Dear Sir/ Mam,
Check this out: http://www.icanet.org/News/n1_010998Tajuk.htm
TAJUK NO.14 1-3 SEP'98 RENCANA "ORDE BARU" TUK HABISI MAHASISWA
KESAKSIAN SEORANG BAPAK, Anaknya diduga mati terbakar di Mega M, Lippo Karawaci-Tangerang Bapak ini sedang duduk lesu di sebuah taman di depan Mega Mall, Lippo Karawaci, ketika seorang berusia 28-29 mengahmpiri dan merangkulnya. Pagi itu 16 Mei 1998, lokasi bekas kebakaran itu cukup ramai, karena sebentar lagi akan dilakukan evakuasi korban kerusuhan 14 Mei. Tak semua orang bisa mendekat ke lokasi, yang dijaga ketat pasukan berseragam loreng. Praktis, hanya anggota ABRI daan satu-dua kerabat (termasuk bapak ini) yang bisa mendekat.
Si bapak ini menatap tajam lelaki ini yang menghampirinya. Perawakannya tinggi atletis, berkumis tipis seperti habis cukur, muka bulat, kulit kuning, dan berambut cepak. Ia memakai kaus berkerah, jins biru, dan sepatu lars. Dia tanya saya, "Kenapa Bapak di sini?" Saya bilang, "Anak saya mungkin ada di dalam, terjebak kerusuhan dan mungkin sudah terbakar dengan kayu. Saya dengar di televisi, anak saya disangka menjarah." Mendengar ucapan bapak ini lelaki itu mendadak menangis. Matanya, yang sudah sembab, langsung memerah. Lalu dia bilang, "Pak, saya minta tolong, demi Allah saya minta tolong. Saya mau ceritakan suatu rahasia, dan tolong sampaikan kepada wartawan atau siapa. Ini amanah saya kepada Bapak. Kalau tidak diungkap, di akherat kita sama-sama masuk neraka." Bapak ini kaget, kenapa begitu? Dia jawab," Sebab, perbuatan saya sangat jahat. Semua pembakaran, penjarahan dan perkosaan kemarin (14 Mei), kami melakukan." Belum lagi si bapak bereaksi, lelaki itu membuka dompetnya. Warnanya loreng, dengan simbol baret merah dan pisau. Ia juga menunjukan kartu identitas. "Tapi, karena mata saya buram, ndak bisa lihat tulisannya. Dia kemudian bilang, dirinya anggota Kopassus." Mereka lantas berbicara hingga dua jam lebih, sambil menunggu buldoser untuk membantu evakuasi. Belakangan diketahui tentara ini stres berat, karena anggota keluarganya juga ikut hilang akibat kerusuhan Mei tersebut. Dia mengaku dimusuhi keluarganya, dianngap telah membunuh saudara sendiri. Bahkan, istrinya tak mau lagi bicara dengannya. "Dia sampai bilang ,'Kalau bunuh diri itu ngak dosa, saya sudah lakukan' Saya percaya bahwa orang itu jujur. Makanya, saya ingat betul apa saja yang dia katakan," ujar bapak ini kepada Tajuk, Minggu (30/8).
