Khotbah Hari Raya Kristen

 

oleh: Pdt. Budi Asali, MDiv.


 

KENAIKAN KRISTUS KE SURGA 2008

 

YOH 14:1-6

 

 

Yoh 14:1-6 - “(1) ‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. (2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’ (6) Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.

 

 

I) Kegelisahan hati murid-murid.

 

1)   Mengapa murid-murid gelisah?

 

Kata-kata Yesus dalam ay 1 menunjukkan bahwa murid-murid memang gelisah. Mengapa mereka gelisah? Karena perkataan Yesus dalam pasal sebelumnya, yang mengatakan bahwa Ia akan meninggalkan mereka.

 

Yoh 13:31-33,36 - “(31) Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: ‘Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. (32) Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diriNya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. (33) Hai anak-anakKu, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. ... (36) Simon Petrus berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, ke manakah Engkau pergi?’ Jawab Yesus: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”.

 

Juga mungkin karena kata-kata Yesus sebelum ini, yaitu dalam Yoh 13:21 - “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.’”.

 

Ingat bahwa mereka masih tetap mempunyai pengertian Yahudi tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias itu akan memimpin mereka untuk mengalahkan Romawi. Sekarang, dengan adanya kata-kata Yesus di atas, mereka sangat bingung dan kecewa. Mereka sudah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, dan sekarang Yesus akan meninggalkan mereka.

 

2)   Apapun alasannya, Yesus melarang mereka untuk terus gelisah.

 

Ay 1a: ‘Janganlah gelisah hatimu’.

 

Baik Hendriksen maupun Leon Morris mengatakan bahwa maksud dari ay 1a bukanlah: ‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi ‘berhentilah gelisah’, atau ‘janganlah gelisah terus’.

 

William Barclay: “In a very short time life for the disciples was going to fall in. Their world was going to collapse in chaos around them. At such a time there was only one thing to do - stubbornly to hold on to trust in God. ... There comes a time when we have to believe where we cannot prove and to accept where we cannot understand. If, in the darkest hour, we believe that somehow there is a purpose in life and that that purpose is love, even the unbearable becomes bearable and even in the darkness there is a glimmer of light” (= Sebentar lagi hidup untuk para murid akan runtuh. Dunia mereka akan runtuh dalam kekacauan di sekitar mereka. Pada saat seperti itu hanya ada satu hal yang harus dilakukan - secara bandel terus percaya kepada Allah. ... Akan datang saat dimana kita harus percaya pada saat kita tidak bisa membuktikan, dan menerima pada saat kita tidak bisa mengerti. Jika, pada saat yang paling gelap, kita percaya bahwa bagaimanapun juga ada suatu tujuan / rencana dalam hidup dan bahwa tujuan / rencana itu adalah kasih, bahkan hal-hal yang tak tertahankan menjadi tertahankan, dan bahkan dalam kegelapan ada cahaya yang redup / berkelap-kelip) - hal 152-153.

 

3)   Beda kegelisahan dalam diri Yesus dan dalam diri kita / para murid.

 

Yesus sendiri pernah mengalami kegelisahan / kekacauan hati, dan itu dinyatakan dalam Yoh 11:33  12:27  13:21, dimana kata Yunani yang digunakan adalah kata Yunani yang sama seperti dalam Yoh 14:1 ini. Lalu mengapa Ia melarang para murid untuk gelisah, padahal Ia sendiri gelisah? Apakah Ia berdosa dengan merasa gelisah?

 

Matthew Poole: “Our Saviour himself was troubled, but not sinfully; his trouble neither arose from unbelief, nor yet was in undue measure; it was (as one well expresseth it) like the mere agitation of clear water, where was no mud at the bottom: but our trouble is like the stirring of water that hath a great deal of mud at the bottom, which upon the rolling, riseth up, and maketh the whole body of the water in the vessel impure, roiled and muddy” [= Juruselamat kita sendiri gelisah, tetapi tidak dengan cara yang berdosa; kegelisahanNya tidak muncul dari ketidakpercayaan, dan juga tidak dilakukan dalam takaran yang tidak semestinya; itu adalah (seperti seseorang menyatakannya dengan benar / baik) seperti pengadukan terhadap air bersih, dimana tidak ada lumpur di dasarnya: tetapi kegelisahan kita adalah seperti pengadukan terhadap air yang mempunyai banyak lumpur di dasarnya, yang karena pengadukan itu naik ke atas dan membuat seluruh air dalam tempat itu kotor, keruh dan berlumpur] - hal 353.

 

 

II) Apa yang harus mereka lakukan?

 

1)   Percaya / beriman.

 

Ay 1: “percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.

 

a)   Terjemahan bagian ini.

 

Kedua kata ‘percayalah’ dalam ay 1b ini, dalam bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan sebagai indicative / pernyataan (‘Kamu percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative / perintah (‘Percayalah kepada Allah / Aku’).

 

KJV menterjemahkan yang pertama sebagai pernyataan, dan yang kedua sebagai perintah.

 

KJV: ‘ye believe in God, believe also in me’ (= engkau percaya kepada Allah, percayalah juga kepadaKu).

 

Calvin memilih terjemahan ini, tetapi hampir semua penafsir mengatakan bahwa keduanya harus dalam imperative / perintah, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB.

 

RSV: ‘believe in God, believe also in me’ (= percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu).

 

NIV/NASB seperti RSV, tetapi NIV menggunakan kata ‘trust’ bukan ‘believe’.

 

Mungkin penterjemah KJV dan Calvin berpikir bahwa para murid itu tentu sudah percaya kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga percaya kepadaNya.

 

Tetapi dalam Mark 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh Yesus untuk percaya kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau dalam Yoh 14:1b ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai imperative / perintah, itu bisa dipertanggung-jawabkan.

 

b)   Kita harus percaya kepada Allah dan kepada Kristus.

