Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I SAMUEL 4:1-22

 

I) Kekalahan dan reaksi (ay 1-5).

 

1)   Ay 1a: Ada 2 penafsiran tentang ay 1a ini:

 

a)   Ada satu dua penafsir (Keil & Delitzsch, Matthew Poole) yang berpendapat bahwa ay 1a ini memang termasuk dalam 1Sam 4, dan penafsirannya harus dihubungkan dengan 1Sam 4:1b-dst.

 

Jadi lalu dikatakan bahwa ‘perkataan Samuel’ dalam ay 1a ini merupakan instruksi untuk berperang yang menyebabkan Israel berperang melawan Filistin dalam ay 1b-2.

 

Kalau penafsiran ini benar maka ini menunjukkan bahwa sekalipun bangsa Israel berperang atas instruksi seorang nabi, tetapi karena dalam diri mereka tidak terjadi pertobatan, Tuhan tetap tidak menyertai mereka, sehingga mereka kalah.

 

b)   Mayoritas penafsir berpendapat bahwa ay 1a ini sebetulnya termasuk dalam 1Sam 3, dan harus dihubungkan dengan 1Sam 3:19-21, sehingga tidak ada hubungannya dengan 1Sam 4:1b-dst.

 

Saya setuju dengan penafsiran ini, dengan alasan:

 

·        ay 1a ini lebih cocok dihubungkan dengan 1Sam 3:19-21, karena 1Sam 3:19-21 ini berbicara tentang firman Tuhan, kenabian Samuel dsb.

 

·        dalam 1Sam 4 ini kelihatannya Samuel belum mempunyai otoritas apa-apa (kalau ia mempunyai otoritas, tidak mungkin ia membiarkan Israel membawa tabut Allah dalam berperang), sehingga tidak mungkin ia mempunyai otoritas untuk memerintahkan perang.

 

2)   Dalam perang itu Israel berkemah di Eben-Haezer (ay 1b).

 

Penggunaan nama di sini berlaku surut, karena sebetulnya pemberian nama tersebut baru terjadi 20 tahun setelah peristiwa ini (bdk. 7:12).

 

Hal seperti ini sering terjadi, misalnya: Yudas sudah disebut sebagai ‘yang mengkhianati Dia’ (Mat 10:4) sebelum ia melakukan hal itu.

 

Semua ini bisa terjadi karena para penulis Kitab Suci menulis setelah peristiwanya terjadi.

 

3)   Dalam perang ini Israel kalah dan 4000 orang Israel tewas (ay 2).

 

4)   Reaksi / sikap Israel menghadapi kekalahan itu (ay 3-5):

 

a)   Mereka bertanya-tanya: ‘Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini?’ (ay 3a).

 

·        Mereka percaya bahwa Tuhanlah yang membuat mereka kalah. Ini pandangan Reformed dan ini benar. Semua yang terjadi hanya bisa terjadi karena pengaturan Tuhan.

 

Tetapi sekalipun mereka mempunyai pandangan teologis yang benar, hidup mereka tidak benar! Apakah saudara juga adalah orang yang seperti itu?

 

·        Berbeda dengan Yosua yang pada waktu kalah dari Ai lalu bertanya kepada Tuhan / melakukan introspeksi (Yos 7:7-9), mereka hanya bertanya seorang kepada yang lain, dan tidak melakukan introspeksi.

 

Penerapan:

 

Kalau ada penderitaan / bencana, lakukanlah introspeksi! Mengapa? Karena sekalipun penderitaan / bencana tidak selalu terjadi karena adanya dosa, tetapi penderitaan / bencana itu bisa terjadi karena adanya dosa. Dan kalau penderitaan / bencana itu memang terjadi karena adanya dosa, maka penderitaan / bencana itu tidak akan hilang sebelum saudara bertobat dari dosa itu.

 

·        Pertanyaan mereka ini sebetulnya ada jawabnya secara jelas dalam Taurat Musa. Bacalah Ul 28:7,25  Im 26:3,7-8,14,17 Bdk. 1Sam 7:3. Bdk. juga dengan Maz 78:56-64.

 

Jelas dari semua ini bahwa mereka kalah karena adanya dosa!

 

b)   Para tua-tua Israel memutuskan untuk membawa tabut Allah dalam perang itu, dan nasehat ini dituruti oleh Israel (ay 3b-4).

