Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


MATIUS 25:14‑30

 

 

1)   Perumpamaan tentang talenta ini tidak sama dengan perumpamaan ten­tang uang mina dalam Luk 19:12‑27. Alasannya:

 

·        ceritanya mempunyai banyak perbedaan‑perbedaan, seperti:

 

*        dalam Lukas ada 10 hamba; sedangkan dalam Matius hanya ada 3 hamba.

 

*        dalam Lukas digunakan ‘uang mina’; sedangkan dalam Matius ‘talenta’.

 

*        dalam Lukas pemberian mina sama rata; sedangkan dalam Matius pemberian talenta berbeda-beda.

 

*        dalam Lukas ada perbedaan kesetiaan dengan pemberian uang mina yang sama; sedangkan dalam Matius hamba pertama dan kedua mempunyai kesetiaan yang sama dengan pemberian talenta yang berbeda.

 

*        dalam Lukas hamba yang jahat itu menyimpan minanya dalam sapu tangan; sedangkan dalam Matius hamba yang jahat itu mengubur talentanya.

 

*        dalam Lukas hamba yang ketiga dikatakan hanya sebagai jahat, dirampas minanya tetapi tidak dicampakkan ke dalam kegelapan; sedangkan dalam Matius hamba yang ketiga dikatakan sebagai jahat dan malas, dirampas talentanya dan dicampakkan ke dalam kegelapan.

 

*        dalam Lukas ada penobatan raja dan orang-orang yang menolak, dan hukuman untuk orang-orang yang menolak itu (Luk 19:14-15,27); sedangkan dalam Matius tidak ada.

 

·        saat penceritaannya berbeda. Luk 19:12‑27 diceritakan sebelum Yesus masuk ke Yerusalem (bdk. Luk 19:11,28), sedangkan Mat 25:14‑30 diceritakan setelah Yesus masuk ke Yerusalem. Tetapi saya berpendapat bahwa argumentasi yang ini kurang kuat karena Lukas memang sering menceritakan secara tidak khronologis / tidak sesuai dengan urut-urutan waktu.

 

2)   Perumpamaan ini berbicara tentang gereja!

 

a)   Ay 14: ‘Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti ...’.

 

KJV: ‘For the Kingdom of heaven is as ...’

 

Sebetulnya kata‑kata ‘Kerajaan Sorga’ / ‘Kingdom of heaven’ tidak ada dalam aslinya. Bandingkan dengan terjemahan‑terjemahan di bawah ini:

 

RSV: ‘For it will be as ...’ (= Karena itu akan seperti ....).

 

NIV: ‘Again, it will be like ...’ (= Juga, itu akan seperti ...).

 

NASB: ‘For it is just like ...’ (= Karena itu persis seperti ...).

 

Tetapi, bagaimanapun juga, kata‑kata ini menunjukkan bahwa kata‑kata dalam ay 1, yang berbunyi ‘pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama ...’, berlaku untuk perumpamaan ini!

 

Jadi, sama seperti perumpamaan dalam Mat 25:1‑13, perumpamaan ini juga berbicara tentang gereja!

 

b)   Ay 14: ‘yang memanggil hamba‑hambanya.

 

NASB / Lit: ‘called his own slaves (= memanggil hamba‑hambanya sendiri).

 

Jadi, jelaslah bahwa perumpamaan ini berbicara tentang orang kristen / orang di dalam gereja.

 

Tetapi hukuman yang diberikan kepada hamba ke 3 menunjukkan bahwa ia bukan orang kristen sejati (bdk. Ro 8:1), dan karena itu jelaslah bahwa perumpamaan ini berbicara tentang seluruh gereja, baik orang kristen sejati maupun orang kristen KTP.

 

3)   Pemberian talenta (ay 14‑15).

 

a)   Talenta sebetulnya adalah satuan berat [bdk. Wah 16:21 (Lit): ‘about the weight of a talent’ (= kira‑kira seberat satu talenta)].

 

Tetapi talenta juga digunakan untuk menunjuk pada satuan uang (bdk. Mat 18:24). Nilainya berubah‑ubah tergantung tempat, waktu, dan logam yang dipakai (emas, perak, tembaga), tetapi banyak penafsir mengatakan bahwa 1 talenta bernilai 6000 dinar, dan kalau upah seorang buruh adalah 1 dinar sehari (bdk. Mat 20:2), maka 1 talenta adalah upah seorang buruh dalam 20 tahun!