 

1.   Tidak ada orang bisa beriman kepada salah satu saja!

 

Pulpit Commentary: “Such is the relationship between God and Christ that faith in one involves faith in both. Whether faith begins from the human or Divine side, it will find itself embracing the Father and Son, or neither. Thus, when Christ appeared in our world, those who had genuine faith in God readily believe in him, and those who had not rejected him. Faith in the visible and incarnate Son was a test of faith in the invisible and eternal Father” (= Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga iman kepada yang satu melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman mulai dari sisi manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup Bapa dan Anak, atau tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam dunia kita, mereka yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela / mudah percaya kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati menolakNya. Iman kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan merupakan ujian iman kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal) - hal 249.

 

Matthew Henry: “Those that rightly believe in God will believe in Jesus Christ” (= Mereka yang percaya kepada Allah dengan benar akan percaya kepada Yesus Kristus).

 

2.   Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.

 

Kitab Suci melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi menyuruh kita percaya hanya kepada Allah (bdk. Yes 31:1  Yer 17:5-8). Bahwa di sini Yesus menyuruh murid-muridNya percaya kepadaNya, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.

 

Lenski: “The two ‘believe’ are used in the same sense, demanding the same trust in Jesus as God. Both are equally trustworthy, and the ground for this is the deity of Jesus, 10:30; 14:9; Matt. 16:16 ” (= Kedua kata ‘percayalah’ itu digunakan dalam arti yang sama, menuntut kepercayaan kepada Yesus seperti kepada Allah. Keduanya sama-sama layak dipercaya, dan dasar dari hal ini adalah keilahian Yesus, 10:30; 14:9; Mat 16:16) - hal 969.

 

Thomas Whitelaw: “A mere man (if a good man) would never have connected his name with God’s as Christ here does. Moses never said, ‘Believe in God and believe in me.’” [= Seseorang yang semata-mata adalah manusia (jika ia adalah orang yang baik) tidak akan pernah menghubungkan namanya dengan nama Allah seperti yang Kristus lakukan di sini. Musa tidak pernah berkata: ‘Percayalah kepada Allah dan percayalah kepadaku.’] - hal 302.

 

3.   Iman adalah obat kegelisahan.

 

Matthew Henry: “believing in God through Jesus Christ is an excellent means of keeping trouble from the heart. The joy of faith is the best remedy against the griefs of sense” (= percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus merupakan cara yang sangat baik untuk menjauhkan kegelisahan dari hati. Sukacita dari iman merupakan obat yang terbaik terhadap perasaan sedih).

 

c)   Baik dalam ay 1a (janganlah gelisah) maupun ay 1b (percayalah), digunakan present imperative (= kata perintah bentuk present), yang menunjukkan bahwa Ia menghendaki supaya perintah ini ditaati terus menerus.

 

2)   Berpikir tentang surga.

 

a)   Iman / kepercayaan kepada Allah dan Yesus itu dihubungkan dengan kekekalan / kehidupan setelah kematian.

 

Ay 2-3: (2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

 

Matthew Henry: “what must they trust God and Christ for? Trust them for a happiness to come when this body and this world shall be no more, and for a happiness to last as long as the immortal soul and the eternal world shall last” (= untuk apa mereka harus mempercayai Allah dan Kristus? Mempercayai Mereka untuk suatu kebahagiaan yang akan datang pada saat tubuh ini dan dunia ini tidak ada lagi, dan untuk suatu kebahagiaan yang berlangsung selama jiwa yang kekal / tidak bisa mati dan dunia yang kekal tetap ada).

 

Bdk. 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

 

Penerapan:

 

Apakah saudara mempercayai Allah dan Kristus hanya untuk hidup yang sekarang ini? Atau untuk kehidupan yang akan datang?

 

b)   Banyak tempat tinggal di surga.

 

1.   Ay 2a: ‘Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal’.

 

a.   Kata-kata ‘rumah BapaKu’ jelas menunjuk pada ‘surga’. Jadi, surga digambarkan sebagai ‘rumah’.

 

Bdk. 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

 

KJV: ‘For we know that if our earthly house of this tabernacle were dissolved, we have a building of God, an house not made with hands, eternal in the heavens’ (= Karena kami tahu bahwa jika rumah dari kemah di bumi ini dihancurkan, kita mempunyai sebuah bangunan dari Allah, suatu rumah yang tidak dibuat dengan tangan, kekal di surga).

 

b.   Yesus mengatakan bahwa di surga itu ada ‘banyak tempat tinggal’.

 

·        Ada orang-orang yang memberikan arti yang sesat untuk kata-kata ‘banyak tempat tinggal’ ini, dan mengartikannya bahwa ini menunjuk pada adanya banyak tempat untuk orang-orang dari bermacam-macam kepercayaan dan agama.

 

Lenski: “The word ‘many’ is misapplied when it is referred to men of all kinds of opinions, convictions, faiths, and the like; for only true believers may enter” (= Kata ‘banyak’ diterapkan secara salah pada waktu itu dihubungkan dengan orang-orang dari segala jenis pandangan, keyakinan, iman, dan sebagainya; karena hanya orang-orang percaya yang sejati yang bisa masuk) - hal 971.

 

J. C. Ryle: “The modern idea of some divines, that our Lord meant that heaven was a place for all sorts of creeds and religions, seems utterly unwarranted by the text. From the whole context He is evidently speaking for the special comfort of Christians” (= Kepercayaan modern dari beberapa ahli theologia, bahwa Tuhan kita memaksudkan bahwa surga adalah suatu tempat untuk semua jenis pengakuan dan agama, kelihatannya sama sekali tidak bisa dipertanggung-jawabkan oleh text ini. Dari seluruh kontext Ia jelas sedang berbicara tentang penghiburan khusus bagi orang-orang Kristen) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 62.

 

Catatan: Yoh 14:6 lebih-lebih membuang kemungkinan penafsiran sesat ini. Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.

 

·        Ada juga yang memberi arti yang salah untuk kata-kata ‘banyak tempat tinggal’ dengan mengatakan bahwa kata-kata ini menunjuk pada adanya perbedaan tingkat kemuliaan di surga (Clarke). Sekalipun di surga memang ada perbedaan tingkat kemuliaan, tetapi dasar untuk hal itu harus diambil dari ayat-ayat lain, karena kata-kata di sini jelas tidak menunjuk pada arti tersebut.

 

·        Arti yang benar: ‘banyak tempat tinggal’ menunjuk pada cukupnya tempat di surga bagi semua orang percaya.

