Elia yang Berkobar-kobar

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 

Elia yang berkobar-kobar

 

 

I) Elia adalah orang yang sangat berani dan berkobar-kobar bagi Tuhan.

 

Mari kita melihat beberapa hal yang berhubungan dengan hal itu.

 

1)   Elia memberitakan hukuman Tuhan kepada Ahab.

 

1Raja 17:1 - “Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: ‘Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.’”.

 

a)   Perhatikan bahwa Elia memberitakan hukuman Tuhan kepada Ahab yang adalah seorang raja!

 

b)   Elia memberitakan hukuman Tuhan bukan demi nama Baal, tetapi demi Tuhan yang hidup Allah Israel. Beraninya ia melakukan hal itu di tengah-tengah kerajaan yang sudah tunduk kepada Baal / Asyera, dan di hadapan raja seperti Ahab yang mempunyai istri seperti Izebel, menunjukkan keberanian yang luar biasa.

 

Bandingkan dengan banyak orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang yang kalau berada / berdoa / berkhotbah di depan pejabat yang non kristen, tidak berani menggunakan nama Tuhan Yesus Kristus! Lebih-lebih bandingkan dengan orang kristen yang untuk mengaburkan identitas dirinya, lalu menggunakan ‘salam nasional’ Asalamualaikum!

 

c)   Di sini Elia hanya memberitakan hukuman, tetapi tidak menunjukkan dosanya.

 

Mungkin hal ini disebabkan karena dosanya dianggap sudah terlalu jelas. Tetapi nanti dalam 1Raja 18:18 ia berkata kepada Ahab bahwa hukuman itu disebabkan karena penyembahan berhala yang dilakukan oleh Ahab dan keluarganya.

 

1Raja 18:18 - “Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal”.

 

Ini bukan hanya teguran / penunjukan dosa, tetapi juga bantahan terhadap kata-kata Ahab yang menuduh Elia sebagai orang yang mencelakakan Israel (1Raja 18:17), dan ini juga menunjukkan keberanian Elia.

 

2)   Hukuman itu datang karena doa Elia.

 

Satu hal yang tidak diceritakan dalam kitab Raja-Raja adalah bahwa hukuman kekeringan selama 3 ½ tahun itu datang karena doa Elia. Tetapi hal ini terlihat dalam Yak 5:16b-18 yang berbunyi: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah sungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya”.

 

Ini menunjukkan bahwa orang yang berkobar-kobar untuk Tuhan bisa berdoa supaya orang-orang brengsek dihajar / dihukum oleh Tuhan!

 

Penerapan:

 

Ini menunjukkan bahwa kita boleh berdoa supaya para perusak gereja di Indonesia itu dihukum, asal motivasi kita bukanlah karena kebencian / ingin membalas dendam, tetapi hanya karena kecintaan kita kepada Tuhan dan gereja!

 

 

II) Pemeliharaan Tuhan terhadap Elia.

 

Dalam 17:2-4 Firman Tuhan datang kepada Elia, dan demikian juga dalam 17:8-9. Ketaatan Elia pada Firman Tuhan ini menyebabkan ia terlindung dari Ahab dan terpelihara selama 3 ½ tahun kekeringan / kelaparan.

 

Penerapan:

 

Teruslah mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya pada masa sukar seperti ini. Itu justru akan menyebabkan saudara dipelihara oleh Tuhan.

 

1)   Di tepi Sungai Kerit (17:2-6).

 

a)   Tuhan menyuruh Elia pergi ke tepi sungai Kerit (17:3), dan Elia taat (17:5).

 

Pulpit Commentary: “He that willfully stands still to catch dangers, tempteth God instead of trusting him” (= Ia yang secara sengaja tinggal di tempat untuk menghadapi bahaya, mencobai Allah dan bukannya mempercayai Allah) - hal 392.

 

Bdk. Amsal 22:3 - “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka”.

 

b)   Di tepi Sungai Kerit itu Elia minum air sungai dan diberi makan oleh burung gagak (17:6).

 

2)   Di Sarfat.

