>

Calvinisme yang difitnah : Kontroversi Calvinisme & Armenianisme

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 Total Depravity

(Kebejadan total)

I) Arti Total Depravity.

A) Arti yang salah.

1) Manusia kehilangan pikirannya, atau perasaannya, atau kehendak-nya, atau hati nuraninya.

Ini salah dan jelas bertentangan dengan fakta. Baik dalam Kitab Suci maupun dalam hidup sehari-hari, kita bisa melihat dengan jelas bahwa manusia berdosa tetap mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan hati nuraninya, tetapi semuanya telah dikotori oleh dosa.

2) Manusia kehilangan kebebasannya dalam bertindak.

Ini salah. Manusia tetap bebas karena ia sendiri yang menentukan tindakannya. Tidak ada suatu apapun atau siapapun yang memaksa-nya untuk melakukan apapun. Pada saat manusia itu melakukan apa-pun, ia tetap melakukannya dengan kehendaknya sendiri.

3) Manusia sudah mencapai puncak kebejadan dalam arti ia sudah tidak mungkin bisa lebih bejad lagi (sudah notok bejadnya).

Ini disebut Utter Depravity’ (kata ‘utter’ artinya adalah ‘sama sekali’, ‘sepenuhnya’ atau ‘mutlak’), bukan Total Depravity’, dan ini jelas sa-lah, karena:

a) Kitab Suci mengatakan bahwa manusia bisa menjadi makin jahat (2Tim 2:16 2Tim 3:13), dan ini membuktikan bahwa manusia be-lum notok bejadnya / belum mencapai ‘Utter Depravity’.

b) Kita tetap melihat adanya kemungkinan bahwa manusia yang paling bejadpun bisa lebih bejad lagi. Misalnya kalau kita melihat orang seperti Hitler, maka kita bisa melihat bahwa ia tidak mem-perkosa atau membunuh dan memakan ibunya sendiri.

Seseorang mengatakan:

"The ‘total’ in total depravity refers to the extent of the damage rather than the degree" (= Kata ‘total’ dalam total depravity menunjuk pada luas kerusakan dan bukannya pada tingkat kerusakan).

Dalam kata-kata Loraine Boettner:

"His corruption is extensive but not necessarily intensive" (= kebejadan / kejahatannya luas tetapi tidak harus dalam) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 61.

Jadi, manusia tidak selalu memilih tindakan yang terjahat yang ia bisa lakukan.

4) Manusia semua sama bejadnya.

Ini juga salah, karena sekalipun semua manusia itu ada dalam ke-adaan total depravity, tetapi tidak semua sama bejadnya. Ada yang lebih bejad / lebih jahat dari yang lain.

5) Semua manusia senang / selalu melakukan segala macam dosa.

Ini juga salah. Ada orang yang senang melakukan dosa ini, tetapi membenci dosa itu, dsb.

6) Manusia sama sekali tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat.

Ini juga salah, karena sekalipun pikiran / pengertian manusia juga dikotori / dirusak oleh dosa sehingga manusia sering tidak bisa mem-bedakan yang baik dari yang jahat, tetapi pikiran / pengertian manusia itu tidaklah sebegitu rusak sehingga ia sama sekali / selalu tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat.

7) Manusia sama sekali tidak menghargai kebaikan.

Ini juga salah, karena sekalipun manusia itu bejad sehingga ia sering tidak menghargai kebaikan, tetapi ia tidaklah sebegitu rusak sehingga sama sekali / selalu tidak menghargai kebaikan.

8) Manusia sama sekali tidak bisa melakukan kebaikan sosial dan moral.

Manusia tetap bisa melakukan kebaikan sosial dan moral di hadapan manusia, tetapi bagaimanapun ia tidak bisa melakukan sesuatupun yang betul-betul baik di hadapan Allah.