 

Calvin dan kebanyakan penafsir lain mengatakan bahwa kata-kata ini hanya menunjukkan bahwa tempat di surga itu cukup bagi semua.

 

Penerapan:

 

·        Karena itu, janganlah saudara tidak memberitakan Injil, dengan pemikiran bahwa kalau terlalu banyak orang yang percaya kepada Yesus, nanti kita akan berdesak-desakan di sorga! Kalau saudara banyak memberitakan Injil dan menghasilkan banyak jiwa, paling-paling kita akan berdesak-desakan di gereja, tetapi tidak di surga!

 

·        Alangkah berbedanya ajaran ini dengan theologia dari Saksi-Saksi Yehuwa! Mereka berkata bahwa yang masuk surga hanya 144.000 orang, dan pada sekitar tahun 1931, pada waktu jumlah mereka melampaui 144.000 itu mereka lalu ‘menciptakan’ tempat baru, yaitu Firdaus, yang mereka katakan sebagai bumi yang akan disempurnakan nanti. Jadi, yang tidak kebagian tempat di surga, akan dimasukkan ke Firdaus ini!

 

c.   Tempat tinggal di surga itu merupakan tempat tinggal yang permanen.

 

Kata ‘tempat tinggal’ dalam KJV adalah ‘mansions’, dan dalam bahasa Yunani adalah MONAI (bentuk jamak). Matthew Henry mengatakan bahwa kata MONAI berasal dari kata MANEO, dan berarti tempat tinggal yang kekal. Jadi, kita tidak tinggal di sana hanya untuk sementara tetapi untuk selama-lamanya. Di dunia ini kita tinggal seperti di penginapan / hotel, tetapi di surga kita mendapat tempat tinggal yang tetap.

 

Pulpit Commentary: “The settled life is thought of rather than the wandering one. Jesus knew full well what a wandering life his disciples would have, going into strange and distant countries. They would have to travel as he himself had never travelled. The more they apprehended the work to which they had been called, the more they would feel bound to go from land to land, preaching the gospel while life lasted. To men thus constantly on the move, the promise of a true resting-place was just the promise they needed” (= Yang dipikirkan adalah hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara. Yesus tahu sepenuhnya kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dijalani oleh para muridNya, pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke tempat dimana Ia sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan kemana mereka dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, memberitakan Injil sementara mereka masih hidup. Bagi orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat yang sejati adalah janji yang mereka butuhkan) - hal 260.

 

d.   Semua ini menunjukkan bahwa surga adalah suatu tempat / lokasi, bukan sekedar suatu kondisi.

 

Dalam ay 2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata ‘tempat’ muncul 5 x, dan ini menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat. Konsekwensinya, neraka juga pasti merupakan suatu tempat. Bdk. Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

 

Mengatakan bahwa surga dan neraka bukanlah ‘suatu lokasi’ tetapi hanya ‘suatu kondisi’ menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci!

 

Pulpit Commentary: “Heaven is a definite locality. Jesus is there in his glorified body” (= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan) - hal 232.

 

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

“It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.

 

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

 

Catatan: kalau saudara masih belum yakin bahwa surga dan neraka merupakan suatu tempat, dan menginginkan lebih banyak dasar Kitab Suci untuk hal itu, bacalah ayat-ayat ini: Ul 26:15  1Raja 8:30,39,43,49  2Taw 6:21,30,33,39  2Taw 30:27  Ayub 16:19  Ayub 23:3  Ayub 25:2  Ayub 31:2  Ayub 36:29  Maz 33:14  Maz 68:19  Maz 93:4  Maz 92:9  Maz 113:5  Maz 144:7  Maz 148:1  Maz 150:1  Amsal 21:16  Yes 7:11  Yes 26:21  Yes 30:27  Yes 33:5  Yes 57:15  Yes 58:4  Yer 25:30  Mikha 1:3  Mikha 6:6  Zakh 2:13  Mat 5:19  Mat 25:46  Mark 9:44,46  Luk 2:14  Luk 16:28  Luk 19:38  Luk 24:49  Yoh 6:62  Yoh 7:34,36  Yoh 8:21-22  Yoh 13:33,36  2Kor 5:1-2  Ef 2:6  Ef 4:8  Ibr 1:3  Ibr 3:18  Ibr 4:3,5,6,10  Ibr 8:2  Ibr 9:12,24  2Pet 2:17  Yudas 13.

 

3)   Mengetahui dan memikirkan tentang tujuan kepergian Yesus.

 

Barnes’ Notes: “‘I go to prepare a place for you.’ By his going is meant his death and ascent to heaven” (= ‘Aku pergi untuk menyediakan suatu tempat bagimu’. Dengan kepergianNya dimaksudkan kematianNya dan kenaikanNya ke surga).

 

Matthew Henry: “Believe and consider that the design of Christ’s going away was to prepare a place in heaven for his disciples. ‘You are grieved to think of my going away, whereas I go on your errand, as the forerunner; I am to enter for you.’” (= Percayalah dan pertimbangkanlah bahwa tujuan kepergian Kristus adalah untuk mempersiapkan suatu tempat di surga bagi murid-muridNya. ‘Kamu sedih memikirkan kepergianKu, padahal Aku pergi untuk keperluanmu, sebagai pendahulumu; Aku masuk bagi / demi kamu’).

 

Matthew Poole: “the place was prepared of old; those who shall be saved, were of old ordained unto life. That kingdom was prepared for them before the foundation of the world; that is, in the counsels and immutable purpose of God. These mansions for believers in heaven were to be sprinkled with blood: the sprinkling of the tabernacle, and all the vessels of the ministry, were typical of it; but the heavenly things themselves with better sacrifices than these, saith the apostle, Heb. 9:21,23” (= tempat ini disiapkan sejak dulu; mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak dulu ditentukan untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia dijadikan; yaitu, dalam rencana Allah yang kekal. Tempat tinggal - tempat tinggal untuk orang-orang percaya di surga ini harus diperciki dengan darah: pemercikan terhadap kemah suci, dan semua alat-alat pelayanan / alat-alat untuk ibadah merupakan TYPE dari itu; tetapi hal-hal / benda-benda surgawi itu sendiri dengan persembahan / korban yang lebih baik dari ini, kata sang rasul, Ibr 9:21,23) - hal 353.

