Tahu di nan Empat tanda-tanda "bansait"

1. Kurang iman
2. Kurang ilmu/informasi
3. Kurang harta
4. Kurang bugar/sehat

Dalam bahasa Minang seorang anggota masyarakat yang kurang memiliki sesuatu disebut sebagai orang "bansait".
Berbeda dengan kata "miskin" yang biasa dipakai dalam bahasa Indonesia untuk merujuk kepada orang yang kurang harta, maka "bangsait" bukan hanya kekurangan materi saja.
Tapi lebih dari itu, yaitu kurang empat unsur yang disebutkan di atas.

Dalam bahasa Indonesia "bansait" diucapkan sebagai "bangsat", yaitu ucapan makian kepada seseorang yang berperilaku buruk.

Tak ada manusia yang sudi disebut sebagai "bansait" ataupun dipanggilkan "bangsat".
Sebaliknya ada orang-orang yang mau disebut sebagai "kaum miskin," karena kosakata ini berkaitan dengan orang-orang yang perlu disantuni dengan bahan makanan tanpa perlu bekerja.
Bahkan kaum Komunis memanipulasi perkataan "miskin" untuk kepentingan kekuasaan kelompoknya.

Kekurangan harta yang dalam bahasa Indonesia disebut "miskin", tak bisa dilihat dari sudut penguasaan materi yang dimiliki saat ini saja, tapi berkaitan erat dengan kekurangan tiga unsur lainnya.

Orang kekurangan harta tak mungkin dijadikan kaya apabila, dia tetap bodoh, tidak mengenal berhitung angka, tak sehat apalagi tak beriman.

Pengalaman sehari-hari menunjukkan betapapun besarnya uang yang dimiliki penjudi yang menang; dia akan segera tak punya uang kembali karena itulah dia dapat disebut sebagai orang yang bangsat.

Kekurangan harta, hanya dapat diatasi dengan peningkatan pendidikan bukan dengan memberikan bahan makanan secara insidentil.
Oleh sebab itu lebih tepat kiranya pemahaman "bansait" dimasyarakatkan karena mencakup ke empat aspek kurang yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

Kembali ke Halaman Utama