 

·        Mereka tidak melapor / meminta nasehat kepada Samuel, nabi muda itu (3:19-4:1a), tetapi mengabaikannya. Mereka lebih percaya pada para tua-tua, Hofni dan Pinehas (ay 4b), dan Eli (ay 12-17) yang tidak rohani.

 

Penerapan:

 

Hal seperti ini ada dalam banyak gereja, dimana orang tua yang tidak rohani tetap lebih dipercaya dari pada orang muda yang rohani. Tetapi ini adalah hal yang salah.

 

Bdk. Maz 119:98-100  1Tim 4:12.

 

·        Mereka bukan saja tidak melakukan introspeksi, tetapi mereka juga bahkan tidak berdoa!

 

·        Mengapa mereka memutuskan untuk membawa tabut Allah itu? Ada beberapa alasan:

 

*        Mereka melihat Kitab Suci, dimana dalam Bil 14:44,45 Israel perang tanpa tabut dan mereka kalah, sedangkan dalam Yos 6 mereka perang dengan tabut dan mereka menang. Ayat-ayat lain yang mungkin ada dalam pikiran mereka adalah:

 

Þ    Yos 3-4, dimana mereka menyeberangi Sungai Yordan dengan membawa tabut

 

Þ    Bil 10:35-36.

 

Penerapan:

 

Hati-hati dengan dasar Kitab Suci yang ditafsirkan secara ngawur!

 

*        Dengan membawa tabut, yang merupakan simbol kehadiran Allah itu, mereka mau memaksa Tuhan untuk menyertai dan menolong / memberkati mereka dalam peperangan.

 

Tetapi di sini mereka hanya mempunyai simbolnya, bukan kehadiran Allahnya, karena adanya dosa-dosa mereka.

 

Penerapan:

 

Dalam Perjamuan Kudus, roti dan anggur ini bisa hanya menjadi simbol yang kosong kalau kita mengikutinya dengan mempertahankan dosa! Bdk. 1Kor 11:27-31.

 

*        Mereka menjadikan tabut itu seperti jimat / berhala.

 

Pulpit Commentary: “They looked for deliverance from the ark of the Lord, rather than from the Lord of the ark” (= mereka mencari pembebasan / pertolongan dari ‘tabut dari Tuhan’ dan bukan dari ‘Tuhan dari tabut’).

 

Penerapan:

 

Jangan menjadikan Kitab Suci, salib, foto Yesus dsb sebagai jimat / berhala. Demikian juga dengan roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus!

 

Contoh: seorang gadis peranakan Yahudi jengkel melihat saya menjatuhkan / ‘membanting’ Kitab Suci ke meja pada waktu saya berkhotbah, karena sebagai orang Yahudi ia diajar untuk menghormati Kitab Suci, mencium Kitab Suci dsb. Ini jelas merupakan pemberhalaan terhadap Kitab Suci.

 

Catatan: ini berbeda dengan suatu situasi dimana orang kristen dipaksa meludahi salib / Kitab Suci. Ia tidak boleh menuruti paksaan itu demi menyelamatkan nyawa, karena dalam hal ini arti tindakan itu adalah menyangkal Yesus.

 

*        Mereka meniru bangsa-bangsa kafir yang kalau berperang membawa dewa / berhalanya.

 

·        Eli yang sudah tua dan buta tidak mencegah mereka / tidak bisa mencegah mereka membawa tabut ke dalam peperangan. Ia hanya bisa kuatir saja (ay 13).

 

Penerapan:

 

Pemimpin yang lemah / tak tegas, tidak akan dihormati / dihargai / ditaati!

 

c)   Pada waktu tabut itu sampai diperkemahan mereka, mereka bersorak dengan nyaring, sehingga bumi bergetar (ini tentu Hyperbole, yaitu gaya bahasa melebih-lebihkan), dan sorakan itu terdengar oleh orang Filistin (ay 5-6).

 

Mengapa mereka bersorak? Beberapa kemungkinan alasan:

 

·        Secara psikologis, mereka ingin menguatkan keyakinan diri sendiri / membangkitkan keberanian mereka.

 

·        Mereka bersorak karena yakin akan menang / supaya menang.

 

Bdk. Yos 6:16,20  Hak 7:18,20 dimana sorakan menimbulkan kemenangan. Tetapi perlu diingat bahwa bersorak bersama Allah berbeda dengan bersorak tanpa Allah!

 

·        Mereka ingin menakut-nakuti musuh (bdk. ay 6-8).

 

II) Kekalahan yang lebih besar (ay 6-11).

