IndoProtest IndoProtest

Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa Indonesia di Jerman

Koeln, 04 Mei 1998

Puluhan mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai kota di Jerman dan Belanda Minggu siang tanggal 3 Mei menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung katedral Dom yang terkenal di kota Koeln. Mereka memprihatinkan krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan di Tanah Air. Pemerintah Indonesia dianggapsangat lamban dibandingkan pemerinah-pemerintah lain di Asia Tenggara yang telah sanggup menemukan jalan keluar dari krisis serupa dengan melakukan reformasi politik dan ekonomi.

Sejumlah poster di gelar untuk mengekpresikan keprihatinan atas krisis di tanah air, beberapa mahasiswa membagi-bagikan pernyataan tertulisnya kepada ratusan orang yang datang menyaksikan aksi itu. Para pengunjuk rasa itu juga membacakan puisi, menyanyikan lagu Padamu Negeri, Maju Tak Gentar serta membuat bunyi-bunyian dari alat musik yang mereka bawa.

Aksi itu dikoordinir oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman yang berkedudukan di kota Hannover. Para mahasiswa Indonesia yang berdemonstrasi itu berdatangan dari Hannover, Hamburg, Berlin, Dortmund, Koeln dan Stuttgart. Hadir pula aktivis Indonesia Pius Lustrilang, Hendrick Dickson Sirait dan Yeni Rosa Damayanti. PPI Jerman mengajukan 3 seruan kepada pemerintah Jerman yakni pertama, menempatkan HAM sebagai syarat penyaluran bantuan dana dan bantuan teknis kepada pemerintah Indonesia, kedua menuntut penjelasan tentang kasus hilangnya sejumlah aktifis serta penangkapan illegal, ketiga mendukung gerakan pro-demokrasi di Indonesia bagi suksesi demi lancarnya reformasi politik yang menjamin kepastian hukum, kebebasan berpendapat, berserikat serta terwujudnya pers yang independen.

Dalam pernyataan pers tertulis yang disebarkan mereka menyatakan bahwa krisis ekonomi berkepanjangan yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia saat ini terutama disebabkan oleh sistem dan praktek politik yang memungkinkan monopoli kekuasaan berada di satu tangan. Sementara negara-negara Asia lain yang dilanda krisis mulai bangkit kembali dengan melakukan berbagai reformasi politik dan ekonomi. Mereka mempertanyakan keseriusan upaya-upaya pimpinan nasional dalam mengubah praktek-praktek politik dan ekonomi yang membuahkan nepotisme, korupsi dan kolusi selama tiga generasi terakhir. Hal inilah yang menyebabkan semakin hilangnya kepercayaan rakyat banyak terhadap pimpinan nasional, sekaligus makin gencarnya tuntutan suksesi. .Para mahasiswa juga memprihatinkan sikap keras aparat keamanan di tanah air yang dianggap brutal dan tak terkendali dalam menghadapi gerakan reformasi. Tuntutan-tuntutan perubahan dan reformasi dijawab dengan pentungan, gas air mata, aksi penangkapan ilegal, penculikan dan penyiksaan Bantuan-bantuan dari luar negeri kepada pemerintah Soeharto ternyata tidak meringankan kesengsaraan rakyat, bahkan memperpanjang daftar korban kekerasan-kekerasan politik.Karena itu PPI berpendapat bahwa reformasi politik yang segera dan mendasar hanya dapat dilakukan melalui suksesi . Mereka menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia di luar negeri dan di Tanah Air, khususnya kalangan mahasiswa dan intelektual, untuk secara damai dan beradab menggalang solidaritas dan kekuatan agar kekalutan politik dan ekonomi yang menyengsarakan rakyat Indonesia dapat segera diakhiri. Demikian pula segala bentuk praktek-praktek kekerasan politik, intimidasi, teror, penculikan, penyiksaan, ancaman bunuh dll.

---------------------------

Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

Pernyataan Pers Aksi Demo, Minggu, 03 Mei 1998 di Koeln:

"Kepemimpinan Nasional adalah Masalah Utama Indonesia"

Krisis ekonomi berkepanjangan yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia saat ini terutama disebabkan oleh sistem dan praktek politik yang memungkinkan monopoli kekuasaan berada di satu tangan. Sementara negara-negara Asia lain yang dilanda krisis mulai bangkit kembali dengan melakukan berbagai reformasi politik dan ekonomi, pimpinan nasional presiden Suharto tampaknya tidak bermaksud mengubah praktek-praktek politik dan ekonomi yang membuahkan nepotisme, korupsi dan kolusi selama tiga generasi.

Hal inilah yang menyebabkan semakin hilangnya kepercayaan rakyat banyak terhadap pimpinan nasional, sekaligus makin gencarnya tuntutan penurunan Suharto. Menghadapi gerakan reformasi, aksi-aksi aparat keamanan yang membela kepentingan Suharto, semakin brutal dan tak terkendali. Tuntutan-tuntutan perubahan dan reformasi dijawab dengan pentungan, gas air mata, aksi penangkapan ilegal, penculikan dan penyiksaan, hanya untuk mempertahankan hak-hak istimewa yang menjadi sumber kekayaan keluarga serta lingkaran kerabat dekat.

Bantuan-bantuan dari luar negeri yang diberikan kepada pemerintahan Suharto ternyata tidak meringankan kesengsaraan rakyat, bahkan memperpanjang daftar korban kekerasan-kekerasan politik.

Karena itu Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman berpendapat bahwa reformasi politik yang segera dan mendasar hanya dapat dilakukan melalui penggantian pimpinan nasional. PPI menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia di luar negeri dan di Tanah Air, khususnya kalangan mahasiswa dan intelektual, untuk secara damai dan beradab menggalang solidaritas dan kekuatan agar kekalutan politik dan ekonomi yang menyengsarakan rakyat Indonesia dapat segera diakhiri. Demikian pula segala bentuk praktek-praktek kekerasan politik, intimidasi, teror, penculikan, penyiksaan, ancaman bunuh dll.

PPI menyerukan kepada pemerintah Jerman agar:

Koeln, 03 Mei 1998

Home

IndoProtest - http://members.tripod.com/~indoprotest