Eksposisi Surat Yohanes yang Pertama

oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.


I YOHANES 3:11-18

 

I) Kita harus saling mengasihi.

 

Ay 11: Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi.

 

1)  Kata ‘berita’ dalam bahasa Yunaninya hanya muncul 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam 1Yoh 1:5 dan di sini. Di sini kata itu menunjuk kepada ‘basic duty of a Christian’ (= kewajiban dasar dari seorang Kristen) - Hobbs, hal 89.

 

Herschel H. Hobbs: Vaughan (p. 82) notes that 1:5 is a summary of Christian theology; 3:11 is a summary of Christian ethics” [= Vaughan (hal 82) memperhatikan / melihat bahwa 1:5 merupakan suatu ringkasan dari theologia Kristen; 3:11 merupakan suatu ringkasan dari etika Kristen] - hal 89.

 

Penerapan:

 

Menjadi orang kristen harus mau mendengar hal-hal yang bersifat doktrinal / theologis, dan juga hal-hal yang bersifat praktis / etika / moral.

 

2)  Mengapa ditekankan kasih kepada sesama dan bukan kasih kepada Allah?

 

Memang kasih kepada Allah adalah yang terutama, tetapi kasih kepada sesama adalah bukti dari kasih kepada Allah, dan karena itu di sini Yohanes menekankan hal itu.

 

Juga kalau kita betul-betul adalah anak-anak Allah, maka kita harus menyerupai Dia, yang adalah kasih.

 

Illustrasi: “A staid-looking gentleman was upset at the dress of some young people on the street. ‘Just look at that one,’ he barked to a bystander, ‘Is it a boy or a girl?’. ‘It’s a girl. She’s my daughter.’ ‘Oh, forgive me,’ apologized the man. ‘I didn’t know you were her mother.’ ‘I’m not,’ snapped the bystander, ‘I’m her father.’” (= Seorang laki-laki yang tenang dan serius merasa terganggu oleh pakaian dari beberapa orang-orang muda di jalanan. ‘Lihat pada yang itu’, katanya kepada seseorang yang berdiri di dekatnya, ‘Apakah itu seorang anak laki-laki atau perempuan?’. ‘Itu adalah anak perempuan. Ia adalah anak perempuan saya’. ‘Oh, maafkan saya,’ orang itu meminta maaf. ‘Aku tidak tahu kamu adalah ibunya’. ‘Aku bukan ibunya’, bentak orang itu, ‘Aku adalah ayahnya’.).

 

3)  Contoh negatif, yaitu Kain.

 

Ay 12: bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.

 

Yohanes membicarakan kebenaran Habel, supaya kita bisa belajar untuk sabar pada waktu dunia membenci kita tanpa alasan (ay 13).

 

Ay 13: Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.

 

Bdk. Yoh 15:18-20 - “(18) ‘Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19) Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. (20) Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu”.

 

II) Kasih kepada sesama adalah bukti keselamatan kita.

 

1)  Kasih bukan penyebab keselamatan, tetapi bukti keselamatan.

 

Ay 14: Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.

 

Calvin: “when the Apostle says, that it is known by love that we have passed into life, he does not mean that man is his own deliverer, as though he could by loving the brethren rescue himself from death, and procure life for himself; for he does not here treat of the cause of salvation, but as love is the special fruit of the Spirit, it is also a sure symbol of regeneration. But it would be preposterous for any one to infer hence, that life is obtained by love, since love is in order of time posterior to it” (= pada waktu sang Rasul mengatakan bahwa diketahui dari kasih bahwa kita telah berpindah ke dalam kehidupan, ia tidak memaksudkan bahwa manusia adalah pembebas dirinya sendiri, seakan-akan dengan mengasihi saudara-saudaranya ia bisa menolong / menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian, dan mendapatkan kehidupan untuk dirinya sendiri; karena di sini ia tidak membahas penyebab dari keselamatan, tetapi sebagaimana kasih adalah buah khusus dari Roh, itu juga merupakan simbol yang pasti dari kelahiran baru. Tetapi adalah tidak masuk akal bagi siapapun untuk karena itu menyimpulkan bahwa kehidupan didapatkan oleh kasih, karena kasih dalam urut-urutan waktu ada belakangan) - hal 218.

