Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I SAMUEL 26:1-25

 

I) 1Sam 26 merupakan cerita sejarah yang berbeda dengan 1Sam 24.

 

Ada penafsir yang menganggap bahwa, karena kemiripan yang ada antara 1Sam 24 dan 1Sam 26, kedua cerita ini sebetulnya merupakan satu peristiwa yang datang melalui tradisi dalam 2 bentuk.

 

Word Biblical Commentary: “There is considerable duplication between the accounts in chapters 24 and 26. We have little doubt that one event has come down through the tradition in a double form, and we also believe that the writer of HDR himself incorporated both accounts to strengthen his defense of David and his critique of Saul” (= Ada banyak persamaan antara cerita-cerita dalam pasal 24 dan 26. Kita tidak meragukan bahwa satu peristiwa telah datang melalui tradisi dalam suatu bentuk ganda, dan kita juga percaya bahwa penulis dari HDR sendiri telah memasukkan kedua cerita untuk menguatkan pembelaannya terhadap Daud dan kritiknya terhadap Saul).

 

Saya menganggap ini sebagai sesuatu pandangan bodoh, karena:

 

1)   Sekalipun ada persamaan antara kedua cerita, tetapi juga ada banyak sekali perbedaannya. Bandingkan kedua cerita itu sendiri, dan saudara akan melihat banyak perbedaan.

 

2)   Dalam Kitab Suci ada banyak cerita-cerita yang mirip tetapi merupakan 2 kejadian yang berbeda, seperti:

 

a)   Yesus menyucikan Bait Allah dalam Yoh 2:13-dst merupakan peristiwa yang berbeda dengan dalam Mat 21:12-dst / Mark 11:15-dst / Luk 19:45-dst.

 

b)   Perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14-30) berbeda dengan perumpamaan tentang uang mina (Luk 19:11-27).

 

c)   Pengurapan terhadap Yesus oleh perempuan berdosa (Luk 7:36-50) berbeda dengan penguarapan terhadap Yesus oleh Maria (Yoh 12:1-8).

 

d)   Pemberian makan terhadap 5000 orang (Mat 14:13-21) berbeda dengan pemberian makan terhadap 4000 orang (Mat 15:32-39). Bdk. Mat 16:8-10 - “(8) Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: ‘Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! (9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?”.

 

Pulpit Commentary (hal 509-510) mengatakan bahwa Alkitab penuh dengan cerita-cerita yang mirip. Misalnya Yusuf dikatakan bermimpi 2 x dengan mimpi yang mirip, dan demikian juga dengan Firaun, Nebukadnezar dan Daniel. Lalu cerita-cerita yang sungguh-sungguh terjadi juga sering terulang, seperti dalam kasus dusta Abraham tentang istrinya yang dikatakannya sebagai saudaranya (Kej 12 dan Kej 20), dan ini lalu terjadi lagi dalam diri Ishak (Kej 26). Musa juga mengeluarkan air dari batu karang lebih dari 1 x. Yesus diurapi oleh seorang perempuan lebih dari 1 x. Lalu Yesus memberi makan dengan melipat-gandakan roti untuk 5000 orang, dan lagi sekali untuk 4000 orang. Karena itu, kemiripan cerita dalam 1Sam 26 ini dengan apa yang terjadi dalam 1Sam 24, tidak perlu mengejutkan kita, atau membuat kita curiga bahwa ini adalah satu peristiwa yang sama.

 

II) Para penghasut / pengadu domba.

 

1)   Orang-orang Zif menghasut Saul / mengadu domba antara Saul dengan Daud.

 

Ay 1: “Datanglah orang Zif kepada Saul di Gibea serta berkata: ‘Daud menyembunyikan diri di bukit Hakhila di padang belantara.’”.

 

Ini adalah kali yang kedua orang-orang Zif ini melakukan kejahatan kepada Daud.

 

Bdk. 1Sam 23:19 - “Tetapi beberapa orang Zif pergi menghadap Saul di Gibea dan berkata: ‘Daud menyembunyikan diri dekat kami di kubu-kubu gunung dekat Koresa, di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara”.

 

Bandingkan dengan:

 

·        Amsal 6:12-14,16-19 - “(12) Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong, (13) yang mengedipkan matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari, (14) yang hatinya mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran. ... (16) Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: (17) mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, (18) hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, (19) seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.

 

·        Amsal 16:28 - “Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.

 

·        Amsal 26:20 - “Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.

 

·        Maz 140:2-3 - “(2) Luputkanlah aku, ya TUHAN, dari pada manusia jahat, jagalah aku terhadap orang yang melakukan kekerasan, (3) yang merancang kejahatan di dalam hati, dan setiap hari menghasut-hasut perang!”.

 

Orang Kristen seharusnya menjadi orang-orang yang mengusahakan damai, bukan mengadu domba, menghasut, dan sebagainya.

 

Mat 5:9 - “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”.

 

Dalam 1Kor 5, Paulus bahkan menyuruh untuk melakukan siasat gerejani / pengucilan terhadap orang Kristen yang memfitnah.

 

1Kor 5:9-13 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”.

 

Catatan: kata ‘kikir’ seharusnya adalah ‘tamak’.

 

Celakanya, saya tahu sendiri bahwa ada banyak pemfitnah yang menjadi majelis, dan bahkan pendeta!

 

Kalau saudara adalah orang yang senang mendengar seseorang menyebarkan gosip / fitnah, maka ingatlah bahwa kalau saat ini orang itu bisa menceritakan gosip / fitnah tentang orang lain kepada saudara, maka sangat mungkin bahwa pada kali yang lain, ia akan menceritakan gosip / fitnah tentang saudara kepada orang lain! Jadi, jangan bergaul dengan tukang gosip / fitnah. Jauhilah mereka!

 

2)   Para penghasut ini berhasil menghasut Saul.

 

Ay 2: “Lalu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif”.

 

Matthew Henry beranggapan bahwa selama beberapa waktu Saul tidak mengejar-ngejar Daud lagi, tetapi sekarang orang-orang Zif datang kepada Saul dengan laporan tentang keberadaan Daud, dan ini merupakan godaan bagi Saul untuk kembali mengejar-ngejar Daud.

 

Matthew Henry: “For ought we know, Saul would have continued in the same good mind that he was in 1Sam 24:17, and would not have given David this fresh trouble, if the Ziphites had not put him on. See what need we have to pray to God that, since we have so much of the tinner of corruption in our own hearts, the sparks of temptation may be kept far from us, lest, if they come together, we be set on fire of hell. Saul readily caught at the information, and went down with an army of 3000 men to the place where David hid himself, v. 2. How soon do unsanctified hearts lose the good impressions which their convictions have made upon them and return with the dog to their vomit! (= Karena kita tahu, Saul akan terus dalam pikiran yang baik seperti dalam 1Sam 24:18, dan tidak akan memberikan Daud kesukaran yang baru ini, seandainya orang-orang Zif tidak memanasi dia. Lihat, karena kita mempunyai begitu banyak kejahatan dalam hati kita, betapa butuhnya kita berdoa kepada Allah supaya percikan pencobaan dijauhkan dari kita, supaya jangan, jika mereka datang bersama-sama, kita dinyalakan oleh api neraka. Saul dengan cepat menyambar informasi itu, dan turun dengan suatu pasukan yang terdiri dari 3000 orang ke tempat dimana Daud menyembunyikan diri, ay 2. Betapa cepatnya hati yang tidak dikuduskan kehilangan kesan yang baik yang telah mereka yakini dan kembali dengan anjing pada muntahnya!).