 

Ini menunjukkan bahwa hamba yang ke 3, sekalipun mendapat lebih sedikit dibandingkan dengan dua hamba yang lain, tetapi tetap mendapat uang yang cukup banyak!

 

b)   Biasanya ‘talenta’ diartikan sebagai ‘karunia‑karunia Roh Kudus’. Tetapi karena karunia‑karunia Roh Kudus hanya diberikan kepada orang kristen yang sejati, sedangkan talenta juga diberikan kepada hamba yang ke 3, yang jelas menunjuk pada orang kristen KTP, maka saya berpendapat bahwa ‘talenta’ mempunyai arti yang lebih luas dari pada ‘karunia‑karunia Roh Kudus’.

 

‘Talenta’ bisa diartikan ‘segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan kepada orang kristen (kristen asli maupun kristen KTP) yang bisa dipergunakan untuk menyenangkan / memuliakan Tuhan’ (Pulpit Commentary, hal 489). Jadi, ‘talenta’ bisa berupa bermacam‑macam hal seperti:

 

·        kesempatan / waktu.

 

Ada perbedaan antara orang yang betul‑betul mempunyai sedikit waktu (misalnya seorang ibu, yang tanpa pembantu harus mengurus banyak anak, atau seseorang yang harus study dan bekerja pada saat yang sama), dengan orang yang tidak mau memberi waktu untuk Tuhan!

 

·        kepandaian / daya ingat.

 

·        pendidikan.

 

Kita juga harus membedakan antara orang yang memang tidak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan orang yang memang sengaja mengabaikan pendidikan.

 

·        kesehatan.

 

Lagi‑lagi harus dibedakan antara orang yang terpaksa tidak sehat dan orang yang tidak sehat karena mengabaikan kesehatan.

 

·        kekayaan.

 

·        pengaruh.

 

·        jabatan.

 

·        bakat.

 

·        suara.

 

·        kepandaian bergaul.

 

·        karunia‑karunia Roh Kudus (tetapi yang ini hanya diberikan kepada kristen yang asli).

 

·        dsb.

 

Apakah saudara sudah menggunakan hal‑hal itu (yang ada pada saudara) dengan sebaik‑baiknya untuk menyenangkan / memuliakan Tuhan?

 

c)   Setiap orang dari 3 hamba itu diberi talenta, dan tidak ada yang tidak diberi, dan karena itu tidak ada yang tidak perlu bertang­gung jawab kepada tuannya tentang cara penggunaan talenta yang dipercayakan kepadanya. Kata ‘mempercayakan’ (ay 14) jelas menunjuk­kan bahwa mereka harus bertanggung jawab!

 

Setiap orang di antara kita juga harus bertanggung jawab kepada Tuhan tentang penggunaan ‘talenta’ yang dipercayakan padanya!

 

d)   Pemberian talenta ini berbeda‑beda (ay 15).

 

·        makin banyak ‘talenta’ yang kita terima, makin besar tanggung jawab kita. Bdk. Luk 12:48b - “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

 

Karena itu kalau saudara termasuk orang yang mempunyai banyak ‘talenta’, jangan menyombongkannya ataupun sekedar senang atas ‘talenta’ yang banyak itu! Berusahalah meng­gunakan semuanya bagi Tuhan!

 

·        pemberian talenta yang berbeda‑beda ‘tergantung kesanggupan mereka’ dalam perumpamaan ini (ay 15), tidak mempunyai analogi dalam dunia rohani!

 

e)   Tujuan tuan itu dalam memberikan / mempercayakan talenta ialah supaya ia mendapat untung / laba (bdk. ay 27).

 

Tujuan Tuhan memberikan ‘talenta’ kepada kita adalah untuk mendapatkan kemuliaan bagi diriNya sendiri. Karena itu perhatikan supaya saudara betul‑betul hidup untuk kemuliaan Tuhan (bdk. 1Kor 10:31).

 

4)   Ay 15: ‘lalu ia berangkat’ (bdk. ay 19 ‑ lama sesudah itu baru ia pulang).

 

Kelihatannya hamba‑hamba itu tidak dijaga / dikontrol oleh tuannya, tetapi nanti akan dimintai pertanggung-jawaban!

