Eksposisi Kitab Kejadian

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

Kejadian 43:1-45:8

 

 

I) Pergi ke Mesir untuk keduakalinya (43:1-34).

 

1)   Yakub dan keluarganya tetap mengalami kelaparan sampai gandum yang mereka beli dari Mesir habis (43:1-2a).

 

Calvin mengatakan bahwa ini merupakan pencobaan yang berat bagi Yakub, karena sekalipun Allah berjanji membuat Yakub menjadi bangsa yang besar, yang akan menurunkan Mesias, tetapi saat ini seakan-akan Allah tidak memberkati dan tidak mempedulikan mereka.

 

Penerapan:

 

Orang kristenpun bisa saja mengalami hal seperti ini. Tetapi ingat bahwa kalau Allah kelihatannya tidak peduli dan tidak memberkati saudara, sebetulnya Ia tidak mungkin bersikap seperti itu, karena itu bertentangan dengan janjiNya sendiri.

 

2)   Pergumulan untuk membawa Benyamin ke Mesir (43:2b-15).

 

a)   Yakub lalu menyuruh anak-anaknya untuk pergi ke Mesir lagi untuk membeli gandum (43:2b). Tetapi Yehuda mengingatkan Yakub bahwa penguasa Mesir itu telah memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh untuk tidak kembali tanpa membawa Benyamin (43:3-5).

 

b)   Yakub lalu menyalahkan anak-anaknya karena menceritakan tentang Benyamin kepada penguasa Mesir itu (43:6).

 

Satu hal yang bisa kita pelajari di sini adalah: dalam menghadapi problem sering ada kecenderungan untuk saling mempersalahkan. Tetapi ini adalah kecenderungan yang salah, yang harus dilawan, bukannya dituruti, karena ini justru akan melemahkan kita dalam memecahkan problem semula, dan bahkan menambah problem semula.

 

c)   Anak-anak Yakub menjawab dalam 43:7. Jawaban ini memang logis; dalam hal ini mereka tidak bisa disalahkan.

 

d)   Yehuda menjamin Benyamin (43:8-10).

 

e)   Yakub akhirnya mengijinkan mereka membawa Benyamin ke Mesir (43:13), dan ia juga menyuruh anak-anaknya untuk:

 

·        membawa hasil terbaik negeri itu (43:11).

 

Kata ‘hasil’ terjemahan hurufiahnya adalah seperti terjemahan KJV / RSV yaitu ‘fruit’ (= buah).

 

Ada yang menganggap bahwa sekalipun saat itu ada kelaparan dan gandum tidak bisa tumbuh, tetapi ada buah-buahan yang tetap bisa dihasilkan. Tetapi saya lebih setuju menafsirkan ‘fruit’ di sini sebagai ‘hasil’ [NIV/NASB: products (= hasil)].

 

·        membawa balsam, madu, damar, damar ladan, buah kemiri dan buah badam (43:11b).

 

·        membawa uang 2 x lipat banyaknya.

 

Kesimpulan: Yakub melakukan usaha maximal untuk menyenangkan penguasa Mesir itu.

 

Tetapi sekarang perhatikan 43:14a. Kata-kata Yakub dalam 43:14a itu menunjukkan kepercayaannya bahwa:

 

¨      usahanya akan sia-sia kalau Tuhan tidak memberkatinya (bdk. Maz 127:1).

 

¨      hati orang (penguasa Mesir itu) ada dalam tangan Tuhan (bdk. Amsal 21:1).

 

Jadi, sekalipun ia sudah berusaha secara maximal, sekarang ia berharap bukan pada usahanya tadi, tetapi kepada Tuhan (43:14a).

