>

 Bab 5

KeMahaTahuan Allah

Logika kita mengatakan bahwa suatu kejadian tidak akan bisa diketahui sebelumnya (bahwa akan terjadi) apabila apa yang akan terjadi tidak tertentu. Misalnya, apabila kita tidak mempunyai rencana untuk pergi ke luar kota, maka kita sendiripun tidak akan tahu apakah kita akan pergi atau tidak karena hal itu tidak pasti. Tetapi apabila kita yakin (tahu) bahwa kita akan ke luar kota, maka dapat dipastikan bahwa hal itu sudah kita rencanakan / tentukan sebelumnya. Jadi, penentuan tentang sesuatu hal, pasti mendahului pengetahuan tentang hal itu.

Karena alasan inilah maka hanya ada dua alternatif tentang apa yang memastikan terjadinya sesuatu, yaitu Penentuan Ilahi (foreordination of God) atau takdir/kebetulan yang acak (random/blind fate). Dengan demikian, mereka yang menolak penentuan Ilahi, harus percaya akan terjadinya kebetulan.

Penolakan Penentuan Ilahi yang didasarkan pada KeMahaTahuan Allah

Orang-orang Sosinian dan Unitarian (mereka termasuk golongan Liberal), meskipun tidak seinjili orang Arminian, lebih konsisten dalam hal-hal ini. Mereka menolak doktrin bahwa Allah menentukan segalanya secara mendetail (seperti juga orang Arminian). Dengan demikian mereka juga menolak doktrin bahwa Allah sudah mengetahui segala sesuatu sebelum sesuatu terjadi. Khusus pada point yang terakhir ini orang Arminian tidak setuju, mereka mengakui bahwa Allah sudah tahu terlebih dahulu sebelum segala apapun terjadi tetapi menyangkal bahwa Dia menentukan apapun. Hal ini menyebabkan sering terjadinya kontradiksi dalam doktrin-doktrin Arminian mereka. Sedangkan dalam pandangan orang-orang Sosinian dan Unitarian, penolakan terhadap kemahatahuan Allah tersebut adalah suatu keharusan untuk menghindarkan kontradiksi dan dengan jujur mereka akui bahwa hanya dengan penolakan itulah mereka baru dapat menolak doktrin Predestinasi.

Orang-orang Arminian mengakui kemahatahuan Allah, tetapi mereka tetap menyangkal bahwa Allah menentukan segala sesuatu. Ada yang mengatakan bahwa Allah sengaja menutup mataNya dari beberapa tindakan manusia hanya agar manusia tersebut dapat bertindak bebas, tetapi hal ini jelas bertentangan dengan kemahatahuan Allah karena Dia tidak bisa dan tidak mungkin untuk tidak tahu. Selain itu, apabila kita mengatakan bahwa Allah berpura-pura tidak tahu, bukankah hal itu sama dengan mengatakan bahwa Allah berdusta?

Yang lain mengatakan bahwa kemahatahuan Allah berarti bahwa Dia mengetahui segala sesuatu apabila Dia menghendaki, seperti juga kemahakuasaanNya, apabila Dia menghendaki maka Dia dapat melakukan segala sesuatu, hanya saja Dia tidak mau memaksakannya. Analogi ini sekali lagi membuktikan adanya kesalahan dalam ajaran mereka karena Allah tidak bisa untuk tidak mengetahui sesuatu (meskipun dengan sengaja) karena pada saat Dia tidak tahu maka pada saat itu juga Dia berhenti menjadi Allah, Allah tidak bisa berubah dari maha tahu di satu saat menjadi tidak maha tahu di lain saat.

Calvinisme memang percaya bahwa Allah tidak pernah memaksakan kehendakNya kepada kita, tetapi apabila kita menarik kesimpulan bahwa karena Ia tidak memaksakan kehendakNya maka Ia tidak menentukan hal itu, maka hal itu adalah suatu kontradiksi yang tidak masuk akal. Apakah kita bisa mengatakan bahwa karena Allah tidak memberikan kita kemampuan untuk terbangmembaca pikiran orang (misalnya) maka kita boleh berkata bahwa Ia tidak maha kuasa? Tidak mungkin, kita tidak bisa mengatakan bahwa karena Allah tidak melakukan sesuatu maka Dia tidak maha kuasa. Jadi, hanya karena Allah tidak memaksakan kehendakNya, kita tidak boleh berkata bahwa Ia tidak menentukan segala sesuatu secara mendetail.

Jadi kesimpulannya, apabila Dia maha tahu, apakah mungkin sesuatu hal hanya mungkin terjadi padahal Dia sudah jelas tahu bahwa hal itu akan terjadi. Dan apabila Dia tahu bahwa sesuatu akan terjadi, bukankah ini berarti bahwa kejadian itu sudah tertentu dan tidak mungkin tidak terjadi ? Dan jika sesuatu yang akan terjadi sudah tertentu bukankah hal itu berarti memang sudah ditentukan untuk terjadi ?