 

Dalam pekerjaan duniawi biasanya ada boss / atasan yang mengawasi / mengontrol pekerjaan kita, dan ini menolong / memaksa kita untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi dalam kita hidup bagi Tuhan / melayani Tuhan (apalagi untuk orang‑orang yang menjadi hamba Tuhan full‑timer!), kelihatannya tidak ada yang mengawasi / mengontrol! Semua tergantung pada kesadaran dan disiplin diri sendiri. Dengan mudah kita bisa hidup seenak kita, melayani Tuhan dengan asal‑asalan dsb! Tetapi ingatlah, bahwa kalau saudara selama ini hidup bagi Tuhan dengan cara seenaknya, dan kalau saudara melayani Tuhan dengan cara asal‑asalan, maka pada akhir jaman saudara harus mempertanggung-jawabkan semua itu! Karena itu, sekalipun kelihatannya tidak ada yang mengawasi / mengontrol, hiduplah bagi Tuhan dan layanilah Dia dengan cara yang sebaik mungkin!

 

5)   Penggunaan talenta (ay 16‑18).

 

Hamba I.

 

a)   ‘segera’ (ay 16).

 

Ia tidak menunda‑nunda / membuang-buang waktu! Ia adalah orang yang bertanggung jawab dalam hal waktu! Tirulah dia, dan jangan menyia‑nyiakan waktu dengan:

 

·        menunda‑nunda untuk hidup bagi Tuhan / melayani Tuhan.

 

·        hidup santai / bermalas‑malasan, bersenang‑senang dsb.

 

b)   Ia menjalankan uang sehingga menguntungkan tuannya (ay 16).

 

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan, seperti:

 

·        menggunakan waktu, tenaga, uang,  kendaraan untuk pergi ke gereja dan menggunakan telinga dan pikiran untuk mendengar dan mengerti Injil dan mempercayainya!

 

·        menggunakan waktu, tenaga, pikiran untuk belajar dan mengerti Firman Tuhan.

 

·        menggunakan waktu, tenaga, pikiran, bakat, karunia untuk melayani Tuhan / memberitakan Injil.

 

·        menggunakan apapun yang ada pada kita untuk menolong / berbuat baik kepada orang lain.

 

·        hidup saleh sehingga menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan.

 

·        mendidik anak‑anak kita secara jasmani / rohani.

 

Hamba II.

 

Ay 17: ‘berbuat demikian juga’.

 

William Barclay: “Men are not equal in talent, but men can be equal in effort” (= Manusia tidak sama dalam talenta, tetapi manusia bisa sama dalam usaha).

 

Penerapan:

 

Saudara mungkin tidak bisa memberitakan Injil secara massal seperti yang dilakukan oleh Billy Graham, tetapi saudara bisa melakukan usaha yang sama kerasnya dengan dia dalam melakukan pemberitaan Injil pribadi atau pemberitaan Injil dalam Sekolah Minggu!

 

Hamba III.

 

a)   Ay 18 menunjukkan bahwa hamba ini tidak bekerja untuk tuannya. Tetapi ia bukannya tidak bekerja sama sekali! Ia menggali lubang (yang jelas menunjukkan bahwa ia bekerja!). Jadi, jangan memba­yangkan bahwa orang yang termasuk golongan hamba ke 3 ini pasti­lah adalah orang yang terus menganggur dalam hidupnya!

 

Dalam dunia, bahkan dalam gereja, kita melihat banyak orang yang sibuk bekerja! Mereka bekerja untuk diri sendiri, untuk keluarga, untuk negara, untuk ilmu pengetahuan, untuk binatang (supaya tidak punah), untuk kesenian, dsb, tetapi mereka sama sekali tidak bekerja untuk Tuhan / tidak melakukannya untuk Tuhan! Mereka bisa saja mendapat penghormatan dari manusia (bahkan mendapat hadiah Nobel), tetapi di hadapan Tuhan, mereka adalah orang yang malas, dan apa yang mereka lakukan hanyalah ‘menggali lubang dan mengubur talenta’!

 

Kalau saudara termasuk orang yang seperti ini, pikirkanlah kutipan‑kutipan di bawah ini:

 

·        “This wicked and lazy fellow had dug a hole, little realizing that in a sense he was digging it for himself” (= Orang yang jahat dan malas ini menggali lubang, tanpa menyadari bahwa dalam arti ter­tentu ia sedang menggali lubang untuk dirinya sendiri).

 

Jadi, dengan kata lain, kalau saudara tidak melakukan apa‑apa untuk Tuhan, saudara sedang menggali kubur saudara sendiri / membinasakan diri saudara sendiri!

