Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I Samuel 20:1-43

 

 

Sejak Daud mengalahkan Goliat, Yonatan bersahabat dengan Daud.

 

1Sam 18:1,3-4 - “(1) Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. ...  (3) Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. (4) Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya”.

 

I) Problem dari seorang sahabat (ay 1-3).

 

1)   Daud menceritakan problemnya kepada Yonatan (ay 1).

 

Ay 1: “Maka larilah Daud dari Nayot, dekat Rama; sampailah ia kepada Yonatan, lalu berkata: ‘Apakah yang telah kuperbuat? Apakah kesalahanku dan apakah dosaku terhadap ayahmu, sehingga ia ingin mencabut nyawaku?’”.

 

a)   Problem seperti ini sering terjadi pada diri orang kristen, apalagi pelayan / hamba Tuhan. Tanpa melakukan apa yang jahat, dan bahkan pada saat ia melakukan sesuatu yang baik, yang sesuai kehendak / Firman Tuhan, ada orang yang memusuhinya. Jangan terlalu heran kalau saudara mengalami hal seperti ini!

 

b)   Daud mau menceritakannya kepada Yonatan, padahal problemnya adalah ayah Yonatan. Saudara juga harus mau menceritakan problem saudara kepada sahabat saudara. Ada pepatah yang mengatakan: “A friend in need is a friend indeed” (= Seorang sahabat dalam kebutuhan / kesukaran adalah sungguh-sungguh seorang sahabat). Kalau sahabat itu tidak mau peduli pada waktu saudara ada dalam kesukaran, ia bukan seorang sahabat.

 

2)   Mula-mula Yonatan tak percaya bahwa ayahnya mau membunuh Daud.

 

Ay 2: “Tetapi Yonatan berkata kepadanya: ‘Jauhlah yang demikian itu! engkau tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik perkara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku. Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak mungkin!’”.

 

Yonatan rupanya adalah orang yang terlalu lugu / naif. Ia tidak percaya bahwa Saul ingin membunuh Daud. Dalam komentarnya tentang ay 3-4, Pulpit Commentary mengatakan (hal 376) bahwa mungkin Yonatan menganggap bahwa pada waktu Saul ingin membunuh Daud beberapa waktu yang lalu, ia sedang ‘sakit jiwa’. Dan ia juga menganggap bahwa kejadian di Nayot (19:22-24) telah membereskan sakit jiwa dari Saul, sehingga ia tidak lagi ingin membunuh Daud. Dan kalaupun ia ingin membunuh lagi, maka pasti ia akan memberitahu Yonatan tentang hal itu. Yang terakhir ini ia yakini berdasarkan 19:1 dimana Saul secara terus terang memberitahu Yonatan dan semua pegawainya bahwa Daud harus dibunuh.

 

Hubungan keluarga dan cinta kepada keluarga sering membuat kita buta akan kesalahan dan kejelekannya. Ini harus diwaspadai.

 

3)   Daud berusaha meyakinkan Yonatan bahwa Saul memang berusaha untuk membunuh dia.

 

Ay 3: “Tetapi Daud menjawab, katanya: ‘Ayahmu tahu benar, bahwa engkau suka kepadaku. Sebab itu pikirnya: Tidak boleh Yonatan mengetahui hal ini, nanti ia bersusah hati. Namun, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu, hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut.’”.

 

a)   Daud mempunyai pandangan yang berbeda dengan Yonatan. Ia yakin bahwa Saul, sakit jiwa atau tidak, telah memutuskan untuk membunuh dia.

 

b)   Ay 3b: ‘hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut’.

 

Pulpit Commentary: “Our path in life lies along the brink of a river or the edge of a cliff; and we may by a step - a single step - at any moment meet our fate. ... The step must be taken, but when we know not. ... Why should we be left in such uncertainty? ... ‘The last day is kept secret that every day may be watched’ (Augustine).” [= Jalan kita dalam kehidupan terletak di sepanjang tepi sungai atau tebing jurang; dan kita bisa oleh suatu langkah - satu langkah - pada setiap saat menemui ajal kita. ... Langkah itu harus diambil, tetapi pada saat yang tidak kita ketahui. ... Mengapa kita harus ada dalam ketidak-pastian seperti itu? ... ‘Hari yang terakhir dirahasiakan supaya setiap hari bisa diwaspadai’ (Agustinus)] - hal 383,384.

