Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Matius 5:27-30

 

I) Perzinahan dalam hati / pikiran.

 

1)   Kesalahan penafsiran hukum ke 7.

 

Tentang ay 27 Calvin berkata (hal 290) bahwa sekalipun Kristus mengutip kata-kata dari hukum Taurat tetapi Ia bukan menyalahkan hukum Taurat, tetapi penafsiran yang salah tentang hukum Taurat. Sama seperti dengan hukum yang ke 6 (Mat 5:21-26), pada saat itu pelanggaran hukum ke 7 ini baru dianggap terjadi kalau betul-betul terjadi perzinahan fisik.

 

Kesalahan penafsiran ini sudah terjadi untuk waktu yang lama, tetapi Calvin mengatakan (hal 290) bahwa lamanya suatu kesalahan tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk mendukung kesalahan tersebut.

 

2)   Perzinahan tidak hanya bisa terjadi secara fisik, tetapi juga dalam hati / pikiran kita.

 

A. T. Robertson mengatakan (hal 45-46) bahwa kata ‘hati’ di sini bukan hanya mempersoalkan emosi / perasaan, tetapi mencakup intelek / pikiran, perasaan, dan kehendak.

 

Calvin: “He says, that not only those who have seduced their neighbours’ wives, but those who have polluted their eyes by an immodest look, are adulterers before God” (= Ia berkata bahwa bukan hanya mereka yang menggoda istri dari sesamanya, tetapi juga mereka yang mengotori mata mereka dengan pandangan yang tidak sopan, adalah pezinah-pezinah di hadapan Allah) - hal 290.

 

Calvin: “not only those who form a deliberate purpose of fornication, but those who admit any polluted thoughts, are reckoned adulterers before God” (= bukan hanya mereka yang membentuk tujuan percabulan yang sengaja, tetapi juga mereka yang mengijinkan pikiran kotor, dianggap sebagai pezinah-pezinah di hadapan Allah) - hal 290.

 

Bagian ini dipakai oleh Calvin untuk menyerang pandangan Roma Katolik.

 

Calvin: “The hypocrisy of the Papist, therefore, is too gross and stupid, when they affirm that lust is not a sin, until it gain the full consent of the heart. But we need not wonder, that they make sin to be so small a matter; for those who ascribe righteousness to the merit of works must be very dull and stupid in judging their sins” (= Karena itu, kemunafikan dari para pengikut Paus adalah terlalu menyolok dan bodoh, pada waktu mereka menegaskan bahwa nafsu bukanlah dosa, sampai nafsu itu mendapatkan persetujuan penuh dari hati. Tetapi kita tidak perlu heran, bahwa mereka membuat dosa menjadi persoalan yang begitu kecil; karena mereka yang mempercayai kebenaran karena perbuatan baik pasti sangat tumpul dan bodoh dalam menghakimi / menilai dosa-dosa mereka) - hal 290-291.

 

Adam Clarke: “If voluntary and deliberate looks and desires make adulterers and adulteresses, how many persons are there whose whole life is one continued crime! whose eyes being full of adultery, they cannot cease from sin, 2Pet. 2:14. Many would abhor to commit one external act before the eyes of men, in a temple of stone; and yet they are not afraid to commit a multitude of such acts in the temple of their hearts, and in the sight of God!” (= Jika pandangan dan keinginan sukarela dan sengaja membuat orang menjadi pezinah-pezinah, betapa banyak orang yang seluruh hidupnya merupakan satu kejahatan yang terus menerus! yang matanya penuh dengan perzinahan, mereka tidak bisa berhenti dari dosa, 2Pet 2:14. Banyak orang benci untuk melakukan satu tindakan lahiriah di hadapan mata manusia, dalam suatu kuil dari batu; tetapi mereka tidak takut untuk melakukan banyak tindakan seperti itu dalam kuil dari hati mereka, dan dalam pandangan Allah) - hal 73.