 

·        “The church is filled with willing people ‑ some willing to work and others willing to let them” (= Gereja penuh dengan orang‑orang yang rela ‑ sebagian rela untuk bekerja, dan yang lain rela untuk membiarkan mereka bekerja).

 

Saudara termasuk golongan yang mana?

 

·        “All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan untuk kemenangan kejahatan adalah bahwa orang‑orang yang baik tidak melakukan apa‑apa).

 

Jadi, kalau saudara tidak melakukan apa‑apa untuk Tuhan, saudara memberi­kan sumbangsih yang sangat besar bagi kemenangan kejahatan, dan setan akan sangat menghargai / berterima kasih kepada saudara!

 

b)   Banyak alasan yang menyebabkan hamba ini tidak bekerja bagi tuan­nya.

 

·        merasa minder, karena dirinya mempunyai talenta yang tidak sebanyak 2 hamba yang lain.

 

Apakah saudara tidak melakukan apa‑apa bagi Tuhan karena ini?

 

Pulpit Commentary: “Limited opportunities do not condone neglect” (= Kesempatan-kesempatan yang terbatas tidak memaafkan kelalaian) - hal 477.

 

·        menganggap dirinya tidak diberi apa‑apa (bdk. ay 24).

 

Apakah saudara selalu menolak pelayanan dengan alasan bahwa saudara tidak bisa apa‑apa? Ini jelas merupakan anggapan yang salah, karena tidak ada orang yang tidak diberi apa-apa!

 

·        malas (ay 26).  Malas adalah sesuatu yang dikecam oleh Kitab Suci.

 

Amsal 6:6‑11 - “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? ‘Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring’ - maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata”.

 

Amsal 18:9 - “Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak”.

 

Amsal 20:13 - “Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang”.

 

Orang malas selalu punya alasan, baik logis maupun tidak, untuk tidak bekerja.

 

Amsal 20:4 - “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa”.

 

Amsal 26:13 - “Berkatalah si pemalas: ‘Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!’”.

 

Pkh 11:4 - “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai”.

 

Tetapi bandingkan dengan kata‑kata Paulus dalam 2Tim 4:2 yang menyuruh kita bekerja / memberitakan Firman Tuhan, baik atau tidak baik waktunya! Karena itu, kalau saudara adalah orang yang malas untuk bekerja bagi Tuhan, bertobatlah!

 

6)   Saat pertanggung-jawaban (ay 19‑30).

 

Sekalipun lama (ay 19), tetapi saat ini pasti akan tiba! Calvin mengatakan (hal 444) bahwa kedatangan tuan itu untuk meminta pertanggung-jawaban dari hamba-hambanya harus mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang baik, karena kita tahu bahwa jerih payah kita tidak sia-sia. Sebaliknya orang-orang yang malas dan ceroboh seharusnya merasa takut akan hal ini.

 

Karena itu janganlah lamanya kedatangan Kristus yang keduakalinya saudara jadikan alasan untuk hidup secara tidak bertanggung jawab!

 

Hamba I (ay 20‑21).

 

a)   Pertanggung-jawabannya (ay 20).

 

·        ada laba yang ia bawa / persembahkan kepada tuannya.

 

Renungkan! Apa yang kira‑kira akan saudara bawa dan persembahkan kepada Tuhan pada saat itu?

 

·        ia mengakui kalau semua talenta itu dari Tuhan. Ini yang menyebabkan dia menggunakannya untuk Tuhan.

 

Penerapan:

 

Adalah sesuatu yang penting kalau saudara menyadari bahwa segala sesuatu yang ada pada saudara diberikan oleh Tuhan. Kalau tidak, maka saudara akan menggunakannya untuk kepentingan saudara sendiri dan bukan untuk Tuhan. Misalnya: kalau saudara menganggap bahwa uang yang ada pada saudara adalah hasil kerja keras saudara, maka saudara akan merasa berhak untuk menggunakannya untuk diri saudara sendiri. Tetapi kalau saudara menyadari bahwa Tuhanlah yang memberikan semua itu kepada saudara, maka saudara akan menggunakannya untuk Tuhan.

 

b)   Sikap / jawaban tuannya (ay 21).

 

·        ini jelas merupakan suatu pujian dari tuannya.

 

Ini menggambarkan pujian dari Tuhan yang akan kita terima kalau kita betul‑betul hidup untuk Tuhan.