Charles Hodge:

"Sin cleaves in all he does, and from the dominion of sin he cannot free himself" (= Dosa melekat dalam semua yang ia lakukan, dan dari pe-nguasaan dosa ia tidak bisa membebaskan dirinya sendiri) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 264.

Loraine Boettner:

"He may give a million dollars to build a hospital, but he cannot give even a cup of cold water to a disciple in the name of Jesus" [= Ia bisa memberi satu juta dollar untuk membangun sebuah rumah sakit, tetapi ia tidak bisa memberi secangkir air sejuk kepada seorang murid dalam nama Yesus (bdk. Mat 10:40-42)] - ‘The Reformed Doctrine of Predestina-tion’, hal 68.

B) Arti yang benar.

Seluruh manusia sudah dikotori / dirusak / dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Kata ‘seluruh manusia’ bukannya menunjuk kepada semua manusia di dunia ini, tetapi menunjuk kepada ‘seluruh diri manusia’, baik tubuh, pikiran / pengertian, perasaan, hati / hati nurani, kemauan / kehendak. Jadi dalam diri seorang manusia tidak ada satu bagianpun yang tidak dirusak oleh dosa (Yer 17:9 Tit 1:15 Mat 15:19).

Yer 17:9 berbunyi: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?".

Dalam terjemahan NIV bunyinya adalah:

"The heart is deceitful above all things and beyond cure. Who can understand it?" (= hati itu lebih licik / bersifat menipu dari pada segala sesuatu dan sudah tidak bisa diobati / disembuhkan. Siapa yang bisa mengertinya?).

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa hati manusia sudah sangat rusak.

Titus 1:15 berbunyi: "Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis".

Ayat ini secara explicit menunjukkan bahwa bukan hanya akal dan suara hati manusia itu najis, tetapi bahwa dalam diri manusia suatupun tidak ada yang suci. Jelas bahwa seluruh manusia sudah dikotori oleh dosa.

1. Pikiran / pengertian yang rusak.

Kalau dikatakan bahwa pikiran manusia itu sudah rusak / dirusak oleh dosa, itu tidak berarti bahwa manusia itu tidak bisa berpikir lagi. Dalam hal jasmani / duniawi, pikirannya masih berjalan dengan baik, dan karena itu tidak perlu heran kalau melihat ada orang dunia yang luar biasa pandainya. Tetapi dalam hal rohani, pikirannya sangat bodoh dan terus mengarah kepada dosa (Maz 10:4b).

Maz 10:4b (NIV): "in all his thoughts there is no room for God" (= dalam seluruh pikirannya tidak ada tempat bagi Allah).

Maz 10:4 (KJV): "God is not in all his thoughts" (= Allah tidak ada dalam seluruh pikirannya).

Contoh-contoh pikiran yang bodoh dan mengarah kepada dosa:

2. Perasaan yang rusak.

Ini wujudnya bermacam-macam, seperti:

3. Kehendak yang rusak (Ef 2:3 - ‘kehendak daging dan pikiran kami yang jahat’).

Ini ditunjukkan dengan selalu terarahnya kehendak manusia itu pada hal-hal yang jahat.

4. Hati nurani yang rusak (Tit 1:15).

Ini menyebabkan hati nurani itu tidak lagi bisa dijadikan standard yang sempurna untuk menentukan baik atau jahat.

5. Tubuh yang digunakan untuk hal-hal yang berdosa.

Karena 4 hal di atas semuanya rusak, maka secara otomatis tubuh juga akan digunakan untuk hal-hal yang berdosa (Ro 6:12-13,19).

Sekarang mari kita memperhatikan apa yang Kitab Suci katakan tentang manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu:

1) Manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik.

Ini dinyatakan secara jelas oleh Kitab Suci (Kej 6:5 Kej 8:21 Maz 58:4 Yes 64:6 Yer 4:22 Yer 13:23 Mat 7:16-18 Yoh 8:34 Yoh 15:4-5 Ro 6:16-17,20-21 Ro 7:18-19 Ro 8:7-8 Tit 1:15).