 

a)   Setelah beberapa waktu Sungai Kerit menjadi kering (17:7), dan Tuhan lalu menyuruh Elia untuk pergi ke Sarfat, dan Tuhan mengatakan bahwa Ia telah ‘memerintahkan’ seorang janda untuk memelihara Elia di sana (17:8-9).

 

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

 

1.   Tuhan membiarkan Sungai Kerit menjadi kering dan lalu menyuruh Elia pindah dari tepi Sungai Kerit ke Sarfat, supaya Elia tidak bersandar kepada Sungai Kerit ataupun burung gagak, tetapi kepada Tuhan.

 

Penerapan:

 

Kalau sumber pemeliharaan saudara ditutup, misalnya saudara dipecat dari pekerjaan, atau suami saudara meninggal dunia, tetaplah percaya kepada Tuhan. Ia akan memberikan ‘janda’ menggantikan ‘Sungai Kerit dan burung gagak’.

 

2.   Perintah untuk pergi ke Sarfat merupakan ujian iman bagi Elia.

 

Sarfat terletak di Sidon (17:9)! Ini justru asal dari Izebel dan daerah kekuasaan ayah Izebel (16:31). Jadi ini bisa dikatakan merupakan tempat yang paling berbahaya! Tetapi perlu kita ingat bahwa bagi Tuhan sama mudahnya menjaga Elia di tepi Sungai Kerit yang terpencil, ataupun di Sidon yang merupakan tempat berbahaya!

 

Pulpit Commentary: “Elijah is perfectly safe under the shield of Divine protection, as safe in the region of Sidon as he was by the brook Cherith” (= Elia sangat aman di bawah perlindungan Ilahi, sama amannya di daerah Sidon seperti waktu ia ada di tepi Sungai Kerit) - hal 412.

 

Tetapi kalau kita berpikir lebih jauh, maka mungkin Sarfat ini justru adalah tempat yang aman, karena Ahab tidak akan pernah menyangka bahwa Elia berani bersembunyi di sana.

 

Pulpit Commentary: “It might be a safer place of retreat for the prophet than it seemed to be, for Ahab would scarcely dream of following him there” (= Ini mungkin merupakan tempat yang lebih aman untuk persembunyian sang nabi dari kelihatannya, karena Ahab tidak akan bermimpi untuk mengejarnya ke sana) - hal 411.

 

Tetapi bagaimanapun perintah untuk pergi ke Sarfat di Sidon ini jelas merupakan ujian iman bagi Elia.

 

b)   Elia mentaati perintah Tuhan dan Tuhan menggunakan janda itu untuk memelihara Elia selama tahun-tahun kelaparan.

 

 

III) Kejatuhan Elia.

 

Elia baru mengalami kemenangan, dengan menurunkan api dari langit dan lalu membasmi nabi-nabi Baal. Lalu apa yang terjadi?

 

1)   Ahab menceritakan kepada Izebel apa yang Elia lakukan (19:1).

 

2)   Reaksi Izebel (19:2).

 

·        Izebel tidak putus asa dengan kegagalan / kekalahan nabi-nabi Baal, tetapi ia bahkan menjadi makin berkobar-kobar. Tetapi justru Elianyalah yang lalu menjadi putus asa!

 

·        Izebel mengirim seorang suruhan untuk memberitahu Elia. Ini menunjukkan keyakinannya untuk bisa membunuh Elia. Tetapi ternyata ia gagal, dan ini menunjukkan bahwa hidup atau mati ada di tangan Tuhan (bdk. Mat 10:28-30).

 

3)   Reaksi Elia (19:3-4).

 

a)   Elia takut?

 

Ay 3: ‘Maka takutlah ia, ...’.

 

KJV/ASV: ‘And when he saw (= Dan ketika ia melihat).

 

NIV: ‘Elijah was afraid’ (= Elia takut).

 

Footnote NIV: ‘Elijah saw’ (= Elia melihat).

 

b)   Elia lari ke Bersyeba, dan lalu ke padang gurun (19:3-4).

 

·        Bersyeba terletak pada batas selatan dari Palestina.