Hiduplah sedemikian rupa supaya saudara mendapat pujian dari Tuhan! Jangan hidup untuk pujian manusia (bdk. Mat 6:1‑18  Yoh 12:42‑43).

 

Dan kalau selama ini saudara merasa bahwa hidup saudara sangat berat, justru karena saudara hidup sesuai kehendak Tuhan, maka pikirkanlah pujian yang akan saudara terima nanti, dan tetaplah bertekun dalam hidup sesuai kehendak Tuhan!

 

·        Tuan itu berkata: ‘Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia. Engkau telah setia ...’.

 

*        Tuan itu tidak berkata ‘banyak sekali hasilmu’, tetapi ‘baik sekali perbuatanmu’!

 

*        Juga tuan itu tak memuji hamba itu sebagai hamba yang sukses (successful), tetapi sebagai hamba yang setia (faithful)!

 

Ini menunjukkan bahwa yang Tuhan pentingkan bukanlah kesuksesan / keberhasilan, tetapi kesetiaan! Memang Kitab Suci juga menekankan perlunya untuk berbuah (Mat 3:8,10  Mat 21:18‑19  Luk 13:6‑9). Tetapi, bagaimanapun juga buah / hasil merupakan pekerjaan Allah (1Kor 3:6‑7). Jadi, yang penting adalah melakukan hal‑hal yang benar dengan setia.

 

Seseorang mengatakan bahwa pada saat Petrus berkhotbah, ia menda­patkan 3000 jiwa, tetapi pada waktu Stefanus berkhotbah, ia mendapatkan 3000 batu! Tetapi belum tentu Tuhan meni­lai Petrus lebih hebat dari Stefanus!

 

Karena itu, kalau saudara berkhotbah / mengajar sekolah minggu / memberitakan Injil secara pribadi, janganlah putus asa kalau saudara tidak berhasil membawa orang kepada Kristus. Yang penting saudara melakukannya dengan benar dan dengan setia!

 

·        Tuan itu juga berkata: ‘Engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberimu tanggung jawab dalam perkara yang besar’.

 

Ada banyak orang yang menafsirkan ayat ini sebagai berikut: orang yang setia dalam pelayanan yang kecil akan diberi pelayanan yang besar. Misalnya: kalau saudara melayani Tuhan dengan setia sebagai seorang guru sekolah minggu, maka Tuhan akan menjadikan saudara seorang pendeta. Atau kalau saudara setia dalam menggembalakan suatu jemaat yang kecil, maka Tuhan akan memberi saudara suatu jemaat yang besar.

 

Tetapi, saya tidak setuju dengan penafsiran itu, karena tidak cocok dengan kontex ini. Dalam perumpamaan ini kedatangan tuan itu menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya, dan saat pertanggung-jawaban menunjuk pada pengadilan akhir jaman. Karena itu, jelas sekali bahwa ‘perkara kecil’ menunjuk pada kehidupan dan pelayanan di dunia, dan ‘perkara besar’ bukan menunjuk pada pelayanan yang lebih besar di dunia, tapi menunjuk pada kehidupan dan pelayanan di surga!

 

Hamba II (ay 22‑23).

 

Jelas sekali bahwa tuan itu tidak mempersoalkan besarnya hasil! Seka­lipun hasil / laba dari hamba II ini lebih sedikit dibandingkan dengan hamba I, tetapi karena mereka sama giatnya dalam berusaha, maka pujian yang diberikan juga sama (bandingkan ay 23 dengan ay 21).

 

Catatan: dalam Kitab Suci Indonesia ay 21 dan ay 23 tidak betul-betul identik, tetapi sebetulnya kedua ayat itu betul-betul identik.

 

Mengapa demikian? Karena hamba I itu menerima banyak, maka ia ditun­tut banyak; sedangkan hamba II itu menerima lebih sedikit sehingga ia juga dituntut lebih sedikit (bdk. Luk 12:48b).

 

Ini seharusnya membuat saudara yang mempunyai ‘talenta’ sedikit menjadi lebih giat dalam hidup bagi Tuhan! Sekalipun saudara tidak bisa melaku­kan pemberitaan Injil massal seperti yang dilakukan oleh Billy Graham, dan saudara hanya bisa melakukan pemberitaan Injil pribadi / mengajak orang pergi ke gereja, tetapi kalau saudara melakukannya sama giatnya dengan Billy Graham, maka saudara nanti akan memperoleh pujian / pahala yang sama dengan yang diterima oleh Billy Graham!

