Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


MATIUS 24:32‑39

 

Ay 32‑35:

 

1)   Bagian ini menunjuk pada apa? Lagi‑lagi ada bermacam‑macam pandangan:

 

A)  Kedatangan Yesus yang kedua:

 

Alasannya:

 

a)   Bagian ini terletak di antara 2 bagian (ay 29‑31 dan ay 36-dst) yang sama‑sama berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua.

 

b)   Ay 33 mempunyai paralel, yaitu Luk 21:31, dan kata‑kata ‘Kerajaan Allah sudah dekat’ dalam Luk 21:31 itu, rasanya lebih cocok untuk menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua.

 

Ada orang yang keberatan kalau bagian ini menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua, dengan alasan:

 

a.   Kalau ay 32‑35 menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua, maka dari bagian ini terlihat bahwa kita bisa tahu kapan saat itu tiba,  sedangkan dari ay 36,42,44, 50 terlihat dengan jelas bahwa hari itu tak akan bisa kita ketahui.

 

Tetapi keberatan ini bisa dijawab sebagai berikut: ay 32‑35 hanya menunjukkan bahwa kita bisa tahu kalau hari Tuhan itu sudah dekat, tetapi sesuai dengan ay 36,42,44,50 kita tidak akan bisa tahu waktunya dengan tepat. Ingat bahwa Tuhan tidak terbatas oleh waktu (2Pet 3:8).

 

b.   Ay 34 tidak mungkin menunjuk pada akhir jaman!

 

Untuk ini ada bermacam‑macam penjelasan:

 

·        di sini Yesus berbicara sebagai manusia yang terbatas pengetahuannya (bdk. ay 36), sehingga di sini Ia salah!

 

Tetapi pandangan ini begitu tidak masuk akal sehingga bahkan William Barclaypun tidak menerima pandangan ini!

 

·        kata ‘angkatan’ dalam ay 34 itu diartikan ‘bangsa Yahudi, tak terbatas pada orang Yahudi yang hidup pada jaman itu’ (bandingkan dengan NIV, yang sekalipun menterjemahkan ‘generation’, tetapi pada catatan kaki memberikan terjemahan ‘race’).

 

Jadi, kata‑kata Yesus itu artinya adalah: bangsa Yahudi tidak akan lenyap sebelum akhir jaman.

 

·        ada yang menganggap bahwa kata ‘angkatan’ menunjuk pada bangsa Yahudi yang hidup pada saat itu. Tetapi kata‑kata ‘sebelum semuanya ini terjadi’ diartikan ‘sebelum semuanya ini mulai terjadi’.

 

B)  Kehancuran Yerusalem

 

Alasannya:

 

a)   Ay 33: ‘jika kamu melihat semuanya ini’.

 

Kata ‘kamu’ jelas menunjuk kepada rasul‑rasul yang men­dengar Yesus saat itu. Kalau mereka sendiri akan meli­hat semua itu, maka pasti itu tidak menunjuk pada keda­tangan Yesus yang kedua, tetapi menunjuk pada kehancuran Yerusalem.

 

b)   Dalam Kitab Suci, kata ‘angkatan’ (Yunani: GENEA) selalu menun­juk pada generasi yang hidup saat itu!  Dan karena itu, ayat ini tidak mungkin menunjuk pada akhir jaman, dan kalau ayat ini tidak menunjuk pada akhir jaman, maka ayat ini pasti menunjuk pada kehancuran Yerusalem, karena hanya 2 hal itu saja yang dibahas dalam Mat 24!

 

Saya condong pada pandangan ini!

 

C)  Sebagian (ay 33) menunjuk pada kehancuran Yerusalem, dan sebagian yang lain (ay 34) menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua.

 

2)   Ay 32‑33 (bdk. Luk 21:29).

 

Sekalipun di sini bagian ini diarahkan pada kehancuran Yerusalem (kalau memang pandangan B yang benar), tetapi sebetulnya bagian ini bisa diberlakukan secara umum.

 

Apa arti bagian ini? Dalam hal jasmani, manusia pandai memperhatikan tanda akan terjadinya sesuatu (ay 32), misalnya:

 

·        musim (ay 32).

 

·        cuaca (16:2‑3).

 

·        penyakit / kematian jasmani.

 

·        keadaan ekonomi (bakal terjadi devaluasi dsb).

 

·        keadaan politik (siapa yang menang dalam pemilu dsb).