 

Catatan:

 

·        1Sam 24:17 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Sam 24:18 dalam Kitab Suci Indonesia.

 

1Sam 24:17-20 - “(17) Setelah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: ‘Suaramukah itu, ya anakku Daud?’ Sesudah itu dengan suara nyaring menangislah Saul. (18) Katanya kepada Daud: ‘Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. (19) Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. (20) Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini”.

 

·        Bagian terakhir kelihatannya diambil dari 2Pet 2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.

 

Hal yang buruk dari Saul dalam hal ini adalah bahwa ia begitu mudah dihasut, sehingga mulai lagi mengejar Daud. Ia begitu mudah kembali pada dosa yang sudah ia tinggalkan. Tetapi apakah kita tidak seperti itu? Karena itu kata-kata Matthew Henry ini harus kita camkan dan terapkan dalam hidup kita. Kita harus menyadari kelemahan-kelemahan kita dan senantiasa berdoa supaya Tuhan menguatkan kita dalam hal-hal tersebut.

 

Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.

 

III) Daud lagi-lagi tidak mau membunuh Saul.

 

1)   Daud tahu kalau Saul mengejarnya lagi.

 

Ay 3-4: “(3) Berkemahlah Saul di bukit Hakhila yang di tepi jalan di padang belantara, sedang Daud tinggal di padang gurun. Ketika diketahui Daud, bahwa Saul datang mengikuti dia ke padang gurun, (4) disuruhnyalah pengintai-pengintai, maka diketahuinyalah, bahwa Saul benar-benar datang”.

 

Daud adalah orang yang beriman dan saleh, tetapi itu tak berarti ia boleh ‘bersandar’ pada perlindungan dan penjagaan Tuhan, dan lalu hidup secara tidak waspada terhadap Saul. Sambil berdoa, kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan, maka Tuhan akan melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan.

 

2)   Daud sendiri, bersama dengan Abisai, mendatangi perkemahan Saul.

 

Ay 5-6: “(5) Berkemaslah Daud, lalu sampai ke tempat Saul berkemah. Waktu Daud melihat tempat Saul berbaring dengan Abner bin Ner, panglima tentaranya, - Saul berbaring di tengah-tengah perkemahan, sedang rakyat berkemah sekelilingnya - (6) berbicaralah Daud kepada Ahimelekh, orang Het itu, dan kepada Abisai, anak Zeruya, saudara Yoab, katanya: ‘Siapa turun bersama-sama dengan aku kepada Saul ke tempat perkemahan itu?’ Jawab Abisai: ‘Aku turun bersama-sama dengan engkau.’”.

 

3)   Tuhan membuat Saul dan semua pasukannya tertidur nyenyak.

 

Ay 7,12b: “(7) Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya. ... (12b) ... tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur nyenyak.

 

Ada banyak ayat yang menunjukkan Tuhan membuat seseorang tertidur, ada yang dalam arti jasmani, ada yang dalam arti rohani.

 

·        Kej 2:21 - “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging”.

 

·        Yes 29:10 - “Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur nyenyak; matamu - yakni para nabi - telah dipejamkanNya dan mukamu - yaitu para pelihat - telah ditudungiNya”.

 

·        Ro 11:8 - “seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’”.

 

Matthew Henry: “Thus were their eyes closed and their hands bound, for a deep sleep from the Lord had fallen upon them; something extraordinary there was in it that they should all be asleep together, and so fast asleep that David and Abishai walked and talked among them, and yet none of them stirred. Sleep, when God gives it to his beloved, is their rest and refreshment; but he can, when he pleases, make it to his enemies their imprisonment. ... It was a deep sleep from the Lord, who has the command of the powers of nature, and makes them to serve his purposes as he pleases. ... How helpless do Saul and all his forces lie, all, in effect, disarmed and chained! and yet nothing is done to them; they are only rocked asleep. How easily can God weaken the strongest, befool the wisest, and baffle the most watchful! Let all his friends therefore trust him and all his enemies fear him” (= Demikianlah mata mereka tertutup dan tangan mereka terikat, karena suatu tidur yang nyenyak dari Tuhan telah menimpa mereka; ada sesuatu yang luar biasa dalam hal ini bahwa mereka semua tidur bersama-sama, dan tidur begitu nyenyak sehingga Daud dan Abisai berjalan dan berbicara di antara mereka, tetapi tidak ada dari mereka yang terbangun. Tidur, pada waktu Allah memberikannya kepada orang-orang yang Ia kasihi, merupakan istirahat dan penyegaran mereka, tetapi Ia bisa, pada waktu itu memperkenanNya, membuat tidur suatu hukuman penjara bagi musuh-musuhNya. ... Itu merupakan suatu tidur yang nyenyak dari Tuhan, yang berkuasa terhadap kekuatan-kekuatan alam, dan membuat mereka melayani rencanaNya seperti yang Ia kehendaki. ... Alangkah tidak berdayanya Saul dan seluruh kekuatan / pasukannya terbaring, semua, sebenarnya, tidak bersenjata dan terbelenggu! tetapi tidak ada apapun yang dilakukan terhadap mereka; mereka hanya ditidurkan. Betapa dengan mudahnya Allah bisa membuat yang terkuat menjadi lemah, membodohi orang-orang yang paling bijaksana, dan membingungkan orang yang paling waspada! Karena itu, hendaklah semua sahabat-sahabatNya percaya kepadaNya dan semua musuh-musuhNya takut kepadaNya).

 

Kadang-kadang, dengan suatu maksud / rencana tertentu, Tuhan justru membuat seseorang tidak bisa tidur, seperti dalam Ester 6:1-dst.

 

4)   Abisai minta supaya Daud mengijinkannya membunuh Saul.

 

Ay 8: “Lalu berkatalah Abisai kepada Daud: ‘Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali.’”.

 

Dalam 1Sam 24:5a, Daud sudah pernah mendapatkan godaan seperti itu, dan sekarang ia mendapatkan godaan yang sama.

 

1Sam 24:5a - “Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: ‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.’”.

 

Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:

 

a)   Setan mempunyai ketekunan dalam menggoda kita, bahkan pada ‘titik kuat’ kita.

 

Dari kedua godaan yang mirip ini, kita bisa menyimpulkan bahwa setan mempunyai ketekunan dalam menggoda kita. Jangan mengira bahwa kalau saudara sudah berhasil mengalahkan suatu pencobaan, maka setan tidak akan menyerang lagi dengan pencobaan seperti itu. Dan jangan mengira bahwa setan hanya menyerang saudara pada titik lemah saudara; setan juga menyerang pada ‘titik kuat’ saudara.

 

Karena itu kita juga harus tekun dalam berdoa terhadap pencobaan setan, bahkan juga tentang ‘titik kuat’ kita. Demikian juga dalam mendoakan orang lain. Mengapa? Karena sebenarnya kita tidak mempunyai ‘titik kuat’. Kita bisa kuat hanya kalau Tuhan menguatkan kita. Kalau Tuhan tidak menolong kita, kita sepenuhnya hanyalah kelemahan!’

 

Bdk. Ef 6:18-20 - “(18) dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.

 

Saya kira kebenaran dan keberanian bukanlah merupakan titik lemah Paulus, tetapi ia toh minta didoakan dalam persoalan itu!