 

Memang jelas bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman.

 

Ef 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

 

Karena itu kita tidak boleh menafsirkan seakan-akan ay 14 di atas mengajarkan keselamatan karena kasih. Kasih bukan penyebab keselamatan kita tetapi bukti dari keselamatan kita.

 

2)  Kata ‘mengasihi’ ada dalam present tense, sehingga Hobbs menterjemahkan ‘keep on loving’ (= terus menerus mengasihi).

 

Jadi, kalau kita hanya melakukan tindakan kasih satu atau dua kali, itu belum cukup untuk membuktikan keselamatan kita. Kita harus terus menerus mengasihi!

 

3)  Kita harus mengasihi seseorang sekalipun kita tidak menyenanginya.

 

Herschel H. Hobbs: “‘love’ must go beyond ‘liking’; ... You may not ‘like’ a person, but you are to ‘love’ him” (= ‘mengasihi’ harus melampaui ‘menyenangi’; ... Engkau bisa tidak ‘menyenangi’ seseorang, tetapi engkau harus ‘mengasihi’ dia) - hal 91.

 

4)  Sebagaimana kasih adalah bukti keselamatan, maka kebencian adalah bukti bahwa seseorang belum selamat.

 

Ay 15: Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.

 

a)  Membenci berarti membunuh (ay 15a).

 

Calvin: “the Apostle declares that all who hate their brethren are murderers. He could have said nothing more atrocious; nor is what is said hyperbolical, for we wish him to perish whom we hate. It does not matter if a man keeps his hands from mischief; for the very desire to do harm, as well as the attempt, is condemned before God: nay, when we do not ourselves seek to do an injury, yet if we wish an evil happen to our brother from some one else, we are murderers” (= sang Rasul menyatakan bahwa semua yang membenci saudara-saudaranya adalah pembunuh. Ia tidak bisa mengatakan yang lebih buruk / kasar; dan apa yang dikatakan itu bukan sesuatu yang bersifat hyperbolik / dilebih-lebihkan, karena kita ingin orang yang kita benci itu binasa. Tak jadi soal jika seseorang menjaga tangannya dari tindakan untuk mencelakakan orang; karena keinginan untuk menyakiti, sama seperti usaha untuk itu, dikecam di hadapan Allah: bahkan pada waktu kita sendiri tidak berusaha untuk menyakiti, tetapi jika kita berharap sesuatu yang buruk terjadi pada saudara kita dari seseorang yang lain, kita adalah pembunuh) - hal 218.

 

Herschel H. Hobbs: “Murder is in the heart before it is in the hand” (= Pembunuhan ada di hati sebelum itu ada di tangan) - hal 90.

 

Herschel H. Hobbs: “A person who hates his brother is a murderer. It is only a matter of degree. And if hatred persists, more likely than not it will produce the terrible overt act” (= Seseorang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh. Itu hanya persoalan tingkat. Dan jika kebencian bertahan, sangat memungkinkan bahwa itu akan menghasilkan tindakan lahiriah yang mengerikan) - hal 91.

 

Catatan: perhatikan bagian yang saya garis bawahi itu. Itu menunjukkan bahwa sekalipun kebencian sudah merupakan pembunuhan, tetapi tingkat dosanya tetap berbeda dengan pembunuhan yang sesungguhnya. Karena itu kalau saudara membenci, jangan lalu melanjutkan dengan membunuh, dengan pemikiran ‘toh dosanya sama.

 

b)  Membenci / membunuh merupakan bukti tidak adanya kehidupan (ay 15b).

 

John Stott (Tyndale): “the lack of love is evidence of spiritual death” (= tidak adanya kasih adalah bukti dari kematian rohani) - hal 142.

 

III) Contoh yang paling sempurna: Kristus.

 

1)  Kristus adalah teladan kasih yang sempurna, karena Ia rela mengorbankan nyawaNya untuk kita.