Berikut cerita si anggota Kopassus tadi, yang dituturkan ulang oleh bapak malang itu: Kerusuhan ini sebenarnya sudah lama direncanakan. Jadi, 2 bulan sebelumnya, pada 1 Maret 1998, ada apel di kesatuan kami di Kopassus. Sehabis apel, perwira piket mengumumkan bahwa anggota dari regu titik-titik diharuskan ikut ke Kodam Jaya (Ketika ditanya kenapa bilang titik-titik, dijawab: Saya tidak bisa mengatakan regunya. Jangan-jangan Bapak nanti ditangkap tentara, lalu dipaksa bicara, sehinnga saya bisa ditelusuri. Kalau ini terjadi bisa habis keluarga saya. Dia mau bongkar rahasia ini karena, katanya, dia tidak kuat menaggung beban dosa). Kami diangkut dengan dua truk, dan langsung menuju aula Kodam. Di sana, sudah ada satu kompi dari Kostrad dan satu kompi lagi Kodam Jaya. Acaranya sendiri dimulai pukul 10.00, untuk mendengar briefing dari beberapa perwira tinngi. Di situ, ada Pak Prabowo (saat itu masih Danjen Kopassus- Red), Pangdam Sjafrie Sjamsoeddin, dan beberapa kepala direktorat. Sjafrie bicara duluan. Dia bilang: Saudara-saudara dikumpulkan di sini kaarena kita akan membentuk tiga kompi pasukan khususu yang tidak terlihat. Kami nanti disuruh pakai baju preman, pakai wig, tapii tetap bawa senjata. Pak Sjafrie juga mengatakan: Negara sedang dalam keadaan genting. Kita diperintahkan PAK HARTO untuk melakukan ini-ini, dan untuk itu kita bentuk 3 kompi ini. Ada 2 Tugas dari kompi-kompi ini. Pertama, negara genting, karena mahasiswa akan menghancurkan Orde Baru, harus diculik. Kedua, kalau keadaan tidak bisa diatas lagi, mahasiswa akan dibunuh. Kata Sjafrie: Tugas Saudara-saudara bukan membunh, tapi menyusup dan mengacaukan. Lalu, ada juga merencanakan memeperkosa PEREMPUAN Tionghoa (Si Bapak bertanya, kenapa hrus ada perkosaan? Dia bilang, ada unsur politik di balik itu. Intinya, ini bagian dari rekayasa untuk menaikkan Prabowo sebagai Pangab. Dia menyebut-nyebut soal peringkatan Hari Kebangkitan Nasonal,20 Mei 1998).
Pada 20 Mei, kami dengar bahwa mau ada demontrasi besar-besaran. Untuk menyambutnya, suda direncankan untuk menyediakan 20 tank. Setaip tank akan diisi satu regu tentara yang dikasih 3.000-5.000 biji. Jadi, nanti, ketika mahasiswa jalan menuju ke Monas, kompi ini akan menyusup memakai jaket mahasiswa. Lalu, mereka pura-pura berkelahi. Setelah terjadi keributan, regu ini akan membuka jaketnya, dibuang, lalu mundur dan menghilang. Begitu mereka mundur, tank-tank itulah yang akan membabat habis semua mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa bisa dianggap membikin onar dan makar terhadap negara. Kalau mahasiswa sampai berhasil, jatuh semua ini. Hancur. Makanya kami harus membela, agar konstelasi yang ada teatp utuh (Bapak ini mengaku tidak tahu, apa yg dimaksud dgn konstelasi di sini.) Jadi, kalau betul anak Bapak terbakar di Mega M, itu kerjaan regu yang berseragam dinas hitam dan pakai tutup kepala kayak ninja. Itu bukan regu saya. Tugas regu saya spesial memimpin orang-orang untuk menjarah dan membakar (Cerita tentang keberadaan pasukan ninja dibenarkan seorang penjarah dan seorang ibu yang kehilangan ankanya. Cuma, kata meraka kepada Tajuk, ninja itu bersenjata celurit. Bukan senjata api. Para penjarah juga bnayak bukan orang situ."Orangnya hitam keriritng, mirip orang Indonesia Timur.") Yang dilibatkan dalam operasi ini tidak seluruhnya tentara. Ada 200 orang binaan dari Timor Timur, 200 orang dari Irian Jaya, dan 200 orang