 

Calvin: “And now, having commanded his sons to do what he thought necessary, he has recourse to prayer, that God would give them favour with the governor of Egypt. We must attend to both these points whenever we are perplexed in any business; for we must not omit any of those things which are expedient, or which may seem to be of use; and yet we must place our reliance upon God. For the tranquillity of faith has no affinity with indolence: but he who expects a prosperous issue of his affairs from the Lord, will, at the same time, look closely to the means which are in his power, and will apply them to present use” (= Dan sekarang, setelah memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan apa yang ia anggap perlu, ia kembali berdoa supaya Allah membuat gubernur Mesir baik kepada mereka. Kita harus memperhatikan kedua bagian ini kapanpun kita dibingungkan oleh urusan apapun; karena kita tidak boleh menghapus yang manapun dari hal-hal yang berguna, atau yang kelihatannya berguna; tetapi kita harus bersandar kepada Allah. Karena ketenangan iman tidak mempunyai persamaan dengan kemalasan / tidak bekerja: tetapi ia yang mengharapkan dari Tuhan hasil yang baik dari urusannya, pada saat yang sama akan mengamati cara-cara yang ada dalam kuasanya, dan akan menerapkannya untuk digunakan).

 

Penerapan:

 

Apa yang Yakub lakukan di sini harus kita tiru. Kalau ada problem, kita harus melakukan usaha maximal, tetapi setelah itu kita harus berharap bukan pada usaha kita itu, tetapi kepada Tuhan!

 

Misalnya:

 

*        kalau kita sakit, maka kita harus melakukan usaha maximal untuk menyembuhkan diri kita, seperti pergi ke dokter, menggunakan obat, bahkan masuk ke rumah sakit, kalau memang perlu. Tetapi setelah melakukan hal-hal itu, kita tetap harus mengharapkan kesembuhan bukan dari usaha kita itu, tetapi dari Tuhan!

 

*        kalau kita mau ujian, maka kita harus mempersiapkan diri secara maximal, tetapi setelah itu kita harus berharap kepada Tuhan untuk bisa lulus!

 

Kesalahan banyak orang kristen adalah:

 

à        tanpa melakukan usaha apapun, atau tanpa melakukan usaha maximal, tetapi lalu ‘berserah’ kepada Tuhan.

 

à        berusaha maximal, lalu berharap pada usahanya itu.

 

Disamping itu Yakub berserah kepada Tuhan tentang nasib dari Benyamin (43:14b). Ada yang menganggap bahwa ini bukan penyerahan tetapi sikap putus asa. Tetapi saya berpendapat ini adalah penyerahan. Kata-kata Yakub di sini mirip dengan kata-kata Ester dalam Ester 4:16b - ‘kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati’ (Lit: If I perish, I perish), yang jelas juga merupakan suatu penyerahan kepada Tuhan.

 

f)    Akhirnya anak-anak Yakub kembali ke Mesir membawa Benyamin (43:15).

 

3)   Sekalipun Yusuf menyambut mereka dengan sangat baik (43:16-17), tetapi saudara-saudara Yusuf ketakutan (43:18).

 

Adam Clarke mengomentari hal ini dengan berkata:

“A guilty conscience needs no accuser. Every thing alarms them” (= Hati nurani yang bersalah tidak membutuhkan penuduh. Segala sesuatu menakutkan mereka).

 

Bdk. Amsal 28:1 yang berbunyi: “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

 

4)   Perjamuan makan (43:32-34).

 

Dalam 43:32b dikatakan bahwa orang Mesir makan secara terpisah dengan saudara-saudara Yusuf, karena makan bersama dengan orang Ibrani adalah suatu kekejian bagi mereka.

 

NIV: detestable (= menjijikkan).

 

NASB: loathsome (= menjijikkan).

 

Calvin mengomentari hal ini dengan berkata:

“Now, when we see that the church of God was at that time, so proudly despised by profane men, we need not wonder that we also at the present day, are subjected to similar reproach” (= Jika kita lihat bahwa Gereja pada saat itu dihina dengan begitu sombong oleh orang-orang duniawi, kita tidak perlu heran kalau kita pada jaman ini juga menderita hinaan yang serupa).

 

 

II) Siasat Yusuf (44:1-34).