 

Kesaksian: saya menabrak orang, kalau Tuhan membuat orang itu mati, saya betul-betul celaka. Setiap hari kita bisa celaka, atau ditabrak orang, atau menabrak orang, atau karena hal lain yang tak terhitung banyaknya. Kalau semua itu tidak terjadi, itu karena Tuhan melindungi kita. Pernahkah saudara bersyukur karena perlindungan Tuhan itu?

 

Dan karena jarak antara kita dengan maut itu hanya satu langkah, sehingga setiap saat kita bisa mati, apakah saudara siap menghadapi kematian? Sudahkah saudara mempunyai Yesus sebagai Juruselamat?

 

II) Yonatan mau menolong Daud.

 

1)   Yonatan mau menolong Daud (ay 4).

 

Ay 4: “Yonatan berkata kepada Daud: ‘Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu.’”.

 

Tentu kata-kata Yonatan dalam ay 4 ini tidak berarti bahwa Yonatan mau melakukan apapun, termasuk hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Kata-kata ini bisa ia ucapkan, jelas karena ia tahu bahwa Daud, sebagai seorang yang rohani, pasti tidak akan meminta sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan.

 

2)   Testing yang direncanakan oleh Daud.

 

Ay 5-7: “(5) Lalu kata Daud kepada Yonatan: ‘Kautahu, besok bulan baru, maka sebenarnya aku harus duduk makan bersama-sama dengan raja. Jika engkau membiarkan aku pergi, maka aku akan bersembunyi di padang sampai lusa petang. (6) Apabila ayahmu menanyakan aku, haruslah kaukatakan: Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi dengan segera ke Betlehem, kotanya, karena di sana ada upacara pengorbanan tahunan bagi segenap kaumnya. (7) Jika begini dikatakannya: Baiklah! maka hambamu ini selamat. Tetapi jika amarahnya bangkit dengan segera, ketahuilah, bahwa ia telah mengambil keputusan untuk mendatangkan celaka”.

 

a)   Tradisi berkenaan dengan bulan baru pada saat itu.

 

Pulpit Commentary: “The first day of the new moon was a joyful festival, its appearance being celebrated by a burnt offering and a sin offering. It was, moreover, kept by Saul as a family festival, at which David, as his son-in-law, was expected to be present. As, moreover, David was to hide unto the third day at even, ... it was plain that it was the rule to prolong the feasting unto the second day” (= Hari pertama dari bulan baru merupakan perayaan / pesta yang penuh sukacita, pemunculannya dirayakan dengan korban bakaran dan korban penghapus dosa. Lebih dari itu, itu dipelihara oleh Saul sebagai perayaan / pesta keluarga, dimana Daud, sebagai menantunya, diharapkan untuk hadir. Selanjutnya, karena Daud harus bersembunyi sampai petang dari hari yang ketiga, ... adalah jelas bahwa merupakan suatu kebiasaan untuk memperpanjang perayaan / pesta sampai hari yang kedua) - hal 377.

 

Adam Clarke: “The months of the Hebrews were lunar months, and they reckoned from new moon to new moon. And since their other feasts, particularly the passover, were reckoned according to this, they were very scrupulous in observing the first appearance of each new moon. On these new moons they offered sacrifices, and had a feast; as we learn from Num. 10:10; 28:11. And we may suppose that the families, on such occasions, sacrificed and feasted together. To this David seems to refer; but the gathering together all the families of a whole tribe seems to have taken place only once in the year. There is a yearly sacrifice there for all the family, 1 Sam. 20:6” [= Bulan-bulan (month) Ibrani adalah bulan-bulan (month) yang berhubungan dengan bulan (moon), dan mereka menghitung dari bulan baru ke bulan baru. Dan karena perayaan-perayaan mereka yang lain, khususnya Paskah, dihitung menurut hal ini, mereka sangat cermat / teliti dalam mengamati pemunculan pertama dari setiap bulan baru. Pada bulan-bulan baru ini mereka mempersembahkan korban-korban, dan mengadakan pesta; seperti yang kita pelajari dari Bil 10:10; 28:11. Dan kita bisa menganggap bahwa keluarga-keluarga, pada peristiwa-peristiwa seperti itu, mempersembahkan korban dan berpesta bersama-sama. Kelihatannya Daud menunjuk kepada hal ini; tetapi pengumpulan bersama seluruh keluarga-keluarga dari seluruh suku kelihatannya terjadi hanya sekali setahun. Di sana ada korban tahunan untuk seluruh keluarga, 1Sam 20:6].