 

Bahkan sekalipun saudara tidak bisa memberikan persembahan sebesar yang diberikan oleh orang‑orang yang kaya, tetapi kalau dalam persembahan saudara itu ada pengorbanan yang lebih besar dibandingkan dengan persem­bahan orang‑orang kaya itu, maka saudara akan menerima pujian / pahala yang lebih besar dari pada yang diterima oleh orang‑orang kaya itu (Luk 21:1‑4)!

 

Hamba III (ay 24‑30).

 

Dari banyaknya ayat yang dipergunakan untuk menceritakan tentang hamba III ini, jelaslah bahwa penekanan perumpamaan ini bukan terle­tak pada hamba I atau hamba II, tetapi pada hamba III ini. Jadi, ini lebih merupakan pengajaran yang negatif (menunjukkan / menegur kesalahan) dari pada pengajaran yang positif (menunjukkan teladan yang baik).

 

a)   Pertanggung-jawaban hamba III (ay 24‑25).

 

·        perhatikan bahwa hamba III ini tetap menyebut tuannya dengan sebutan ‘tuan’ (Yunani: KURIOS / Tuhan). Memang ada banyak orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan, tetapi tidak taat kepada Tuhan dan tidak melayani Tuhan, dan karena itu tidak menghasilkan apa‑apa bagi Tuhan (bdk. Mat 7:21  Luk 6:46).

 

Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, maka saudara akan mengalami nasib yang sama dengan hamba III ini!

 

·        hamba III ini mencari alasan untuk menutupi kesalahan / kemalasannya.

 

Mungkin pada saat tuannya belum kembali, ia sudah sering memberikan alasan seperti itu kepada orang yang menanyakan mengapa ia tidak menggunakan talenta yang diberikan tuannya. Dan sekarang ia mau memberikan alasan yang sama kepada tuannya sendiri!

 

·        hamba III ini bukan sekedar menutupi / tak mengakui kesalahannya, tetapi ia bahkan mengoperkan kesalahannya kepada tuannya!

 

Taktik ini adalah taktik kuno yang sudah dilakukan oleh Adam dan Hawa (Kej 3:12,13), tetapi tetap digunakan sampai saat ini!

 

b)   Sikap / kata‑kata tuannya (ay 26‑30).

 

1.   Ia menyebut hamba itu ‘jahat dan malas’ (ay 26).

 

Kontras dengan kedua hamba pertama yang dikatakan ‘baik dan setia’, maka hamba ketiga ini dikatakan ‘jahat dan malas’.

 

Bahwa hamba III itu ‘malas’, sudah jelas. Tetapi mengapa dikatakan ‘jahat’?

 

·        karena ia tak mengakui kesalahannya, dan ia mencari alasan untuk membenarkan dirinya, dan ia bahkan menyalahkan tuannya. Ini jelas merupakan sesuatu yang jahat!

 

·        seseorang mengatakan: “It is wicked to be slothful” (= Malas itu jahat). Seseorang lain lagi mengatakan ‘orang jahat tak selalu malas, tetapi orang malas itu jahat’!

 

Ini sesuai dengan ajaran Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang yang malas / tidak berperang / tidak ikut berusaha dsb dianggap sebagai terkutuk, merusak dan sebagainya

 

Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan.’”.

 

Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.

 

Amsal 18:9 - “Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak”.

 

Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.

 

Dari penyebutan ‘jahat dan malas’ ini jelaslah bahwa alasan / dalih yang diberikan oleh hamba ketiga tadi sama sekali tidak berguna pada saat itu!

 

Calvin: “there will be no excuse for the indolence of those who both conceal the gifts of God, and waste their time in idleness” (= tidak akan ada dalih untuk kelambanan dari mereka yang menyembunyikan karunia-karunia Allah, dan membuang-buang / menyia-nyiakan waktu mereka dalam kemalasan) - hal 444.

 

Penerapan:

 

Saudara bisa saja memberikan bermacam‑macam alasan / dalih kepada orang orang di sekitar saudara (Pendeta, Penginjil, Majelis, pengurus, orang kristen yang lain) untuk tidak melakukan apa-apa bagi Tuhan, dan saudara mungkin bisa mengelabui orang‑orang itu dengan alasan‑alasan / dalih-dalih saudara. Tetapi pada akhir jaman, saudara tidak akan bisa mengelabui Tuhan dengan menggunakan alasan‑alasan / dalih-dalih itu! Karena itu, jangan membiasakan diri dengan segala macam alasan / dalih, bertobatlah dari segala kemalasan saudara, dan mulailah menggunakan ‘talenta’ yang ada pada saudara demi kemu­liaan Tuhan!