 

Ini terletak di luar wilayah Israel / kekuasaan Ahab, tetapi termasuk wilayah Yehuda sehingga ada di bawah kekuasaan raja Yehuda yaitu Yosafat. Tetapi Yosafat mempunyai hubungan baik dengan Ahab. Karena itu Elia masih merasa tidak aman di wilayah Yehuda, dan ia lalu lari terus ke gurun (ay 3b-4).

 

·        Kesalahan Elia di sini adalah bahwa ia tidak minta petunjuk Tuhan! Baik pada waktu di Yizreel maupun di Bersyeba, ia tidak meminta petunjuk / pimpinan Tuhan. Juga ia meninggalkan pelayanan tanpa permisi kepada Tuhan. Ini seperti pembantu yang lalu ngeluyur, pergi meninggalkan pekerjaannya, tanpa permisi kepada majikannya. Kalau saudara jadi majikannya, apa saudara tidak marah? Kalau ya, jangan jadi pelayan seperti itu! Bdk. 17:2,8  18:1 dimana ia bertindak setelah mendapat Firman Tuhan.

 

c)   Elia minta mati (19:4b).

 

1.   Komentar tentang permintaan Elia untuk mati.

 

Pulpit Commentary: “How completely he is the sport of circumstances; how full of contradictions his conduct. At one moment he flees for his life; at the next he requests for himself that he may die. ‘Doth he wish to be rid of his life because he feared to lose it?’ (Hall) Yesterday strong in faith, fearing neither man nor devil; today trembling before a woman, wretched and despairing” [= Betapa sepenuhnya ia menjadi permainan dari keadaan; betapa penuh dengan kontradiksinya tindakannya. Pada satu saat ia lari untuk nyawanya; pada saat selanjutnya ia memohon supaya ia boleh mati. ‘Apakah ia ingin membuang / kehilangan nyawanya karena ia takut kehilangan nyawanya?’ (Hall). Kemarin kuat dalam iman, tidak takut kepada manusia maupun setan; hari ini gemetar di hadapan seorang perempuan, sangat sedih dan putus asa] - hal 466.

 

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Kitto: “Strange contradiction! Here the man who was destined not to taste of death, flees from death on the one hand and seeks it on the other” (= Kontradiksi yang aneh! Di sinilah seseorang yang ditakdirkan untuk tidak merasakan kematian, melarikan diri dari kematian di satu pihak dan mencarinya di pihak yang lain) - hal 459.

 

Pulpit Commentary: “We are not fittest for heaven when we are most tired of earth” (= Kita bukannya paling cocok untuk surga pada waktu kita paling bosan terhadap dunia) - hal 480.

 

2.   Ini menunjukkan bahwa Elia mengalami depresi yang sangat dalam. Tetapi apa penyebab depresi Elia ini?

 

·        perasaan gagal dalam pelayanan.

 

1Raja 19:10,14 - orang yang mempunyai semangat yang hebat adalah yang paling mudah mengalami depresi pada waktu mengalami kegagalan. Seharusnya Elia ingat bahwa “God does not call us to be successful, but to be faithful” (= Allah tidak memanggil kita untuk sukses, tetapi untuk setia).

 

·        kelelahan / kelemahan fisik.

 

Ia lari menempuh jarak Yizreel - Bersyeba, yaitu sekitar 95 mil / lebih dari 150 km, dan masih ditambah lagi sehari perjalanan ke padang gurun (ay 4a). Ini membuat ia mengalami kelelahan yang luar biasa, ditambah lagi ia mengalami kelaparan (ini terlihat dari ay 5-7 dimana Tuhan menanganinya bukan hanya dengan memberinya istirahat / tidur, tetapi juga dengan memberinya makan). Kelelahan dan kelemahan fisik ini bisa menyebabkan / menambah depresi.

 

Pulpit Commentary: “The relation that exists between the state of the body and the state of the mind is very mysterious, but very real. The elation or depression of our religious feeling depends far more on mere physical conditions than we often imagine” (= Hubungan yang ada antara keadaan tubuh dan keadaan jiwa adalah sangat misterius, tetapi sangat nyata. Perasaan agamawi berupa kegembiraan atau depresi tergantung pada kondisi fisik jauh lebih banyak dari yang sering kita bayangkan) - hal 474.