lagi dari Sumatra. Mereka diangkut ke Jakarta pakai pesawat, kecuali yang dari Sumatra naik mobil. Kalau ditambah preman-preman se-Jabotabek yang dilibatkan, seluruhnya ada 10.000 orang. Mereka tidak diberi janji, tapi iming-iming. Kalu tugas berhasil, jarahan boleh diambil. Preman itu dikumpulkan di dodiklat (komando pendidikan dan latihan), seminggu sebelum kerusuhan. Pada 12 Mei, tiga kompi ini kembali dikumpukan. Mereka ditugasi untuk cari tahu dimana ada mahasiswa yang berdemontrasi. Tampaknya Pak Harto memberikan lampu hijau kepada Prabowo, supaya mulai membabat mahasisiwa. Tapi, karena susah cari-cari kesalahan, baru di Trisakti rencana dijalankan. Waktu itu, banyak yang pegang HT (handy talky), karena meraka koordinnasi ke Kodam. Kompi-kompi ini menunggu berita di menunggu berita Makodam. Tugas tiga kompi ini sudah dibagi-bagi. Ini pakai motor, ini pakai baju hitam dinas, dan itu untuk yang tidak terbentuk. Hari itu (12 Mei), kami semua sibuk memantau. Bagaimana, apa sudah ada kerusuhan? Belum, gimana, sedikit lagi. Nah, baru, setelah ada peluang untuk bikin rusuh, regu bermotor berangkat ke sana (Trisakti). Seluruh motor di taruh Kodim Jakarta Barat.
Regu ini kemudian menyamar pakaian polisi. Senjatanya dilipat, dimasukkan ke dalam jaket, lalu mereka berbaur dengan polisi. Jadi, begitu polisi mulai menembak dengan peluru kosong, mereka ikut menembak. Habis menembak, mereka ambil motornya, lalu menghilang (Ketika saya tanya mengapa mahasisiwa ditemabak, dia bilang, supaya mahasisiwa nngamuk). Setelah berhasil di Trisakti, besoknya (13 Mei), 10.000 pasukan itu disiapkan untuk memancing mahasisiwa di Terminal Grogol. Sejak pagi, mereka kumpul-kumpul di terminal menunggu mahasiswa. Tapi, rencana ini bocor, karena semua mahasiswa ternayat pakai jaket dan tidak mau bergabung. Mereka terus menunggu sampai jam sebelas malam, tapi mahasiswa tidak juga bergabung. Akhirnya, komandan terpaksa membagi-bagi pasukan. Seribu orang ke Jakarta Utara, seribu ke Golodk, seribu ke Jakarta Timur, dan seribu lagi ke Jakrta Selatan. Masing-masing rombongan dipimpin satu regu yang tidak terbentuk ini. (sampai pada cerita ini, tentara itu menangis) Pada 14 Mei itu, sebelum menjarah dan membakar, dilakukan pemerkosaan lebih dulu. Pokoknya dimana ada cewek Tionghoa, dinaikkin. Yang memperkosa bukan tentara, tapi para preman yang didatangkan dari luar daerah. Sehingga, korban yang diperkosa tidak kenal, karena bukan orang situ. Secara bersamaan, toko-toko mulai dijarah, lalu dibakar, setelah barang ludes diambil (Tentara itu mengaku menyesali perbuatannya. Dia tahu, perbuatan itu laknat, tapi sebagai tentara dia tidak berani menolak perintah). Sore hari, setelah bikin rusuh, ketiga kompi langsung ke Kodam. Sedangkan, preman-preman ditarik ke baraknya. Di Makodam, setiap kompi dimintai laporan. Berapa orang yang diperkosa, berapa toko yang dijarah, dan lainnya. Dari situ, diketahui jumlah seluruhnya. Jadi, orang yang mati di Jakarta kurang lebih 5.000 orang, dan ratusan orang diperkosa. Sebagain korban perkosaan yang masih hidup dibuang ke api. Seluruh rencana memang dipersiapkan matang. Operasi ini bahkan sudah diberi nama Gerakan 12 Mei Orde Baru, karena tugasnya melindungi Orde Baru, agar jangan hancur. Sejak dua bulan sebelum kerusuhan, orang-orang binaan ini sudah direkrut dan dilatih Kopassus yang ada di sana. Mereka baru dikirim ke Jakarta seminggu sebelum kerusuhan.