 

Bil 10:10 - “Juga pada hari-hari kamu bersukaria, pada perayaan-perayaanmu dan pada bulan-bulan barumu haruslah kamu meniup nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu diingat di hadapan Allahmu; Akulah TUHAN, Allahmu.’”.

 

Bil 28:11-15 - “(11) Pada bulan barumu haruslah kamu mempersembahkan sebagai korban bakaran kepada TUHAN: dua ekor lembu jantan muda, seekor domba jantan, tujuh ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, (12) dan juga tiga persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, untuk tiap-tiap lembu jantan, serta dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, untuk domba jantan yang seekor itu, (13) serta sepersepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, untuk tiap-tiap domba; itulah suatu korban bakaran, bau yang menyenangkan, suatu korban api-apian bagi TUHAN. (14) Dan korban-korban curahannya haruslah untuk seekor lembu jantan setengah hin anggur, untuk seekor domba jantan sepertiga hin dan untuk seekor domba seperempat hin. Itulah korban bakaran pada setiap bulan baru dalam setahun. (15) Dan seekor kambing jantan haruslah diolah menjadi korban penghapus dosa bagi TUHAN, serta dengan korban curahannya, di samping korban bakaran yang tetap.’”.

 

Maz 81:2-5 - “(2) Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita, bersorak-soraklah bagi Allah Yakub. (3) Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu, diiringi gambus. (4) Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada hari raya kita. (5) Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu hukum dari Allah Yakub”.

 

b)   Bagaimana mungkin mereka menganggap bahwa Saul akan mengharapkan Daud untuk hadir padahal dalam 1Sam 19 Saul ingin membunuh dia?

 

Pulpit Commentary mengatakan (hal 376) bahwa pada saat Saul sedang ada di bawah pengaruh Roh Kudus yang melakukan intervensi untuk menolong Daud (19:22-24), maka Daud melarikan diri (20:1). Pulpit Commentary juga menambahkan bahwa rupa-rupanya setelah Saul bangun, Samuel menasehati / mempengaruhinya sehingga ada semacam perdamaian antara Saul dengan Daud. Karena itu maka dalam ay 5 Daud mengatakan bahwa ia diharapkan untuk duduk makan bersama dengan Saul, dan ia juga mengatakan bahwa Saul akan mencari dia (ay 6), dan ini tidak mungkin kalau tidak ada semacam perdamaian di antara mereka. Juga dalam ay 25-27 terlihat bahwa pada saat makan itu telah disiapkan tempat duduk untuk Daud. Tetapi apapun pengaruh dari Samuel terhadap Saul, rupanya tidak ada jaminan / janji yang diberikan oleh Saul kepada Daud, dan Daud yang telah mengenal watak Saul, tahu tentang keinginan Saul untuk membunuhnya.

 

c)   Daud merencanakan untuk bersembunyi dan tidak hadir dalam pesta / perayaan bulan baru tersebut. Kalau Saul menanggapi absennya Daud dengan baik, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai niat jahat terhadap Daud. Tetapi kalau Saul menanggapi hal itu dengan buruk, itu menunjukkan bahwa ia mempunyai niat jahat terhadap Daud.

 

3)   Daud meminta Yonatan memberitahunya kalau Saul memang mempunyai niat jahat, dan Yonatan menyanggupinya.