 

b)   Ada perbedaan antara godaan terhadap Daud dalam 1Sam 24 dan dalam 1Sam 26, yaitu:

 

1.   Dalam 1Sam 24 yang menggoda adalah ‘orang-orangnya’, sedangkan dalam 1Sam 26 yang menggoda adalah ‘Abisai’, yang jelas merupakan salah satu orang dekatnya. Godaan akan lebih hebat kalau diberikan oleh orang yang dekat dengan kita! Seringkali kita sungkan menolak, karena hubungan yang dekat dengan si penggoda. Dalam hal ini, ingatlah bahwa kita harus selalu lebih sungkan kepada Allah dari pada kepada manusia.

 

2.   Dalam 1Sam 24, orang-orang Daud itu menghasut Daud supaya Daudlah yang membunuh Saul (tidak secara explicit, hanya implicit), tetapi dalam 1Sam 26 ini, Abisai minta ijin supaya ia yang membunuh Saul. Sebetulnya Daud bisa saja berpikir: ‘Yang membunuh kan bukan aku. Dia yang bertanggung jawab, aku yang mendapatkan keuntungan’. Jadi, lagi-lagi terlihat bahwa pencobaan kali ini, biarpun mirip, tetapi lebih hebat dari pencobaan dalam 1Sam 24.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara lulus dalam mengatasi satu pencobaan, waspadalah terhadap pencobaan yang lebih hebat dan lebih licin.

 

5)   Daud melarang Abisai membunuh Saul, dan ia sendiri juga tidak mau membunuh Saul.

 

Ay 9,11a: “(9) Tetapi kata Daud kepada Abisai: ‘Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?’ ... (11a) Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN”.

 

Berbeda dengan Saul yang dengan mudah dihasut untuk mengejar-ngejar Daud lagi, Daud tidak bisa dihasut untuk membunuh Saul, atau untuk mengijinkan seseorang membunuh Saul. Mengapa? Karena Daud percaya bahwa Allahlah yang akan melakukannya pada waktuNya, dan ia sabar untuk menunggu saat tersebut.

 

Ay 10: “Lagi kata Daud: ‘Demi TUHAN yang hidup, niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalnya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana.”.

 

Word Biblical Commentary: “David quickly rejected the proposal to harm Saul (cf. 2 Sam 1:14), the anointed of Yahweh (cf. vv 11, 16, 23). The only one with a right to deal the king a fatal blow (cf. 1 Sam 25:38; 2 Sam 12:15; 1 Chr 13:20) is Yahweh himself. Such a divinely caused death might come through natural processes or through death in battle, a clear anticipation of 1 Sam 31. A divinely sanctioned assassination attempt is not even listed as a possibility” [= Daud dengan cepat menolak usul untuk membunuh Saul (bdk. 2Sam 1:14), orang yang diurapi oleh Yahweh (bdk. ay 11,16,23). Satu-satunya yang berhak untuk memberikan sang raja pukulan yang mematikan (bdk. 1Sam 25:38; 2Sam 12:15; 1Taw 13:20) adalah Yahweh sendiri. Kematian yang disebabkan Allah seperti itu bisa datang melalui proses alamiah atau melalui kematian dalam pertempuran, suatu antisipasi yang jelas dari 1Sam 31. Suatu usaha pembunuhan yang disetujui Allah bahkan tidak terdaftar sebagai suatu kemungkinan].

 

2Sam 1:14 - “Kemudian berkatalah Daud kepadanya: ‘Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?’”.

 

Ay 11,16,23: “(11) Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi.’ ... (16) Tidak baik hal yang kauperbuat itu. Demi TUHAN yang hidup, kamu ini harus mati, karena kamu tidak mengawal tuanmu, orang yang diurapi TUHAN itu. Sekarang, lihatlah, di mana tombak raja dan kendi yang ada di sebelah kepalanya?’ ... (23) TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN.

 

1Sam 25:38 - “Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati”.

 

2Sam 12:15 - “Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit”.

 

1Taw 13:20 pasti salah cetak; seharusnya 1Taw 13:10 - “Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Ia membunuh dia oleh karena Uza telah mengulurkan tangannya kepada tabut itu; ia mati di sana di hadapan Allah”.

 

Saya menganggap 3 contoh terakhir ini agak kurang tepat karena semua tidak berurusan dengan seorang raja.

 

Jamieson, Fausset & Brown: Though Saul’s cruelty and perfidy, and general want of right principle, had sunk him to a low pitch of degradation, yet that was no reason for David imitating him in doing wrong. ... though God had rejected him from the kingdom, it was every way the best and most dutiful course, instead of precipitating his fall by imbruing their hands in his blood, and thereby contracting the guilt of a great crime, to await the awards of that retributive Providence which sooner or later would take him off by some sudden and mortal blow. He who with impetuous haste was going to exterminate Nabal, meekly spared Saul” (= Sekalipun kekejaman dan kedurhakaan Saul, dan ketidak-adaan secara umum dari prinsip yang benar, telah menenggelamkannya pada degradasi yang rendah dan hitam, tetapi itu bukan alasan bagi Daud untuk menirunya dalam melakukan hal yang salah. ... sekalipun Allah telah menolak dia dari kerajaan, itu adalah jalan yang paling baik dan paling patuh; dan dari pada mempercepat kejatuhannya dengan mencemari tangan mereka dengan darahnya, dan dengan itu mendapatkan kesalahan dari kejahatan yang besar, ia menunggu hadiah dari Providensia yang bersifat membalas itu, yang lambat atau cepat akan mengambilnya dengan pukulan yang tiba-tiba dan mematikan. Ia yang dengan ketergesa-gesaan yang tidak sabar mau membasmi Nabal, dengan lembut menyelamatkan Saul).

 

Matthew Henry: “It would be a sinful anticipation of God’s providence. God had sufficiently shown him, in Nabal’s case, that, if he left it to him to avenge him, he would do it in due time. Encouraged therefore by his experience in that instance, he resolves to wait till God shall think fit to avenge him on Saul, and he will by no means avenge himself (v. 10)” [= Itu merupakan tindakan mendahului providensia Allah, dan itu merupakan sesuatu yang berdosa. Allah telah secara cukup menunjukkan kepadanya, dalam kasus Nabal, bahwa jika ia menyerahkannya kepada Dia untuk membalas baginya, Ia akan melakukannya pada waktu yang tepat. Karena itu, dikuatkan oleh pengalamannya dalam contoh itu, ia memutuskan untuk menunggu sampai Allah menganggap cocok untuk membalas Saul, dan ia tidak akan membalas bagi dirinya sendiri (ay 10)].

 

Merupakan sesuatu yang bagus kalau Daud bisa belajar dari pengalamannya dalam kasus Nabal. Tetapi apakah ia tidak membunuh Saul karena ia belajar dari kasus Nabal? Kasus Nabal terjadi dalam 1Sam 25, pasal yang persis mendahului pasal ini. Tetapi dalam 1Sam 24, sebelum kasus Nabal tersebut, Daud sudah menolak membunuh Saul, pada saat ada kesempatan untuk itu.