 

Matthew Henry: Heaven would be an unready place for a Christian if Christ were not there. He went to prepare a table for them, to prepare thrones for them, Lu. 22:30” (= Surga akan merupakan suatu tempat yang tidak siap bagi seorang Kristen seandainya Kristus tidak di sana. Ia pergi untuk mempersiapkan suatu meja bagi mereka, untuk mempersapkan takhta-takhta bagi mereka, Luk 22:30).

 

Luk 22:30 - “bahwa kamu akan makan dan minum semeeja dengan Aku di dalam KerajaanKu dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.

 

4)   Mengetahui bahwa Yesus akan kembali untuk membawa mereka ke surga.

 

a)   Ay 3b: ‘Aku akan datang kembali’.

 

Calvin: Ini tidak menunjuk pada turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.

 

Calvin: “This place is said to be prepared for the day of the resurrection” (= Dikatakan bahwa tempat ini disiapkan untuk hari kebangkitan) - hal 82.

 

Hendriksen mempunyai pandangan yang sama dengan Calvin, tetapi Pulpit Commentary mengatakan bahwa ini tidak menunjuk pada Pentakosta, pertobatan, maupun hari penghakiman, tetapi menunjuk pada kematian setiap murid (hal 232).

 

Ada juga orang yang menggabungkan kedua pandangan di atas.

 

Thomas Whitelaw: “first at the death of the believer ... and finally at the last day” (= Pertama-tama pada saat kematian orang percaya ... dan akhirnya pada hari terakhir) - hal 303.

 

Saya lebih setuju dengan pandangan Calvin dan William Hendriksen. Tetapi bukankah orang percaya sudah masuk surga pada saat mati? Ya, tetapi itu hanya jiwa / rohnya saja, tubuhnya belum. Jadi, seluruh orang itu baru betul-betul bersama-sama dengan Kristus di surga pada saat Kristus datang kembali, karena pada saat itu tubuh dibangkitkan dan dipersatukan kembali dengan jiwa / rohnya, dan masuk ke surga secara utuh.

 

b)   Ay 3c: ‘membawa kamu ke tempatKu’. Ini salah terjemahan.

 

NASB: ‘receive you to Myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).

 

NIV: ‘take you to be with me’ (= membawamu untuk bersamaKu).

 

RSV: ‘take you to myself’ (= membawamu kepadaKu sendiri).

 

KJV: ‘receive you unto myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).

 

Hendriksen: ‘I will take you to be face to face with me’ (= Aku akan membawamu untuk berhadapan muka dengan Aku ).

 

Terjemahan Hendriksen ini merupakan terjemahan hurufiah, karena di sini digunakan kata Yunani PROS, yang juga digunakan dalam Yoh 1:1 dan 1Yoh 1:2 (diterjemahkan ‘bersama-sama dengan’).

 

Ini masih disambung lagi dengan ay 3d: ‘supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada’.

 

Bandingkan ini dengan Yoh 17:24 - “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.

 

Lenski: “His departure is not a permanent separation but a necessary step for a glorious and eternal reunion” (= KepergianNya bukanlah merupakan suatu perpisahan yang permanen tetapi merupakan suatu langkah yang perlu untuk suatu reuni yang mulia dan kekal) - hal 972-973.

 

J. C. Ryle: “Let us note that one of the simplest, plainest ideas of heaven is here. It is being ‘ever with the Lord.’ Whatever else we see or do not see in heaven, we shall see Christ. Whatever kind of a place, it is a place where Christ is. (Phil 1:23; 1Thess. 4:17)” [= Hendaklah kita perhatikan bahwa salah satu dari gagasan-gagasan yang paling sederhana dan jelas tentang surga ada di sini. Itu adalah ‘selalu ada bersama Tuhan’. Apapun yang lain yang kita lihat atau tidak kita lihat di surga, kita akan melihat Kristus. Tempat apapun itu adanya, yang jelas itu merupakan tempat dimana Kristus ada. (Fil 1:23; 1Tes 4:17)] - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 63.

 

William Hendriksen: “So wonderful is Christ’s love for his own that he is not satisfied with the idea of merely bringing them to heaven. He must needs take them into his own embrace” (= Begitu ajaibnya kasih Kristus untuk milikNya sehingga Ia tidak puas dengan gagasan tentang sekedar membawa mereka ke surga. Ia harus membawa mereka ke dalam pelukanNya sendiri) - hal 265-266.

 

John G. Mitchell: “the important thing is not heaven. The important thing is being with Him” (= hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah bersama dengan Dia) - hal 268.

 

Penerapan:

 

Tuhan mementingkan persekutuan / kebersamaan dengan saudara yang adalah orang percaya. Apakah saudara juga mementingkan persekutuan dengan Tuhan?

 

·        Apakah saudara menganggap mati sebagai suatu keuntungan (bdk. Fil 1:21) karena dengan demikian saudara akan masuk surga atau karena saudara akan bersama dengan Kristus (bdk. Fil 1:23 - ‘aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus’)?

 

·        Apakah dalam berbakti saudara hanya ‘pergi ke gereja’ atau ‘bersekutu dengan Tuhan’?

 

·        Pada waktu bersaat teduh, apakah saudara melakukan sekedar sebagai tradisi, atau karena ingin bersekutu dengan Tuhan?

 

·        Apakah pada waktu berdoa saudara hanya sekedar ‘meminta sesuatu / meminta terhindar dari sesuatu’ atau ‘ingin bersekutu dengan Tuhan’?

 

5)   Kepergian Yesus ke surga menjamin bahwa kita yang percaya juga akan masuk ke surga.

 

Ay 3 yang menunjukkan bahwa Yesus pergi (termasuk pergi ke surga) untuk menyiapkan tempat tinggal bagi kita ini, harus dibandingkan dengan Ibr 6:20, dimana Yesus disebut sebagai ‘Perintis’.

 

Ibr 6:20 - “di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya”.

 

KJV/RSV/NASB: ‘forerunner’ (= pendahulu / pelopor / perintis).