 

Ay 8-9: “(8) Jika demikian, tunjukkanlah kesetiaanmu kepada hambamu ini, sebab engkau telah mengikat perjanjian di hadapan TUHAN dengan hambamu ini (bdk. 1Sam 18:3-4). Tetapi jika ada kesalahan padaku, engkau sendirilah membunuh aku. Mengapa engkau harus menyerahkan aku kepada ayahmu?’ (9) Tetapi jawab Yonatan: ‘Jauhlah yang demikian itu! Sebab jika kuketahui dengan pasti, bahwa ayahku telah mengambil keputusan untuk mendatangkan celaka kepadamu, masakan aku tidak memberitahukannya kepadamu?’”.

 

Ay 12-13a: “(12) Lalu berkatalah Yonatan kepada Daud: ‘Demi TUHAN, Allah Israel, besok atau lusa kira-kira waktu ini aku akan memeriksa perasaan ayahku. Apabila baik keadaannya bagi Daud, masakan aku tidak akan menyuruh orang kepadamu dan memberitahukannya kepadamu? (13a) Tetapi apabila ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi dari pada itu, sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat”.

 

4)   Rencana Yonatan tentang cara memberitahu Daud tentang hasil testing terhadap Saul.

 

Ay 10-11,18-22: “(10) Lalu bertanyalah Daud kepada Yonatan: ‘Siapakah yang akan memberitahukan kepadaku, apabila ayahmu menjawab engkau dengan keras?’ (11) Kata Yonatan kepada Daud: ‘Marilah kita keluar ke padang.’ Maka keluarlah keduanya ke padang. ... (18) Kemudian berkatalah Yonatan kepadanya: ‘Besok bulan baru; maka engkau nanti akan ditanyakan, sebab tempat dudukmu akan tinggal kosong. (19) Tetapi lusa engkau pasti akan dicari; engkau harus datang ke tempat engkau bersembunyi pada hari peristiwa itu, dan duduklah dekat bukit batu. (20) Maka aku akan memanahkan tiga anak panah ke samping batu itu, seolah-olah aku membidik suatu sasaran. (21) Dan ketahuilah, aku akan menyuruh bujangku: Pergilah mencari anak-anak panah itu. Jika tegas kukatakan kepada bujang itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke mari, ambillah! - maka datanglah, sebab, demi TUHAN yang hidup, engkau selamat dan tidak ada bahaya apa-apa. (22) Tetapi jika begini kukatakan kepada orang muda itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke sana! - maka pergilah, sebab TUHAN menyuruh engkau pergi.

 

Perhatikan bahwa dari kata-kata Yonatan terlihat bahwa ia mempercayai providensia Allah. Ia berkata: Tuhan menyuruh engkau pergi’! Allah memang adalah ‘first cause’ (= penyebab pertama) dari segala sesuatu. Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci, misalnya:

 

·        waktu Yusuf dijual ke Mesir, ia mengatakan bahwa ‘Allah menyuruh dia’ (Kej 45:5b,7,8 bdk. Kej 50:20  Maz 105:17).

 

·        waktu Saul mati bunuh diri, dikatakan ‘Tuhan membunuh dia’ (1Taw 10:14).

 

·        waktu Ayub dirampok, ia berkata ‘Tuhan yang mengambil’ (Ayub 1:21).

 

·        waktu Yesus mau ditangkap untuk disiksa dan dibunuh, Ia berkata bahwa ‘cawan itu diberikan Bapa kepadaNya’ (Yoh 18:11).

 

Tetapi dari ay 32-34 terlihat dengan jelas bahwa Yonatan tetap menyalahkan Saul. Jadi sekalipun Tuhan menetapkan dan mengatur, manusia tetap bertanggung jawab! Bdk. Ro 9:19-21 - “(19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?.

 

Untuk Ro 9:19, bandingkan dengan NIV: One of you will say to me: ‘Then why does God still blame us? For who resists his will?’ (= Satu dari kamu akan berkata kepadaku: ‘Lalu mengapa Ia tetap menyalahkan kita? Karena siapa yang menentang kehendakNya?).

 

Catatan: perlu diperhatikan bahwa Ro 9 adalah text tentang predestinasi (baca mulai Ro 9:10).

