HERMENEUTICS : Ilmu Penafsiran Alkitab

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


HERMENEUTICS 3

ARTI KATA

 

I) Nama (tempat, kota, gunung, orang).

 

Sekalipun suatu nama ada artinya, tetapi tidak selalu ada hubungannya dengan kontext. Jadi, kadang-kadang perlu / bisa dibahas (misalnya nama ‘Yesus’ dalam Mat 1:21); tetapi kadang-kadang tidak boleh dibahas karena memang tidak ada hubungannya dengan kontext [misalnya nama ‘Teofilus’ yang berarti ‘a friend of God’ (= sahabat Allah) dalam Kis 1:1 dan Luk 1:3].

 

II) Kata biasa (kata kerja, kata benda, kata sifat).

 

1)   Suatu kata tidak selalu mempunyai arti yang sama.

 

Suatu kata sering mempunyai beberapa arti dan bisa saja pada suatu bagian diambil arti yang pertama dan pada bagian yang lain diambil arti yang kedua.

 

Misalnya kata ‘pencobaan / mencobai’, ‘iman’, ‘percaya’, ‘selamat’, ‘jiwa’, tidak selalu sama artinya.

 

Contoh: baca Yak 2:14-26.

 

Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus (Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24; Ro 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21).

 

Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:

 

a)   Mereka mempunyai perbedaan tujuan.

 

Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro 3:27-28  Gal 2:16,21  Ef 2:8-9).

 

Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.

 

b)   Mereka menggunakan kata-kata yang sama tetapi dengan arti yang berbeda.

 

1.   Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.

 

Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).

 

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksudkannya sebagai akibat / hasil dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

 

2.   Istilah ‘iman / percaya’.

 

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus (saving faith / iman yang menyelamatkan).

 

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. Yak 2:14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).

 

3.   Istilah ‘dibenarkan’.

 

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan oleh Allah’.

 

Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).

 

Kesimpulan:

 

Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.

 

Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus, atau mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25  2:12). Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

 

2)   Kadang-kadang suatu kata mengalami perkembangan dalam artinya.

 

Baik sekali untuk membahas perkembangan arti tersebut, tetapi kita harus membahas dalam bahasa aslinya, bukan bahasa Inggris / Indonesianya.

 

Contoh yang benar: membahas perkembangan kata ‘mamon’ dalam Mat 6:24.

 

Wiliam Barclay memberikan penjelasan tentang kata ‘Mamon’. Ia mengatakan bahwa ‘mamon’ berarti ‘milik secara materi’ / ’material possessions’ dan ini sebetulnya bukanlah suatu kata yang mengandung arti buruk.

 

Tetapi dalam sejarah ada perkembangan arti dari kata ‘mamon’ itu.

 

·        mamon berasal dari suatu kata yang berarti ‘to entrust’ (= mempercayakan). Jadi, mula-mula mamon diartikan sebagai harta yang dipercayakan kepada bank / orang lain.

 

·        lama kelamaan, mamon bukan lagi sesuatu yang dipercayakan tetapi menjadi sesuatu yang dipercayai.

 

·        akhirnya, mamon menjadi dewa dalam hidup manusia dan lalu ditulis dengan huruf besar (Mamon).

 

Jadi, dari perkembangan arti kata ‘mamon’ ini terlihat bahwa mamon yang mula-mula tidak ada jeleknya itu makin lama makin menjerat manusia.

 

Contoh yang salah: membahas kata ‘kekuatan / power’ dalam Ro 1:16. Banyak orang yang membahas kata bahasa Inggris ‘dynamite’ (= dinamit) yang diturunkan dari kata bahasa Yunani DUNAMIS (yang diterjemahkan kekuatan / power dalam Ro 1:16 tersebut), padahal kata Yunani DUNAMIS belum tentu mengandung arti seperti dynamite. Ini dilakukan oleh sebuah buku Saat Teduh (‘Streams in the Desert’, vol I, April 8), yang menterjemahkan 2Kor 12:10, dengan mengubah kata-kata ‘maka aku kuat’ menjadi ‘then I am dynamite’ (= maka aku adalah dinamit).