 

Kata Yunaninya adalah PRODROMOS, dan hanya muncul 1 x dalam Perjanjian Baru.

 

William Barclay: “There are two uses of this word which light up the picture within it. In the Roman army the prodromoi were the reconnaissance troops. They went ahead of the main body of the army to blaze the trail and to ensure that it was safe for the rest of the troops to follow. The harbour of Alexandria was very difficult to approach. When the great corn ships came into it a little pilot boat was sent out to guide them along the channel into safe waters. That pilot boat was called the prodromos. It went first to make it safe for others to follow. That is what Jesus did. He blazed the way to heaven and to God that we might follow in his steps” (= Ada 2 penggunaan dari kata ini yang menjelaskan hal ini. Dalam tentara Romawi PRODROMOI adalah pasukan pengintaian. Mereka berjalan di depan pasukan utama dari tentara itu untuk membuka jalan dan memastikan keamanan dari sisa pasukan untuk mengikuti mereka. Pelabuhan Alexandria adalah tempat yang sukar di dekati. Pada saat kapal jagung / gandum yang besar datang kepadanya, sebuah perahu pembimbing yang kecil dikeluarkan untuk memimpin mereka di sepanjang jalan kepada air / tempat yang aman. Perahu pembimbing itu disebut PRODROMOS. Perahu itu berangkat dulu untuk membuat yang lain bisa mengikutinya dengan aman. Itulah yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan ke surga dan kepada Allah sehingga kita mengikuti langkah-langkahNya) - hal 155.

 

Catatan: prodromoi adalah bentuk jamak dari prodromos.

 

Calvin: By these words Christ intimates that the design of his departure is, to prepare a place for his disciples. In a word, Christ did not ascend to heaven in a private capacity, to dwell there alone, but rather that it might be the common inheritance of all the godly, and that in this way the Head might be united to his members (= Dengan kata-kata ini Kristus menunjukkan bahwa tujuan dari kepergianNya adalah untuk mempersiapkan suatu tempat bagi murid-muridNya. Dengan kata lain, Kristus tidak naik ke surga dalam kapasitas pribadi, untuk tinggal di sana sendirian, tetapi supaya surga itu bisa menjadi warisan umum bagi semua orang saleh, dan supaya dengan cara / jalan ini sang Kepala bisa dipersatukan dengan anggota-anggotaNya).

 

 

III) Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.

 

1)   Setelah Yesus berbicara tentang surga, terjadi pembicaraan tentang ‘jalan ke surga’.

 

Ay 4-5: (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’

 

Yesus berkata para murid tahu jalan ke sana, tetapi Tomas mengatakan ia tidak tahu.

 

a)   Kalau demikian, apakah kata-kata Yesus dalam ay 4 tadi salah? Ia berkata ‘kamu tahu’ padahal Tomas tidak tahu. Untuk menjawab ini, ada beberapa penafsiran:

 

1.   Dalam ay 4, Yesus memaksudkan: ‘Kamu seharusnya tahu’.

 

2.   Mereka (para murid) memang mempunyai pengetahuan, tetapi agak kabur / tidak pasti.

 

3.   Yesus mengatakan ‘kamu tahu’ hanya untuk merangsang mereka untuk berusaha mengetahui hal itu, sehingga Ia lalu bisa menjelaskannya kepada mereka (Jamieson, Fausset & Brown).

 

b)   Ini menunjukkan kejujuran Tomas, seperti yang juga terlihat dalam Yoh 20:25. Dia tidak mau berpura-pura percaya atau berpura-pura tahu.

 

Bdk. Yoh 20:25 - “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.

 

Mungkin ia berpikir: ‘Tadi Engkau sendiri mengatakan bahwa ke tempat dimana Engkau akan pergi, kami tidak bisa datang (13:33); lalu bagaimana mungkin Engkau sekarang berkata bahwa kami tahu jalan ke sana?’.

 

Bdk. Yoh 13:33 - “Hai anak-anakKu, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu”.

 

William Barclay: “There was one among them who could never say that he understood what he did not understand, and that was Thomas. He was far too honest and far too much in earnest to be satisfied with any vague pious expressions. Thomas had to be sure. So he expressed his doubts and his failure to understand, and the wonderful thing is that it was the question of a doubting man which provoked one of the greatest things Jesus ever said. No one need be ashamed of his doubts; for it is amazingly true that he who seeks will in the end find” (= Ada satu di antara mereka yang tidak pernah bisa berkata bahwa ia tahu / mengerti apa yang ia tidak tahu / mengerti, dan itu adalah Tomas. Ia terlalu jujur dan terlalu bersungguh-sungguh untuk dipuaskan dengan pernyataan-pernyataan saleh yang kabur. Tomas harus yakin. Jadi ia menyatakan keraguannya dan kegagalannya untuk tahu / mengerti, dan hal yang sangat bagus adalah bahwa pertanyaan dari seseorang yang ragu-ragulah yang menimbulkan salah satu hal terbesar yang pernah diucapkan oleh Yesus. Tak seorangpun perlu malu tentang keraguannya; karena merupakan sesuatu yang benar bahwa ia yang mencari pada akhirnya akan mendapatkan / menemukan) - hal 156-157.

 

c)   Ketidak-tahuan Tomas merupakan suatu ketidak-tahuan yang salah / patut dicela.

 

Ada ketidak-tahuan yang tidak bisa disalahkan, misalnya ketidak-tahuan dari orang yang baru saja menjadi orang Kristen. Atau orang Kristen yang hidup di pedalaman, sehingga tidak memungkinkan mereka belajar Firman Tuhan dengan baik, dan sebagainya.

Tetapi ada ketidak-tahuan yang memang salah / patut dicela. Misalnya, kalau seseorang sudah lama ikut Kristus, dan sebetulnya ada banyak tempat dimana ia bisa belajar dan menjadi tahu tetapi ia tidak mau menggunakannya, sehingga ia tidak tahu apa-apa, maka tentu saja ini merupakan suatu ketidak-tahuan yang salah. Juga kalau ia sebetulnya banyak belajar, tetapi tak mau menerima kebenaran yang dipelajarinya, karena ia sudah mempunyai konsep yang lain. Yang terakhir ini mungkin merupakan alasan ketidak-tahuan Tomas.