 

III) Perjanjian Daud dengan Yonatan.

 

Ay 14-17: “(14) Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, (15) janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan apabila TUHAN melenyapkan setiap orang dari musuh Daud dari muka bumi, (16) janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud.’ (17) Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri”.

 

1)   Yonatan tahu dan yakin bahwa Daud akan menjadi raja menggantikan Saul.

 

Kata-kata Yonatan ini secara implicit menunjukkan bahwa Yonatan tahu dan yakin bahwa Daud akan menjadi raja menggantikan Saul. Kalau tidak, mengapa ia menganggap bahwa nasib keturunannya ada dalam tangan Daud? Sebetulnya Yonatan, sebagai putra mahkota, adalah pengganti Saul. Tetapi ia sama sekali tidak peduli kalau jabatan raja itu tidak menjadi miliknya tetapi diberikan kepada Daud. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa dalam diri Yonatan.

 

Pulpit Commentary: “The most striking feature of the narrative before us is the utter self-sacrifice of Jonathan and the deep love from which it sprang” (= Segi yang paling menyolok dari cerita di hadapan kita ini adalah pengorbanan diri sendiri sama sekali / sepenuhnya dari Yonatan dan kasih yang dalam dari mana hal itu muncul) - hal 381.

 

Pulpit Commentary: “Nothing, humanly speaking, was more precious to Jonathan than his right to the succession, and the prospects of power and distinction involved therein. Nothing in history is more beautiful than the spontaneity and heartiness with which he laid aside all this, and found joy and satisfaction in the coming supremacy of David (vers. 14-17)” [= Berbicara secara manusia, tidak ada yang lebih berharga bagi Yonatan dari pada haknya kepada penggantian (takhta), dan harapan tentang kuasa dan hormat yang terlibat di dalamnya. Tidak ada dalam sejarah yang lebih indah dari pada spontanitas dan kesungguhan dengan mana ia mengesampingkan semua ini, dan menemukan sukacita dan kepuasan dalam datangnya supremasi / keunggulan Daud (ay 14-17)] - hal 382.

 

2)   Daud betul-betul beruntung mempunyai sahabat seperti Yonatan, yang mengasihi dia seperti diri sendiri (ay 17).

 

Matthew Henry: “it was happy for him that he had such a friend at court, when he had such an enemy on the throne. If there be those that hate and despise us, let us not be disturbed at that, for there are those also that love and respect us” (= adalah mujur baginya bahwa ia mempunyai sahabat seperti itu di istana, pada waktu ia mempunyai musuh seperti itu di atas takhta. Jika ada orang-orang yang membenci dan menghina kita, hendaklah kita tidak terganggu olehnya, karena juga ada orang-orang yang mengasihi dan menghormati kita).

 

3)   Ay 23: “Tentang hal yang kita janjikan itu, antara aku dan engkau, sesungguhnya, TUHAN ada di antara aku dan engkau sampai selamanya.’”.

 

Dalam persahabatan, kita harus mengikut-sertakan Tuhan!

 

Bdk. ay 42: “Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: ‘Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya.’”.

 

Pulpit Commentary: “Their souls were ‘knit’ to God before they are knit to each other; the one was the cause of the other; their covenant was made ‘in the name of Jehovah,’ and he would still be with them when they parted” (= Jiwa-jiwa mereka bersatu dengan Allah sebelum mereka bersatu satu dengan yang lain; yang pertama menyebabkan yang terakhir; perjanjian mereka dibuat ‘dalam nama Yehovah’, dan Ia akan tetap bersama mereka pada waktu mereka berpisah) - hal 394.

 

Penerapan:

 

Ketaatan / pengudusan sangat dibutuhkan dalam persahabatan / persekutuan. Kalau kita saling mendekat (melalui piknik, tour, dsb) tetapi masing-masing tidak mendekat kepada Allah / melakukan pengudusan, maka yang terjadi justru adalah gegeran / ketidak-senangan satu terhadap yang lain. Contoh: ada dusta, kesombongan, sikap karepe dewe, utang tak bayar, tak menepati janji, pelayanan yang tak bertanggung jawab, kikir / pelit, kesenangan untuk ‘menggunakan’ seseorang demi keuntungan diri sendiri, dsb.

