From: "lina hutasuhut" <putriyv@hotmail.com>
To: apakabar@clark.net
Subject: Dampak Kerusuhan di Medan
Date: Thu, 07 May 1998 22:22:30 PDT
Dampak Kerusuhan di Medan
Beberapa hari terakhir ini telah terjadi kerusuhan yang diawali dengan demonstrasi oleh
mahasiswa yang menuntut adanya "reformasi".
Kerusuhan tersebut menghasilkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah
semakin bersatunya warga (baik keturunan maupun pribumi) dalam mempertahankan lingkungan
mereka. Dampak negatifnya adalah :
- Lumpuhnya kehidupan perekonomian di kota Medan dan sekitarnya.
- Distribusi barang khususnya ke daerah pinggiran kota menjadi terhambat.
- Hancurnya toko dan pabrik menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran.
- Investor asing akan mengurungkan niatnya untuk melakukan investasi di Indonesia
khususnya di kota Medan.
- Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa yang mempunyai
cita-cita luhur dan murni berubah menjadi sama dengan perampok, penjarah, penghasut,
berpikiran sempit dan pendek.
- Pihak2 yang menamakan dirinya pembela HAM ternyata hanya pembela preman, mendiskreditkan
pemerintah (aparat) dan mengacuhkan korban perusuh.
- Aparat keamanan lebih perduli terhadap image mereka di dunia luar (dan bantuan IMF
tentunya) dari pada keselamatanpara korban kerusuhan.
- Dan seterusnya.
Secara pribadi, kerusuhan tersebut telah merubah pendirian saya yang selama ini saya
percayai sebb. :
- Perjuangan mahasiswa yang sebelumnya saya anggap sebagai sesuatu yang wajar dan
mencerminkan jeritan hati nurani masyarakat yang telah berpikiran maju dan murni dalam
memajukan Indonesia ternyata tidak lebih dari sekelompok perusuh yang ternyata juga
berpikiran sempit dan pendek. Mahasiswa yang kelihatannya hebat dalam aksi mereka ternyata
tidak mampu menguasai kelompok mereka sendiri serta dampak dari kelakukan mereka. Saya
pikir, apabila untuk menguasai dan merencanakan gerakan mereka sendiri yang scope-nya
relatif kecil saja mereka tidak mampu bagaimana mereka dapat menghasilkan
pemikiran-pemikiran untuk menjalankan roda pemerintahan, reformasi dan lain sebagainya
yang scope-nya lebih besar.
- Saya secara pribadi, dengan keterbatasan melihat secara nasional, juga tidak setuju
terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan tingkah laku dari beberapa oknum pejabat namun
apa yang dilakukan pemerintah adalah jauh lebih baik dari pada pemikiran para mahasiswa
yang bermental perampok, penghasut dan aksi-aksi yang mereka lakukan di Medan ternyata
hanya untuk menunjukkan bahwa mahasiswa Medan juga cukup "jantan" untuk
melakukan demonstrasi dan melawan aparat (sebelumnya mereka menerima kiriman celana dalam
dan BH dari rekan mereka sesama mahasiswa dari Jawa yang mencemooh mereka karena tidak
melakukan aksi apapun)
- LSM2, Komnas HAM dan para pengacara yang diharapkan dapat bersikap netral dalam membela
kebenaran ternyata hanya mementingkan nama (khususnya terhadap pihak barat) dan segala
kepentingan keuangan mereka. Mereka bukannya membela korban perusuh dan atau aparat yang
telah bekerja keras menjaga keamanan kota tetapi mereka justru membela perusuh (baca
perampok)
- Organisasi kepemudaan yang selama ini dianggap sebagai parasit ternyata bersedia bahu
membahu dalam menghadapi para perusuh.
- Pemikiran saya bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya cukup dewasa untuk kehidupan
demokrasi ternyata salah. Saya pikir, setidaknya untuk 5 tahun mendatang, Indonesia masih
membutuhkan kepemimpinan dengan paternalistik yang kuat (baca tangan besi) karena ternyata
masyarakat kita (khususnya masyarakat Medan) masih belum dewasa dan lebih senang membunuh
angsa yang dapat menghasilkan telur emas untuk kekenyangan sesaat dari pada menikmati
telur emas yang dihasilkan dalam jangka panjang. Secara singkat istilahnya adalah mental
perampok.
- Masyarakat kita yang kelihatan agamis ternyata imannya sebatas perut. Ajaran agama yang
melarang bahkan hanya untuk menginginkan kepunyaan orang lain tidak diingat pada saat
melakukan penjarahan. Kehidupan akhirat dilupakan. Bahkan yang menyedihkan adalah rumah
yang bertuliskan Muslim atau yang memasang Sajadah dipintu tidak di jarah. Hal ini
seakan-akan menunjukkan bahwa penjarahnya adalah dari kelompok agama tertentu dan agama
tertentu membolehkan perampokan, penjarahan, pengrusakan diperbolehkan sepanjang tidak
dilakukan terhadap kelompoknya sendiri.
Solusi atas masalah tersebut menurut saya adalah :
- Aparat perlu melakukan tindakan tegas seperti tembak di tempat dan berlakukan jam malam.
- Semua mass media haru melakukan reportase secara seimbang (tidak hanya menyiarkan
luka-luka para perusuh tetapi juga harus menyiarkan kerugian korban perusuh dan luka2
aparat. Reporter yang bermental penghasut perlu diawasi (Salah satu contoh reporter
penghasut adalah Coki (cirinya adalah selalu ingusan) yang membacakan berita surat kabar
setiap senin pagi hari di Prapanca FM).
- Perhatikan dan teliti semua warga negara asing (khususnya barat) yang berada di
Indonesia khususnya kota Medan. Mereka merupakan tersangka utama dalam kasus ini.
- Teliti dan periksa semua kenderaan khususnya kenderaan pick-up, sudaco, taxi, beca dan
motor yang berkeliaran pada malam hari tanpa tujuan dan mencurigakan.
- Penjagaan ketat di semua instalasi penting (Tirtanadi, PLN, Pom bensin dsb.), pusat
perdagangan (pasar dan pusat perbelanjaan)dan pabrik2 khususnya yang mengerjakan banak
buruh.
- Gunakan tenaga organisasi kepemudaan, bagi wilayah, koordinasi antar pos-pos per wilayah
ditingkatkan untuk mobilisasi tenaga.
Kita doakan semua para warga Medan cepat sadar dan untuk mahasiswa saya pikir sebaiknya
mereka kembali ke kampus dan memperkuat iman mereka untuk kembali ke jalan yang benar.
Pikirkan untuk menghasilkan sesuatu untuk negara kita tetapi tolong jangan menghasilkan
kerusuhan dan kelumpuhan ekonomi yang akhirnya akan menyusahkan rakyat yang juga merupakan
orang tua dan famili para mahasiswa juga.
Salam,
LH.
Home
IndoProtest - http://members.tripod.com/~indoprotest