 

1)   Yusuf melakukan siasat untuk menjadikan Benyamin sebagai tahanan (44:1-17).

 

Tujuan Yusuf adalah untuk melihat bagaimana sikap saudara-saudaranya terhadap Benyamin. Dari tidak ikutnya Benyamin dalam kedatangan pertama, Yusuf tentu tahu bahwa setelah ia tidak ada, Benyaminlah yang paling dicintai oleh ayahnya. Sekarang ia ingin tahu apakah saudara-saudaranya iri hati kepada Benyamin atau tidak.

 

Tetapi dalam menjalankan siasatnya ini ada hal-hal yang salah yang dilakukan Yusuf.

 

·        Kej 44:5: ‘untuk menelaah’.

 

NIV: ‘and also uses for divination?’ (= dan juga menggunakannya untuk nujum / meramal?).

 

·        Kej 44:15b (NIV): ‘Don’t you know that a man like me can find things out by divination?’ (= Tidakkah kamu tahu bahwa orang seperti aku bisa mengetahui hal-hal dengan menggunakan nujum / ramalan?).

 

Banyak penafsir yang berkata bahwa memang ada ilmu ramal / nujum yang menggunakan cawan. Saya memang tidak percaya bahwa Yusuf menggunakan ilmu ramal seperti itu. Semua ini ia lakukan hanya demi penyamaran saja. Tetapi bagaimanapun apa yang ia lakukan di sini adalah salah, karena:

 

¨      itu adalah dusta.

 

¨      dengan mengatakan demikian, maka Yusuf akan dianggap tinggi oleh orang Mesir. Mereka akan beranggapan bahwa memang Yusuf itu hebat, bisa meramal dsb. Bandingkan dengan sikap / kata-kata Yusuf dalam Kej 41:16 dimana ia menyatakan bahwa dirinya tidak bisa apa-apa, hanya Allah yang bisa. Pada saat itu ia bersikap benar, karena ia merendahkan dirinya sendiri, dan hanya meninggikan Allah. Tetapi sekarang dengan kata-kata dustanya itu, ia meninggikan dirinya di hadapan orang Mesir.

 

Calvin: “Whence we gather, that when any one swerves from the right line, he is prone to fall into various sins” (= Dari mana kita mendapatkan bahwa jika seseorang menyimpang dari garis yang lurus, ia condong untuk jatuh ke dalam bermacam-macam dosa).

 

2)   Ternyata setelah Benyamin ditangkap dan mau dijadikan budak, Yehuda membuktikan kata-katanya kepada ayahnya dalam 43:8-10, dan ia membela Benyamin, dan bahkan mau dijadikan budak menggantikan Benyamin (44:33).

 

Kata-kata Yehuda ini menunjukkan kepedulian dan cintanya baik kepada Benyamin dan terhadap ayahnya.

 

Pembelaan Yehuda ini membuat mereka ‘lulus testing’, dan karena itu Yusuf tidak merasa perlu untuk terus berpura-pura (Kej 45).

 

 

III) Yusuf memperkenalkan diri (45:1-8).

 

1)   Mula-mula Yusuf menyuruh semua orang Mesir keluar dari tempat itu (45:1).

 

Mengapa Yusuf melakukan hal ini? Karena malu kepada mereka kalau ia harus menangis di depan mereka? Rasanya tidak mungkin, karena tangisan Yusuf kedengaran sampai di luar (45:2). Atau karena malu mempunyai keluarga seperti mereka? Ini juga tidak mungkin karena nanti ia mengakui hal itu terang-terangan (45:16-20  47:1-dst). Kalau begitu mengapa? Karena ia tidak mau orang Mesir tahu kejahatan saudara-saudaranya kepadanya! Bdk. 1Kor 13:7 yang mengatakan bahwa kasih ‘menutupi segala sesuatu’.

 

Renungkan: apakah saudara berusaha menutupi kesalahan / dosa dari orang lain, atau sebaliknya bahkan menyiarkannya?