 

Tetapi sebaliknya, kalau kita mendekat kepada Allah lebih dulu, dengan menguduskan diri kita, maka persahabatan / persekutuan kita akan makin baik.

 

IV) Pelaksanaan rencana Daud dan Yonatan.

 

1)   Pada perayaan bulan baru itu, Daud tidak hadir, sehingga tempatnya kosong (ay 25).

 

2)   Saul belum menanyakan mengapa Daud tidak hadir, karena ia menganggap mungkin Daud tidak hadir karena ia tidak tahir (ay 26). Ingat bahwa pada saat itu ada banyak hukum (ceremonial law) yang bisa membuat seseorang tidak tahir sehingga tidak boleh ikut perayaan seperti itu.

 

3)   Tetapi ketika pada hari kedua Daud tidak hadir lagi, maka Saul menanyakan hal itu kepada Yonatan (ay 27).

 

4)   Jawaban Yonatan.

 

Ay 28-29: “(28) Jawab Yonatan kepada Saul: ‘Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi ke Betlehem, (29) katanya: Biarkanlah aku pergi, sebab ada upacara pengorbanan bagi kaum kami di kota, dan saudara-saudaraku sendirilah yang memanggil aku. Oleh sebab itu, jika engkau mengasihi aku, berilah izin kepadaku untuk menengok saudara-saudaraku. Itulah sebabnya ia tidak datang ke perjamuan raja.’”.

 

Jawaban ini bersifat dusta, dan tidak seharusnya dilakukan oleh Yonatan.

 

5)   Saul menjadi marah kepada Yonatan, dan memberikan penghinaan yang sangat besar kepada anaknya sendiri (ay 30).

 

Ay 30: “Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya: ‘Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu?.

 

6)   Saul menyuruh Yonatan membawa Daud kepadanya untuk dibunuh, tetapi Yonatan menolak sehingga Saul melemparkan tombak kepada Yonatan.

 

Ay 31-34: “(31) Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.’ (32) Tetapi Yonatan menjawab Saul, ayahnya itu, katanya kepadanya: ‘Mengapa ia harus dibunuh? Apa yang dilakukannya?’ (33) Lalu Saul melemparkan tombaknya kepada Yonatan untuk membunuhnya. Maka tahulah Yonatan, bahwa ayahnya telah mengambil keputusan untuk membunuh Daud. (34) Sebab itu Yonatan bangkit dan meninggalkan perjamuan itu dengan kemarahan yang bernyala-nyala. Pada hari yang kedua bulan baru itu ia tidak makan apa-apa, sebab ia bersusah hati karena Daud, sebab ayahnya telah menghina Daud”.

 

a)   Yonatan memilih pilihan yang benar.

 

Ada 2 pilihan bagi Yonatan yaitu persahabatan dengan Daud atau takhta kerajaan, dan dalam pikiran Saul politik harus dinomor-satukan. Jadi Yonatan harus menyerahkan Daud supaya Daud bisa dibunuh. Tetapi Yonatan dengan kerohanian yang baik dan kecintaan pada kebenaran, ternyata memilih yang benar.

 

Semua orang pasti selalu dihadapkan pada pemilihan. Contoh:

 

·        pemuda kaya dalam Mat 19:21-dst. Ia memilih pilihan yang salah.

 

·        Lot juga memilih yang salah dengan memilih Sodom dan Gomora.

 

·        Musa melakukan pilihan yang benar.

 

Ibr 11:24-26 - “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah”.

 

b)   Yonatan marah kepada Saul, karena Saul mau membunuh Daud.

 

Dia tidak membela ayahnya sendiri, karena dia tahu ayahnya salah. Ini bertentangan dengan sikap banyak orang yang mati-matian membela keluarga, tak peduli keluarganya salah atau benar.

 

c)   Di sini ada 2 kemarahan, yang satu adalah kemarahan Saul yang bersifat dosa, dan yang lain adalah kemarahan Yonatan yang merupakan ‘holy anger’ (= kemarahan yang kudus)!

