Khotbah Hari Raya Kristen

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

Kenaikan Kristus ke surga 1999

 

 

I) Kenaikan ke surga.

 

A)  Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.

 

1)   Perpindahan tempat.

 

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

“It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place. ... If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

 

Herman Hoeksema: “This ascension must be conceived as consisting definitely in a change of place. In His human nature Christ departed from the earth and went into heaven both in body and soul. After His ascension He is according to His human nature no longer on earth, but in heaven only. This must be emphasized especially over against the Lutherans, who teach what is called the ubiquity of the human nature of Christ after His resurrection and ascension into heaven” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.

 

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

 

2)   Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.

 

Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.

 

Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

 

ˇ        Yoh 7:39 - “Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.

 

Kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).

 

ˇ        Kis 9:3-5  Kis 22:6-8  Kis 26:12-15  Wah 1:12-16 menun­jukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga), Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke surga.

 

B)  Fungsi kenaikan Kristus ke surga.

 

1)   Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai.

 

Yoh 17:4-5 - “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukanNya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.

 

Jadi, ayat di atas ini menunjukkan bahwa penyelesaian pekerjaan dijadikan dasar oleh Yesus untuk meminta Bapa mempermuliakan diriNya.

 

Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan mem­bereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga / mempermuliakan Yesus, kalau misi / pekerjaan Yesus itu belum selesai. Jadi, andaikata ada satu dosa saja dari orang pilihan yang belum dibereskan oleh Yesus, maka Ia tidak mungkin diterima oleh Bapa. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga / mempermuliakan Yesus, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah sele­sai.

 

Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin kesela­matan orang percaya.

 

2)   Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya.

 

Yoh 14:2-3: “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

 

Perlu diingat bahwa tempat yang Ia siapkan di surga bagi kita itu juga tergantung dari kehidupan kita. Dengan percaya kepada Yesus, bisa dikatakan kita sudah mempunyai kavling / tanah di surga. Tetapi bagaimana bangunan rumah kita di surga itu, tergantung dari kehidupan kita.

 

Wah 22:12 - “... Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya (bdk. Maz 28:4  Yer 17:10  Wah 20:12).

 

Dari semua ayat-ayat ini terlihat bahwa baik dalam menghukum, maupun dalam memberi pahala, Tuhan memberikannya menurut perbuatan / kehidupan orangnya masing-masing (berbeda satu dengan yang lain). Keadilan Allah mengharuskan Ia melakukan hal ini!

 

Kehidupan kita sebanding dengan bahan bangunan yang kita kirimkan kepada Yesus untuk membangun rumah kita di surga. Karena itu, makin kita beriman, saleh, melayani Dia dsb, makin bagus rumah kita si surga nanti. Sebaliknya, kalau saudara asal percaya kepada Yesus, dan dalam dunia ini terus hidup untuk hal-hal duniawi saja, jangan kaget kalau di surga nanti saudara hanya tinggal di tenda!

 

Louis Berkhof: “But there will be different degrees, both of the bliss of heaven and of the punishment of hell. And these degrees will be determined by what is done in the flesh, Matt. 11:22,24;  Luke 12:47,48;  20:47; Dan. 12:3; IICor. 9:6” (= Tetapi di sana akan ada tingkat-tingkat yang berbeda, baik tentang kebahagiaan di surga maupun hukuman di neraka. Dan tingkat-tingkat ini akan ditentukan oleh apa yang dilakukan dalam daging, Mat 11:22,24; Luk 12:47-48;  20:47; Dan 12:3; 2Kor 9:6) - ‘Systematic Theology’, hal 733-734.

 

3)   Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3  Yoh 17:24  Ef 2:6).

 

Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.

 

Herman Hoeksema mengomentari Ef 2:4-6 dengan berkata sebagai berikut:

“We must remember that Christ is our head, both in the juridical and in the organic sense of the word. ... His ascension is of central significance. He is the head of the body, the church. As such He represents all the elect. As the head of His own in the forensic sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is our death; His resurrection is our resurrection. And so in that legal sense of the word His ascension is our ascension. ... But He is also the head of the body in the organic sense. We are members of His body; and we can never be separated from Him, our head. That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He will not return to us, but He will draw us unto Himself, that we may also be where He is. And so we look up toward heaven by faith in the consciousness of our inseparable union with Christ our head, and confess that we have our flesh in heaven as a sure pledge that He as the head will also take up to Himself us His members” (= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti organik. ... KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia mengalami kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 425-426.

 

Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the Heavenly Kingdom, which had been closed through Adam (John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our name, it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit with God in the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do not await heaven with a bare hope, but in our Head already possess it” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yoh 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata, tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.

