Khotbah Hari Raya Kristen

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

natal 2002

 

Fokus dari natal

 

Lukas 2:1-20   Matius 2:1-12

 

 

I) Fokus yang salah dari Natal.

 

Dalam Gereja Roma Katolik kita melihat bahwa seluruh fokus kekristenan sudah bergeser. Yang mestinya adalah Yesus Kristus lalu bergeser kepada Maria. Maria dijadikan pengantara, doa dinaikkan kepada Maria, dsb.

 

Tetapi dalam perayaan Natal, baik Katolik, Protestan, maupun Pentakosta / Kharismatik, juga menggeser fokus Natal, dari Yesus Kristus kepada hal-hal lain, khususnya kepada pohon Natal.

 

Mari kita membahas pohon Natal itu sebentar.

 

Seorang penulis di internet mengatakan:

 

  • “Ide untuk menggunakan pohon Natal juga masuk ke Inggris dari kepercayaan orang-orang Eropa sebelum mereka menjadi Kristen. Suku bangsa Celtic dan Teutonic menghormati pohon-pohon ini pada perayaan musim dingin sebagai simbol kehidupan kekal. Pohon ini disembah sebagai janji akan kembalinya sang matahari … Beberapa orang terpelajar mengangkat pohon ini, yang merupakan lambang kehidupan bagi para penyembah berhala, menjadi lambang Juru Selamat dan dengan demikian menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan perayaan hari kelahiranNya”.

 

  • “Kita MENGIRA bahwa pohon Natal melambangkan hidup kekal dari Kristus”.

 

  • “Tetapi jika Alkitab diam mengenai perayaan Natal, sesungguhnya Alkitab TIDAK DIAM mengenai adat kebiasaan bangsa kafir dalam mendirikan sebuah pohon – adat kebiasaan yang sama YANG TELAH MENJADI POHON NATAL! Hal ini akan mengejutkan banyak orang. Tetapi ini dia: Dengarlah firman yang disampaikan TUHAN kepadamu, hai kaum Israel! Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang di hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya …’ (Yer. 10:1-5)”.

 

Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas tree’:

an evergreen, usually a balsam or douglas fir, decorated with lights and ornaments as a part of Christmas festivities. The use of evergreen trees, wreaths, and garlands as a symbol of eternal life was an ancient custom of the Egyptians, Chinese, and Hebrews. Tree worship, common among the pagan Europeans, survived after their conversion to Christianity in the Scandinavian customs of decorating the house and barn with evergreens at the New Year to scare away the devil and of setting up a tree for the birds during Christmastime; it survived further in the custom, also observed in Germany, of placing a Yule tree at an entrance or inside the house in the midwinter holidays. The modern Christmas tree, though, originated in western Germany. The main prop of a popular medieval play about Adam and Eve was a fir tree hung with apples (paradise tree) representing the Garden of Eden. The Germans set up a paradise tree in their homes on December 24, the religious feast day of Adam and Eve. They hung wafers on it (symbolizing the host, the Christian sign of redemption); in a later tradition, the wafers were replaced by cookies of various shapes. Candles, too, were often added as the symbol of Christ. In the same room, during the Christmas season, was the Christmas pyramid, a triangular construction of wood, with shelves to hold Christmas figurines, decorated with evergreens, candles, and a star. By the 16th century, the Christmas pyramid and paradise tree had merged, becoming the Christmas tree. The custom was widespread among the German Lutherans by the 18th century, but it was not until the following century that the Christmas tree became a deep-rooted German tradition. Introduced into England in the early 19th century, the Christmas tree was popularized in the mid-19th century by the German Prince Albert, husband of Queen Victoria. The Victorian tree was decorated with candles, candies, and fancy cakes hung from the branches by ribbon and by paper chains. Brought to North America by German settlers as early as the 17th century, Christmas trees were the height of fashion by the 19th century. They were also popular in Austria, Switzerland, Poland, and The Netherlands. In China and Japan, Christmas trees, introduced by western missionaries in the 19th and 20th centuries, were decorated with intricate paper designs”.

 

Sekalipun tuduhan penulis di internet di atas banyak yang merupakan tuduhan seenaknya sendiri, tetapi memang ada kemungkinan bahwa asal usul pohon Natal berbau kekafiran. Tetapi Encyclopedia Britannica membedakan pohon Natal kuno dan yang modern. Pohon Natal modern dikatakannya berasal dari Jerman Barat, dan tidak berurusan dengan penyembahan berhala atau kekafiran, tetapi berhubungan dengan pohon di Taman Eden, dan digunakan pada tanggal 24 Desember, yang merupakan hari raya untuk memperingati Adam dan Hawa. Penggunaan pohon yang terus menerus hijau  / tidak terpengaruh oleh musim dingin, seperti cemara, dimaksudkan sebagai simbol dari kehidupan yang kekal. Kalau ini benar, maka pohon Natal modern tidak bersumber pada kekafiran / penyembahan berhala.