 

2)   Yusuf memperkenalkan dirinya sebagai Yusuf yang mereka jual ke Mesir (45:3a,4b).

 

Bisakah saudara bayangkan bagaimana sikap saudara-saudaranya pada saat itu? Mereka bukan hanya kaget, tetapi pasti takut luar biasa.

 

3)   Yusuf menghibur saudara-saudaranya yang ketakutan (45:5-8).

 

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dari 45:5-8 ini:

 

a)   Kata-kata ‘bukan kamu’ dalam Kej 45:8 ini merupakan suatu dusta untuk menghibur mereka.

 

Sekalipun Allahlah yang menetapkan peristiwa penjualan Yusuf itu, dan dengan demikian Ia adalah The First Cause (= Penyebab pertama) dari peristiwa ini, tetapi saudara-saudara Yusuflah yang melaksanakan penjualan itu, sehingga Yusuf seharusnya tidak boleh berkata ‘bukan kamu’.

 

Calvin: “For the consolation of his brethren he seems to draw the veil of oblivion over their fault” (= Untuk penghiburan terhadap saudara-saudaranya kelihatannya ia menggunakan kerudung pengabaian terhadap kesalahan mereka).

 

Biarpun Yusuf bermaksud baik, tetapi kata-katanya ini tetap dusta dan merupakan dosa.

 

Penerapan:

 

Jangan menghibur orang dengan menggunakan dusta!

 

Catatan: Dalam Kej 50:20 Yusuf berkata dengan lebih terus terang - ‘memang kamu’.

 

b)   Dalam 45:5-8 - perhatikan kata-kata ‘Allah menyuruh aku mendahului kamu’ (ay 5,7) dan ‘bukan kamu yang menyuruh aku ke sini tetapi Allah’ (ay 8).

 

Bdk. Maz 105:17 - ‘diutusNyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual sebagai budak’.

 

Bdk. juga dengan Kej 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud untuk melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.

 

Penggunaan kata-kata ‘menyuruh’, ‘diutus’, ‘mereka-rekakannya’, terlalu keras untuk bisa diartikan bahwa Allah sekedar mengijinkan dosa itu terjadi! Kata-kata itu menunjukkan bahwa Allah bukan hanya mengijinkan, tetapi menetapkan / merencanakan dan mengatur terjadinya penjualan Yusuf ke Mesir.

 

Jadi, penjualan Yusuf ke Mesir, yang jelas adalah suatu dosa, merupakan pekerjaan Allah. Karena itu, jelas bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah tercakup.

 

Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin berkata:

“Good men are ashamed to confess, that what men undertake cannot be accomplished except by the will of God; fearing lest unbridled tongues should cry out immediately, either that God is the author of sin, or that wicked men are not to be accused of crime, seeing they fulfil the counsel of God. But although this sacrilegious fury cannot be effectually rebutted, it may suffice that we hold it in detestation. Meanwhile, it is right to maintain, what is declared by the clear testimonies of Scripture, that whatever men may contrive, yet, amidst all their tumult, God from heaven overrules their counsels and attempts; and, in short, does, by their hands, what he himself decreed” (= Orang-orang saleh malu mengakui, bahwa apa yang manusia lakukan tidak bisa tercapai kecuali oleh kehendak Allah; karena mereka takut bahwa lidah-lidah yang tidak dikekang akan segera berteriak, bahwa Allah adalah pencipta dosa, atau bahwa orang jahat tak boleh dituduh karena kejahatannya, mengingat mereka menggenapi rencana Allah. Tetapi sekalipun kemarahan yang tidak senonoh ini tidak bisa dibantah secara efektif, cukuplah kalau kita menganggapnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Sementara itu, adalah benar untuk mempertahankan, apa yang dinyatakan oleh kesaksian yang jelas dari Kitab Suci, bahwa apapun yang manusia usahakan / rencanakan, tetapi di tengah-tengah segala keributan mereka, Allah dari surga menguasai rencana dan usaha mereka, dan, singkatnya, melakukan dengan tangan mereka apa yang Ia sendiri tetapkan).