 

Sebetulnya, dalam hal rohanipun kita harus pandai melihat tanda akan terjadinya sesuatu (ay 33)! Misalnya:

 

¨      kalau kita merasa malas mendengar Firman Tuhan atau berdoa, itu tanda bahwa kerohanian kita sedang merosot, atau ada dosa dalam hidup kita, yang membutuhkan penanganan tertentu!

 

¨      kalau sekarang banyak nabi palsu, ajaran sesat, mujijat palsu, kebejatan moral (bdk. 2Tim 3:1‑5), maka itu adalah tanda bahwa kedatangan Yesus yang kedua sudah dekat, sehingga menuntut kesiapsediaan yang makin hebat!

 

Pikirkanlah! Apakah dalam hal rohani saudara jeli melihat tanda akan terjadinya sesuatu?

 

3)   Ay 35 menunjukkan bahwa Firman Tuhan itu kekal (bdk. Yes 40:8  1Pet 1:24‑25). Kekekalan dan ketidakberubahan Firman Tuhan ini menyebabkan kita harus selalu menggunakan Firman Tuhan sebagai dasar kehidupan, kepercayaan dan ajaran kita!

 

Ay 36:

 

1)   Ayat ini jelas menunjuk pada / berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

 

Alasannya: ay 36 ini sangat mirip dengan ay 42,44,50, sehingga jelas menunjuk pada hal yang sama, sedangkan ketiga ayat itu terletak dalam kontex, yang jelas menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

 

2)   Ketidak tahuan Yesus tentang hari Tuhan:

 

A)  Penafsiran yang salah / sesat tentang bagian ini:

 

a)   Ajaran Arianisme, yang diajarkan oleh Arius, mengajar­kan bahwa ayat ini membuktikan bahwa Yesus bukan sungguh‑sungguh Allah.

 

Ajaran ini menimbulkan perdebatan seru di dalam gereja saat itu (tahun 320 M), yang akhirnya menyebabkan terja­dinya Council of Nicea, yang mengecam ajaran tersebut dan melahirkan Pengakuan Iman Nicea, yang kalau dibanding­kan dengan 12 Pengakuan Iman Rasuli, terlihat sangat menonjolkan keilahian Yesus.

 

Pengakuan Iman Nicea

 

Kami percaya kepada Allah yang esa, Bapa yang mahakua­sa, Pencipta langit dan bumi, serta segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan

dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal, yang lahir dari Sang Bapa, sebelum ada segala zaman, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraanNya segala sesuatu dibuat, yang telah turun dari surga, untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita dan menjadi daging oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan menjadi manusia, yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan, yang bangkit pada hari yang ketiga sesuai dengan isi Alkitab dan naik ke surga, yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, yang kerajaanNya tidak akan berakhir

dan kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan yang meng­hidupkan, yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Putra, yang bersama‑sama dengan Sang Bapa dan Sang Putra disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi

Kami percaya akan satu Gereja yang kudus dan am dan rasuli

Kami mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa dan kami menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.

 

b)   Saksi Yehovah, yang boleh dikatakan merupakan ‘keturunan’ dari Arianisme, mengatakan bahwa ay 36 ini menunjukkan bahwa Bapa itu mahatahu, sedangkan Yesus tidak, dan karena itu jelas membuktikan bahwa Yesus lebih rendah / kecil dari Bapa.

 

c)   Yesus hanya berpura‑pura tidak tahu, tapi sebetulnya Ia tahu.

 

Ajaran ini salah, karena sekalipun ajaran ini mempertahankan kemahatahuan dan keilahian Yesus, tetapi menjadikanNya seorang pendusta!

 

d)   Teori Kenosis (bdk. Fil 2:5‑8): pada saat inkarnasi Yesus mengosongkan diri, dalam arti mengesampingkan seluruh atau sebagian sifat‑sifat ilahiNya, supaya bisa menjadi manusia yang terbatas. Karena itu, tidak aneh kalau ay 36 menunjukkan Ia tidak maha tahu. Sifat mahatahu termasuk sifat ilahi yang Ia kesampingkan pada saat inkarnasi.

 

Menghadapi teori sesat ini, perlu saudara ingat bahwa Allah tidak bisa berubah (Maz 102:26‑28  Mal 3:6  Yak 1:17). Juga bahwa kalau Ia bisa mengesampingkan sebagian / seluruh sifat‑sifatNya, itu berarti Ia berhenti menjadi Allah (‘he ceased to be God’).

 

e)   Ayat ini diartikan: Yesus bukannya tidak tahu, tetapi tidak boleh / tidak mau memberi tahu tentang hari Tuhan!