 

III) Macam-macam arti kata.

 

Suatu kata bisa diartikan secara:

 

1)     Literal / hurufiah.

 

2)     Figurative / kiasan.

 

3)     Symbolic / lambang.

 

Kalau salah pilih, tentu saja artinya jadi kacau. Misalnya seperti dalam Mat 16:5-12  Yoh 2:18-21  Yoh 11:11-13.

 

Contoh:

 

1)   Kata ‘pedang’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dalam arti betul-betul menunjuk pada pedang biasa.

 

Contoh:

 

·        Mat 26:51 - Petrus membacok telinga hamba imam besar dengan pedang.

 

·        Bil 22:29 - Bileam tidak mempunyai pedang untuk membunuh keledainya.

 

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan, dan menunjuk pada:

 

·        hukuman / hak menghukum (Ro 13:4 - “Tidak percuma pemerintah menyandang pedang).

 

·        peperangan / pertengkaran / perpisahan (Mat 10:34 - “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang).

 

·        peperangan / pertumpahan darah (2Sam 12:10 - karena Daud berzinah dan membunuh, maka Tuhan memberi hukuman yaitu: pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya”).

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang dan menunjuk pada Firman Tuhan.

 

Contoh:

 

·        Ef 6:17 - pedang Roh, yaitu Firman Allah”.

 

·        Ibr 4:12 - “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”.

 

Kadang-kadang tidak mudah untuk mengatakan apakah suatu kata termasuk hurufiah, kiasan atau lambang. Contohnya kata ‘pedang’ dalam Luk 22:35-38, yang akan saya jelaskan di bawah ini.

 

a.   Dalam Luk 22:35-36a, Yesus dan murid-muridNya membicarakan peristiwa dalam:

 

·        Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15.

 

·        Luk 10:1-12,17-20.

 

Saat itu orang-orang yang diutus oleh Yesus tidak kekurangan apa-apa sekalipun mereka pergi tanpa membawa apa-apa.

 

b.   Luk 22:35-36 ini menunjukkan bahwa akan terjadi kontras yang sangat besar antara dulu dan sekarang. Dulu mereka enak, banyak orang mau menerima mereka, menjamu mereka dsb. Tetapi sekarang / sebentar lagi, keadaan akan berubah, dan hidup maupun pelayanan mereka akan menjadi sukar dan berat.

 

Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari bagian ini:

 

·        Text-text seperti Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 / Luk 10:1-12,17-20 tidak boleh dijadikan dasar untuk mengutus seorang hamba Tuhan / misionaris tanpa bekal apa-apa.

 

Luk 22:35-36 ini menunjukkan secara jelas bahwa Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 / Luk 10:1-12,17-20 itu berlaku untuk sementara saja!

 

·        Tuhan tidak selalu mau melakukan mujijat. Kalau misalnya Tuhan itu mau selalu melakukan mujijat seperti:

 

*        gagak yang memberi makan Elia.

 

*        5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang.

 

maka jelas bahwa murid-murid itu tetap tidak perlu membawa bekal, uang dsb.!

 

c.   Luk 22:37 menunjukkan alasan mengapa kontras dulu dan sekarang itu akan terjadi.

 

·        Luk 22:37 ini merupakan kutipan dari Yes 53:12.

 

Kristus yang adalah orang benar itu, harus dianggap sebagai ‘pemberontak’ [NIV/NASB: ‘transgressors’ (= pelanggar hukum)] supaya kita yang adalah pemberontak / pelanggar hukum (bdk. Yes 53:5) bisa dianggap sebagai orang benar! Bdk. 2Kor 5:21.