 

Barnes’ Notes: “‘We know not whither thou goest.’ Though Jesus had so often told them of his approaching death and resurrection, yet it seems they did not understand him, nor did they fully comprehend him until after his resurrection. See Luke 24:21. They entertained the common notions of a temporal kingdom; they supposed still that he was to be an earthly prince and leader, and they did not comprehend the reason why he should die. Thomas confessed his ignorance, and the Saviour again patiently explained his meaning. All this shows the difficulty of believing when the mind is full of prejudice and of contrary opinions. If Thomas had laid aside his previous opinions - had he been willing to receive the truth as Jesus plainly spoke it, there would have been no difficulty. Faith would have been an easy and natural exercise of the mind. And so with the sinner. If he were willing to receive the plain and unequivocal doctrines of the Bible, there would be no difficulty; but his mind is full of opposite opinions and plans, occupied with errors and vanities, and these are the reasons, and the only reasons, why he is not a Christian” (= ‘Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi’. Sekalipun Yesus telah begitu sering memberitahu mereka tentang kematian dan kebangkitanNya yang mendekat, tetapi kelihatannya mereka tidak mengertiNya, juga mereka tidak sepenuhnya mengertiNya sampai setelah kebangkitanNya. Lihat Luk 24:21. Mereka mempunyai pikiran yang umum tentang suatu kerajaan yang sementara; mereka tetap menganggap bahwa Ia akan menjadi pangeran / raja dan pemimpin duniawi, dan mereka tidak mengerti alasan mengapa ia harus mati. Tomas mengakui ketidak-tahuannya, dan sang Juruselamat dengan sabar menjelaskan lagi maksudNya. Semua ini menunjukkan kesukaran untuk percaya pada saat pikiran penuh dengan prasangka dan pandangan-pandangan yang bertentangan. Seandainya Tomas mengesampingkan pandangan-pandangan terdahulunya, seandainya ia mau menerima kebenaran sebagaimana Yesus mengatakannya secara jelas, maka tidak akan ada kesukaran. Iman akan merupakan suatu gerakan yang mudah dan alamiah dari pikiran. Dan demikian juga dengan orang berdosa. Jika ia mau menerima ajaran-ajaran yang sederhana dan jelas dari Alkitab, maka tidak akan ada kesukaran; tetapi pikirannya dipenuhi dengan rencana dan pandangan yang bertentangan, terisi dengan kesalahan dan kesia-siaan, dan ini adalah alasan, satu-satunya alasan, mengapa ia bukan orang Kristen).

 

Luk 24:21 - “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi”.

 

2)   Jawaban Yesus kepada Tomas.

 

Ay 6: “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.

 

a)   Satu hal yang perlu diperhatikian adalah: dari ketidak tahuan Tomas, yang ia nyatakan secara terus terang, lalu muncul salah satu kata-kata terindah, teragung, dan terpenting dari Yesus!

 

b)   ‘Akulah jalan ... Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.

 

1.   Kata-kata ‘Akulah jalan’ menyebabkan dalam Kitab Kisah Para Rasul kekristenan sering disebut dengan istilah ‘jalan’ (Bdk. Kis 9:2  19:9,23  24:14,22).

 

Bdk. Ibr 10:20 - “karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri”.

 

2.   William Hendriksen: “‘I am the way.’ Jesus does not merely show the way; he is himself the way. It is true that he teaches the way (Mark 12:14; Luke 20:21), guides us in the way (Luke 1:79), and has dedicated for us a new and living way (Heb. 10:20); but all this is possible only because he is himself the way” [= ‘Aku adalah jalan’. Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Adalah benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark 12:14; Luk 20:21), memimpin kita di dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah memberikan kita jalan yang baru dan hidup (Ibr 10:20); tetapi semua ini memungkinkan hanya karena Ia sendiri adalah jalan itu] - hal 267.

 

Dalam hal ini Yesus berbeda dengan semua pendiri agama lain. Mereka paling-paling menunjukkan jalan, tetapi mereka tidak pernah mengatakan: ‘Akulah jalan’.

 

Dan pada waktu mereka menunjukkan jalan, kita perlu mengingat kata-kata Kitab Suci: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12).

 

3.   Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

Yoh 14:6 ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:

 

a.   Kitab Sucinya salah. Yesus sebetulnya tidak pernah mengucapkan kata-kata ini.

 

b.   Kitab Sucinya benar. Yesus memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, Ia tidak mengucapkan kebenaran. Dengan kata lain Yesus berdusta!

 

c.   Kitab Sucinya benar dan Yesusnya tidak berdusta. Jadi Ia memang adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

Kalau saudara menerima salah satu dari 2 kemungkinan pertama, maka saudara seharusnya berhenti jadi orang kristen. Merupakan suatu kegilaan kalau seseorang tetap menjadi orang kristen padahal ia percaya Kitab Sucinya salah atau Yesusnya berdusta! Kalau saudara menolak 2 kemungkinan pertama itu, maka hanya kemungkinan terakhirlah yang menjadi pilihan saudara! Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga!

 

Jelas bahwa yang ditekankan dalam Yoh 14:6 ini adalah persoalan masuk surga, karena kontex (ay 2-4) membicarakan rumah Bapa / surga. Jadi bagian ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

 

Bandingkan dengan:

 

Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam ssiapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

 

1Yoh 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allahh telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

 

Siapapun yang menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan bahwa orang beragama lain tidak bisa masuk surga, adalah orang kurang ajar / nabi palsu, yang telah memutar-balikkan Kitab Suci.

 

Bdk. 2Pet 3:16 - “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

 

Contoh: orang-orang Liberal mengatakan bahwa Yoh 14:6 ini hanya berlaku untuk orang kristen. Ini membuat kata-kata Yesus ini menjadi tidak ada artinya / kehilangan maknanya sama sekali. Apa gunanya kata-kataNya ini kalau itu hanya berlaku untuk orang kristen?

 

Ada lagi orang Liberal yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘way’ adalah jalan besar. Kalau itu memang hanya ada satu yaitu Yesus. Tetapi kalau jalan kecil (= path) ada banyak! Bagaimana mungkin kegilaan seperti ini bisa diharmoniskan dengan kata-kata ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’ dalam ay 6b?