 

Yang jelas, dari kedua kasus dalam 1Sam 24 dan 1Sam 26, kita melihat bahwa Daud percaya pada providensia Allah, dan ia sabar untuk menunggu sampai Allah sendiri yang bertindak. Ia tidak mau mengotori tangannya sendiri dengan ‘membantu Allah untuk melaksanakan rencanaNya’, seperti yang sering dilakukan orang, misalnya dalam kasus Yakub dan Ribka yang menipu Ishak (Kej 27). Karena itu, tepatlah kata-kata Pulpit Commentary di bawah ini.

 

Pulpit Commentary: “Never did man mount a throne with purer hands than David; and if Saul would have permitted it, he would have been a faithful and loyal servant to the last” (= Tidak pernah ada orang yang naik ke atas takhta dengan tangan yang lebih murni / suci dari pada Daud; dan seandainya Saul mengijinkannya, ia akan menjadi pelayan yang setia sampai akhir) - hal 294-295.

 

IV) Dialog Daud dengan Abner.

 

1)   Dialog yang tidak masuk akal?

 

Ay 13-14: “(13) Setelah Daud sampai ke seberang, berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung, sehingga ada jarak yang besar antara mereka. (14) Dan berserulah Daud kepada tentara itu dan kepada Abner bin Ner, katanya: ‘Tidakkah engkau menjawab, Abner?’ Maka jawab Abner, katanya: ‘Siapakah engkau ini yang berseru-seru kepada raja?’”.

 

Ada jarak yang besar di antara mereka, tetapi Daud berseru dan pihak satunya bisa mendengar. Tidak masuk akal?

 

Jamieson, Fausset & Brown: “The extraordinary purity and elasticity of the air in Palestine enable words to be distinctly heard that are addressed by speakers from the top of one hill to people on that of another, from which it is separated by a deep intervening ravine. Hostile parties can thus speak to each other while completely beyond the reach of each other’s attack. It results from the special features of the country in many of the mountain districts” (= Udara Palestina yang luar biasa murni dan elastis / kenyal memungkinkan kata-kata terdengar dengan jelas yang ditujukan oleh pembicara dari puncak dari satu bukit kepada orang-orang pada puncak dari bukit yang lain, sekalipun dipisahkan oleh jurang yang dalam. Jadi, kelompok-kelompok yang bermusuhan bisa berbicara satu kepada yang lain sementara mereka berada sepenuhnya di luar jangkauan serangan satu terhadap yang lain. Itu merupakan akibat dari ciri-ciri khusus dari negara dalam banyak daerah gunung).

 

Mungkin saudara bertanya: apa gunanya membahas hal seperti ini? Gunanya adalah pada waktu kita menghadapi serangan terhadap Alkitab. Orang yang beragama lain, atau bahkan orang Kristen yang liberal, yang tidak mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, sering menggunakan text-text yang kelihatannya mustahil, untuk menunjukkan bahwa Alkitab tidak benar, dan karena itu Alkitab bukanlah Firman Tuhan.

 

2)   Kata-kata Daud kepada Abner.

 

a)   Tuduhan Daud terhadap Abner.

 

Ay 15-16: “(15) Kemudian berkatalah Daud kepada Abner: ‘Apakah engkau ini bukan laki-laki? Siapakah yang seperti engkau di antara orang Israel? Mengapa engkau tidak mengawal tuanmu raja? Sebab ada seorang dari rakyat yang datang untuk memusnahkan raja, tuanmu itu. (16) Tidak baik hal yang kauperbuat itu. Demi TUHAN yang hidup, kamu ini harus mati, karena kamu tidak mengawal tuanmu, orang yang diurapi TUHAN itu. Sekarang, lihatlah, di mana tombak raja dan kendi yang ada di sebelah kepalanya?’”.

 

Matthew Henry: “he deserved to lose his head (v. 16) ... You pursue me as worthy to die, and irritate Saul against me; but who is worthy to die now?’ Note, Sometimes those that unjustly condemn others are justly left to fall into condemnation themselves [= ia layak kehilangan kepalanya (ay 16) ... Engkau mengejar-ngejar aku sebagai orang yang layak untuk mati, dan membuat Saul marah kepadaku; tetapi siapa yang layak mati sekarang? Perhatikan: kadang-kadang mereka yang dengan tidak adil / benar mengecam orang-orang lain, mereka sendiri dengan adil / benar jatuh ke dalam pengecaman].

 

Karena itu perhatikan Mat 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.

 

Ada yang membela Abner dalam terhadap tuduhan Daud ini.

 

Word Biblical Commentary: “The charge seems unfair since the army was helpless because of the sleep sent by Yahweh” (= Tuduhan itu tidak fair / adil karena pasukan itu tidak berdaya karena tidur yang dikirim oleh Yahweh).

 

Menurut saya pembelaan ini tidak benar; karena sekalipun segala sesuatu memang terjadi karena ditentukan dan diatur oleh Tuhan, tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan! Bdk. Luk 22:21-22 - “(21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. (22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"”.

 

b)   Implikasi dari tuduhan dan kata-kata Daud.

 

Barnes mengatakan bahwa nada olok-olok dari Daud berkenaan dengan Abner, digabungkan dengan apa yang ia katakan dalam ay 19, membuatnya mungkin bahwa Daud menganggap Abner bertanggung jawab terhadap terjadinya penganiayaan Saul kepadanya. Mungkin Abner menganggap Daud sebagai saingan, dan lalu melakukan hal ini.

 

Ay 19: “Oleh sebab itu, kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain”.

 

V) Dialog Daud dengan Saul.

 

Ay 17-20: “(17) Saul mengenal suara Daud, lalu ia berkata: ‘Suaramukah itu, anakku Daud?’ Jawab Daud: ‘Suaraku, tuanku raja.’ (18) Lalu berkatalah ia: ‘Mengapa pula tuanku mengejar hambanya ini? Apa yang telah kuperbuat? Apakah kejahatan yang melekat pada tanganku? (19) Oleh sebab itu, kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain. (20) Sebab itu, janganlah kiranya darahku tertumpah ke tanah, jauh dari hadapan TUHAN. Sebab raja Israel keluar untuk mencabut nyawaku, seperti orang memburu seekor ayam hutan di gunung-gunung.’”.

 

1)   Ay 17-18: “(17) Saul mengenal suara Daud, lalu ia berkata: ‘Suaramukah itu, anakku Daud?’ Jawab Daud: ‘Suaraku, tuanku raja.’ (18) Lalu berkatalah ia: ‘Mengapa pula tuanku mengejar hambanya ini? Apa yang telah kuperbuat? Apakah kejahatan yang melekat pada tanganku?”.

 

Sekalipun yakin bahwa ia tidak berbuat salah, yang menyebabkan ia layak dikejar-kejar seperti itu, Daud tetap menanyakan kesalahannya kepada Saul. Ini suatu sikap yang perlu ditiru, karena kita seringkali tidak menyadari kesalahan kita sendiri.

 

2)   Arti dari ay 19.

 

Ay 19: “Oleh sebab itu, kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain”.

 

a)   “Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan”.

 

1.   ‘Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku’.

 

Ada banyak kasus dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Allah membujuk seseorang untuk berbuat dosa. Contoh:

 

·        2Sam 24:1 - “Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firmanNya: ‘Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda.’.

 

·        2Sam 16:5-13 - “(5) Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. (6) Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. (7) Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: ‘Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! (8) TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.’ (9) Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: ‘Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.’ (10) Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ (11) Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. (12) Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.’ (13) Demikianlah Daud melanjutkan perjalanannya dengan orang-orangnya, sedang Simei berjalan terus di lereng gunung bertentangan dengan dia dan sambil berjalan ia mengutuk, melemparinya dengan batu dan menimbulkan debu”.

