwa pembunuh-pembunuh bejat itu pasti masuk neraka. Tetapi ada 2 hal yang perlu diingat:

 

a)     Orang sebejat itupun akan selamat kalau ia mau datang kepada Kristus. Ingat bahwa ‘keselamatan itu besar’!

 

b)     Bukan hanya orang-orang sebejat itu yang akan masuk neraka, kalau tidak bertobat. Biarpun saudara tidak pernah melakukan dosa-dosa sebejat itu, tetapi saudara tetap adalah orang berdosa, sehingga kalau saudara mengabaikan keselamatan / Injil / Yesus, saudara juga akan masuk neraka!

 

2)   Hanyut dibawa arus (ay 1).

 

Dari ay 1 ini terlihat bahwa kalau kita memperhatikan firman dengan lebih teliti, atau dengan kata lain kalau kita terus berpegang teguh pada firman, kita tidak akan hanyut, tetapi sebaliknya kalau kita tidak memperhatikan firman atau mulai mengabaikan firman, maka kita akan hanyut dibawa arus.

 

Pulpit Commentary: “To drift away from Christ is fearfully possible. It is so: 1. Because the soul is not always moored to Christ when it is brought to Christ. We regard it a doctrine of the New Testament that the true believer cannot be lost, that the salvation which on faith in Christ he receives is for ever, the might of Christ to supply all that is necessary to salvation being the warrant of it. Why, then, are these professing Christians warned against drifting away from Christ? It is possible to be brought to Christ without being anchored to him. A number of influences may lead one close to the Redeemer, between whom and Christ there is, nevertheless, no vital union, and as long as the tide runs that way his safety may not be suspected even by himself, but let the tide turn and his lack of union becomes apparent and he may drift away and be lost. 2. Because powerful adverse currents tend to carry the soul from the Saviour. Sometimes the current leads toward Christ. ... But it is not always that way; difficulties occur, winds of temptation blow, the tide of worldly custom runs high, the unseen force of depraved inclination gathers power; and then, however strong the cable, however firmly it may bind shore and ship together, it will creak and strain, and every fibre of it be needed to hold the ship in safety. But what if there be no cable, no vital faith, in that day? Then the soul will inevitably part company with Christ, leaving the harbour where it has lain so long, and be seen drifting away. 3. Because the departure of the soul from Christ may be for some time imperceptible. Drifting away is a departure silent, gradual, unnoticeable. At sunset the ship is close to shore and all is safe; without a warning it drops into the tide, and swings round, and with no sound but the ripple of the water is carried down the stream to the open sea, and the crew may sleep through it all. So, departure from Christ may be as involuntary and quiet as that; a silent, ceaseless, unconscious creeping back to old habits. There is its danger. Drifting away means leaving Christ without knowing it, till we find ourselves far out at sea, and a tide we cannot resist bearing us still further away. You have seen men who were once close to Christ, but whilst they slept they have unconsciously glided away, and by the current of worldliness been carried into the rapids and whirled along faster and faster, only waking to stare wildly at their helplessness, and close hands and eyes in despair for the final plunge into the eternal gulf” (= Hanyut dari Kristus adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Ini disebabkan: 1. Karena seseorang tidak selalu tertambat kepada Kristus pada waktu ia dibawa kepada Kristus. Kami menganggap ini sebagai doktrin dari Perjanjian Baru bahwa orang percaya yang sejati tidak bisa terhilang, bahwa keselamatan yang ia terima karena iman dalam Kristus adalah untuk selamanya, kekuatan Kristus untuk menyuplai semua yang diperlukan untuk keselamatan merupakan jaminan untuk hal itu. Lalu mengapa orang-orang yang mengaku Kristen ini diper-ingatkan supaya tidak hanyut dari Kristus? Adalah mungkin untuk dibawa kepada Kristus tanpa dijangkarkan kepada Dia. Banyak pengaruh bisa membawa seseorang dekat kepada Sang Penebus sekalipun antara dia dan Kristus tidak ada persatuan yang hidup, dan selama air pasang mendorongnya ke arah itu keselamatannya tidak akan dicurigai bahkan oleh dirinya sendiri, tetapi pada waktu air surut maka ketidakadaan persatuan ini akan menjadi nyata dan ia akan hanyut dan terhilang. 2. Karena arus kuat yang melawan cenderung memisahkan seseorang dari Sang Juruselamat. Kadang-kadang arus membawa kepada Kristus. ... Tetapi tidak selalu seperti itu; kesukaran-kesukaran terjadi, angin pencobaan bertiup, air pasang dari kebiasaan duniawi naik, kekuatan yang tak terlihat dari kecenderungan yang bejat mengumpulkan kekuatan; dan lalu, betapapun kuat kabelnya, betapapun teguhnya kabel itu mengikatkan kapal ke pantai, kabel itu akan berderik-derik dan menegang, dan setiap serat dari kabel itu dibutuhkan untuk menahan kapal itu dengan aman. Tetapi bagaimana jika di sana tidak ada kabel, tidak ada iman yang hidup, pada saat itu? Maka tidak bisa tidak orang itu akan terpisah dari Kristus, meninggalkan pelabuhan dimana ia sudah terletak begitu lama, dan terlihat hanyut. 3. Karena tindakan meninggalkan dari seseorang terhadap Kristus bisa untuk beberapa waktu tidak kelihatan / tidak terasa. Hanyut adalah suatu kepergian yang tenang, perlahan-lahan, tak terlihat. Pada saat matahari terbenam kapal dekat dengan pantai dan semua aman; tanpa peringatan kapal itu masuk ke dalam air pasang, dan terombang-ambing, dan tanpa ada bunyi kecuali riak dari air, ia dibawa arus ke laut lepas, dan anak buah kapal mungkin tidur selama itu. Begitu juga, meninggalkan Kristus bisa sama tak disengajanya dan sama tenangnya seperti itu; tindakan merangkak yang tenang, terus menerus, tak disadari, mengembalikan kita kepada kebiasaan-kebiasaan lama. Itulah bahayanya. Hanyut dari Kristus berarti meninggalkan Kristus tanpa mengetahuinya, sampai kita mendapatkan diri kita jauh di laut, dan air pasang yang tak bisa kita lawan membawa kita lebih jauh lagi. Engkau telah melihat orang-orang yang suatu saat pernah dekat dengan Kristus, tetapi sementara mereka tidur secara tak disadari mereka meluncur pergi, dan oleh arus keduniawian dibawa ke dalam aliran yang deras dan dihanyutkan makin lama makin cepat, dan pada waktu mereka bangun mereka memandang dengan bingung pada keadaan mereka yang tanpa harapan, dan melipat tangan dan menutup mata dalam keputus-asaan untuk loncatan terakhir ke dalam jurang yang kekal) - hal 68.