 

2.   Ia menyebut hamba itu ‘tidak berguna’ (ay 30).

 

C. H. Spurgeon membandingkan bagian ini dengan Luk 17:7‑10 - “(7) ‘Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.’”.

 

Perhatikan khususnya Luk 17:10, dimana hamba itu juga disebut ‘tak berguna’. Tetapi ada bedanya dengan Mat 25:14‑30 ini:

 

·        dalam Mat 25:14‑30 hamba itu memang tidak melakukan apa‑apa bagi tuannya, sedangkan dalam Luk 17:7‑10 hamba itu bekerja bagi tuannya.

 

·        dalam Mat 25:14‑30 tuannyalah yang menilai hamba itu sebagai tidak berguna, sedangkan dalam Luk 17:7‑10 hamba itu sendiri yang menilai dirinya sendiri sebagai tidak berguna.

 

Dari perbandingan 2 bagian ini, terlihat adanya 2 extrim yang harus dihindari:

 

¨      ada orang kristen yang bekerja sehingga merasa dirinya berguna / penting. Ini merupa­kan kesombongan rohani!

 

¨      ada orang kristen yang merasa diri tidak berguna (minder), sehingga tidak bekerja apa‑apa.

 

Hamba III dalam Mat 25:14‑30 ini lebih brengsek dari kedua extrim ini, karena ia tidak bekerja tetapi menganggap dirinya berguna / berjasa (ia merasa dirinya telah mempertahankan talen­ta tuannya ‑ ay 24‑25).

 

Penerapan:

 

Dalam gereja ada banyak orang yang tidak berguna, tetapi menganggap dirinya berguna / penting! Biasanya ini adalah orang‑orang yang namanya terdaftar dalam macam‑macam kepengurusan / kepanitiaan, bahkan dalam kemajelisan, tetapi dirinya sendiri tidak melakukan apa‑apa, kecuali mengkritik / menggurui orang lain! Kalau saudara termasuk orang seperti ini, bertobatlah!

 

C. H. Spurgeon: “He who proudly thinks himself profitable shall be found unprofitable, and he who modestly judges himself to be unprofitable may in the end come to hear his Master say, ‘Well done, good and faithful servant’” (= Ia yang dengan sombong / bangga menganggap dirinya sendiri berguna akan didapati tidak berguna, dan ia yang dengan rendah hati menilai dirinya sendiri tidak berguna mungkin pada akhirnya datang untuk mendengar Tuannya berkata: ‘Baik sekali perbuatanmu, hai hamba yang baik dan setia’).

 

Komentar saya: adalah sesuatu yang bagus kalau Spurgeon menggunakan kata ‘may’ (= bisa / mungkin), karena bisa saja seseorang menganggap dirinya tak berguna dan ia memang tak berguna!

 

3. Ay 26b: Ini tentu tidak berarti bahwa tuan itu mengakui kebenaran kata‑kata hamba III itu, karena bagian ini merupakan irony (= sindiran / ejekan).

 

4.   Ay 27:

 

·        ada orang‑orang yang menafsirkan bahwa ini adalah dasar yang membenarkan orang kristen membungakan uang. Sekalipun memang Kitab Suci tidak melarang membungakan uang (asal tak dilakukan terhadap orang miskin ‑ bdk. Kel 22:25), tetapi jelas ay 27 itu tak bisa dipakai sebagai dasar, karena persoalan membungakan uang sama sekali bukan merupakan tujuan perumpamaan.

 

·        ay 27 ini menekankan perlunya melakukan apa saja yang bisa dilakukan (yang paling remeh sekalipun) untuk bisa memuliakan Tuhan.

 

Jadi, kalau saudara memang mempunyai hanya sedikit ‘talenta’ maka tetaplah pergunakan untuk kemuliaan Tuhan. Jangan abaikan hal‑hal kecil yang bisa saudara lakukan, misalnya mengajak orang ke gereja, mengunjungi orang yang sakit atau yang tidak hadir di gereja, mendoakan hamba Tuhan dan jemaat yang lain dsb!