 

Tetapi tetap ada hal-hal yang negatif tentang pohon Natal, yaitu:

 

  • hiasan Santa Claus. Ini menurut saya harus dibuang.

 

  • hiasan yang tidak sesuai dengan fakta. Dengan memberikan salju-saljuan, maka itu menunjukkan bahwa seolah-olah Natal terjadi pada musim dingin. Padahal boleh dikatakan tidak mungkin bahwa Natal terjadi pada musim dingin, mengingat bahwa para gembala berada di luar / di padang pada malam hari, pada saat mereka mendapat berita Natal dari malaikat-malaikat. Jadi mungkin hiasan salju-saljuan itu harus dibuang, untuk lebih menyesuaikan dengan fakta. Juga lagu seperti ‘White Christmas’.

 

  • penekanan yang saya anggap berlebihan terhadap pohon Natal. Mengapa saya katakan berlebihan? Karena bagi banyak orang, pohon Natal menjadi sesuatu yang mutlak harus ada. Kalau tidak ada pohon Natal maka seolah-olah itu bukan Natal. Dengan demikian bagi banyak orang kristen, pohon Natal menjadi hakekat dari Natal, padahal sebetulnya, kalau mau berbicara secara strict, maka Natal sama sekali tidak berurusan dengan pohon Natal.

 

Apa bahayanya kalau pohon Natal itu menjadi terlalu penting? Semua hal dalam kekristenan yang menjadi terlalu penting, bisa menggeser apa yang seharusnya merupakan hal terpenting dalam Natal, yaitu Yesus Kristus sendiri.

 

Earl Riney: “The Christmas tree has taken the place of the altar in too much of our modern Christmas observance” (= Pohon Natal telah mengambil tempat di altar dalam terlalu banyak dari perayaan Natal modern kita) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113-114.

 

Illustrasi: round girl yang terlalu cantik dan sexy menyebabkan kita tidak memperhatikan papan bertuliskan ronde ke berapa yang sedang ia bawakan.

 

Saya tidak mengharuskan untuk membuang pohon Natal secara total; itu rasanya tidak mungkin. Tetapi setidaknya kita harus mengurangi penekanan yang berlebihan pada pohon Natal ini, supaya jangan pohon Natal, yang sebetulnya tidak ada hubungannya dengan Natal, mengaburkan / menggeser fokus yang sebenarnya dari Natal.

 

 

II) Fokus yang benar dari Natal.

 

Kalau kita membaca cerita Natal yang sesungguhnya dalam Kitab Suci (Luk 2:1-20  Mat 2:1-12), maka jelas bahwa fokus yang sebenarnya dari Natal adalah diri dari Yesus Kristus. Dia yang dilahirkan pada Natal. Dia yang dicari dan akhirnya disembah dan diberi hadiah / persembahan oleh orang-orang Majus. Dia juga yang diberitakan oleh malaikat-malaikat kepada para gembala di padang.

 

Karena itu mari kita kembali kepada fokus yang sebenarnya dari Natal, dengan mempelajari tentang Yesus Kristus yang diberitakan pada Natal ini.

 

Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.

 

Ada 4 kata yang ingin saya soroti, yaitu ‘Tuhan’, ‘lahir’, ‘Kristus’, dan ‘Juruselamat’.

 

1)   Kata ‘Tuhan’ harus diartikan dalam arti setinggi-tingginya, dan jelas menunjukkan Yesus sebagai Allah sendiri.

 

Bayi yang kelihatan lemah / tak berdaya, yang lahir pada Natal yang pertama ini adalah Allah sendiri. Hal ini juga ditunjukkan oleh:

 

a)   Ayat-ayat seperti:

 

·        Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!.

 

·        1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

 

b)   Penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang Majus kepada Dia.

 

Mat 2:11 - “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur”.

 

Orang-orang Majus itu bukan menyembah Maria, atau Yesus dan Maria, tetapi hanya menyembah Yesus. Ini terlihat dari kata ‘Dia’ yang merupakan kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki.

 

C. H. Spurgeon: The old Reformers used to say, “Here is a bone that sticks in the throat of the Romanists, and they can neither get it up nor down, for it does not say, ‘They saw Mary and the young child’, the young child is put first, they came to see him; and it does not say that ‘they fell down and worshipped them’” If ever there was an opportunity  for Mariolatry, surely this was the one, when the child  was as yet newly-born, and depended so  much upon his mother. Why did not the magi say “Ave Maria!” and commence at once their Mariolatry? Ay, but these were wise men; they were not priests from Rome, else might they have done it [= Tokoh-tokoh Reformasi kuno sering berkata: “Ini adalah tulang yang menyangkut di tenggorokan orang Roma (Katolik), dan mereka tidak dapat mengeluarkannya ataupun menelannya, karena ayat itu tidak berkata: ‘Mereka melihat Maria dan bayi itu’, bayi itu disebut lebih dulu, mereka datang untuk melihat dia; dan ayat itu tidak berkata bahwa ‘mereka tersungkur dan menyembah mereka’”. Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan terhadap Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibuNya. Mengapa orang-orang Majus itu tidak berkata ‘Salam Maria!’ dan lang­sung memulai penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah orang-orang yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma, karena kalau demikian mereka mungkin sudah melakukannya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol 3, hal 34.