 

Renungkan:

 

a)     Sudahkah saudara betul-betul mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus?

 

b)     Apakah saat ini saudara tidak sedang perlahan-lahan, tanpa saudara sadari hanyut menjauhi Kristus? Mungkin mula-mula Saat Teduhnya ‘bogang-bogang’, lalu Pemahaman Alkitabnya mbolosan, lalu Kebaktiannya, lalu dosa-dosa lama kembali, dst. Jangan biarkan ini sebelum apa yang diceritakan dalam kutipan di atas terjadi pada diri saudara!

 

Satu hal yang perlu dicamkan adalah: Ibr 2:1-4 ini kelihatannya menunjukkan bahwa orang yang hanyut karena tidak memperhatikan Firman ini, juga adalah orang yang menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan!

 

 

III) Akibat penyia-nyiaan keselamatan.

 

Mari kita baca ay 2-3, dan bandingkan dengan Ibr 10:26-29. Kalau kita menolak / mengabaikan Injil, jangan berharap untuk selamat! Perhatikan pertanyaan ‘bagaimanakah kita akan luput’ (NIV: ‘how shall we escape’) pada awal ay 3. Ini mirip dengan pertanyaan Paulus dalam Ro 2:3b.

 

Pulpit Commentary: “The question is asked, ‘How shall we escape?’ The reply must be, ‘There is no escape.’” (= Pertanyaan ditanyakan: ‘Bagaimana kita akan luput?’. Jawabannya haruslah: ‘Tidak ada jalan untuk luput’) - hal 77.

 

Mengapa kita tidak bisa luput kalau kita menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan?