 

5.   Ay 28‑29:

 

Ada banyak orang yang mengartikan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa kalau seseorang menggunakan karunianya dengan setia, maka Tuhan akan menambah karunianya, dan sebaliknya, kalau seseorang tidak menggunakan karunianya maka Tuhan akan mencabutnya.

 

Keberatan saya:

 

·        penafsiran ini tak sesuai dengan kontex yang menunjuk pada akhir jaman. Pada akhir jaman, semua karunia akan lenyap (bdk. 1Kor 13:8‑9), sehingga tidak memungkinkan penafsiran ini.

 

·        dalam tubuh manusia, jari yang setia melakukan tugasnyapun tidak akan diberi kemampuan‑kemampuan yang baru seperti melihat, mendengar dan sebagainya.

 

Kesimpulan saya: bagian ini tidak punya analogi dalam dunia roha­ni. Bagian ini hanya bisa ditafsirkan sebagai berikut: yang bekerja / menggunakan talenta dengan baik akan diberkati, sedangkan yang tidak bekerja / menggunakan talenta dengan baik akan rugi / dihukum.

 

Calvin: “We ought to keep in remembrance what I formerly mentioned, that those who insist on explaining, with exactness, every minute phrase, are mistaken” (= Kita harus mengingat apa yang sudah saya sebutkan tadi, bahwa mereka yang berkeras untuk menjelaskan dengan persis setiap kata / ungkapan secara mendetail, adalah salah) - hal 444.

 

6.   Ay 30:

 

·        Ini jelas menggambarkan bahwa orang itu masuk ke neraka.

 

Pulpit Commentary: “While the faithful servants enter into the joy of the Lord, he is rejected from his presence, expelled from the kingdom of heaven, ... And why? Not for great ill doing, sacrilege, crime, offence against the common laws of God and man; but for neglect, idleness, omission of duty. ... Spiritual indolence is as serious a sin as active wickedness, and meets with similar punishment” (= Sementara pelayan-pelayan yang setia masuk ke dalam kebahagiaan Tuhan, ia ditolak dari kehadiranNya, dibuang / dikeluarkan dari kerajaan surga, ... Dan mengapa? Bukan karena perbuatan yang sangat jahat, pelanggaran hal-hal keramat, kejahatan, pelanggaran terhadap hukum-hukum umum dari Allah dan manusia; tetapi karena penyia-nyiaan, kemalasan, penghapusan kewajiban. ... Kelambanan rohani sama seriusnya dengan kejahatan aktif, dan menerima hukuman yang serupa) - hal 480.

 

·        mengapa neraka digambarkan sebagai tempat yang gelap, padahal dalam bagian lain Kitab Suci menggambarkan neraka sebagai lautan api?

 

Ingat bahwa kalau neraka dikatakan sebagai lautan api, dengan ulat yang tak dapat mati, ataupun sebagai tempat yang gelap, itu semua hanya gambaran / simbol belaka. Tetapi janganlah hal ini menyebabkan saudara meremehkan neraka, karena kalau simbolnya mengerikan, maka bisa dipastikan bahwa aslinya akan lebih mengerikan lagi.

 

Di sini neraka digambarkan sebagai tempat yang gelap karena:

 

*        digambarkan seperti penjara di bawah tanah, yang gelap guli­ta. Ini adalah tempat yang sangat ditakuti, dan karena itu neraka digambarkan seperti itu.

 

*        dikontraskan dengan sorga yang adalah Kerajaan Terang (bdk. Wah 21:11,23,25  22:5).

 

*        di sana manusia terpisah untuk selama‑lamanya dengan Allah yang adalah Terang (Yoh 8:12  1Yoh 1:5).

 

·        Ay 30 bdk. ay 21,23.

 

Bagian ini tidak berarti bahwa orang yang bekerja bagi Tuhan akan masuk surga dan orang yang tidak bekerja bagi Tuhan akan masuk neraka (Salvation by works / keselamatan karena perbuatan baik).

 

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

 

*        ingat bahwa iman juga termasuk pada laba yang bisa kita bawa kepada Tuhan.

 

*        orang yang beriman pasti akan berbuat sesuatu untuk Tuhan. Jadi, orang yang berbuat sesuatu untuk Tuhan membuktikan bahwa ia mempunyai iman sejati, dan karena itu ia diselamatkan. Sebaliknya, orang yang tak melakukan apa‑apa untuk Tuhan membuktikan bahwa ia tidak beriman, dan karena itu ia binasa.



-AMIN-