Di Lippo Karawaci, tempat regu saya bertugas, aksi dimulai pukul 14.00. Kami teriak-teriak, menyuruh orang melempar batu dan menjarah. Lalu, Lippo kita bakar, tapi Mega M sengaja dibiarkan dan dijaga regu lain yang berpakain dinas. Ini disengaja, untuk menjebak. Pukul 18.00, preman-preman yang masuk regu saya ditarik ke Jakarta. Semuanya sepuluh truk. Malamnya, mereka langsung dipulangkan ke daerahnya. Untuk yang ke Timtim dan Irian, mereka berkereta ke Surabaya, baru dari sana dibawa pakai pesawat. Setelah preman-preman pulang ke Jakarta, ada empat truk lain yang menggantikan. Dua truk diantaranya lebih dulu merampok tabung-tabung gas elpiji di toko-toko. Jumlahnya sekitar 30 biji. Kompi saya masih di situ, taapi sudah ngak ikut tugas. Tugas kami selesai sampai dengan memulangkan prema-preman itu. Srtibanya di lokasi, pasukan di empat truk langsung menodong kerumunan penonton. Mereka berteriak,"Hayo, tiarap demau..." Yang ngak mau tiarap ditembak kakinya. Masyarakat yang ngak tahu langsung tiarap, sedangkan yang lainnya lari tunggang-langgang. Yang tirap ada 500-an, sementara sekitar 3.000 lain lari dan menonton dari kejauhan. Tak lama, orang-orang yang bertiarap ini disuruh berdiri. Lalu, dengan tangan dibelakang, mereka digiring ke Mega M, yang belum dibakar. Satpam diperintahkan membuka gembok. Rolling door-nya diangkat setengah, lalu 500-an orang disuruh masuk. Begitu semua masuk, tretet...te, mereka langsung diberondong tembakan ke arah kaki. (Kepada Tajuk, Robaini, satpam Mega M, menolak cerita ini. Katanya, seluruh satpam waktu itu tidak berseragam, sehingga sulit dibedakan massa. "Ngak ada juga perintah membuka rolling door, mana dia tau kita ini satpam," kata Robaini. namun, cerita seorang penjarah di Mega M, yang enggan disebut namanya, membenarkan versi cerita sang oknum Kopassus tadi. Misalnya, ada tembakan serta ada sejumlah korban yang mati terkena senjata tajam) Setelah tembakan berhenti, tabung-tabung elpiji diturunkan, ditaruh di dalam dan diledakkan. Begitu api mulai berkorbar, pintu ditutup dan digembok kembali. Lalu oleh pasukan berseragam hitam, selongsong peluru dikumpulkan dan disapu bersih. Sehabis itu, mereka naik truk dan menghilang. Secara keseluruhan, tugas ketiga kompi memang cuma sampai di situ. Setelah melapor ke Makodam, kompi-kompi dikembalikan ke kesatuan masing-masing, dan menganggap bahwa tak pernah terjadi apa-apa. Tapi semua yang bertugas- Kostrad, Kopassus, maupun Kodam- tetap diawasi. "Saya ke sini juga setelah menyelinap lewat dapur." Pembicaraan terhenti setelah buldoser datang. Tapi, bapak ini tak langsung menyampaikan amanat si tentara. Takut, Ia cuma kirim surat kaleng ke Amien Rais, memberi tahu agar tidak membbawa mahasiswa ke Monas pada 20 Mei. Bapak itu khawatir, rencana tentara menghabisi mahasiwa jadi dilaksanakan."surat itu saya kirim ke Muhammadiyah. Nggak tahu, nyampe atau tidak ke tangan Pak Amien."
IndoProtest - http://members.tripod.com/~indoprotest