 

Ayat-ayat seperti ini tidak bisa diartikan bahwa Allah betul-betul membujuk / menyuruh seseorang untuk berbuat dosa. Artinya adalah Allah menentukan, dan mengatur, dengan membiarkan setan / manusia membujuk orang itu untuk berbuat dosa.

 

2.   “maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan”.

 

Ini jelas menunjuk pada persembahan korban untuk pengampunan dosa.

 

3.   Apa maksud dari seluruh kalimat ini? Ada beberapa pandangan:

 

a.   Barnes’ Notes: “‘If the LORD have stirred thee up.’ The meaning is clear from the preceding history. ‘An evil spirit from God troubling him’ was the beginning of the persecution. And this evil spirit was sent in punishment of Saul’s sin (1 Sam. 16:1,14). If the continued persecution was merely the consequence of this evil spirit continuing to vex Saul, David advises Saul to seek God’s pardon, and, as a consequence, the removal of the evil spirit, by offering a sacrifice” [= ‘Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku’. Artinya jelas dari sejarah sebelumnya. Kata-kata ‘sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN’ merupakan permulaan dari penganiayaan. Dan roh jahat ini dikirimkan untuk menghukum dosa Saul (1Sam 16:1,14). Jika penganiayaan yang berlanjut itu semata-mata merupakan konsekwensi dari roh jahat ini yang terus menganggu Saul, Daud menasehati Saul untuk mencari pengampunan Allah, dan, sebagai konsekwensinya, penyingkiran roh jahat itu, dengan mempersembahkan suatu korban].

 

b.   Tetapi ada yang menganggap bahwa yang dimaksudkan oleh Daud bukanlah dosa-dosa Saul, tetapi dosa-dosanya sendiri.

 

Jadi, artinya: kalau semua ini terjadi karena ia dihukum Tuhan karena dosa-dosanya, maka ia mau berdamai dengan Allah, dengan memberikan korban untuk pengampunan dosa.

 

c.   Ada yang memberikan arti yang lain lagi.

 

Adam Clarke: “‘Let him accept an offering.’ If God has stirred thee up against me, why, then let him deliver my life into thy hand, and accept it as a sacrifice. But since the word is minchaah, a gratitude-offering, perhaps the sense may be this: Let God accept a gratitude-offering from thee, for having purged the land of a worker of iniquity; for, were I not such, God would never stir thee up against me” (= ‘Hendaklah Ia menerima suatu persembahan korban’. Jika Allah telah menggerakkan engkau terhadap aku, maka biarlah Ia menyerahkan nyawaku ke dalam tanganmu, dan menerimanya sebagai suatu korban. Tetapi karena kata yang digunakan adalah minchaah, suatu persembahan syukur, mungkin artinya adalah ini: ‘Hendaklah Allah menerima suatu persembahan syukur darimu, karena telah membersihkan negeri ini dari pembuat kejahatan; karena, kalau aku bukan orang seperti itu, Allah tidak akan pernah menggerakkan engkau terhadap aku).

 

Keil & Delitzsch: “it is certainly not by accident merely that David uses the word minchah, the technical expression in the law for the bloodless sacrifice, which sets forth the sanctification of life in good works” (= jelas bukan karena kebetulan semata-mata bahwa Daud menggunakan kata MINCHAH, ungkapan tehnis dalam hukum Taurat untuk korban tak berdarah, yang menyatakan pengudusan kehidupan dalam perbuatan-perbuatan baik).

 

Saya condong pada pandangan pertama.

 

4.   Adanya kata-kata ‘Jika Tuhan ... Jika itu anak-anak manusia ...’ menunjukkan bahwa sekalipun ada kemungkinan bahwa manusialah yang melakukan kejahatan itu terhadap dia, tetapi Daud tidak sembarangan menuduh / memastikan bahwa orang tertentulah yang melakukannya.

 

Bdk. Yoh 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”.

 

Tanpa ada bukti / saksi yang kuat, jangan sembarangan menuduh / menghakimi seseorang, apalagi kalau ia adalah seorang penatua / pendeta / penginjil.

 

1Tim 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi”.

 

b)   “tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain”.

 

1.   Pengusiran dari Kanaan, ke negara lain, adalah sama dengan menyuruhnya menyembah allah lain, karena hanya di Kanaanlah orang bisa menyembah Allah yang benar.

 

Word Biblical Commentary: “Banishment from Israel was the equivalent of being told to worship other gods (v 19)” [= Pembuangan dari Israel adalah sama dengan disuruh menyembah allah-allah lain (ay 19)].

 

Keil & Delitzsch: “The idea implied in the closing words was, that Jehovah could only be worshipped in Canaan, at the sanctuary consecrated to Him, because it was only there that He manifested himself to His people, and revealed His face or gracious presence ... ‘We are not to understand that the enemies of David were actually accustomed to use these very words, but David was thinking of deeds rather than words’ (Calvin)” [= Gagasan yang dinyatakan secara tak langsung dalam kata-kata penutup adalah bahwa Yehovah hanya bisa disembah di Kanaan, di Kemah Suci yang dikuduskan bagiNya, karena hanya di sanalah Ia menyatakan diriNya kepada umatNya, dan menyatakan wajahNya atau kehadiranNya yang murah hati ... ‘Kita tidak boleh menganggap bahwa musuh-musuh Daud betul-betul terbiasa untuk menggunakan kata-kata ini, tetapi Daud lebih memikirkan perbuatan dari pada kata-kata’ (Calvin)].

 

Penjelasan: maksud kata-kata Calvin adalah: para musuh Daud tidak betul-betul mengucapkan kata-kata ‘pergilah, beribadahlah kepada allah lain’, tetapi tindakan mereka mengusir Daud dari Kanaan, adalah sama dengan menyuruhnya menyembah allah lain, karena di luar Kanaan Daud tidak bisa menyembah Allah yang benar.

 

Bandingkan dengan:

 

·        Ul 4:27-28 - “(27) TUHAN akan menyerakkan kamu di antara bangsa-bangsa dan hanya dengan jumlah yang sedikit kamu akan tinggal di antara bangsa-bangsa, ke mana TUHAN akan menyingkirkan kamu. (28) Maka di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium”.

 

·        Ul 28:36 - “TUHAN akan membawa engkau dengan raja yang kauangkat atasmu itu kepada suatu bangsa yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu; di sanalah engkau akan beribadah kepada allah lain, kepada kayu dan batu”.

 

2.   Kata-kata Daud ini menunjukkan betapa menyakitkan bagi Daud pada waktu ia tidak bisa beribadah kepada Allah yang benar.

 

Pulpit Commentary: “The pain of separation from the privileges of worship is one of the severest trials of godly men. ... Our love to the house of the Lord and for the communion of saints is a test of the reality of our piety” (= Rasa sakit dari perpisahan dari hak-hak penyembahan / ibadah merupakan salah satu dari ujian-ujian yang paling keras dari orang-orang saleh. ... Kasih kita kepada rumah Tuhan dan untuk persekutuan orang kudus merupakan suatu ujian dari kenyataan dari kesalehan kita) - hal 503.

 

Jadi, bagi orang-orang saleh, perpisahan dengan tempat beribadah kepada Allah betul-betul menyakitkan. Alangkah bertentangannya sikap ini dengan sikap banyak ‘orang Kristen’, yang dengan mudahnya tidak berbakti kepada Allah sekalipun sebetulnya mereka bisa melakukannya.