 

Tetapi, ay 36 itu menyatakan bahwa manusia, malaikat, maupun Anak, tidak tahu. Sehingga ketidaktahuan Yesus mestinya mempunyai arti yang sama dengan ketidaktahuan manusia dan malaikat, yaitu betul‑betul tidak tahu.

 

B)  Penafsiran / arti yang benar:

 

Setelah inkarnasi, Yesus adalah 1 pribadi yang mempunyai 2 hakekat, yaitu hakekat ilahi dan hakekat manusia. Ini menyebabkan Ia mempunyai sifat‑sifat ilahi, maupun sifat‑sifat manusia. Jadi, bisa dikatakan bahwa pribadi Yesus itu maha kuasa dan lemah, maha tahu dan tidak maha tahu, maha ada dan terbatas tempat, dsb.

 

Karena itu kita tidak perlu heran kalau melihat:

 

·        adanya ayat‑ayat yang menunjukkan kemahakuasaanNya (misalnya: Mat 8:23‑27), dan ayat‑ayat yang menunjukkan kelemahanNya (misalnya: Yoh 4:6).

 

·        adanya ayat‑ayat yang menunjukkan bahwa Ia maha tahu (misalnya: Yoh 1:46‑50  Mat 9:4  12:25  16:8  17:27), dan adanya ayat‑ayat yang menunjukkan bahwa Ia tidak maha tahu (misalnya: Mat 24:36  Luk 2:40,52).

 

John Calvin: “For we know that in Christ the two natures were united into one person in such a manner that each retained its own properties; and more especially the divine nature was in a state of repose,  and did not at all exert itself, whenever it was necessary that the human nature should act separately, according to what was peculiar to itself, in discharging the office of Mediator. There would be no impropriety, therefore, in saying that Christ, who knew all things (John 21:17) was ignorant of something in respect of his perception as a man; for otherwise he could not have been liable to grief and anxiety, and could not have been like us (Heb 2:17)” [= Karena kita tahu bahwa di dalam Kristus 2 hakekat dipersatukan di dalam satu pribadi sedemikian rupa sehingga masing‑masing mempertahankan sifat‑sifatnya; dan teristimewa hakekat ilahi ada dalam keadaan tidur / istirahat, dan sama sekali tak menggunakan dirinya, pada saat hakekat manusia harus bertindak secara terpisah, sesuai dengan apa yang khas pada dirinya sendiri, dalam melaksanakan jabatan Pengantara.  Karena itu, tidak ada ketidaklayakan di dalam mengatakan bahwa Kristus yang tahu segala sesuatu (Yoh 21:17) tidak mengetahui tentang sesuatu berkenaan dengan pengertiannya sebagai manusia; karena kalau tidak ia tidak bisa mengalami kesedihan dan kekuatiran,  dan tidak bisa menjadi seperti kita (Ibr 2:17)].

 

Seorang ahli Theologia lain mengatakan bahwa Yesus mempunyai 2 pikiran / kesadaran (manusia dan ilahi), yang timbul tenggelam secara bergantian (pergantiannya diatur oleh yang ilahi). Pada saat pikiran ilahi muncul, jelas Ia maha tahu. tetapi pada saat pikiran manusia muncul, Ia tidak maha tahu!

 

Jadi Ia mengucapkan ay 36 pada saat pikiran manusia yang muncul, dan karena itulah Ia tidak tahu hari Tuhan!

 

3)   Berdasarkan ay 36 ini (bdk. ay 42,44,50  1Tes 5:2  2Pet 3:10  Wah 3:3  Wah 16:15), maka jelaslah bahwa tidak mungkin ada orang yang bisa mengetahui kapan Yesus akan datang untuk keduakalinya, baik dari penyelidikan Kitab Suci, maupun dari mimpi, nubuat, bahasa lidah, wahyu Tuhan dsb (Catatan: Tuhan tidak mungkin akan memberitahukan kepada manusia apa yang dalam firmanNya dikatakan tidak mungkin diketahui oleh manusia).

 

Dari tanda‑tanda akhir jaman yang sudah banyak terjadi, paling‑paling kita bisa berkata bahwa hari Tuhan sudah dekat. Tetapi jangan lupa, bahwa ‘dekat’ bagi Tuhan, bisa ‘jauh’ bagi kita, karena Tuhan tidak terbatas oleh waktu (2Pet 3:8). Dan karena itu, saat kedatangan Yesus (hari, bulan, tahun, bahkan abadnya) tidak mungkin bisa diketahui!