Perhatikan bahwa Yesaya tidak berkata ’segala kejahatan kami seperti kain kotor’ ataupun ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’, tetapi ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’!

Istilah ‘hamba’ perlu ditekankan di sini. Dengan manusia dinyata-kan sebagai ‘hamba dosa’, itu jelas menunjukkan bahwa ia selalu / terus menerus menuruti dosa, dan tidak bisa berbuat baik. Ini dinyatakan secara lebih jelas oleh Ro 6:16-17,20-21. Perhatikan khususnya Ro 6:20 yang berbunyi: "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran". Istilah ‘bebas dari kebenaran’ itu jelas menunjukkan bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat apapun yang benar!

Ini jelas menunjukkan bahwa sama seperti ranting anggur tidak bisa berbuah kalau tidak melekat pada pokok anggur, demikian juga manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat apapun yang baik.

Dari ayat ini kelihatan sepintas bahwa dalam diri manusia ada kehendak yang baik. Tetapi jelas bahwa ayat ini tidak boleh ditaf-sirkan bahwa dalam diri manusia berdosa di luar Kristus itu sendiri bisa ada kehendak yang baik, karena:

Fil 2:13 berbunyi: "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya".

Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terje-mahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: "For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure" (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).

RSV: "for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure" (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).

NASB: "for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure" (= karena Allahlah yang bekerja dalam ka-mu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).

NIV: "for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

Ini menunjukkan bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan.

Jadi, Ro 7:18-19 ini bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum kristen, tetapi sesudah ia menjadi kristen (perhatikan bahwa ayat itu menggunakan present tense, bukan past tense). Karena itu ia sudah mempunyai kemauan / kehendak yang baik (dari Roh Kudus), tetapi bagaimanapun apa yang ia capai / lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki, dan berdasarkan penga-laman itu ia menuliskan ayat itu.

Catatan: memang dari ayat-ayat di atas ada yang bisa ditafsirkan hanya berlaku untuk orang-orang tertentu saja (misalnya Yer 4:22 di atas), tetapi pada umumnya, bahkan sebetulnya mungkin bisa dikata-kan semuanya, adalah ayat-ayat yang berlaku umum (untuk semua manusia berdosa di luar Kristus).

Memang, seperti telah dikatakan di atas, manusia bisa melakukan kebaikan-kebaikan sosial / lahiriah, misalnya pada waktu melihat orang miskin / menderita lalu menolongnya, bahkan tanpa pamrih. Tetapi apakah itu bisa disebut sebagai perbuatan baik di hadapan Allah? Tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Perbuatan baik itu harus timbul dari iman (Ro 14:23 Ibr 11:6).

Perlu ditekankan di sini bahwa dalam kontex Kitab Suci, ‘iman’ artinya adalah iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru-selamat. Jadi, ‘iman’ di sini tidak bisa diartikan ‘iman dalam agama lain’, ataupun ‘iman kepada Kristus sebagai dokter, penyembuh, pemberi berkat, dsb’.

b) Perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah (1Kor 10:31).

1Kor 10:31 berbunyi: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".

c) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah (Yoh 14:15).

Yoh 14:15 - "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu".

Loraine Boettner menggunakan 1Kor 13:1-3 untuk menunjukkan bahwa tanpa kasih, segala perbuatan baik kita sia-sia. Tetapi dalam hal ini saya tidak setuju dengan Loraine Boettner, karena yang dipersoalkan dalam 1Kor 13:1-3 adalah kasih terhadap se-sama manusia, bukan kasih terhadap Allah. Jadi saya berpendapat bahwa Yoh 14:15 adalah dasar yang lebih tepat.

Semua ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.

Kalau syarat-syarat di atas ini (point a-c) tidak dipenuhi, maka bisalah dikatakan bahwa pada waktu orang itu melakukan ‘perbuatan baik’, ia melakukannya tanpa mempedulikan Allah! Bisakah ‘perbuatan baik’ seperti itu disebut baik?

