CERITA BERSAMBUNG

Karya :

Unggul K. Surowidjojo

PANGERAN MATA ELANG

UKA SUROWIDJOJO ENTERPRISE

 

SERI 2. DAERAH GELANG-GELANG

No. 5. Palang-Palang

Oleh : Unggul K. Surowidjojo

 

 

     

Tak kuasa menahan sedihnya Jonggrang menangis sejadi-jadinya, menjatuhkan kepalanya pada perut kakaknya yang penuh darah. Obloh Owoh sedikit terkejut mendengar tangis Jonggrang yang mendadak itu, segera mencoba meredamnya.

 

     "Rara, jangan nangis begitu. Kedengaran musuh cilaka nanti!"

 

Seperti tersadar akan bahaya yang mengancam jika sampai pihak musuh mendengar suaranya, seketika tangis Jonggrang berubah menjadi sedu sedan, tapi tubuh kecilnya itu menggigil-gigil menahan sedaknya supaya tak bersuara.

 

    "Kakang...Kakang jangan mati, Jonggrang hidup sama siapa?" gadis itu menggoyang-goyang tubuh kakaknya yang seperti beku.

 

    "Rara, Tuan Guphala belum meninggal, lihatlah sorot matanya masih memancar," sergah Obloh Owoh memberitahu Jonggrang. Yang diberitahu seperti kegirangan, anak kecil itu merangkak menuju wajah kakaknya. Dan dibenamkannya kepalanya yang kecil itu  di leher kakaknya saat dia yakin saudara tuanya itu masih hidup. Sedu sedan tangisnya kembali pecah tubuhnya bergetar-getar.

 

     Dia semakin yakin kalau kakaknya masih hidup ketika dirasakan tangan saudara tuanya itu mengelus rambutnya. Sesaat ada harapan tumbuh bahwa saudaranya itu akan sembuh kembali, bagaimanapun laki-laki itulah satu-satunya tempat bergantung, seperti bapaknya sendiri, apalagi jarak umurnya kelewat jauh, Guphala berumur 29 tahun sedang Jonggrang masih enam tahunan. Guphala lahir dari istri pertama Rahphala sedang Jonggrang lahir dari Lhastari, istri kedua Rahphala. Walaupun berbeda ibu, Guphala sangat menyayangi Jonggrang, karena di pandangan mata Guphala, sorot mata Jonggrang adalah pancaran Bethari Umayi, wanita cantik dari negeri Turki yang dijadikan dewi oleh  Sang Hyang Bathara Guru, yang kemudian diperistrinya dan memberinya anak bernama Kala, Sang Bathara Kalana.

 

     "Kenapa kau bisa sampai di sini, Jonggrang?" tanya Guphala hampir seperti berbisik.

 

Jonggrang tak bisa menjawab, getaran di tubuhnya semakin menjadi-jadi.

 

     "Rara Jonggrang memaksa ikut, Tuan. Kami menumpang di gerobak makanan paling belakang. Saya sudah memperingatkannya, tapi Rara merengek terus, minta ikut menyusul Tuan," kata Obloh Owoh menjawabkan Jonggrang yang terbenam di dalam leher kakaknya.

 

     "Bawalah dia pulang ke Alas Segoro, Obloh!" perintah Guphala. Namun sebelum Obloh Owoh sempat menjawab buru-buru Jonggrang menyela, "Tidak, aku akan pulang bersama Kakang Guphala!" Tangannya erat mencengkeram pakaian Guphala yang basah karena darah.

 

 

 

(BERSAMBUNG Ke Seri 2. Daerah Gelang-Gelang No. 6. Kepulangan )

BACK