 

William Hendriksen: “This proves the futility and sinfulness of every attempt on man’s part to predict the date when Jesus will return” (= ini membuktikan kesia‑siaan dan keberdosaan dari setiap usaha manusia untuk meramalkan hari dimana Yesus akan kembali).

 

Hendriksen menyebut usaha untuk mengetahui hari Tuhan, sebagai ‘kesia‑siaan’, karena usaha itu tidak mungkin akan berhasil. Tetapi ia juga menyebutnya sebagai ‘keberdo­saan’, karena usaha itu menunjukkan bahwa orang itu tidak percaya pada apa yang Yesus katakan dalam ay 36 ini!

 

William Barclay: “It is, therefore, clear that speculation regarding the time of the second coming is nothing less than blasphemy, for the man who so speculates is seeking to wrest from God secrets which belong to God alone. It is not any man’s duty to speculate; it is his duty to prepare himself, and to watch” (= Karena itu, jelaslah bahwa spekulasi mengenai saat kedatangan yang kedua itu tidak kurang dari suatu penghujadan, karena orang yang berspekulasi seperti itu merebut dari Allah rahasia yang hanya menjadi milik Allah. Bukan kewajiban dari siapapun untuk berspekulasi; kewajib‑annya adalah untuk mempersiapkan dirinya sendiri dan berjaga‑jaga).

 

Apa yang oleh Hendriksen disebut dengan kesia‑siaan dan keberdosaan, oleh Barclay disebut dengan penghujatan!

 

John Calvin: “And surely that man must be singularly mad, who would hesitate to submit to the ignorance which even the Son of God himself did not hesitate to endure on our account” (= Dan jelaslah bahwa orang itu pasti luar biasa / istime­wa gilanya,  yang segan untuk tunduk pada ketidaktahuan, yang bahkan Anak Allah sendiri tidak segan untuk memikul­nya demi kita).

 

Jadi, Calvin bahkan mengatakan bahwa orang yang segan untuk tunduk pada ketidaktahuan tentang hari Tuhan, adalah orang yang luar biasa / istimewa gilanya!

 

Ay 37‑39:

 

1)   Kedatangan Yesus yang keduakalinya digambarkan / dianalogikan dengan datangnya banjir Nuh. Dalam Luk 17:28‑29, ditambahkan analogi yang lain, yaitu hujan api dan belerang atas Sodom.

 

a)   Dari sini jelaslah bahwa Yesus mempercayai bahwa peris­tiwa banjir Nuh maupun hujan api dan belerang atas kota Sodom, bukanlah sekedar merupakan dongeng / illustrasi (seperti yang dipercaya oleh banyak orang liberal!), tetapi betul‑betul merupakan fakta sejarah! (juga peris­tiwa Yunus ditelan ikan ‑ bdk. Mat 12:39‑41).

 

b)   Persamaan antara peristiwa‑peristiwa itu:

 

·        hukuman itu datang dengan tiba‑tiba.

 

·        pada saat mereka sadar, sudah terlambat untuk bertobat.

 

Penerapan:

 

Sadarlah sekarang, sebelum terlambat!

 

·        banyak orang mengabaikan Firman Tuhan / peringatan Tuhan (bdk. 2Pet 2:5 ‑ Nuh adalah pemberita kebenaran), dan mereka semua binasa!

 

Penerapan:

 

Jangan mengabaikan peringatan tentang hari Tuhan, atau saudarapun akan binasa!

 

2)   Ay 38 (bdk. Luk 17:27,28) mengatakan bahwa orang‑orang itu makan, minum, kawin, mengawinkan / dikawinkan, membeli, menjual, menanam, membangun.

 

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan tindakan‑tindakan ini! Kesalahan mereka adalah: mereka hanya melakukan / memikirkan hal‑hal jasmani / duniawi, dan hanya memikirkan / melakukan hal‑hal yang berguna dalam hidup sekarang ini. Mereka tidak memikirkan / melakukan hal‑hal yang bersifat rohani, yang berguna untuk kehidupan di masa yang akan datang! Bdk. Luk 12:16‑21  Luk 21:34‑36

 

Dari sini terlihat bahwa hal‑hal jasmani yang sebetulnya tidak dosa itu, bisa menguasai kita, sehingga kita lalu mengabaikan hal yang bersifat rohani dan kekal, sehingga akhirnya semua itu membinasakan kita!

 

Karena itu, lakukanlah setiap hal  (termasuk hal jasmani) untuk kemuliaan Allah (1Kor 10:31).



-AMIN-