 

Dari kutipan ini terlihat dengan jelas bahwa Calvin percaya bahwa sekalipun segala sesuatu, termasuk dosa, hanya bisa terjadi karena penetapan / rencana Allah dan pekerjaanNya (Providence of God), tetapi:

 

·        Allah bukan pencipta dosa.

 

·        pada waktu manusia berbuat dosa ia tetap bertanggung jawab atas dosanya.

 

Ia melanjutkan dengan berkata:

“Good men, who fear to expose the justice of God to the calumnies of the impious, resort to this distinction, that God wills some things, but permits others to be done. As if, truly, any degree of liberty of action, were he to cease from governing, would be left to men. If he had only permitted Joseph to be carried into Egypt, he had not ordained him to be the minister of deliverance to his father Jacob and his sons; which he is now expressly declared to have done. Away, then, with that vain figment, that, by the permission of God only, and not by his counsel or will, those evils are committed which he afterwards turns to a good account” (= Orang-orang saleh, yang takut membuka keadilan Allah terhadap fitnahan dari orang-orang jahat, memutuskan untuk mengadakan pembedaan ini, yaitu bahwa Allah menghendaki beberapa hal, tetapi mengijinkan hal-hal yang lain untuk dilakukan. Seakan-akan ia berhenti dari tindakan memerintah, dan memberikan kebebasan bertindak tertentu kepada manusia. Jika Ia hanya mengijinkan Yusuf untuk dibawa ke Mesir, Ia tidak menetapkannya untuk menjadi pembebas bagi ayahnya Yakub dan anak-anaknya; yang dinyatakan secara jelas telah dilakukannya. Maka singkirkanlah isapan jempol yang sia-sia yang mengatakan bahwa hanya karena ijin Allah, dan bukan karena rencana atau kehendakNya, hal-hal yang jahat itu dilakukan yang setelah itu ia balikkan menjadi sesuatu yang baik).

 

Dari kutipan ini terlihat bahwa dalam persoalan terjadinya dosa, Calvin tidak mau menggunakan istilah Allah ‘mengijinkan’, tetapi Allah ‘menetapkan / menghendaki’ terjadinya hal itu. Calvin bahkan menyebut ajaran yang mengatakan bahwa Allah hanya mengijinkan dosa, sebagai ‘isapan jempol yang sia-sia’ yang harus dibuang!

 

c)   Allah menetapkan dan mengatur terjadinya peristiwa itu, karena Ia mempunyai maksud / tujuan yang baik (45:7  bdk. Kej 50:20).

 

·        Kej 45:7b - ‘untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong’. Ini salah terjemahan!

 

NIV: ‘to save your lives by a great deliverance’ (= untuk menyelamatkan hidupmu dengan suatau pembebasan yang besar).

 

NASB: ‘to keep you alive by a great deliverance’ (= untuk membuat kamu tetap hidup dengan suatu pembebasan yang besar).

 

·        Pulpit Commentary mengutip kata-kata Hughes: “Joseph’s brethren sent him to be a slave; God sent him to be a saviour” (= Saudara-saudara Yusuf mengirimkannya untuk menjadi budak; Allah mengirimkannya untuk menjadi juruselamat).

 

 

Kesimpulan:

 

Baik ditinjau dari sudut Yusuf, Yakub maupun saudara-saudara Yusuf, segala sesuatu rasanya kacau dan menakutkan, tetapi Allah mengatur semuanya sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang baik bagi mereka dimana selama masa kelaparan mereka terpelihara di Mesir.

 

Karena itu kalau hidup saudara dan keluarga saudara rasanya kacau, tetaplah percaya bahwa Allah mengatur semuanya itu menuju sesuatu yang baik.

 

 

-AMIN-


 


 

email us at : gkri_exodus@lycos.com