 

Tetapi sekalipun penekanan Yoh 14:6 ini adalah dalam persoalan masuk surga, jelas bahwa:

 

·        kita bisa berkenan pada Bapa, juga hanya kalau kita menerima jasa penebusan Yesus melalui iman (Yoh 3:36  Ibr 11:6).

 

·        pada waktu kita berdoa, Yesus juga adalah satu-satunya jalan / pengantara kepada Bapa. Karena itulah kita berdoa ‘dalam nama Yesus’ (Yoh 14:13-14  Yoh 16:23-24  bdk. Ibr 10:19-22).

 

Ayat ini jelas menentang:

 

·        Universalisme, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang akan masuk surga.

 

·        Pandangan yang mengatakan bahwa orang yang beragama lain tetap bisa masuk surga sekalipun tidak percaya kepada Yesus.

 

Berdasarkan ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa bagaimanapun baiknya hidup seseorang, dan agama apapun yang ia anut, kalau ia tidak mempunyai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tetap akan pergi ke neraka. Mengapa? Karena ia tetap adalah orang berdosa, sehingga tanpa Penebus / Juruselamat dosa maka ia harus membayar sendiri hutang dosanya di dalam neraka.

 

Beberapa komentar tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan:

 

·        Barnes’ Notes: ‘No man cometh to the Father but by me.’ To come to the Father is to obtain his favor, to have access to his throne by prayer, and finally to enter his kingdom. No man can obtain any of these things except by the merits of the Lord Jesus Christ. By coming by him is meant coming in his name and depending on his merits. We are ignorant, and he alone can guide us. We are sinful, and it is only by his merits that we can be pardoned. We are blind, and he only can enlighten us. God has appointed him as the Mediator, and has ordained that all blessings shall descend to this world through him (= ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. Datang kepada Bapa berarti mendapatkan perkenanNya, mendapatkan jalan masuk ke tahtaNya melalui doa, dan akhirnya memasuki kerajaanNya. Tidak seorangpun bisa mendapatkan yang manapun dari hal-hal ini kecuali oleh jasa Tuhan Yesus Kristus. Yang dimaksud dengan datang melaluiNya / olehNya adalah datang dalam namaNya, dan bergantung / bersandar pada jasaNya. Kita bodoh / tidak mempunyai pengetahuan, dan hanya Dia yang bisa membimbing kita. Kita adalah orang berdosa dan hanya oleh jasaNya kita bisa diampuni. Kita buta, dan hanya Dia yang bisa menerangi kita. Allah telah menetapkanNya sebagai Pengantara, dan telah menentukan bahwa semua berkat akan turun kepada dunia ini melalui Dia) - hal 333.

 

·        Calvin: “men contrive for themselves true labyrinth, whenever, after having forsaken Christ, they attempt to come to God. ... Wherefore all theology, when separated from Christ, is not only vain and confused, but is also mad, deceitful, and spurious” (= manusia mengusahakan / membuat bagi diri mereka sendiri suatu susunan yang membingungkan, pada waktu, setelah meninggalkan Kristus, mereka berusaha untuk datang kepada Allah. ... Karena itu, semua theologia, pada waktu dipisahkan dari Kristus, bukan hanya sia-sia dan kacau, tetapi juga gila, bersifat penipu, dan palsu) - hal 85.

 

·        Calvin: “it is a foolish and pernicious curiosity, when men, not satisfied with him, attempt to go to God by indirect and crooked path” [= merupakan keingin-tahuan yang bodoh dan jahat, pada waktu manusia, tidak puas dengan Dia (Yesus), berusaha untuk pergi kepada Allah melalui jalan yang tidak langsung dan bengkok / berliku-liku] - hal 86.

 

·        Charles Haddon Spurgeon: “There is no getting to God except through Christ. Those who say that we can go to heaven without a Mediator know not what they say, or say what they know to be false. There can be no acceptable approach to the Father except by Jesus Christ the Son” (= Tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali melalui Kristus. Mereka yang berkata bahwa kita dapat pergi ke surga tanpa seorang Pengantara, tidak tahu apa yang mereka katakan, atau mengatakan apa yang mereka tahu sebagai sesuatu yang salah. Tidak ada tindakan mendekat kepada Bapa yang bisa diterima, kecuali oleh Yesus Kristus sang Anak) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 8, hal 67.

 

·        Pulpit Commentary: “Those who want to be with Jesus hereafter must be with him here. And those who want to be with the Father hereafter, having knowledge of him, and receiving of his fulness, can only gain this through Jesus. There is no other name given whereby men are to be saved” (= Mereka yang ingin bersama dengan Yesus di alam baka harus bersama dengan Dia di sini. Dan mereka yang ingin bersama dengan Bapa di alam baka, mengenal Dia dan menerima kepenuhanNya, hanya bisa mendapatkan ini melalui Yesus. Tidak ada nama lain yang diberikan dengan mana manusia bisa diselamatkan) - hal 261.

 

·        T. Robertson: “There is no use for the Christian to wince at these words of Jesus. If he is really the Incarnate Son of God (1:1,14,18), they are necessarily true” [= Tidak ada gunanya bagi orang Kristen untuk berbalik / mundur pada kata-kata Yesus ini. Jika Ia betul-betul adalah Anak Allah yang berinkarnasi (1:1,14,18), kata-kataNya itu pasti benar] - hal 250.

 

·        F. F. Bruce: “he is himself the way to the Father. He is, in fact, the only way by which men and women may come to the Father; there is no other way. If this seems offensively exclusive, let it he borne in mind that the one who makes this claim is the incarnate Word, the revealer of the Father” (= Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain. Jika ini kelihatannya bersifat exklusif dan menghina, baiklah dicamkan bahwa yang membuat pernyataan ini adalah Firman yang berinkarnasi, yang menyatakan Bapa) - hal 298.

