TANYA JAWAB
Tanya : Apa benar kaum Theravada anti pada Dewi Kwam Im? Bukankah Dewi Kwam Im
adalah dewi cinta kasih sedangkan agama Buddha mengajarkan cinta kasih.
(Shanti T - Surabaya)
Jawab : Tidak benar apabila dikatakan bahwa kaum Theravada anti pada "Dewi Kwan Im".
Yang benar adalah agama Buddha Theravada tidak tahu apa-apa tentang keberadaan "Dewi
Kwam Im". Bagaimana kita bisa menyukai atau tidak menyukai sesuatu yang tidak kita ketahui.
Sama tidak mungkinnya untuk menyukai atau tidak menyukai buah kiwi (sejenis buah dari
Selandia Baru) padahal belum pernah merasakan atau mengetahui bagaimana bentuk dan
cita-rasa buah kiwi itu. Kaum Theravada mewarisi (dan kemudian ingin mewariskan) ajaran
Buddha Gautama sebagaimana apa adanya. Sang Buddha menyebut keberadaan bodhisatva
(bahasa mandarin : Pousat) yang adalah calon buddha. Tapi Sang Buddha tidak menyebut adanya
"Bodhisatva Kwan Im" baik di zaman sebelum Beliau atau pun dikemudian hari. Semua hal
diatas tidak mesti dihubungkan dengan kenyataan bahwa keberadaan "Dewi Kwan Im"
sebenarnya hanya berdasar legenda tanpa didukung bukti-bukti sejarah, dan juga tentunya tanpa
mengurangi rasa hormat kita pada saudara sesama umat Buddha yang memerlukan obyek seperti
"Dewi Kwan Im" untuk mengembangkan cinta kasih.
Tanya : Bagaimana pandangan agama Buddha mengenai penggunaan pil ekstasi?
(Trisna T - Surabaya)
Jawab : Seorang Buddhis sangat menghargai dan mengandalkan kesadaran (kemawasan).
Meditasi antara lain adalah usaha untuk menjaga agar kita tetap sadar dari waktu ke waktu.
Dalam keadaan "terbuai" pil ekstasi atau semacamnya, seseorang tidak dalam keadaan sadar.
Dari aspek yang lebih sederhana kehidupan seorang buddhis yang baik adalah terlepas dari
ketergantungan termasuk ketergantungan pada obat.