 

Bdk. 2Pet 2:14 - Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!”.

 

3)   Ayat ini memang lebih ditekankan untuk laki-laki, sekalipun tentu juga berlaku untuk perempuan.

 

Ay 27-28 - “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”.

 

Kata-kata ‘setiap orang yang memandang’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan bentuk masculine / laki-laki.

 

Mengapa ditekankan pada laki-laki? Karena pada umumnya orang perempuan baru terangsang melalui sentuhan, sedangkan orang laki-laki sudah terangsang melalui penglihatan.

 

4)   Sebetulnya, sama seperti dengan hukum ke 6 (Mat 5:22b), hukum ke 7 ini juga bisa dilanggar dengan kata-kata.

 

Ini tidak dinyatakan di sini, tetapi ada dalam:

 

·        Ef 4:29 - “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia”. Bdk. Kol 3:8.

 

·        Ef 5:3-4 - “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono - karena hal-hal ini tidak pantas - tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur”.

 

Penerapan:

 

Ini harus diperhatikan oleh orang yang senang dengan guyonan / lelucon ataupun percakapan yang berbau porno dan bersifat erotis / membangkitkan nafsu.

 

II) Cara mengatasi dosa ini.

 

Tuhan jelas menghendaki kita membuang dosa ini, dan itu terlihat dari Kol 3:5 - “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala”.

 

Bagaimana cara membuang dosa ini?

 

1)   Ay 29-30: (29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

 

Bdk. Mat 18:8-9 - “Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua”.

 

Ada beberapa hal yang perlu dibahas dari text tersebut di atas:

 

a)   Kata ‘menyesatkan’.

 

KJV: ‘offend’.

 

Barnes’ Notes: “The English word ‘offend’ means now, commonly, to displease; to make angry; to affront. This is by no means the sense of the word in Scripture. It means, to cause to fall, or to allure, into sin” (= Kata bahasa Inggris ‘offend’ sekarang pada umumnya berarti, ‘membuat tidak senang’, ‘membuat marah’, ‘menghina’. Ini sama sekali bukanlah arti dari kata itu dalam Kitab Suci. Kata itu berarti ‘menyebabkan jatuh’, atau ‘memikat ke dalam dosa’) - hal 25.

 

NKJV/RSV/NIV: ‘causes you to sin’ (= menyebabkan kamu berdosa).

 

NASB: ‘makes you to stumble’ (= membuat kamu tersandung).

 

b)   Arti dari ungkapan ‘mencungkil mata kanan’ dan ‘memenggal tangan kanan’.

 

Adam Clarke mengatakan (hal 73) bahwa ‘mata kanan’ dan ‘tangan kanan’ menunjuk pada dosa-dosa yang paling menyenangkan dan paling berguna bagi kita.

 

William Hendriksen: “This command must not be taken literally, ... The general meaning of the passage, then, is this: ‘Take drastic action in getting rid of whatever in the natural course of events will tempts you into sin.’” (= Perintah ini tidak boleh diartikan secara hurufiah, ... Maka, arti yang umum dari text ini adalah ini: ‘Ambillah tindakan drastis untuk membuang apapun yang secara alamiah akan mencobai engkau ke dalam dosa’) - hal 303.

 

John Stott: “A few Christian, whose zeal greatly exceeded their wisdom, have taken Jesus au pied de la lettre and mutilated themselves. Perhaps the best-known example is the third-century scholar, Origen of Alexandria. He went to extremes of asceticism, renouncing possessions, food and even sleep, and in an over-literal interpretation of this passage and of Matthew 19:12 actually made himself a eunuch. Not long after, in AD 325, the Council of Nicea was right to forbid this barbarous practice” (= Beberapa orang kristen, yang semangatnya jauh melebihi hikmatnya, mengartikan kata-kata Yesus secara hurufiah dan membuntungi dirinya sendiri. Mungkin contoh yang paling terkenal adalah ahli teologia abad ketiga, Origen dari Alexandria. Ia memasuki ke-extrim-an dari pertapaan, meninggalkan / membuang semua miliknya, makanan dan bahkan tidur, dan dalam suatu penafsiran yang kelewat hurufiah dari text ini dan Mat 19:12, ia betul-betul membuat dirinya seorang sida-sida / orang yang dikebiri. Tidak lama setelahnya, dalam tahun 325 M., sidang gereja di kota Nicea dengan benar melarang praktek kejam / biadab ini) - ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 89.