Penerapan:

Seorang yang bernama Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 de-ngan kata-kata sebagai berikut:

"You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works" (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

Dr. D. James Kennedy mengutip kata-kata Martin Luther yang ber-bunyi sebagai berikut:

"The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God" (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

2) Manusia berdosa itu tidak mencari Allah.

Ro 3:11 - "Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorang-pun yang mencari Allah".

Dalam Kitab Suci memang ada orang-orang yang mencari Allah, tetapi ini hanya bisa terjadi karena Allah sudah lebih dulu bekerja di dalam diri orang itu dan melahirbarukannya. Tanpa pekerjaan Allah, maka berlaku Ro 3:11 ini, yaitu tidak ada seorangpun yang mencari Allah!

Orang yang beragama, yang taat / sungguh-sungguh sekalipun, sebe-tulnya tidak mencari Allah. Mereka mungkin hanya berjuang untuk agamanya / golongannya, atau mencari keselamatan / surga, damai / sukacita, dan berkat-berkat lain, atau mereka mencari jalan untuk bebas dari murka / hukuman Allah, tetapi diri Allah sendiri tidaklah mereka cari!

3) Manusia tidak bisa memperkenan Allah.

Ibr 11:6 menyatakan bahwa tanpa iman manusia tidak bisa memper-kenan Allah, dan Fil 1:29 menyatakan bahwa iman adalah karunia / pemberian Allah! Ini jelas menunjukkan bahwa dari dirinya sendiri (tanpa pekerjaan / karunia Allah) manusia tidak mungkin bisa mem-perkenan Allah.

4) Manusia berdosa itu tidak bisa mengerti / menghargai Injil / Firman Tuhan.

Sebagai dasar dari pernyataan ini perhatikanlah ayat-ayat sebagai berikut:

Calvin:

"Man’s disposition voluntarily so inclines to falsehood that he more quickly derives error from one word than truth from a wordy discourse" (= Manusia dengan sukarela begitu condong kepada kepalsuan sehingga ia lebih cepat mendapatkan kesalahan dari satu kata dari pada kebenaran dari suatu pelajaran yang panjang) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 7).

5) Manusia berdosa itu tidak bisa datang kepada Yesus / percaya kepada Yesus.

Sebagai dasar lihatlah pembahasan ayat-ayat di bawah ini:

a) Dalam Mat 16:16-17, pada waktu Petrus menyatakan imannya kepada Kristus sebagai Mesias / Kristus dan Anak Allah, maka Yesus berkata: "... bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu melainkan Bapamu yang di sorga".

Kata ‘menyatakan’ dalam terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB di-terjemahkan ‘reveal’ (= menyingkapkan sesuatu yang tadinya ter-tutup / tersembunyi). Ini menunjukkan bahwa andaikata tidak ada pekerjaan Bapa yang menyingkapkan hal yang tertutup / tersem-bunyi itu, maka jelas bahwa hati / pikiran Petrus akan terus buta terhadap keMesiasan / keilahian Yesus.

b) Yoh 6:37 berbunyi: "Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang".

Ini menunjukkan bahwa orang tidak datang kepada Kristus karena kehendak mereka sendiri, tetapi karena Bapa memberikan mereka kepada Kristus.

Calvin mengomentari bagian ini dengan berkata:

"Faith is not a thing which depends on the will of men" (= iman bukanlah sesuatu yang tergantung pada kehendak manusia).

c) Yoh 6:44,65.

Yoh 6:44 - "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku".

Yoh 6:65b - "Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya".

Kedua ayat ini menunjukkan secara explicit bahwa manusia yang ada dalam dosa itu tidak mampu datang kepada Yesus. Ia hanya bisa datang kepada Yesus karena pekerjaan Bapa.

Orang-orang Arminian keberatan terhadap penafsiran ini, dan mereka berkata bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Yoh 6:44,65 itu harus diartikan ‘tidak mau’. Ini seperti kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4b yang juga diartikan ‘tidak mau’.