 

3.   Karena itu, orang-orang yang mempunyai otoritas di gereja harus hati-hati supaya jangan mengusir orang-orang yang sebetulnya sungguh-sungguh mengikut Tuhan, baik dengan cara terang-terangan ataupun cara yang tidak langsung, misalnya dengan sikap yang keras / kasar / tak menyenangkan, yang memaksa orang itu meninggalkan gereja.

 

Pulpit Commentary: “Those in authority should be very careful lest by harsh conduct they drive away into godless regions of thought and association men of noble, reverent spirit” (= Mereka yang mempunyai otoritas harus sangat hati-hati supaya jangan oleh tingkah laku yang kasar mereka mengusir ke daerah-daerah yang jahat dalam pemikiran dan perkumpulan, orang-orang yang mempunyai roh yang mulia dan hormat / takut) - hal 503.

 

Matthew Henry: “Of those who thus led David into temptation he here says, Cursed be they before the Lord. Those fall under a curse that thrust out those whom God receives, and send those to the devil who are dear to God” (= Tentang mereka yang dengan cara itu membimbing Daud ke dalam pencobaan, ia di sini berkata, ‘Terkutuklah mereka di hadapan Tuhan’. Mereka, yang mengusir orang-orang yang Allah terima, dan mengirimkan orang-orang yang dikasihi Allah kepada setan, jatuh ke bawah suatu kutuk).

 

Karena itu, hati-hati dengan sikap / tindakan saudara yang ‘mengusir’ seseorang dari gereja yang benar. Apakah itu dilakukan secara langsung / terang-terangan atau secara tidak langsung. Itu sama dengan berkata kepada orang itu: ‘Berbaktilah di gereja yang sesat’, atau ‘Pindahlah ke agama lain’. Saudara sama dengan orang-orang yang dibicarakan oleh Daud, dan saudara adalah orang terkutuk!

 

Bdk. Mat 23:13 - Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.

 

4.   Untuk orang yang ‘diusir’, sekalipun saudara menderita, jangan menjauh dari Tuhan.

 

Manusia yang mempunyai otoritas di gereja bisa mengusir saudara, tetapi yang penting Tuhan tetap menerima saudara. Bandingkan dengan orang buta yang telah disembuhkan oleh Yesus dalam Yoh 9. Para tokoh agama Yahudi mengusir dia, tetapi Yesus menerima dia! Bukankah diterima oleh Tuhan jauh lebih penting dari diterima oleh manusia?

 

Bdk. Yoh 9:34-38 - “(34) Jawab mereka: ‘Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?’ Lalu mereka mengusir dia ke luar. (35) Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: ‘Percayakah engkau kepada Anak Manusia?’ (36) Jawabnya: ‘Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepadaNya.’ (37) Kata Yesus kepadanya: ‘Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!’ (38) Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud menyembahNya”.

 

3)   Ay 20: “Sebab itu, janganlah kiranya darahku tertumpah ke tanah, jauh dari hadapan TUHAN. Sebab raja Israel keluar untuk mencabut nyawaku, seperti orang memburu seekor ayam hutan di gunung-gunung.’”.

 

a)   “Sebab itu, janganlah kiranya darahku tertumpah ke tanah, jauh dari hadapan TUHAN.

 

KJV: ‘before the face of the LORD’ (= di hadapan wajah TUHAN).

 

RSV/NASB: ‘away from the presence of the LORD’ (= jauh dari kehadiran TUHAN).

 

NIV: far from the presence of the LORD (= jauh dari kehadiran TUHAN).

 

Jadi, terjemahan dari KJV berbeda dengan terjemahan-terjemahan lain. Karena itu ada 2 penafsiran tentang ayat ini, yang pertama didasarkan pada terjemahan KJV, dan yang kedua didasarkan pada terjemahan-terjemahan yang lain.

 

1.   Kalau darahku tertumpah ke tanah, maka itu akan dilihat oleh Tuhan, dan Ia akan membalasmu.

 

Matthew Henry: “‘Let not my blood fall to the earth, as thou threatenest, for it is before the face of the Lord, who will take cognizance of the wrong and avenge it.’” (= ‘Janganlah biarkan darahku jatuh / tertumpah ke tanah, seperti yang engkau ancamkan, karena itu adalah di hadapan wajah Tuhan, yang akan mengetahui kesalahan itu dan membalasnya’).

 

Bdk. Kej 4:8-10 - “(8) Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (9) Firman TUHAN kepada Kain: ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Jawabnya: ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’ (10) FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah”.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara berbuah jahat kepada segala sesuatu, apalagi membunuhnya (dengan cara apapun), sekalipun tidak ada orang yang melihat / mengetahui tindakan saudara itu, ingatlah bahwa kejahatan itu saudara lakukan di hadapan Allah yang maha tahu, yang akan membalas perbuatan saudara itu!

 

2.   Daud tidak ingin darahnya tertumpah / tidak ingin mati, di luar negerinya sendiri.

 

Keil & Delitzsch: “‘And now let not my blood fall to the earth far away from the face of the Lord,’ i. e., do not carry it so far as to compel me to perish in a foreign land” (= ‘Dan sekarang janganlah biarkan darahku tertumpah ke tanah jauh dari wajah Tuhan’, yaitu, jangan membawanya begitu jauh sehingga memaksaku mati di negeri asing).

 

Wycliffe Bible Commentary: “‘Let not my blood fall to the earth.’ No Hebrew wanted to die outside the land of Israel (= ‘Janganlah darahku jatuh ke tanah / bumi’. Tak ada orang Ibrani yang ingin mati di luar tanah / negeri Israel).

 

b)   “Sebab raja Israel keluar untuk mencabut nyawaku, seperti orang memburu seekor ayam hutan di gunung-gunung.’”.

 

1.   nyawaku.

 

RSV: ‘my life’ (= nyawaku).

 

KJV/NIV: ‘a flea’ (= seekor kutu).

 

NASB: a single flea (= seekor kutu).

 

Saya tidak tahu dari mana RSV / Kitab Suci Indonesia bisa menterjemahkan ‘my life’ (= nyawaku). Terjemahan yang benar adalah ‘a flea’ (= seekor kutu), seperti dalam KJV/NIV/NASB.

 

Bdk. 1Sam 24:15 - “Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!”.

 

2.   ‘seperti orang memburu seekor ayam hutan di gunung-gunung’.

 

Adam Clarke mengatakan bahwa kalau ayam hutan diburu terus menerus, apalagi sampai di gunung-gunung, maka ia menjadi sangat kelelahan, sehingga bisa dipukul sampai mati dengan tongkat. Dengan cara itu Saul memburu Daud, memburu terus menerus dengan harapan Daud menjadi lelah, dan akhirnya bisa dibunuh.

 

Tetapi Keil & Delitzsch menganggap bahwa penggambaran Daud tentang kutu maupun ayam hutan hanya menggambarkan bahwa dirinya tidak berharga untuk diburu dengan mengeluarkan jerih payah seperti itu (sampai ke gunung-gunung). Kalau melihat 1Sam 24:15 di atas, saya lebih setuju dengan pandangan ini.

 

4)   Ay 21: “Lalu berkatalah Saul: ‘Aku telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu, karena nyawaku pada hari ini berharga di matamu. Sesungguhnya, perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali.’”.