 

·        Yesus mengutip Yes 53:12 ini untuk menunjukkan bahwa Firman Tuhan sudah menubuatkan bahwa Ia akan dianggap sebagai pemberon­tak / pelanggar hukum, dan sebentar lagi nubuat itu akan terge­napi:

 

*        Mat 26:47,55 - Ia ditangkap seperti penyamun.

 

*        Mat 26:65 - Ia dianggap sebagai penghujat.

 

*        Mat 27:63 - Ia dianggap sebagai penyesat [NIV: deceiver (= penipu)].

 

*        Salib adalah hukuman untuk orang yang sangat jahat dan terkutuk (Gal 3:13  Ul 21:23).

 

*        Ia mati di antara 2 penjahat (bdk. Yes 53:9,12  Mark 15:27-28).

 

Karena Ia dianggap sebagai orang jahat, maka jelas bahwa murid-muridNya juga tidak akan diterima seperti dulu! Inilah yang menyebabkan hidup dan pelayanan murid-murid akan menjadi berat dan sukar.

 

d.   Apa arti ‘pedang’ dalam Luk 22:36?

 

Adam Clarke: “I must confess that the matter about the swords appears to me very obscure. I am afraid I do not understand it, and I know of none who does” (= Saya harus mengakui bahwa persoalan tentang pedang ini kelihatan sangat kabur bagi saya. Saya tidak mengertinya dan saya tidak tahu ada orang yang mengerti hal ini).

 

Ada bermacam-macam penafsiran tentang kata ‘pedang’ dalam Luk 22:36 ini:

 

·        Kata ini diallegorikan, dan diartikan sebagai Firman Tuhan (bdk. Ef 6:17). Bahkan ada orang yang menambahkan bahwa ‘2 pedang’ dalam Luk 22:38 menunjuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!

 

Keberatan terhadap pandangan ini:

 

*        Tidak ada alasan yang menyebabkan bagian ini boleh dialegorikan seperti itu. Dan kalaupun mau dialegorikan, apa dasarnya untuk mengatakan bahwa pedang melambangkan Firman Tuhan? Bahwa dalam Ef 6:17 pedang menggambarkan Firman Tuhan, itu tidak berarti bahwa disini juga harus begitu! Disamping itu, kalau pedang diartikan sebagai Firman Tuhan, lalu apa artinya ‘menjual jubah’ di sini?

 

*        Saat itu belum ada Perjanjian Baru!

 

*        Pedang yang digunakan oleh Petrus dalam Mat 26:51 jelas adalah salah satu dari 2 pedang dalam Luk 22:38! Jadi jelas bahwa itu adalah pedang sungguhan!

 

·        Ada yang menghurufiahkan kata pedang dalam Luk 22:36 ini. Jadi mereka mengartikan bahwa Yesus betul-betul menyuruh mereka yang tidak mempunyai pedang untuk menjual jubahnya dan membeli pedang.

 

Keberatan terhadap pandangan ini: kalau memang Yesus menyuruh membeli pedang sungguhan, mengapa waktu Petrus menggunakan pedang itu, Yesus justru mene­gurnya (Mat 26:51-52)?

 

Jawab terhadap keberatan ini: Yesus memaksudkan pedang itu untuk melindungi diri mereka sendiri, bukan untuk melindungi Yesus.

 

Keberatan terhadap jawaban ini:

 

*        bahwa orang kristen harus menjaga diri dengan pedang pada waktu mengalami masa sukar dalam pelayanan, adalah sesuatu yang bertentangan dengan seluruh Kitab Suci. Kekristenan tidak pernah boleh dipertahankan / disebarkan dengan kekerasan.

 

*        setelah Yesus naik ke surga sekalipun tidak pernah ada murid yang betul-betul membawa pedang untuk menjaga diri.

 

·        Di sini Yesus berbicara secara figurative (= dalam arti kiasan).