 

Karena itu dalam keadaan depresi, sekalipun olah raga adalah sesuatu yang baik, tetapi jangan melakukannya secara berlebihan, karena setelah itu bisa bahkan menambah depresi itu.

 

Ini juga menunjukkan bahwa orang kristen wajib memelihara kesehatan fisik, karena kalau kesehatan fisik tidak baik, itu juga bisa menimbulkan / menambah depresi.

 

Pulpit Commentary: “The neglect of sanitary laws is a sin” (= Pengabaian hukum-hukum kesehatan adalah suatu dosa) - hal 477.

 

·        penderitaan lain: kepanasan.

 

Ay 4: ‘lalu duduk di bawah sebuah pohon arar.

 

·        dosa, dimana ia meninggalkan tempat / pelayanan tanpa ijin Tuhan.

 

Pulpit Commentary: “his despondency deepened as he lost himself in the solitudes of wilderness. His was the inward disquietude which will always be the penalty of a man’s having weakly or wilfully deserted the path of duty. When good men place themselves in a false position, they must expect the shadow of some morbid condition of feeling to fall upon their spirit. When the hands of those who ought to be busy about some work for God are idle, their hearts are left a prey to all sorts of evil influences. Religious activity is one of the main secrets of religious health” (= keputusasaannya makin mendalam pada waktu ia menyembunyikan dirinya sendiri dalam kesunyian padang gurun. Ia mengalami ketidaktenangan batin yang selalu merupakan hukuman bagi orang yang meninggalkan kewajiban baik karena kelemahan maupun karena sengaja. Pada saat orang yang saleh menempatkan dirinya pada posisi yang salah, mereka harus mengharapkan bayangan dari kondisi yang tak sehat dari perasaan untuk jatuh pada roh mereka. Pada waktu tangan mereka yang seharusnya sibuk dengan pekerjaan untuk Allah menjadi malas, hati mereka ditinggalkan sebagai mangsa dari segala macam pengaruh jahat. Aktivitas agama / rohani merupakan salah satu dari rahasia utama kesehatan agama / rohani) - hal 475.

 

·        kesepian.

 

Mungkin depresi yang dialami Elia juga disebabkan atau diperparah oleh kesepian / kesendirian. Bdk. ay 10,14 - ‘hanya aku seorang dirilah yang masih hidup’.

 

3.   Mengapa Tuhan membiarkan Elia jatuh seperti ini?

 

·        Untuk menunjukkan bahwa manusia yang terhebatpun akan hancur kalau Tuhan tidak menolongnya.

 

Pulpit Commentary: “So unstable are the grandest forms of human virtue, and so weak are the noblest of men when God is pleased for a while to leave them to themselves” (= Begitu tidak stabil bentuk yang teragung dari kebaikan / sifat baik manusia, dan begitu lemah manusia yang paling mulia pada waktu Allah berkenan untuk sementara waktu meninggalkan mereka pada diri mereka sendiri) - hal 474.

 

Karena itu selalulah bersandar kepada Tuhan!

 

·        Mungkin supaya Elia tetap sadar akan kelemahannya dan tidak menjadi sombong (bdk. 2Kor 12:7-10). Atau bahkan mungkin untuk mempertobatkan Elia dari kesombongannya, karena kata-katanya dalam ay 4b - ‘sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku’ - sudah menunjukkan kesombongan karena tadinya ia menganggap dirinya lebih baik dari nenek moyangnya.

 

 

IV) Pengobatan Tuhan.

 

1)   Memberi istirahat, makan, dan minum, dan semua ini memberi Elia kekuatan (19:5-8).

 

a)   Dalam ay 5-8 Tuhan memberi tidur, makan dan minum kepada Elia.

 

Tuhan tahu bahwa salah satu penyebab depresinya adalah kelelahan dan kelemahan fisik, karena lari dari Yizreel ke Bersyeba dan lalu ke padang gurun, tanpa makanan ataupun minuman. Karena itu sekarang Tuhan menangani kelelahan fisik ini melalui pemberian istirahat, makanan dan minuman.