 

1)   Karena Injil / Yesus adalah satu-satunya obat / jalan keselamatan (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12), maka penolakan / pengabaian terhadap Injil pasti mengakibatkan kebinasaan kekal.

 

Illustrasi: tenggelamnya Titanic, ada istri yang tidak mau naik sekoci penyelamat karena suaminya tidak boleh ikut. Karena ia menolak satu-satunya sekoci penyelamat yang ada, maka ia mati.

 

2)   Yang mengabaikan Taurat saja tidak luput, apalagi yang mengabaikan Injil (ay 2-4).

 

Kata ‘karena itu’ pada awal ay 1 menghubungkan bagian ini dengan bagian sebelumnya. Dalam Ibr 1:5-14 penulis surat Ibrani ini menunjukkan bahwa Yesus lebih tinggi dari malaikat. Sekarang dalam Ibr 2:1-4 ia menunjukkan:

 

a)   Hukum Taurat dikatakan dengan perantaraan malaikat (ay 2).

 

Dalam hukum Taurat sendiri tidak ada pernyataan explicit tentang hal ini, hanya dikatakan bahwa Tuhan turun ke gunung Sinai diiringi ribuan malaikat (Ul 33:2). Tetapi pernyataan dalam Ibr 2:2 ini didukung oleh Kis 7:53 dan Gal 3:19.

 

b)   Injil mula-mula diberitakan oleh Kristus, lalu oleh rasul-rasul disertai mujijat yang meneguhkan kesaksiannya / menjamin kebenaran Injil itu (ay 3-4).

 

c)   Pelanggaran terhadap Taurat tidak bebas dari hukuman.

 

Ay 2: ‘firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku’.

 

NASB: ‘proved unalterable’ (= terbukti tak bisa berubah).

 

NIV: ‘was binding’ (= mengikat).

 

KJV: ‘was steadfast’ (= tetap / tak berubah).

 

RSV: ‘was valid’ (= berlaku).

 

Ay 2a ini (bahwa firman / Taurat itu tak berubah / tetap berlaku) dibuktikan dengan ay 2b: ‘setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal’.

 

d)   Kalau pelanggaran terhadap Taurat, yang disampaikan oleh malaikat itu saja, pasti menimbulkan hukuman, lebih-lebih dengan pengabaian terhadap Injil.

 

Mengapa pelanggaran terhadap Injil, yang mula-mula diberitakan oleh Yesus, lalu oleh rasul-rasul diteguhkan dengan tanda / mujijat, akan dihukum lebih berat dari pada pelanggaran terhadap Taurat, yang dikatakan dengan perantaraan malaikat? Bukan karena Injil lebih benar dari Taurat. Keduanya berasal dari Tuhan sehingga keduanya adalah benar / sama benarnya. Lalu mengapa ada perbedaan hukuman?

 

·        Calvin“The import of the whole is this, that the higher the dignity of Christ is than that of angels, the more reverence is due to the Gospel than to the Law” (= Maksud dari seluruhnya adalah bahwa martabat Kristus yang lebih tinggi dari malaikat mengharuskan hormat yang lebih besar terhadap Injil dari pada terhadap hukum Taurat) - hal 51.

 

·        Prinsip yang dipakai adalah Luk 12:48b - “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Juga bdk. dengan Mat 11:20-24.

 

Taurat dikatakan hanya melalui malaikat, tetapi Injil diberitakan oleh Kristus sendiri, dan lalu oleh rasul-rasul, yang disertai tanda / mujijat untuk meneguhkan kesaksiannya. Semua ini bisa lebih meyakinkan kita bahwa Injil itu benar dan Injil itu memang dari Tuhan. Jadi dalam pemberitaan Injil, ada lebih banyak terang yang secara teoretis lebih memudahkan kita untuk percaya. Karena adanya terang yang lebih banyak ini, maka berdasarkan Luk 12:48b (mungkin lebih baik lagi kalau dibaca mulai Luk 12:47), maka kalau Injil tetap tidak dipedulikan, maka hukumannya akan diperberat.