 

Ay 16: “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita”.

 

Fil 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

 

1Pet 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya”.

 

Pengorbanan Kristus betul-betul luar biasa. Ia membiarkan tubuhNya dihancurkan oleh cambuk, paku, mahkota duri, tombak, dan membiarkan darahNya tercurah, untuk bisa menyelamatkan kita. Itu yang nanti akan kita kenang dalam Perjamuan Kudus.

 

a)  Dalam meniru kasih Kristus, yang menyerahkan nyawaNya untuk kita, kita tentu tidak bisa meniru untuk menebus dosa sesama kita ataupun untuk memikul hukuman dosa mereka.

 

b)  John Stott mengatakan (hal 142) bahwa sekarang Yohanes menunjukkan bahwa ‘the essence of love is self-sacrifice’ (= hakekat dari kasih adalah pengorbanan diri sendiri).

 

c)  Calvin: “every one, in a manner forgetting himself, should seek the good of others” (= setiap orang, dengan cara melupakan dirinya sendiri, harus mencari kebaikan dari orang-orang lain) - hal 219.

 

2)  Mengasihi dalam kehidupan sehari-hari.

 

Menyerahkan nyawa demi saudara-saudara seperti yang dibicarakan dalam ay 16 memang merupakan tindakan pahlawan, tetapi mungkin hal seperti itu tidak terlalu sering terjadi. Karena itu sekarang dalam ay 17-18 Yohanes memberikan contoh yang lebih sederhana, yang bisa terjadi setiap hari dalam kehidupan kita.

 

Ay 17: “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?.

 

John Stott (Tyndale): “true love is not only revealed in the supreme sacrifice; it is expressed in all lesser givings. Not many of us are called to lay down our lives in some deed of heroism, but we constantly have the much more prosaic opportunity to share our possessions with those in need” (= kasih yang sejati bukan hanya dinyatakan dalam pengorbanan tertinggi; itu dinyatakan dalam semua pemberian yang lebih kecil. Tidak banyak dari kita dipanggil untuk menyerahkan nyawa kita dalam suatu tindakan pahlawan, tetapi kita terus menerus mempunyai kesempatan yang biasa untuk membagikan harta / milik kita dengan mereka yang ada dalam kebutuhan) - hal 143.

 

Seringkali kita ingin melakukan yang muluk-muluk, tetapi pada waktu ada sesuatu yang sederhana yang menuntut kasih / pengorbanan kita, kita justru tidak melakukannya. Dalam acara ke panti asuhan baru-baru ini, banyak sekali sumbangan yang masuk, baik uang, barang, makanan, pakaian dan sebagainya. Saya tidak mengkritik hal itu, tetapi pernahkah saudara memikirkan bahwa tak usah jauh-jauh ke Pare, di gereja kita sendiripun ada banyak orang yang sebetulnya sangat membutuhkan pertolongan? Maukah saudara membuka mata saudara, dan hati saudara, dan menolong mereka?

 

Mungkin pertolongan yang dibutuhkan bukan dalam uang atau makanan, tetapi dalam persoalan transportasi ke gereja. Pelayanan seperti ini kelihatannya sederhana, tetapi sebetulnya penting. Banyak orang tak bisa kebaktian, dan bahkan tak bisa pelayanan, karena tak ada transportasi. Mobil gereja memang melakukan antar jemput, tetapi tidak mencukupi. Kalau saudara punya mobil, maukah saudara berkorban dengan menjemput orang itu ke gereja? Mungkin di gereja ini perlu dibuatkan daftar, siapa-siapa yang membutuhkan penjemputan, sehingga orang-orang yang punya mobil bisa memilih siapa yang akan ia jemput.

 

John Stott (Tyndale) mengutip kata-kata Dodd: “Love is ‘the willingness to surrender that which has value for our own life, to enrich the life of another’” (= Kasih adalah ‘kerelaan untuk menyerahkan apa yang berharga untuk kehidupan kita sendiri, untuk memperkaya kehidupan orang lain’) - hal 143.