 

Ia tidak memaksudkan mereka betul-betul harus menjual jubah untuk membeli pedang. Seluruh ay 36 hanya menunjukkan bahwa hidup dan pelayanan akan menjadi sukar dan berat, dan karena itu mereka perlu untuk lebih berjaga-jaga / berhati-hati.

 

Ini adalah pandangan dari mayoritas penafsir, dan inilah pan-dangan yang saya terima.

 

e.   Luk 22:38 menunjukkan bahwa murid-murid itu salah mengerti kata-kata Yesus. Mereka menghurufiahkan kata-kata Yesus itu!

 

Tetapi, kalau memang mereka salah mengerti, mengapa Yesus lalu berkata ‘sudah cukup’ (Luk 22:38b)?

 

Kata-kata ‘sudah cukup’ ini jelas tidak menunjuk pada 2 pedang yang ditunjukkan oleh murid-murid kepada Yesus, karena:

 

·        Kalau kata-kata ini memang menunjuk pada 2 pedang itu, maka jelas bahwa ‘pedang’ dalam Luk 22:36 mempunyai arti hurufiah. Tetapi kalau ‘pedang’ dalam Luk 22:36 itu mempunyai arti hurufiah, maka jelas bahwa 2 pedang itu tidak mungkin cukup untuk 11 orang. Dengan demikian, kata-kata ‘sudah cukup’ dalam Luk 22:38 itu akan ber­tentangan dengan kata-kata ‘dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang’ dalam Luk 22:36.

 

·        Terjemahan hurufiah dari kata-kata itu adalah It is enough’, bukan ‘they are enough’, sehingga tidak mungkin menunjuk pada dua buah pedang!

 

Kalau memang kata-kata ‘sudah cukup’ itu tidak menunjuk pada 2 pedang, lalu menunjuk kepada apa? Jelas menunjuk pada pembicaraan mereka. Jadi, Yesus menghentikan pembicaraan tentang hal itu, mungkin karena Ia merasa jengkel dengan kebodohan murid-murid yang selalu tidak mengerti apa yang Ia katakan, atau karena memang saat itu sudah tidak ada waktu bagiNya untuk menjelaskan hal itu.

 

2)   Kata ‘api’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dimana kata ‘api’ betul-betul menunjuk pada ‘api biasa’.

 

Contoh:

 

Bil 11:1-2 - karena Israel bersungut-sungut, Tuhan menjadi murka dan menghukum mereka dengan api.

 

Yoh 21:9 - “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ada ikan dan roti”.

 

b)   Bisa diartikan secara kiasan, dan menunjuk pada:

 

·        hukuman (Mat 3:12 - “debu jerami itu akan dibakarnya dengan api yang tidak terpadamkan”).

 

·        penderitaan / kesukaran (Maz 66:12 - “... kami telah menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas”).

 

·        perlindungan (Zakh 2:5 - “Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya”).

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:

 

·        Firman Tuhan (Yer 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN”).

 

·        Roh Kudus (Kis 2:3 - ada lidah api yang hinggap pada orang-orang kristen dan mereka lalu penuh dengan Roh Kudus).

 

Sebetulnya api di sini adalah api biasa, tetapi ada yang menganggap bahwa api di sini juga merupakan simbol kehadiran Roh Kudus.

 

3)   Kata ‘air’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada air biasa, seperti dalam Kej 21:14-19  Mat 17:15  Mat 14:29.

 

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada kesukaran / penderitaan, seperti dalam Maz 66:12.

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:

 

·        Roh Kudus (Yeh 47:1-5).

 

·        Firman Tuhan (Maz 1:2-3).

 

4)   Kata ‘anggur’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah dan menunjuk pada anggur biasa, seperti dalam Yoh 2:1-11  Luk 10:34.

 

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada cinta, seperti dalam Kidung Agung 1:2.

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang dan menunjuk pada darah Kristus (Mat 26:26-28).

 

Catatan: di sini anggur juga ada arti hurufiahnya, karena mereka juga minum anggur sungguh-sungguh, tetapi sekaligus juga melambangkan darah Kristus.