 

b)   Ini menunjukkan bahwa ketidak-sabaran, ketidak-percayaan dan ketidak-setiaan Elia, tidak membuang / mengurangi perhatian dan kasih Allah kepadanya! Bdk. Maz 103:14 - “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.

 

2)   Pertemuan Elia dengan Tuhan (19:9-14).

 

a)   Ay 9b,13b: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’.

 

NIV: “What are you doing here, Elijah?” (= Apa yang sedang engkau lakukan di sini Elia?).

 

Ay 9b,13b ini sekalipun lembut tetapi tetap merupakan teguran. Pertanyaan ini secara implicit juga menunjukkan bahwa Elia bisa lebih berguna di tempat lain.

 

b)   Ay 10,14 (NIV): “I have been very zealous for the LORD God Almighty” (= Aku telah sangat bersemangat untuk TUHAN Allah yang maha-kuasa).

 

Tuhan menanyakan apa yang sedang ia lakukan saat itu, tetapi Elia menjawab tentang apa yang ia lakukan dahulu. Banyak orang kristen yang kalau mendapat pertanyaan serupa, juga menjawab seperti Elia: ‘Dulu aku guru sekolah minggu’, ‘Dulu aku majelis’, dsb.

 

Jawaban Elia dalam ay 10,14 itu sudah menunjukkan bahwa ia salah karena pada saat itu tidak melakukan apa-apa. Tetapi ada banyak jemaat / orang kristen yang bahkan menjawab seperti Elia saja tidak dapat, karena mereka tidak pernah melakukan pekerjaan / pelayanan apa-apa.

 

c)   Ay 10,14: ‘orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku’.

 

Ini menunjukkan bahwa Elia merasa bahwa pelayanannya tidak berbuah.

 

Pulpit Commentary: “We know that no work, really and truly done for God, can be wasted (Isa. 55:11); but we are often tempted to think it is. ... it is for our comfort to remember, in times of depression, that the greatest of the prophets saw little or no fruit of his labours” [= Kita tahu bahwa tidak ada pekerjaan, yang sungguh-sungguh dan betul-betul dilakukan bagi Allah, bisa sia-sia (Yes 55:11); tetapi kita sering dicobai untuk berpikir demikian. ... merupakan sesuatu yang menghibur kita untuk mengingat pada masa depresi bahwa nabi yang terbesar melihat sedikit atau tidak ada buah dari jerih-payahnya] - hal 391.

 

Yes 55:11 - “demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”.

 

1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.

 

d)   Ay 11: “Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’. Maka TUHAN lalu!”.

 

NASB, KJV, RSV seperti Kitab Suci Indonesia.

 

NIV: “The LORD said, ‘Go out and stand on the mountain in the presence of the LORD, for the LORD is about to pass by’” (= TUHAN berkata: ‘Keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan TUHAN, karena TUHAN akan lalu / lewat’).

 

e)   Ay 11-12: Tuhan tidak ada dalam angin besar dan kuat, gempa maupun api, tetapi ada dalam ‘angin sepoi-sepoi basa’.

 

NIV: ‘a gentle whisper’ (= suatu bisikan yang lembut).

 

Apa arti semua ini? Ada penafsir-penafsir yang berpendapat bahwa maksud dari angin sepoi-sepoi ini adalah untuk menunjukkan kepada Elia bahwa Tuhan tidak menghendaki reformasi dengan cara keras yang ia gunakan. Tuhan ingin Elia menggunakan cara yang lembut dalam mereformasi Israel.

 

Saya berpendapat bahwa penafsiran ini salah. Alasan saya:

 

·        Ay 11-12 menunjukkan sikap Tuhan kepada Elia, bukan kepada Israel / Ahab / Izebel.

 

·        Ay 15-17 menunjukkan Tuhan akan menghukum Israel.

 

·        Dialog Tuhan - Elia dalam ay 13-18 sedikitpun tidak menyinggung hal ini.

 

·        Pelayanan / sikap Elia sesudah ini tidak berubah dari sebelumnya, misalnya lihat 1Raja 21:17-dst  2Raja 1:1-18.