KeMahaTahuan Allah dan Tindakan Bebas Manusia

Pandangan bahwa tindakan bebas manusia adalah tidak tertentu atau tidak dapat dipastikan sebelumnya adalah pandangan yang mengorbankan kedaulatan Allah, kemahatahuanNya, dan kemahakuasaanNya demi kebebasan manusia. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa tidak ada satupun di dalam diri manusia yang tidak diketahuinya. Jadi, mungkinkah ada hal-hal tak terduga di dalam diri kita?

Mazmur 139:2

Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

Yeremia 23:24

Sekiranya ada seorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN.

Yeremia 1:5

"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

Kisah Rasul 15:8

Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita,...

Matius 6:8

Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.

Ibrani 4:13

Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Apabila kebebasan manusia memang tidak dapat diduga sebelumnya oleh Allah, maka pada saat Dia akan mempertobatkan seseorang Dia harus membuat beberapa rencana untuk menutup segala kemungkinan yang akan terjadi tergantung keputusan orang tersebut. Bukankah dengan demikian Allah tidak dapat melanjutkan rencanaNya sebelum Dia tahu apa yang akan dilakukan orang tersebut? Dan bukankah Allah harus menyesuaikan rencanaNya setelah Dia tahu jalan mana yang ternyata diambil oleh orang itu?

Lebih parah lagi, karena Allah tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh manusia bebas itu, maka pada saat hal itu terjadi maka Allah telah bertambah pengetahuanNya (Dia yang tadinya tidak bisa menduga apa yang akan dilakukan oleh manusia itu sekarang sudah tahu). Apakah dengan bertambahnya pengetahuan ini membuktikan bahwa Allah semakin Maha Tahu? Semakin sempurna? Bukankah hal ini hanya menunjukkan bahwa Dia kurang sempurna sebelumnya, bukankah yang sudah sempurna tidak bisa menjadi lebih sempurna?

Hubungan antara penentuan Allah dan kehendak bebas manusia akan dibahas secara lebih mendetail pada Bab 7, pada saat kita menjawab keberatan-keberatan terhadap doktrin Predestinasi.

Kesimpulan

Kita sebagai manusia tidak mungkin dapat menyelami pikiran Allah yang tidak terbatas, pengetahuanNya yang tak terselami. Segala keterbatasan kita sebagai mahluk ciptaan tidak mungkin bisa mengerti maupun mempengaruhi keputusan sang Pencipta yang tidak terbatas.

Yesaya 40:28

Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertianNya.

Mazmur 147:5

Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaanNya tak terhingga.

Roma 11:33-34

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?

Dengan demikian bagaimana mungkin kita ingin membatasi kemahatahuanNya dengan mengatakan bahwa ada hal-hal yang tergantung manusia, dan Allah tidak tahu apa yang akan dilakukannya sebelum kita bertindak? Tidak mungkin, tetapi lihat apa yang dilakukan oleh orang-orang Arminian. Apabila mereka mengajarkan bahwa keselamatan tergantung kita, bukankah hal ini berarti bahwa sebelum kita menghendaki untuk bertobat, bahkan sebelum kita mati (dan tidak murtad) Allah tidak tahu apa nasib kita (apakah kita selamat atau binasa) ? Jelas doktrin mereka ini adalah doktrin yang bertentangan dengan Alkitab, karena Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah tahu apa yang akan terjadi sebelum semuanya terjadi. Hal ini berarti bahwa Allah tahu bahwa kita akan bertobat sebelum kita bertobat dan Ia tahu apakah kita akan selamat atau binasa sebelum kita mati.

Yesaya 46:10

..., yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan,...

Yesaya 42:9

Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu.

Yesaya 44:7

Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepadaKu! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah merekamemberitahukannya kepada kami!

Yesaya 48:5-6

maka Aku memberitahukannya kepadamu dari sejak dahulu; sebelum hal itu menjadi kenyataan, Aku mengabarkannya kepadamu, supaya jangan engkau berkata: Berhalaku yang melakukannya, patung pahatanku dan patung tuanganku yang memerintahkannya. (6) Engkau telah mendengar semuanya itu dan sekarang engkau harus melihatnya; tidakkah kamu sendiri mau mengakuinya? Aku menagbarkan kepadamu hal-hal yang baru dari sejak sekarang, dan hal-hal yang terseimpan yang belum kau ketahui.

Dengan demikian, apabila Allah sudah mengetahui bahwa sesuatu pasti akan terjadi, bukankah hal itu tidak mungkin luput? Dan apabila sesuatu tidak mungkin luput bukankah sesuatu itu sudah tertentu? Apabila sesuatu itu sudah tertentu bukankah sesuatu itu memang sudah ditentukan?


email us at : gkri_exodus@mailcity.com