 

Catatan: Ef 2:6 (KJV): ‘And hath raised us up together, and made us sit together in heavenly places in Christ Jesus’ (= Dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus).

 

Calvin: “Hence arises a wonderful consolation: that we perceive judgment to be in the hands of him who already destined us to share with him the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed is he from mounting his judgment seat to condemn us! How could our most merciful Ruler destroy his people? How could the Head scatter his own members? How could our Advocate condemn his clients? For if the apostle dares exclaim that with Christ interceding for us there is no one who can come forth to condemn us (Rom. 8:34,33), it is much more true, then, that Christ as Intercessor will not condemn those whom he has received into his charge and protection. No mean assurance, this - that we shall be brought before no other judgment seat than that of our Redeemer, to whom we must look for our salvation!” [= Karenanya muncul suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk. Mat 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang paling berbelas-kasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat / menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.

 

4)   Supaya Roh Kudus turun.

 

Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.

 

Saya tidak tahu apa sebabnya Roh Kudus tidak bisa turun kecuali kalau Kristus naik ke surga; itu tidak pernah dijelaskan dalam Kitab Suci. Tetapi Yesus jelas menyatakan bahwa Ia harus naik ke surga, dan barulah Roh Kudus bisa turun. Dengan demikian Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tapi secara rohani / melalui Roh KudusNya (Mat 26:11  Yoh 14:16,18,19). Dengan demikian Ia bisa menggenapi janji-janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20  Mat 28:20b.

 

Calvin: “Christ left us in such a way that his presence might be more useful to us - a presence that had been confined in a humble abode of flesh so long as he sojourned on earth” (= Kristus meninggalkan kita dengan cara sedemikian rupa sehingga kehadiranNya bisa lebih berguna bagi kita - suatu kehadiran yang telah dibatasi dalam tempat tinggal yang rendah dari daging selama ia tinggal di bumi) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 14.

 

Calvin: “Therefore, we always have Christ according to the presence of majesty; but of his physical presence it was rightly said to his disciples, ‘You will not always have me with you’ (Matt. 26:11)” [= Karena itu, kita selalu mempunyai Kristus menurut kehadiran dari keagungan; tetapi tentang kehadiran jasmaniNya secara benar dikatakan kepada murid-muridNya, ‘Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu’ (Mat 26:11)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 14.

 

 

II) Duduk di sebelah kanan Allah.

 

A)  Arti kalimat ini.

 

Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata-kata ini berarti:

 

1)   Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.

 

2)   Kristus memerintah atas Gereja dan alam semesta.

 

Juga kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Dan perlu dicamkan bahwa Kitab Suci tidak selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.

 

ˇ        Ro 8:34 (NIV): is at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan Allah).

 

ˇ        1Pet 3:22 (NIV): is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).

 

ˇ        Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.

 

B)  Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:

 

1)   Memerintah sebagai Raja.

 

Saya berpendapat bahwa pada masa sukar dan berbahaya saat ini, dimana segala sesuatu tidak menentu, dan kerusuhan / kekacauan / teror dan bahkan perang bisa terjadi setiap saat, hal ini adalah sesuatu yang harus kita renungkan. Dibalik apapun yang terjadi, yang seolah-olah menunjukkan bahwa Tuhan tidak memerintah / berkuasa, atau yang seolah-olah menunjukkan bahwa nasib kita ada di tangan orang-orang yang mempunyai kuasa, sebetulnya Tuhan tetap memerintah. Karena itu nasib kita ada di tanganNya, yang mengasihi kita dan pasti mengarahkan segala sesuatu untuk kebaikan kita.

 

2)   Berfungsi sebagai Imam / Pengantara (Ibr 4:14  Ibr 7:24,25  Ibr 8:1-6  1Yoh 2:1).

 

Charles Hodge: “An essential part, and that a permanent one, of his priestly office was to be exercised in heaven. He there makes constant intercession for his people” (= Suatu bagian yang penting, dan itu adalah sesuatu yang kekal, dari tugas keimamanNya harus dilaksanakan di surga. Di sana Ia melakukan pembelaan terus menerus untuk umatNya) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 634.

 

 

Penutup / kesimpulan:

 

Kristus sudah mati, bangkit dan naik ke surga, dan dengan semua itu menyelesaikan pekerjaan penebusan bagi kita. Kalau sampai sekarang saudara belum percaya kepada Yesus, cepatlah percaya kepadaNya, karena itu menjamin bahwa sama seperti Ia naik ke surga demikian juga saudara akan naik ke surga. Kalau saudara sudah percaya dan sudah diselamatkan, berusahalah untuk lebih banyak mengarahkan mata saudara ke surga.

 

Kol 3:1-4 - “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan”.

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com