 

a)   “Lalu berkatalah Saul: ‘Aku telah berbuat dosa, ... perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali.’”.

 

1.   Orang yang mengecam diri sendiri / mengakui dosa belum tentu lebih rendah hati dari pada orang yang membela kebenaran dan ketidak-bersalahannya.

 

Memang dalam kasus orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah, jelas bahwa orang Farisi itu yang sombong dan pemungut cukai itu yang rendah hati. Demikian juga dengan kasus anak bungsu / anak yang hilang dengan anak sulung (Luk 15:11-32). Tetapi tidak selalu demikian. Saul mengakui kebodohan dan kesesatannya berulang-ulang (1Sam 15:24-25  1Sam 24:18  1Sam 26:21), tetapi dengan sombong berpegang terus pada dosa-dosanya. Sedangkan Daud, kalau dilihat dari mazmur-mazmurnya, sering membela / mempertahankan ketidak-bersalahannya (tetapi bukannya mengakui seluruh hidupnya suci, melainkan hanya tidak bersalah dalam kasus-kasus tertentu saja), tetapi betul-betul merupakan orang yang jujur dan rendah hati.

 

Pulpit Commentary: “A self-accuser may be prouder than one who protests his innocence. A careless reader might think better of Saul confessing his folly than of David appealing to God for his integrity. But he who appeared so humble was still proud and obstinate, and he who maintained his rectitude was of a lowly and tender heart. A certain amount of self-reproach is quite easy to a pliant nature, which takes emotion quickly on its surface, and yet is quite unchanged beneath. Such was Saul’s confession, which did not for a moment change his character or delay his fate. ... A servant of God breaks no rule of humility when he repels calumny, and asserts his innocence or his integrity” (= Seorang yang menuduh dirinya sendiri mungkin lebih sombong dari orang yang membela ke-tidak-bersalah-annya. Seorang pembaca yang ceroboh mungkin akan berpikir lebih baik tentang Saul yang mengakui kebodohannya dari pada Daud yang berseru kepada Allah untuk kejujuran / ketulusan hatinya. Tetapi ia yang kelihatannya begitu rendah hati tetap sombong dan keras kepala, dan ia yang mempertahankan kejujuran / kelurusannya mempunyai hati yang rendah hati dan lembut. Suatu pencelaan diri sendiri dalam jumlah tertentu, cukup mudah bagi orang yang lentur / mudah dibengkokkan, yang menuruti perasaan dengan cepat pada permukaannya, tetapi sama sekali tidak berubah di dalamnya. ... Seorang hamba Allah tidak melanggar peraturan kerendahan hati pada waktu ia menolak fitnah, dan menegaskan ketidak-bersalahannya atau ketulusan hatinya) - hal 510-511.

 

2.   Apa kebodohan Saul?

 

Pulpit Commentary: “With reference to the case of Saul, a man plays the fool - 1. When he suffers illusive thoughts and sinful passions to find a place within him. ... 2. When he listens to the false representations of wicked men, insinuating, it may be, suspicions of his best friend, and urging him to regard him as his worst enemy (ch. 24:9). 3. When he acts in opposition to what he knows to be right. ... 4. When he rests in feelings merely, and does not translate them into deeds (ch. 24:17). ... 5. When he makes good resolutions and immediately breaks them (ver. 21), ... 6. When he contends against the Divine purposes in the vain hope of succeeding (ver. 25).  ... 7. When he expects to find happiness except in connection with holiness” [= Berkenaan dengan kasus Saul, seseorang bertindak sebagai orang bodoh: 1. Pada waktu ia membiarkan pemikiran yang menyesatkan dan nafsu yang berdosa mendapat tempat dalam dirinya. ... 2. Pada waktu ia mendengarkan gambaran yang salah dari orang-orang jahat, yang membuatnya mencurigai sahabat terbaiknya, dan mendesaknya untuk menganggapnya sebagai musuh terburuknya (psl 24:9). 3. Pada waktu ia bertindak bertentangan dengan apa yang ia ketahui sebagai sesuatu yang benar. ... 4. Pada waktu ia berhenti hanya pada perasaan semata-mata, dan tidak mewujudkannya ke dalam tindakan (psl 24:17). ... 5. Pada waktu ia membuat ketetapan hati yang baik dan lalu segera melanggarnya (ay 21), ... 6. Pada waktu ia melawan rencana / tujuan Ilahi dalam harapan yang sia-sia untuk berhasil (ay 25). ... 7. Pada waktu ia mengharapkan untuk menemukan kebahagiaan kecuali berhubungan dengan kekudusan] - hal 509.

 

Jangan cepat-cepat membaca kutipan di atas ini. Baca satu per satu dari 7 point yang dibicarakan oleh Pulpit Commentary ini, renungkan dan bandingkan dengan kehidupan saudara, apakah saudara seperti Saul atau tidak. Kalau ya, bertobatlah!

 

b)   “aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu”.

 

Matthew Henry: “He promises him that he will not persecute him as he has done, but protect him: I will no more do thee harm. We have reason to think, according to the mind he was now in, that he meant as he said, and yet neither his confession nor his promise of amendment came from a principle of true repentance” (= Ia berjanji kepadanya bahwa ia tidak akan menganiayanya seperti yang telah ia lakukan, tetapi melindunginya: ‘Aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu’. Kita mempunyai alasan untuk berpikir, menurut pikirannya saat ini, bahwa ia memaksudkan apa yang ia katakan, tetapi baik pengakuan maupun janjinya untuk berubah tidak datang dari suatu sumber dari pertobatan yang sejati).

 

Bandingkan dengan kata-kata Petrus dalam Mat 26:31-35 - “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’ (33) Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ (34) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ (35) Kata Petrus kepadaNya: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua murid yang lainpun berkata demikian juga”.

 

c)   ‘nyawaku pada hari ini berharga di matamu’.

 

Ini boleh dikatakan merupakan suatu pujian terhadap tingkah laku Daud.

 

Bdk. 1Sam 24:18-20 - “(18) Katanya kepada Daud: ‘Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. (19) Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. (20) Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini”.

 

Pulpit Commentary: “One may much admire noble conduct and yet never imitate it. Saul retained enough of his early magnanimity to feel the moral superiority of David’s behaviour - his grand forbearance and chivalrous loyalty. He acknowledged the contrast between David’ conduct and his own, and yet he never imitated what he admired. ... So we often see that it is one thing to recognise and applaud what is good, another thing to do it. How many admire great and generous characters in history, poetry, and romance, and yet themselves remain small-minded and ungenerous! How many applaud good men and kind actions, and yet continue in their own bad habits and selfish lines of conduct, without any vigorous efforts to follow what they praise! After all, a man is himself, and not another, and as his heart is, so will his action be. Unless the tree be made good from the root, it is vain to expect good fruit on its branches” (= Seseorang bisa sangat mengagumi tindakan mulia tetapi tidak pernah menirunya. Saul cukup menahan / menyimpan keluhuran hati awalnya untuk merasakan kesuperioran moral dari tingkah laku Daud - kesabarannya yang agung / hebat dan kesetiaannya yang terhormat. Ia mengakui kontras antara tingkah laku Daud dan tingkah lakunya sendiri, tetapi ia tidak pernah meniru apa yang ia kagumi. ... Demikianlah kita sering melihat bahwa mengakui dan memuji apa yang baik merupakan sesuatu yang sangat berbeda dengan melakukannya. Alangkah banyak orang yang mengagumi tokoh-tokoh yang besar / agung dan murah hati dalam sejarah, syair, dan cerita percintaan, tetapi diri mereka sendiri tetap berpikiran cupet dan tidak murah hati! Alangkah banyak orang yang memuji orang-orang saleh dan tindakan-tindakan yang baik, tetapi terus dalam kebiasaan buruk mereka dan jalan tingkah laku mereka yang egois, tanpa usaha yang giat apapun untuk mengikuti apa yang mereka puji! Bagaimanapun juga, seseorang adalah dirinya sendiri, dan bukan orang lain, dan sebagaimana adanya hatinya, demikianlah tindakannya. Kecuali suatu pohon dijadikan baik dari akarnya, adalah sia-sia untuk mengharapkan buah yang baik dari cabang-cabangnya) - hal 510.