Kej 37:4 (NIV/Lit): ‘they hated him and could not speak a kind word to him’ (= mereka membencinya dan tidak dapat mengucapkan kata yang ramah kepadanya).

Jawaban terhadap pandangan ini:

Terjemahan ‘tidak dapat’ ini bukan hanya sesuai dengan arti hurufiahnya, tetapi juga sangat masuk akal. Karena ayat itu membicarakan saudara-saudara Yusuf, yang karena kebencian mereka terhadap Yusuf, lalu tidak dapat berbicara secara ra-mah terhadap Yusuf. Kalau saudara sangat membenci sese-orang, bukankah memang tidak mudah untuk bisa berbicara secara ramah kepada dia?

Doktrin Reformed tentang Total Depravity / Total Inability meng-ajarkan bahwa manusia yang masih ada di dalam dosa bukan hanya tidak mau, tetapi juga tidak dapat melakukan apapun yang baik. Jadi, manusia berdosa itu tidak mempunyai kemau-an maupun kemampuan dalam hal berbuat baik. Ini terlihat dari Fil 2:13 yang berbunyi: "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya".

Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terje-mahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: "For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure" (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).

RSV: "for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure" (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).

NASB: "for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).

NIV: "for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose" (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

Disamping itu, doktrin ini didukung oleh banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit menggunakan kata-kata ‘tidak dapat / tidak mungkin’ (seperti Yer 13:23 Mat 7:17-18 Yoh 15:4-5 Ro 8:7-8 1Kor 2:14). Bacalah semua ayat-ayat ini, dan saudara bisa melihat bahwa akan terasa sangat aneh kalau semua kata-kata ‘tidak dapat’ dalam ayat-ayat itu harus diartikan ‘tidak mau’. Dan khususnya dalam Ro 8:7-8, apakah kata-kata ‘tidak mung-kin’ di sana juga harus diartikan ‘tidak mau’?

Doktrin ini juga didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci yang lain yang sekalipun menyatakan hal itu secara implicit tetapi menya-takannya secara sangat kuat (seperti Kej 6:5 Kej 8:21 Yes 64:6 Yer 4:22 Yoh 8:34 Ro 3:12 Ro 6:20 Ro 7:18-19).

d) Fil 1:29 - "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk per-caya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia".

Ini menunjukkan secara jelas bahwa iman adalah karunia dari Allah. Kalau Allah tidak mengaruniakan iman kepada seseorang, maka orang itu tidak mungkin akan percaya kepada Yesus.

e) Kis 11:18b - "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaru-niakan pertobatan yang memimpin kepada hidup".

Ini menunjukkan bahwa pertobatan merupakan karunia / pemberi-an Allah. Kalau melihat kontex Kis 10-11 (khususnya Kis 10:43), maka jelas yang dimaksud dengan ‘pertobatan’ di sini adalah ‘datangnya / berimannya seseorang kepada Yesus’.

f) 1Kor 12:3b berbunyi: "tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus".

Ini secara explicit mengatakan bahwa tidak ada seorangpun bisa mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, kalau bukan karena Roh Kudus. Kalau cuma mengaku-ngaku di mulut, tentu bisa (bdk. Mat 7:21-23 Luk 6:46). Tetapi kalau mengaku Yesus sebagai Tuhan dengan hati yang betul-betul percaya, maka ini hanya bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu

Bagian ini menyebabkan orang yang percaya pada doktrin Total Depravity akan dengan mudah percaya pada doktrin tentang Predes-tinasi. Perhatikan logikanya! Kita, sebagai orang berdosa, tidak bisa percaya / datang kepada Kristus. Tetapi kita toh percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena Allah melahirbarukan kita dan lalu memberi kita iman. Mengapa Allah melahirbarukan kita dan memberi iman kepada kita tetapi tidak kepada orang-orang lain? Karena Allah telah memilih kita untuk diselamatkan.