 

Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa dalam terjemahan KJV kata-kata ‘orang-orang majus’ dalam Mat 2:1 diterjemahkan ‘wise men’ (= orang-orang yang bijaksana).

 

Siapapun yang tidak mempercayai Yesus sebagai Allah, dan hidup sesuai dengan kepercayaan tersebut (menjadikan Dia Tuhan dalam kehidupan saudara), bukan orang kristen yang sejati.

 

Bdk. Fil 2:9-11 - “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!.

 

Ini merupakan suatu nubuat yang akan digenapi pada akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya. Kalau saat ini saudara tidak mau menyembah Yesus dan mengakuiNya sebagai Tuhan / Allah, maka nanti pada akhir jaman saudara akan melakukan itu dengan terpaksa, dan tanpa ada gunanya. Dari pada mengalami hal itu pada akhir jaman, lakukan hal itu sekarang dengan sukarela!

 

2)   Kata ‘lahir’ menunjukkan bahwa Yesus yang adalah Allah itu telah menjadi manusia, dan ini yang kita peringati dalam Natal.

 

Ia menjadi manusia yang sama dengan kita kecuali dalam hal dosa. Kalau tadi pada saat berbicara tentang keilahianNya, saya menyatakan bahwa Ia betul-betul adalah Allah, maka sekarang pada saat membicarakan kemanusiaanNya, saya menyatakan bahwa Ia betul-betul adalah manusia. Jadi, sejak Yesus berinkarnasi, maka Ia adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.

 

Hampir semua ayat Natal membicarakan keilahian dan kemanusiaan Yesus. Bdk. Yes 9:5  Yer 23:5-6  Mikha 5:1  Mat 1:23  Yoh 1:1  Fil 2:5-7 dsb.

 

3)   Kata ‘Kristus’ artinya sama dengan ‘Mesias’, yaitu ‘yang diurapi’.

 

Yesus datang ke dalam dunia untuk menggenapi janji Allah tentang Mesias, yang sudah ditunggu-tunggu selama ribuan tahun oleh bangsa Yahudi. Sebetulnya janji tentang Yesus sudah ada dalam Kej 3:15 pada saat Adam dan Hawa baru jatuh ke dalam dosa. Tetapi janji yang betul-betul menyolok tentang Mesias baru ada pada jaman Abraham, yaitu dalam Kej 12:3 - “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.

 

4)   Kata ‘Juruselamat’.

 

KelahiranNya terjadi memang dengan tujuan utama untuk menggenapi rencana Allah berkenaan dengan penyelamatan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.

 

Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

 

Ini pergumulan yang mirip dengan yang di taman Getsemani, dan ini menunjukkan bahwa tujuan kedatangan Yesus ke dunia menjadi manusia adalah: mati disalib untuk menebus dosa kita. Natal tidak boleh dipisahkan dari Jum’at Agung.

 

Manusia biasa, karena sudah lahir, maka nanti harus mati. Tetapi untuk Kristus terbalik. Karena Ia mau mati, maka Ia harus lahir. Sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, Ia bisa menderita dan mati untuk menebus dosa kita.

 

Setiap saudara adalah manusia berdosa, bahkan manusia yang sangat berdosa, dan setiap saudara membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara!

 

Subhadra Bhikshu (a Buddhist Catechism): “No one can be redeemed by another. No God and no saint is able to shield a man from conseqeunces of his evil doings. Every one of us must become his own redeemer” (= Tidak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa melindungi seorang manusia dari konsekwensi-konsekwensi dari tindakan-tindakan jahatnya. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 590.

 

Ini ajaran agama lain. Kitab Suci kita mengajarkan sebaliknya, yaitu bahwa tidak ada orang yang bisa menebus / membenarkan dirinya sendiri.

 

Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

 

Johann Hieronymus Schroeder: “It has been the cross which has revealed to good men that their goodness has not been good enough” (= Saliblah yang telah menyatakan kepada orang-orang yang baik bahwa kebaikan mereka tidaklah cukup baik) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 145.

 

Yesus sudah datang dan sudah menderita dan mati untuk menebus dosa kita. Ini inti dan makna dari Natal. Tetapi itu tidak ada gunanya bagi saudara, jika saudara mengabaikan / tidak mau percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.

 

Seseorang mengatakan: “Christmas began in the heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam hati Allah. Natal lengkap hanya pada saat Natal mencapai hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113.

 

 

Kesimpulan / penutup.

 

Jangan menggeser fokus dari Natal. Kristus adalah fokus dari Natal. Saudara yang belum percaya kepadaNya, cepatlah percaya sebelum terlambat. Saudara yang sudah percaya, teruslah hidup untuk Dia, makin tinggikan Dia sebagai Tuhan dalam hidup saudara, dan beritakanlah Dia kepada orang-orang yang belum percaya. Tuhan memberkati saudara.

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com