 

Kemarahan yang benar didasari oleh kasih dan kecintaan pada kebenaran dan keadilan. Misalnya: dengar cerita di kantor polisi bahwa sepeda motor kalau tabrakan dengan mobil, pasti mobilnya yang salah, saya jadi sangat jengkel. Keadilan macam apa itu? Ini bertentangan dengan Kel 23:3,6 - “(3) Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya. ... (6) Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya”. Sekalipun ay 6nya melarang untuk menindas orang miskin, tetapi ay 3nya melarang extrim sebaliknya, yaitu memihak kepada orang miskin tanpa peduli pada kebenaran.

 

Saul sendiri pernah marah secara benar dalam 1Sam 11:6 - “Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat”.

 

Tetapi sekarang dengan kerohanian yang berantakan, Saul marah secara salah / berdosa. Dia marah kepada Yonatan, yang justru melakukan tindakan yang benar.

 

Apakah saudara sering marah kepada orang yang justru melakukan tindakan yang benar?

 

Kalaupun saudara marah dengan kemarahan yang benar, hati-hati supaya jangan sampai kemarahan itu melampaui batas, sehingga pelampiasannya menjadi berdosa. Juga ingat Ef 4:26-27 - “(26) Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu (27) dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis”.

 

Tentang text ini Matthew Henry memberi komentar sebagai berikut:

“‘If you have a just occasion to be angry at any time, see that it be without sin; and therefore take heed of excess in your anger.’ If we would be angry and not sin (says one), we must be angry at nothing but sin; and we should be more jealous for the glory of God than for any interest or reputation of our own. One great and common sin in anger is to suffer it to burn into wrath, and then to let it rest; and therefore we are here cautioned against that. ‘If you have been provoked ..., before night calm and quiet your spirits, be reconciled to the offender, and let all be well again: ‘Let not the sun go down upon your wrath.’ If it burn into wrath and bitterness of spirit, O see to it that you suppress it speedily.’ Observe, Though anger in itself is not sinful, yet there is the upmost danger of its becoming so if it be not carefully watched and speedily suppressed. And therefore, though anger may come into the bosom of a wise man, it rests only in the bosom of fools. ‘Neither give place to the devil,’ v. 27. Those who persevere in sinful anger and in wrath let the devil into their hearts, and suffer him to gain upon them, till he bring them to malice, mischievous machinations, etc.” [= ‘Jika engkau mempunyai alasan yang benar untuk marah pada saat manapun, jagalah / usahakanlah supaya itu ada tanpa dosa; dan karena itu perhatikan sifat berlebihan dalam kemarahanmu’. Jika kita mau marah dan tidak berdosa (kata seseorang), kita harus marah hanya kepada dosa; dan kita harus sangat menginginkan kemuliaan Allah dari pada kepentingan atau reputasi apapun dari diri kita sendiri. Satu dosa yang besar dan umum dalam kemarahan adalah dengan membiarkannya untuk terbakar sehingga menjadi kemurkaan, dan lalu membiarkannya; dan karena itu di sini kita diperingati terhadap hal itu. ‘Jika kamu dibuat menjadi marah ..., sebelum malam tenangkan rohmu, berdamailah dengan orang yang menyakitimu, dan hendaklah semua baik-baik kembali: ‘janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu’. Jika kemarahan itu membakar menjadi kemurkaan dan kepahitan dari roh, usahakanlah supaya engkau menekan / menghancurkannya’. Perhatikan, sekalipun kemarahan dalam dirinya sendiri bukan dosa, tetapi ada bahaya yang tertinggi bahwa kemarahan itu menjadi dosa jika tidak diawasi dengan hati-hati dan ditekan dengan cepat. Dan karena itu, sekalipun kemarahan bisa datang ke dalam dada dari orang yang bijaksana, itu hanya menetap / tinggal dalam dada dari orang tolol.janganlah beri kesempatan kepada Iblis’, ay 27. Mereka yang bertekun dalam kemarahan yang berdosa dan dalam kemurkaan membiarkan setan masuk ke dalam hati mereka, dan membiarkannya memperoleh keuntungan dari mereka / mendekati mereka, sampai ia membawa mereka kepada kebencian, rencana jahat, dsb.].