 

5)   Kata ‘merpati’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada merpati biasa, seperti dalam Kej 8:8  Yoh 2:16.

 

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada ketulusan / innocency (= keadaan tidak bersalah), seperti dalam Mat 10:16.

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus seperti dalam Mat 3:16.

 

6)   Kata ‘terang’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada terang biasa, seperti dalam Kej 1:3,14-18.

 

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada keadaan enak / diberkati, seperti dalam Amsal 4:18.

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:

 

·        Firman Tuhan (Maz 119:105).

 

·        Yesus (Yoh 1:5,9  Yoh 8:12  Yoh 9:5).

 

·        Orang kristen (Mat 5:14  Ef 5:8).

 

7)   Kata ‘angin / badai’.

 

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada angin biasa, seperti dalam Kej 8:1b  Mat 8:24.

 

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada problem / penderitaan, seperti dalam Mat 7:25-27.

 

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus, seperti dalam Yoh 3:8  Yeh 37:9,10,14.

 

Kesalahan yang banyak terjadi pada jaman sekarang adalah menafsirkan suatu kata yang sebetulnya berarti hurufiah sebagai simbol / lambang.

 

Contoh:

 

·        Yoh 2:1-11 - ‘anggur’ ditafsirkan sebagai cinta. Orang yang kehabisan cinta dalam pernikahan, dipulihkan oleh Yesus.

 

·        Mat 14:29 - ‘air’ ditafsirkan sebagai Firman Tuhan; jadi Petrus berjalan di atas Firman Tuhan.

 

·        Mat 17:15 - ‘air dan api’ ditafsirkan sebagai dosa satu dan dosa lain; jadi setan membanting orang itu dari satu dosa ke dosa lain.

 

·        Bil 22:29 - Bileam tidak punya pedang, ditafsirkan: Bileam tidak punya Firman Tuhan.

 

·        Kej 2:10-14 - ‘sungai’ ditafsirkan sebagai karunia.

 

·        Yoh 21:1-14 -  ‘ikan’ ditafsirkan sebagai bangsa.

 

·        Kel 3:5 - ‘kasut’ ditafsirkan sebagai dosa. Orang yang mau datang kepada Tuhan harus meninggalkan dosa.

 

·        Kis 20:7-12 - ‘jendela’ ditafsirkan sebagai perbatasan antara gereja dan dunia.

 

·        2Raja 5 - ‘kusta’ ditafsirkan sebagai dosa.

 

·        Yoel 2:23 - ‘hujan awal’ ditafsirkan sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada hari Pentakosta, sedangkan ‘hujan akhir’ ditafsirkan sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada jaman ini (abad 20).

 

·        Kej 3:7,21 - ‘daun-daun’ ditafsirkan sebagai agama-agama, sedangkan ‘kulit binatang’ ditafsirkan sebagai Kristus.

 

·        Yoh 13:30 - kata ‘malam’ diartikan secara kiasan / lambang.

 

Wiliam Barclay: “Judas went out - and it was night. John has a way of using words in the most pregnant way. It was night for the day was late; but there was another night there. It is always night when a man goes from Christ to follow his own purposes. It is always night when a man listens to the call of evil rather than the summons of good. It is always night when hate puts out the light of love. It is always night when a man turns his back on Jesus” (= Yudas keluar - dan saat itu sudah malam. Yohanes mempunyai cara menggunakan kata-kata sehingga sarat dengan arti. Itu sudah malam karena hari itu sudah larut; tetapi ada ‘malam’ yang lain di sini. Selalu merupakan ‘malam’ kalau seseorang meninggalkan Kristus untuk mengikuti tujuan / rencananya sendiri. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang lebih mendengarkan panggilan kejahatan dari pada panggilan kebaikan. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu kebencian memadamkan terang dari kasih. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang menghadapkan punggungnya terhadap Yesus) - hal 147.