 

Pulpit Commentary: “Our greater privileges bring us under greater responsibilities in this way. ... The more amply verified revelation has the more imperative claim on our belief. The more convincing the evidence by which a truth is supported, the more binding is the obligation to believe that truth” (= Hak-hak kita yang lebih besar membawa kita pada kewajiban yang lebih besar dengan cara ini. ... Wahyu yang lebih banyak dibuktikan, mempunyai tuntutan yang sangat penting / mendesak pada kepercayaan kita. Makin meyakin-kan bukti yang menopang suatu kebenaran, makin mengikat kewa-jiban kita untuk mempercayai kebenaran itu) - hal 58.

 

Ini alasan yang benar mengapa yang menolak / mengabaikan Injil dihukum lebih berat dari yang melanggar Taurat.

 

Banyak orang berpikir bahwa pada jaman Taurat, Allah menekankan kesucian dan keadilanNya, sedangkan pada jaman Injil, Allah menekankan kasihNya. Ini mungkin benar, tetapi ingat bahwa kalau seseorang tetap tidak bertobat sampai mati pada jaman Injil, maka ia akan dihukum lebih berat dari orang yang tidak bertobat pada jaman Taurat.

 

Jadi jelas bahwa menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan mempunyai konsekwensi yang sangat serius, dan karena itu jangan menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan.

 

 

IV) Bagaimana supaya tidak menyia-nyiakan keselamatan yang besar?

 

Kalau saudara belum percaya kepada Kristus, cepatlah datang dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saudara. Besok mungkin sudah terlambat.

 

Kalau saudara sudah adalah orang kristen, jagalah supaya diri saudara tidak hanyut, dengan cara makin teliti memperhatikan Firman (ay 1).

 

Pulpit Commentary: “Faith is the cable which alone can moor us to Christ; but the Word of God has a vital bearing on faith; therefore, where the Scriptures are neglected, there is the utmost peril of drifting away” (= Iman adalah satu-satunya kabel yang bisa menambatkan kita kepada Kristus; tetapi Firman Allah mem-punyai hubungan dengan iman; karena itu dimana Kitab Suci diabaikan di sana ada bahaya / resiko hanyut pada tingkat yang tertinggi) - hal 69.

 

Penerapan:

 

Banyaklah belajar / membaca Firman baik dari Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Saat Teduh, makalah, cassette, dsb. Dan jangan hanya menjadi pendengar, tetapi jadilah juga pelaku Firman!

 

 

Kesimpulan / Penutup:

 

Pulpit Commentary: “How, then, ‘shall we escape, if we neglect so great salvation’? Can your temporal resources open up a way for your escape? Can your own arm save you? ‘Hast thou an arm like God?’ Can education, or science, or philosophy save you? There is but one Saviour from sin, even Jesus. Accepting him, we shall be saved with ‘so great salvation.’ Neglecting him and his salvation we shall be lost. You need not toil to secure your ruin. Neglect alone is sufficient to bring you under the most terrible condemnation and punishment. Disregard the offered salvation, and all the dread consequences of sin will fall upon you with pitiless and inflexible severity. ‘Therefore we ought to give more earnest heed to the things which we have heard’” (= Lalu, bagaimana ‘kita akan luput, jika kita mengabaikan keselamatan yang sebesar itu’? Bisakah sumber-sumber duniawimu membuka jalan untuk meluputkanmu? Bisakah lenganmu sendiri menyelamatkanmu? ‘Apakah lenganmu seperti lengan Allah?’. Bisakah pendidikan, atau ilmu pengetahuan, atau filsafat menyelamatkanmu? Hanya ada satu Juruselamat dari dosa, yaitu Yesus. Jika kita menerima Dia, kita akan diselamatkan dengan ‘keselamatan yang sebesar itu’. Jika kita mengabaikan Dia dan keselamatanNya maka kita akan terhilang. Engkau tidak perlu berjerih payah untuk memastikan kehancuranmu. Pengabaian saja sudah cukup untuk membawamu ke bawah kutukan dan hukuman yang paling mengerikan. Janganlah menghiraukan tawaran keselamatan, dan semua akibat yang menakutkan dari dosa akan menimpa engkau dengan kekerasan yang tak berbelas-kasihan dan tak dapat diubah. ‘Karena itu kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar’) - hal 59.

 

Catatan: Kata-kata ‘apakah lenganmu seperti lengan Allah’ dikutip dari Ayub 40:4 (dalam Kitab Suci bahasa Inggris Job 40:9).

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com