 

·        J. C. Ryle: “We should mark, ... in these verses, how expressly the Lord Jesus shuts out all ways of salvation but Himself. ‘No man,’ He declares, ‘No man cometh unto the Father but by Me.’ It avails nothing that a man is clever, learned, highly gifted, amiable, charitable, kind-hearted, and zealous about some sort of religion. All this will not save his soul, if he does not draw near to God by Christ’s atonement, and make use of God’s own Son as his Mediator and Saviour. ... Let us beware, if we love life, of supposing that mere earnestness will take a man to heaven, though he know nothing of Christ. The idea is a deadly and ruinous error. Sincerity will never wipe away our sins. It is not true that every man will be saved by his own religion, no matter what he believes, provided he is diligent and sincere. We must not pretend to be wiser than God. Christ has said, and Christ will stand to it, ‘No man cometh unto the Father but by Me.’” (= Kita harus memperhatikan, ... dalam ayat-ayat ini, bagaimana dengan jelas Tuhan Yesus menutup semua jalan-jalan keselamatan kecuali diriNya sendiri. ‘Tak seorangpun’, Ia menyatakan, ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. Tak ada gunanya bahwa seseorang itu pandai, terpelajar, sangat berkarunia, ramah, murah hati, baik hati, dan bersemangat tentang sejenis agama. Semua ini tidak akan menyelamatkan jiwanya, jika ia tidak mendekat kepada Allah oleh penebusan Kristus, dan menggunakan nak Allah sendiri sebagai Pengantara dan Juruselamatnya. Jika kita mencintai hidup, hendaklah kita hati-hati, tentang anggapan bahwa sekedar kesungguhan akan membawa manusia ke surga, sekalipun ia tidak mengetahui apapun tentang Kristus. Gagasan itu merupakan kesalahan yang mematikan dan menghancurkan. Kesungguhan / ketulusan tidak akan pernah menghapus dosa-dosa kita. Tidak benar bahwa setiap orang akan diselamatkan oleh agamanya sendiri, tak peduli apa yang ia percayai, asal ia rajin dan sungguh-sungguh / tulus. Kita tidak boleh berpura-pura lebih bijaksana dari Allah. Kristus telah mengatakan, dan Kristus akan mempertahankannya, ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 66-67.

 

·        Vincent mengutip kata-kata Thomas Kempis: “‘I am the way, the truth, and the life. Without the way there is no going; without the truth there is no knowing; without the life there is no living. I am the way which thou shouldst pursue; the truth which thou shouldst believe; the life which thou shouldst hope for.’” (= ‘Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tanpa jalan tidak ada kepergian; tanpa kebenaran tidak ada pengetahuan; tanpa hidup tidak ada kehidupan. Akulah jalan yang harus engkau ikuti; kebenaran yang harus engkau percayai; hidup yang harus engkau harapkan’.).

 

4.   Karena ayat ini mengajarkan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, maka konsekwensinya adalah: setiap orang harus percaya kepada Kristus kalau ia mau masuk ke surga. Dan setelah ia percaya kepada Kristus, ia harus memberitakan Injil, supaya orang-orang di sekitarnya bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan (bdk. Ro 10:13-15).

 

c)   ‘Akulah ... kebenaran’.

 

1.   Yesus adalah kebenaran.

 

Pulpit Commentary: “it is observable that Jesus does not say, ‘I teach the truth;’ he says, ‘I am the Truth.’” (= perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata: ‘Aku mengajarkan kebenaran’; Ia berkata: ‘Aku adalah kebenaran’) - hal 239.

 

Catatan: Yesus memang pernah berkata: Aku mengatakan kebenaran (Yoh 8:40,45,46). Tetapi perlu diingat bahwa Ia bukan hanya mengatakan kebenaran, tetapi Ia sendiri adalah kebenaran.

 

Ini sama seperti Roh Kudus, yang sekalipun dikatakan menginsyafkan dunia akan kebenaran (Yoh 16:8), memimpin orang ke dalam kebenaran (Yoh 16:13), tetapi juga disebut sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17  15:26  16:13).

 

2.   Bahwa Yesus adalah kebenaran, menjamin bahwa kata-kataNya yang menyatakan diriNya sebagai satu-satunya jalan ke surga, adalah benar!

 

d)   ‘Akulah ... hidup’.

 

Pulpit Commentary: “if we truly have Jesus, whatever we may lack, we shall not lack life” (= jika kita betul-betul mempunyai Yesus, dalam hal apapun kita kekurangan, kita tidak akan kekurangan hidup / kehidupan) - hal 261.

 

e)   ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.

 

1.   Kata-kata ini kelihatannya menggelikan / merupakan kebodohan. Mengapa?

 

Leon Morris (NICNT): “‘I am the Way’, said One who would shortly hang impotent on the cross. ‘I am the Truth’, when the lies of evil men were about to enjoy a spectacular triumph. ‘I am the Life’, when within a few hours His corpse would be placed in a tomb” (= ‘Akulah jalan’, kata Orang yang sebentar lagi tergantung tak berdaya pada salib. ‘Akulah kebenaran’, pada waktu dusta orang-orang jahat akan menikmati kemenangan yang spektakuler. ‘Akulah hidup’, pada saat dalam beberapa jam lagi mayatNya akan diletakkan dalam sebuah kubur) - hal 641.

 

Memang Injil adalah ‘kebodohan’, tetapi “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (1Kor 1:21b)!

 

1Kor 1:18,21-24 - “(18) Sebab pemberitaan tentang saalib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. ... (21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”.

 

2.   Kata-kata ini harus kita tanggapi.

 

Kita harus menanggapinya dengan iman kepada Kristus, dan membuktikan iman itu dengan tindakan mengikuti Dia.

 

Ada kata-kata indah yang berbunyi sebagai berikut:

You call Me the way but you do not follow Me, (= Engkau menyebutKu jalan tetapi engkau tidak mengikutKu,)

You call Me the light but you do not see Me, (= Engkau menyebutKu terang tetapi engkau tidak melihatKu,)

You call Me the teacher but you do not listen to Me, (= Engkau menyebutKu guru tetapi engkau tidak mendengarkanKu,)

You call Me the Lord but you do not serve Me, (= Engkau menyebutKu Tuhan tetapi engkau tidak melayaniKu,)

You call Me the truth but you do not believe in Me, (= Engkau menyebutKu kebenaran tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,)

Do not be surprised if one day I don’t know you. (= Janganlah terkejut jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu.)

 

 

-AMIN-