 

Bdk. Mat 7:16-20 - “(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”.

 

d)   Saul melanggar pengakuan dan janjinya dan mengejar Daud lagi.

 

Sekalipun ini memang tidak diceritakan secara explicit tetapi dari ketakutan Daud dalam 1Sam 27:1-2, yang menyebabkan ia lalu lari ke tanah orang Filistin, bisa disimpulkan bahwa Saul lalu mengejarnya lagi.

 

Pulpit Commentary: “A fool returns to his folly. ... what is more common than that fools forget admonition, and return to their folly; sinners, after promises of amendments, relapse into their old sins? ... So it is that a man who has grown too fond of strong drink, after abstaining from it for a time, goes back to his bottle” (= Seorang bodoh kembali pada kebodohannya. ... apa yang lebih umum dari pada bahwa orang-orang bodoh melupakan nasehat, dan kembali pada kebodohan mereka; orang-orang berdosa, setelah janji-janji perubahan, kembali ke dalam dosa-dosa lama mereka? ... Demikianlah seseorang yang telah menjadi terlalu senang dengan minuman keras, setelah berhenti darinya untuk sesaat, kembali pada botol minuman kerasnya) - hal 509-510.

 

Penerapan:

 

Ini bukan hanya berlaku untuk minuman keras saja, tetapi juga untuk narkoba, rokok, dan semua dosa!

 

Keil & Delitzsch: “He adds still further, ‘Behold, I have acted foolishly, and have gone sore astray;’ but yet he persists in this folly. ‘There is no sinner so hardened, but that God gives him now and then some rays of light, which show him all his error. But, alas! when they are awakened by such divine movings, it is only for a few moments; and such impulses are no sooner past, than they fall back again immediately into their former life, and forget all that they have promised.’” (= Ia menambahkan lebih jauh lagi, ‘Lihatlah, aku telah bertindak dengan bodoh, dan telah sangat menyimpang’; tetapi ia berkanjang dalam kebodohannya ini. ‘Tidak ada orang berdosa yang begitu dikeraskan, sehingga Allah tidak kadang-kadang memberinya sedikit terang, yang menunjukkan kepadanya semua kesalahannya. Tetapi, pada waktu mereka dibangunkan oleh gerakan ilahi seperti itu, itu hanya untuk beberapa saat; dan begitu dorongan hati yang tiba-tiba itu hilang, mereka segera jatuh kembali ke dalam kehidupannya yang lama, dan melupakan semua yang telah mereka janjikan’.).

 

Penerapan:

 

Kalau ada KKR, camp, retreat, dsb, apakah saudara sering sadar akan dosa saudara sedemikian rupa sehingga saudara lalu berjanji / bernazar akan mengubah kehidupan saudara, tetapi selanjutnya saudara melupakan janji / nazar itu, dan kembali pada dosa-dosa saudara?

 

5)   Ay 22-25: “(22) Tetapi Daud menjawab: ‘Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya. (23) TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN. (24) Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesusahan.’ (25) Lalu berkatalah Saul kepada Daud: ‘Diberkatilah kiranya engkau, anakku Daud. Apa juapun yang kauperbuat, pastilah engkau sanggup melakukannya.’ Lalu pergilah Daud meneruskan perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya”.

 

a)   “(22) Tetapi Daud menjawab: ‘Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya. ... (25b) Lalu pergilah Daud meneruskan perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya”.

 

Ini merupakan suatu penolakan dari Daud terhadap ajakan ‘pulanglah, anakku Daud’ dari Saul dalam ay 21. Daud cukup mengenal Saul, dan karena itu ia tidak mempercayai pengakuan maupun janji dari Saul.

 

Matthew Henry: “David could not take his word so far as to return with him. Those that have once been false are not easily trusted another time. Therefore David went on his way” (= Daud tidak bisa menerima perkataannya sebegitu jauh sehingga kembali bersama dia. Mereka yang telah sekali salah / bohong tidak boleh dengan mudah dipercayai pada kali yang lain. Karena itu Daud meneruskan jalannya.).

 

b)   “(23b) TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN.

 

Matthew Henry mengatakan bahwa bagian yang digaris-bawahi tersebut diucapkan oleh Daud, mungkin bukan hanya untuk menunjukkan sikapnya terhadap orang yang diurapi Tuhan, tetapi sekaligus menjadi semacam desakan supaya Saul juga bersikap sama. Daud juga diurapi Tuhan, dan karena itu Saul tidak boleh berusaha untuk membunuhnya.

 

Bdk. 1Taw 16:22 - “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabiKu!”. Juga bandingkan dengan Maz 105:15 yang bunyinya sama persis.

 

Jelas bahwa kejahatan yang kita lakukan terhadap orang yang berbeda bisa menghasilkan tingkat dosa yang berbeda. Misalnya orang yang mengutuki orang lain jelas berdosa, tetapi tidak ada hukuman mati baginya (dalam Perjanjian Lama), tetapi kalau seseorang mengutuki Allah atau orang tuanya sendiri, maka ia dijatuhi hukuman mati.

 

Kel 21:17 - “Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati”.

 

Im 24:15-16 - “(15) Engkau harus mengatakan kepada orang Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Allah harus menanggung kesalahannya sendiri. (16) Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati”.

 

Dan dari 1Taw 16:22 dan Maz 105:15 di atas jelas juga bisa disimpulkan bahwa sekalipun mengusik / berbuat jahat kepada orang Kristen biasa juga merupakan dosa, tetapi mengusik / berbuat jahat kepada seorang hamba Tuhan (yang asli) jelas merupakan dosa yang lebih berat!

 

c)   “(23) TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, ... (24) Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesusahan.’”.

 

Ini menunjukkan keadilan Tuhan, yang membalas kebaikan seseorang dengan kebaikan. Tetapi ingat bahwa tidak biasanya Tuhan langsung membalas seperti itu. Kadang-kadang Ia membiarkan orang yang berbuat baik menerima apa yang buruk dari orang lain sampai bertahun-tahun, seperti dalam kasus Daud ini. Kalau saudara mengalami hal seperti itu, jangan putus asa dan kecil hati dalam melakukan apa yang baik, karena pada saatnya nanti saudara pasti akan menuai hasilnya.

 

Bdk. Gal 6:7-10 - “(7) Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. (9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (10) Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.

 

Sebetulnya dari kata ‘menabur’ dan ‘menuai’ kita sudah harus tahu bahwa tidak ada orang yang segera menuai apa yang ia tabur.

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com