 

1)   Orang Filistin memang menjadi takut (ay 6-8).

 

Dalam ay 8 mereka berkata: ‘Inilah juga Allah yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun’.

 

Sebetulnya Tuhan menghajar orang Mesir sebelum Israel mencapai padang gurun. Jadi kata-kata mereka ini salah, tetapi bukan Kitab Sucinya yang salah. Kitab Suci menuliskan secara akurat kata-kata mereka yang salah itu.

 

2)   Tetapi orang Filistin bukannya menyerah / putus asa, tetapi sebaliknya makin bersungguh-sungguh dalam perang (ay 9).

 

Penerapan:

 

Ini adalah sesuatu yang harus ditiru. Adanya bahaya / problem, tidak boleh menyebabkan kita mundur / putus asa / kecil hati / menyerah, tetapi sebaliknya harus menyebabkan kita makin serius dalam berjuang. Adakah problem dalam pelayanan / kerohanian saudara? Bagaimana sikap saudara menghadapinya?

 

3)   Orang Israel mengalami kekalahan yang jauh lebih besar dari kekalahan pertama dalam ay 2 di atas (ay 10-11).

 

Dalam peperangan yang ini:

 

·        orang Israel yang mati adalah 30.000 orang.

 

·        Hofni dan Pinehas mati (ini genapi firman Tuhan dalam 2:34).

 

·        tabut Allah itu dirampas.

 

Jadi dari sini terlihat bahwa:

 

a)   Allah menghajar Israel dengan menggunakan orang kafir.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara berdosa, jangan heran kalau Tuhan menggunakan orang kafir untuk menghajar / menindas saudara.

 

b)   Tindakan Israel membawa tabut dalam peperangan itu sia-sia.

 

Ada 2 kutipan dari Pulpit Commentary:

 

·        “The ark of God itself could do nothing for men who by their sins had driven away the God of the ark” (= tabut dari Allah itu sendiri tidak dapat berbuat apa-apa untuk orang-orang yang dengan dosa-dosa mereka telah mengusir Allah dari tabut).

 

·        “How vain is the possession of the form of religion without its spirit” (= Betapa sia-sianya memiliki bentuk agama tanpa rohnya).

 

Bdk. Mat 5:20  2Tim 3:5.

 

Penerapan:

 

Hal yang sama terjadi kalau saudara:

 

*        Dibaptis / ikut Perjamuan Kudus tanpa iman.

 

*        Ikut Kebaktian / Pemahaman Alkitab, bersaat teduh tanpa kesungguhan / kerinduan kepada Tuhan.

 

*        Melayani Tuhan tanpa cinta kepada Tuhan.

 

III) Penerima berita kekalahan (ay 12-22).

 

1)   Eli (ay 12-18).

 

a)   Satu hal yang baik / rohani dari Eli terlihat di sini.

 

Ia ‘berdebar-debar hatinya’ bukan memikirkan tentara Israel ataupun kedua anaknya (Hofni dan Pinehas), tetapi memikirkan tabut Allah (ay 13). Dan akhirnya pada waktu mendengar kabar dari si pembawa berita, ia tetap bertahan pada waktu mendengar bahwa tentara Israel kalah (ay 17a), juga pada waktu mendengar bahwa kedua anaknya mati (ay 17b), tetapi ia kaget, jatuh dan mati pada waktu mendengar bahwa tabut Allah itu dirampas musuh (ay 17c-18).

 

Ini menunjukkan bahwa ia memikirkan Tuhan lebih dari semua.

 

b)   Kebanyakan orang, bahkan mungkin semua, berpendapat bahwa Eli tetap selamat, tetapi seperti ‘dari dalam api’ (bdk. 1Kor 3:15).

 

Jangan saudara bersikap ‘sok tidak tamak’ dengan berkata bahwa sudah cukup bagi saudara untuk masuk surga pas-pasan. Ingat bahwa Tuhan pasti akan lebih senang kalau saudara lulus dengan nilai yang baik, dari pada kalau saudara lulus pas-pasan!

 

c)   Eli mempunyai jabatan yang sangat tinggi, yaitu sebagai hakim dan imam besar. Dan ia melayani cukup lama, yaitu selama 40 tahun (ay 18b). Tetapi sekarang terlihat bahwa seluruh pelayanannya hancur dan sia-sia (imam besar mati, 2 imam mati, tabut dirampas, Israel kalah perang).

 

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

 

·        Mengapa semua ini terjadi?