 

Ada orang yang hanya mau memberikan apa yang betul-betul sudah tak berguna bagi dirinya sendiri. Kalau yang kita berikan itu tak berharga / tak berguna untuk kita, maka itu bukan pengorbanan, dan memberikan hal-hal itu bukanlah tindakan kasih.

 

John Stott (Tyndale): “The transition from the plural (the brethren, verse 16) to the singular (his brother, verse 17) is deliberate and significant. ‘It is easier to be enthusiastic about Humanity with a capital ‘H’ that it is to love individual men and women, especially those who are uninteresting, exasperating, depraved, or otherwise unattractive. Loving everybody in general may be an excuse for loving nobody in particular’ (Lewis)” [= Peralihan dari bentuk jamak (brethren = saudara-saudara, ay 16) ke bentuk tunggal (his brother = saudaranya, ay 17) merupakan kesengajaan dan mempunyai arti. ‘Adalah lebih mudah untuk bersemangat tentang Kemanusiaan dengan ‘K’ huruf besar dari pada mengasihi individu laki-laki dan perempuan, khususnya mereka yang tidak menarik, menjengkelkan, bejad, atau tak menarik. Mengasihi setiap orang secara umum bisa menjadi alasan untuk tidak mengasihi siapapun secara khusus’ (Lewis)] - hal 143.

 

Hal seperti ini banyak terjadi. Ada orang-orang yang bersemangat untuk menginjili dunia, tetapi mereka tidak memberitakan Injil kepada keluarga mereka yang belum percaya. Hal yang sama terjadi dalam persoalan menolong / mengasihi. Karena itu mari kita memperhatikan orang-orang di dekat kita, supaya bisa melihat kebutuhan mereka dan menolong mereka.

 

Calvin: “no act of kindness, except accompanied with sympathy, is pleasing to God. There are many apparently liberal, who yet do not feel the miseries of their brethren. ... the Apostle requires that our bowels should be opened; which is done, when we are endued with such a feeling as to sympathize with others in their evils, no otherwise than as though they were our own” (= tidak ada tindakan kebaikan, kecuali disertai dengan simpati, yang menyenangkan bagi Allah. Ada banyak orang yang kelihatannya royal / baik, tetapi yang tidak merasakan penderitaan dari saudara-saudara mereka. ... sang Rasul menghendaki isi perut kita dibuka; yang terjadi pada waktu kita dipengaruhi dengan perasaan sedemikian rupa sehingga bersimpati dengan orang-orang lain dalam bencana mereka, tak berbeda dari pada kalau bencana itu adalah bencana kita sendiri) - hal 220.

 

Catatan: istilah ‘bowels’ (= isi perut) diambil dari KJV.

 

Memang orang bisa menolong tanpa kasih, tetapi orang tidak bisa mengasihi tanpa menolong.

 

Ay 18: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.

 

Bdk. Yak 2:15-16 - “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.

 

Mengatakan ‘God bless you’, ‘kasihan’, ‘aku akan mendoakan kamu’, dsb, tidak ada harganya kalau saudara sebetulnya bisa memberikan pertolongan praktis tetapi tidak melakukannya, dan hanya mengasihi dengan perkataan / lidah.

 

Satu hal yang harus ditambahkan adalah: kalau kita sebagai orang kristen diperintahkan untuk mengasihi dan menolong, maka jelas bahwa kalau saudara adalah orang yang memang membutuhkan pertolongan, saudara harus mau menerima pertolongan itu. Ada orang yang sebetulnya butuh pertolongan, tetapi terlalu sungkanan atau gengsian untuk menerima pertolongan. Ini adalah sikap yang salah dan menyebabkan orang-orang yang mau menuruti perintah Tuhan ini menjadi tidak bisa menurutinya. Kalau saudara memang membutuhkan pertolongan, belajarlah untuk dengan rendah hati mau menerima pertolongan.

 

Kesimpulan / penutup.

 

Tuhan menghendaki kita saling mengasihi dan menolong. Maukah saudara melakukannya? Kiranya Tuhan memberkati saudara.

 

 

-AMIN-