 

Saya berpendapat bahwa angin sepoi-sepoi ini menunjukkan sikap Allah terhadap Elia. Sekalipun Elia salah / jatuh, tetapi Tuhan tetap tidak datang kepadanya dalam gempa, angin besar atau api, yang semuanya merupakan simbol hukuman Tuhan (Maz 18:8-15), tetapi Tuhan datang dalam kelembutan dan kasih.

 

Penerapan:

 

Ini juga berlaku bagi diri saudara. Asal saudara betul-betul adalah seorang anak Allah, maka pada saat saudara jatuh ke dalam dosa, janganlah membayangkan bahwa Allah murka kepada saudara (kecuali kalau saudara dengan sikap tegar tengkuk tidak mau bertobat dari dosa itu). Karena adanya penebusan Yesus Kristus, Tuhan selalu menghadapi saudara dengan kasih dan kelembutan seorang Bapa kepada anakNya. Bdk. Maz 103:8-14 - “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.

 

3)   Koreksi terhadap Elia (ay 15-18).

 

a)   Ay 15: ‘Pergilah, kembalilah’.

 

Ini harus dilakukan oleh setiap orang yang meninggalkan pelayanan tanpa ijin Tuhan!

 

Dalam Pulpit Commentary (hal 469) diceritakan sebuah dongeng tentang rasul Tomas. Dikatakan bahwa suatu hari Tomas kembali ragu-ragu akan kebangkitan Yesus. Ia lalu mencari rasul-rasul yang lain, dan mulai menceritakan keragu-raguannya itu. Tetapi semua rasul itu memandangnya dengan heran, dan lalu menjawab bahwa mereka menyesal atas apa yang Tomas alami itu, tetapi mereka begitu sibuk dalam pelayanan sehingga tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita Tomas itu lebih lanjut. Tomas lalu mencari perempuan-perempuan pengikut Yesus, dan lalu mulai menceritakan keragu-raguannya kepada mereka. Tetapi perempuan-perempuan itu bereaksi secara sama dengan rasul-rasul tadi. Akhirnya Tomas merenung, dan lalu berpikir bahwa mungkin karena mereka begitu sibuk dalam pelayanan, maka mereka bebas dari keragu-raguan itu. Ia lalu pegi ke Parthia dan menyibukkan dirinya dengan pemberitaan Injil, dan sejak saat itu ia tidak pernah ragu-ragu lagi tentang kebangkitan Yesus.

 

Ini mungkin cuma dongeng, tetapi ada kebenarannya yaitu: ‘pelayanan’ menguatkan iman, sedangkan ‘tidak melayani’ merusak iman!

 

Dan satu hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa Tuhan mengobati orang yang depresi dengan menyuruhnya melakukan pelayanan!

 

b)   Ay 15-17 menunjukkan pelayanan yang Tuhan kehendaki dari Elia.

 

Ay 15-17 dikatakan oleh Tuhan bukan hanya untuk menunjukkan pelayanan yang Ia kehendaki dari Elia, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa Ia akan menghukum Israel / Ahab / Izebel (ini nyata terlihat dari pengangkatan Yehu menjadi raja Israel). Ini merupakan penghiburan bagi Elia karena ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan terus menerus dosa Ahab dan Izebel.

 

c)   Ay 18:

 

·        Tense dari ay 18.

 

‘Aku akan meninggalkan’ (= RSV/NASB).

 

NIV: Yet I reserve 7000 ... (= Tetapi Aku menyimpan / menjaga 7000 ...).

 

KJV: Yet I have left me ... (= Tetapi Aku telah meninggalkan untukKu ...).

 

·        Ay 18 ini diucapkan Tuhan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Elia tidak sia-sia, dan bahwa kata-kata Elia dalam ay 10,14 tidak benar. Memang depresi membuat segala sesuatu terlihat lebih gelap dari yang sebenarnya.

 

 

Penutup.

 

Elia taat kepada perintah Tuhan dan ia kembali melakukan pelayanan (ay 19-21). Dan justru semua itu mengangkat dia dari kejatuhannya / depresinya. Kiranya ini bisa menolong saudara kalau sedang mengalami depresi / kejatuhan rohani seperti Elia!

 

 

-AMIN-