 

Secara umum Eli bukan orang bejat, tetapi ia mempunyai kelemahan / dosa yang kelihatan remeh, yaitu dimana ia lemah / kurang tegas kepada anak-anaknya / bawahannya! Ini menjadi menyebabkan pelayanannya hancur / sia-sia.

 

Penerapan:

 

Dosa remeh dalam diri kita, yang kita biarkan terus, bisa menyebabkan hidup / pelayanan kita menjadi sia-sia!

 

·        Kesia-siaan pelayanan Eli baru terlihat pada akhir hidupnya!

 

Penerapan:

 

Kalau saudara memelihara dosa, dan saudara melihat bahwa pelayanan saudara kelihatannya diberkati Tuhan, maka sadarilah bahwa hancurnya / sia-sianya pelayanan saudara bisa terlihat nanti (bdk. 1Kor 3:13-15)!

 

2)   Istri Pinehas (ay 19-22).

 

a)   Sama seperti Eli, istri Pinehas ini juga paling memperhatikan berita tentang dirampasnya tabut Allah oleh musuh.

 

·        Sekalipun kematian mertuanya (Eli) dan suaminya (Pinehas), juga menyedihkan hatinya, sehingga kedua faktor ini juga disebutkan dalam ay 19,21, tetapi jelas ia paling sedih karena dirampasnya tabut (ay 22).

 

Penerapan:

 

Kalau saudara menerima 2 berita duka, yang pertama rumah saudara terbakar, dan yang kedua gereja saudara tutup. Kira-kira yang mana yang lebih menyedihkan saudara?

 

·        Pada waktu perempuan-perempuan yang menolongnya melahirkan anak berkata bahwa ia melahirkan anak laki-laki, ia tidak menjawab, bukan karena ia sudah mati, tetapi karena sukacita karena kelahiran anak itu tidak bisa mengatasi kesedihannya karena dirampasnya tabut Allah!

 

Penerapan:

 

Kalau saudara menerima hadiah mobil baru, dan bersamaan dengan itu gereja saudara hancur, bagaimana reaksi saudara? Gembira atau sedih?

 

b)   Kesalehan sering ada di tempat yang tak terduga. Istri Pinehas yang adalah orang bejat itu, ternyata adalah orang saleh. Mungkin bejatnya suaminya menyebabkan ia makin mendekat kepada Tuhan.

 

Penerapan:

 

·        kalau saudara punya pasangan yang bejat, jangan menjadikan hal itu alasan untuk ikut bejat / menjadi kurang rohani. Tirulah istri Pinehas ini!

 

·        kalau pasangan saudara adalah orang yang rohani, lebih-lebih lagi saudara harus rohani!

 

c)   Bagaimanapun juga, pemberian nama Ikabod (artinya: ‘dimanakah kemuliaan’ atau ‘tidak ada kemuliaan’), adalah sesuatu yang salah.

 

Alasan saya:

 

·        Ini bisa memberikan akibat yang jelek bagi anak itu. Bayangkan kalau ada orang punya anak pada saat uangnya ludes, dan ia lalu memberi nama anaknya ‘Ludes’, ‘Bangkrut’, ‘Mbo Lui’ atau ‘Krismon’! Ini bisa menjadikan anak itu sebagai bahan tertawaan.

 

·        Sekalipun:

 

*        Banyak orang Israel mati.

 

*        Kedua imam Hofni dan Pinehas mati.

 

*        Imam besar Eli mati.

 

*        Istri Pinehas mati.

 

*        Tabut Allah dirampas musuh.

 

tetapi Tuhan bekerja melalui semua ‘kekalahan’ ini dengan tujuan supaya menang! Dengan hancurnya semua kebrengsekan ini, dan dengan dibasminya angkatan tua yang brengsek (Catatan: kalau dalam gereja ada angkatan tua yang brengsek, ini peringatan keras untuk mereka!), maka mulai 1Sam 7, Allah memulihkan kerohanian Israel melalui Samuel.

 

Jadi jelas bahwa Allah tidak mungkin kalah / kehilangan kemuliaan. Ia hanya bekerja melalui ‘kekalahan / kehilangan kemuliaan’ itu untuk menuju pada kemenangan / kemuliaan (ini seperti salib, yang kelihatannya adalah suatu kekalahan, tetapi sebetulnya merupakan kemenangan!).

 

 

-AMIN-

 



email us at : gkri_exodus@lycos.com