 

Thomas Whitelaw: “Perhaps also symbolical of the spiritual condition of the traitor, within whom, as well as round whom, it was night” (= Mungkin juga merupakan simbol dari kondisi rohani dari si pengkhianat, di dalam siapa, dan juga di sekitar siapa, itu adalah malam) - hal 295.

 

Pulpit Commentary: “The night into which Judas stepped forth was but a faint figure of the deeper night of a soul into which Satan had entered” (= Malam ke dalam mana Yudas melangkah merupakan suatu gambaran yang samar-samar dari malam yang lebih dalam dari sebuah jiwa ke dalam mana Setan telah masuk) - hal 200.

 

Leon Morris (NICNT): “‘Night’ is more than a time note. In view of the teaching of this Gospel as a whole it must be held to point us to the strife between light and darkness and to the night, the black night, that was in the soul of Judas (cf. 11:10). He had cut himself off from the light of the world and accordingly shut himself up to night” [= ‘Malam’ merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar petunjuk waktu. Dari sudut pandang pengajaran dari Injil ini secara keseluruhan, itu harus dianggap sebagai menunjukkan kepada kita peperangan antara terang dan kegelapan dan pada malam, malam yang gelap, yang ada dalam jiwa Yudas (bdk. 11:10). Ia telah memotong dirinya sendiri dari terang dunia dan karena itu mengurung dirinya pada malam] - hal 628.

 

John G. Mitchell: “Not to have Jesus Christ in your heart and life means night. ... Here is Judas who spent three and a half years with his wonderful Savior. And when he left, he not only went out into the darkness at midnight, but he went out into impenetrable darkness” (= Tidak mempunyai Yesus dalam hati dan hidupmu berarti ‘malam’. ... Di sinilah Yudas yang melewatkan 3 1/2 tahun bersama dengan Juruselamatnya yang ajaib / luar biasa. Dan ketika ia pergi, ia tidak hanya pergi ke dalam kegelapan pada tengah malam, tetapi ia pergi keluar ke dalam kegelapan yang tak dapat ditembus) - hal 259.

 

William Hendriksen: “It was night when Judas left that room, night outside; night also inside the heart of Judas” (= Waktu itu hari sudah malam ketika Yudas meninggalkan ruangan itu, malam di luar; malam juga di dalam hati Yudas) - hal 250.

 

Bagaimanapun menariknya penafsiran yang alegoris ini, saya tetap menganggapnya sebagai salah. ‘Malam’ di sini bersifat hurufiah, seperti yang dikatakan oleh Barnes’ Notes.

 

Barnes’ Notes: “It was in the evening, or early part of the night. What is recorded in the following chapters took place the same night” (= Itu terjadi pada malam, atau bagian awal dari malam itu. Apa yang dicatat dalam pasal-pasal selanjutnya terjadi pada malam yang sama) - hal 331.

 

Hati-hati untuk tidak meniru kesalahan dalam contoh-contoh yang salah di atas! Yang hurufiah harus ditafsirkan sebagai hurufiah, bukan sebagai kiasan / lambang!

 

Suatu kesalahan yang juga sangat sering terjadi adalah dimana orang merohanikan sesuatu yang bersifat jasmani.

 

Contoh:

 

·        Peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta, diterapkan pada kebutaan rohani.

 

·        Peristiwa Yesus menyembuhkan orang lumpuh, diterapkan pada kelumpuhan rohani.

 

·        Peristiwa Yesus menyembuhkan orang mati, diterapkan pada kematian rohani.

 

Sebagai patokan perlu diketahui bahwa:

 

¨      Cerita sejarah (Historical Narrative) harus diartikan secara hurufiah.

 

¨      Syair mengandung banyak kiasan / figurative.

 

¨      Allegory / Apocaliptic literature mengandung banyak lambang / symbol.

 

-o0o-


email us at : gkri_exodus@lycos.com