 

Bdk. Pkh 7:9 - “Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh”.

 

7)   Yonatan memberikan peringatan, sesuai dengan perjanjian mereka, kepada Daud.

 

Ay 35-40: “(35) Pada waktu pagi keluarlah Yonatan ke padang bersama-sama seorang budak kecil sesuai dengan janjinya kepada Daud. (36) Berkatalah ia kepada budaknya: ‘Larilah, carilah anak-anak panah yang kupanahkan.’ Baru saja budak itu berlari, maka Yonatan melepaskan sebatang anak panah lewat kepala budak itu. (37) Ketika budak itu sampai ke tempat letaknya anak panah yang dilepaskan Yonatan itu, maka berserulah Yonatan dari belakang budak itu, katanya: ‘Bukankah anak panah itu lebih ke sana?’ (38) Kemudian berserulah Yonatan dari belakang budak itu: ‘Ayo, cepat, jangan berdiri saja!’ Lalu budak Yonatan memungut anak panah itu dan kembali kepada tuannya. (39) Tetapi budak itu tidak tahu apa-apa, hanya Yonatan dan Daudlah yang mengetahui hal itu. (40) Sesudah itu Yonatan memberikan senjatanya kepada budak yang menyertai dia, dan berkata kepadanya: ‘Pergilah, bawalah ke kota.’”.

 

Yonatan mau memberikan peringatan kepada sahabatnya. Memang peringatan seperti ini tidak mungkin membuat Daud marah kepadanya, tetapi dalam kasus yang lain, peringatan dari seorang bisa membuat marah orang yang diperingatkan. Tetapi, kalau kita memang mengasihi seseorang, kita harus mau dan berani memberikan peringatan kepadanya, tak peduli hal itu menyebabkan ia marah kepada kita.

 

Bdk. Gal 4:16 - “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?.

 

Untuk orang yang marah pada waktu diberi peringatan / teguran, ingat ayat-ayat ini:

 

·        Amsal 27:6 - “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah”.

 

·        Amsal 12:1 - “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu”.

 

V) Perpisahan Daud dengan Yonatan.

 

Ay 41-43: “(41) Maka pulanglah budak itu, lalu tampillah Daud dari sebelah bukit batu; ia sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah tiga kali. Mereka bercium-ciuman dan bertangis-tangisan. Akhirnya Daud dapat menahan diri. (42) Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: ‘Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya.’ (43) Setelah itu bangunlah Daud dan pergi; dan Yonatanpun pulang ke kota.

 

Daud bertindak dengan benar dengan menuruti peringatan, dan itu menyebabkan ia kehilangan sahabat, dan juga menyebabkan ia menjadi seorang buronan. Memang ini sering terjadi. Seseorang yang menuruti suatu peringatan seringkali harus kehilangan hal yang besar. Misalnya Lot dan kedua anaknya.

 

Sebaliknya, ketidak-mauan mengalami kehilangan bisa menyebabkan kita seringkali mengabaikan suatu peringatan, tetapi ini akan menyebabkan kita kehilangan sesuatu yang lebih besar. Contoh: istri Lot.

 

Pulpit Commentary: “It often costs much to act promptly on the voice of warning. ... A soul can only be saved from death sometimes by a resolute plucking out of a right eye (Matt. 5:29). Lot lost all in Sodom but saved himself” [= Seringkali ada harga mahal yang harus dibayar untuk bertindak pada waktunya / dengan cepat terhadap peringatan. ... Suatu jiwa hanya bisa diselamatkan dari kematian kadang-kadang dengan suatu ketegasan untuk mencungkil mata kanan (Mat 5:29). Lot kehilangan semua di Sodom tetapi menyelamatkan dirinya sendiri] - hal 391.

 

Penutup.

 

Kiranya kita bisa belajar dari persahabatan Daud dan Yonatan ini sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang positif dalam persabahatan / persekutuan di antara kita. Kiranya Tuhan memberkati saudara semua.

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com