Bagian ini juga seharusnya menyebabkan kita sabar (bukan putus asa!) kalau kita memberitakan Injil dan ditolak, bahkan diejek / diben-ci. Ingat bahwa tanpa pekerjaan Allah, orang yang kita injili itu me-mang tidak akan bisa percaya dan datang kepada Yesus!

6) Manusia berdosa itu mati dalam dosa / mati secara rohani.

Hal ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

a) Yoh 10:10b - "Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan".

Bahwa Yesus datang dengan tujuan supaya mereka / manusia ber-dosa mempunyai hidup, jelas menunjukkan bahwa manusia itu mati (secara rohani).

b) Ef 2:1-3 - "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain".

Mati secara rohani / mati dalam dosa artinya adalah:

Ini terlihat dari Ef 2:1-3 di atas, yang sekalipun dalam ay 1nya me-nunjukkan bahwa manusia itu mati dalam dosa, tetapi menunjuk-kan dalam ay 2-3nya bahwa itu adalah kehidupan yang berdosa.

Jadi, kalau di atas telah kita lihat bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik, maka sekarang kita lihat bahwa manusia ber-dosa itu aktif / terus menerus berbuat dosa.

Calvin:

"For our nature is not only destitute and empty of good, but so fertile and fruitful of every evil that it cannot be idle" [= Karena kita bukan hanya miskin / melarat dan kosong dalam hal baik, tetapi begitu subur dan banyak berbuah dalam setiap kejahatan sehingga kita tidak bisa malas / menganggur (dalam hal berbuat jahat)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.

Sehubungan dengan hal ini, ada 2 illustrasi yang populer tetapi salah yang sering dipakai dalam penginjilan:

a. Kita digambarkan seperti orang yang sakit keras, dan Allah mem-beri kita obat. Karena itu kalau kita mau disembuhkan, kita mesti mau membuka mulut kita untuk meminum obat itu.

Illustrasi ini adalah illustrasi Arminian, dan illustrasi ini salah kare-na Kitab Suci tidak menggambarkan orang berdosa sebagai orang yang sakit tetapi sebagai orang yang mati.

Memang Yesus sendiri menggambarkan diriNya sebagai ‘tabib’, dan orang berdosa sebagai ‘orang sakit’ (Mat 9:12-13), tetapi ba-gian ini sama sekali tidak ditujukan untuk mengajar tentang Total Depravity. Ia mengatakan perumpamaan dalam Mat 9:12-13 hanya untuk membela diri terhadap serangan orang-orang Farisi yang melarangNya bergaul dengan orang jahat.

b. Kita hampir tenggelam, dan Allah melemparkan tali, dan kita harus mau memegang tali itu kalau kita mau selamat.

Ini juga salah, karena seharusnya kita adalah orang yang sudah tenggelam dan sudah mati! Untuk menyelamatkan kita, Allah me-nyelam, mengangkat kita lalu menghidupkan kita kembali!

7) Manusia sudah bejad sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan.

Ini terlihat dari:

Calvin:

"... even infants themselves, while they carry their condemnation along with them from the mother’s womb, are guilty not of another’s fault but of their own. For even though the fruits of their iniquity have not yet come forth, they have the seed enclosed within them. Indeed, their whole nature is a seed of sin; hence it can be only hateful and abhorrent to God" (= ... bahkan bayi-bayi, sementara mereka membawa penghukuman mereka bersama-sama dengan diri mereka dari kandungan, bersalah bukan karena kesalahan orang lain tetapi dari diri mereka sendiri. Karena seka-lipun buah dari kejahatan mereka belum muncul, mereka mempunyai benih terbungkus dalam diri mereka. Memang, seluruh diri mereka adalah benih dosa; dan karenanya mereka hanya bisa membenci dan jijik terhadap Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.


email us at : gkri_exodus@mailcity.com