 

John Stott memberikan penafsiran tentang ay 29-30 ini sebagai berikut: kalau matamu menyebabkan engkau berdosa karena ada pencobaan datang kepadamu melalui matamu, maka ‘cungkillah matamu’. Artinya: jangan melihatnya. Berlakulah seakan-akan engkau betul-betul telah mencungkil matamu dan membuangnya, dan sekarang engkau buta dan tidak bisa melihat hal itu. Demikian juga kalau pencobaan datang melalui tangan atau kaki. Penggallah tangan / kakimu. Artinya: Jangan lakukan hal itu / jangan pergi ke sana. Berlakulah seakan-akan engkau betul-betul telah memenggal tangan / kakimu, sehingga engkau tidak bisa melakukan hal itu / pergi ke sana.

 

Calvin: “you ought rather to part with your eyes, than to depart from the commandments of God.’ And yet Christ does not mean, that we must mutilate our body, in order to obey God: ... Christ employs an exaggerated form of speech to show, that whatever hinders us from yielding that obedience to God which he requires in his law, ought to be cut off” (= engkau harus memilih untuk berpisah dengan matamu dari pada berpisah dari perintah-perintah Allah’. Tetapi Kristus tidak memaksudkan bahwa kita harus membuntungi tubuh kita, supaya bisa mentaati Allah: ... Kristus menggunakan ungkapan yang melebih-lebihkan untuk menunjukkan bahwa apapun yang menghalangi kita dari penyerahan dan ketaatan kepada Allah yang Ia kehendaki dalam hukumNya, harus dibuang) - hal 291.

 

Ay 29,30: ‘cungkillah dan buanglah itu ... penggallah dan buanglah’.

 

Adam Clarke: “It is not enough to shut the eyes, or stop the hand; the one must be plucked out, and the other cut off. Neither is this enough, we must cast them both from us. Not one moment’s truce with an evil passion, or a sinful appetite. If you indulge them, they will gain strength, and you shall be ruined” (= Tidak cukup untuk menutup mata, atau menghentikan tangan; yang satu harus dicungkil, dan yang lain dipenggal. Ini juga belum cukup, kita harus membuang mereka dari kita. Jangan sesaatpun mengadakan gencatan senjata dengan nafsu jahat atau keinginan yang berdosa. Jika engkau memuaskan mereka, mereka akan mendapatkan kekuatan, dan engkau akan hancur) - hal 74.

 

Memang jelas bahwa penafsiran hurufiah tidak memungkinkan, karena kalaupun mata / tangan kanan dibuang, kita masih bisa berdosa dengan mata / tangan kiri, dan kalaupun mata / tangan kiri dibuang, kita masih bisa berdoa dengan pikiran kita. Tetapi perhatikan apa yang dikatakan oleh seorang penafsir dari Pulpit Commentary di bawah ini.

 

Pulpit Commentary: “The ideas of this verse are expressed in the strong language of Oriental imagery, and yet a moment’s reflection will show us that the language is not a whit too strong, even if it is interpreted with strict literalness. If it came to a choice between plucking out an eye and death, every man who had courage enough to perform the hideous deed would at once choose it as the less terrible alternative. Every day hospital patients submit to frightful operation to save their lives or to relieve intolerable sufferings. But if to the thought of death we add the picture of the doom of the lost, the motives for choosing the lesser evil are immeasurably strengthened. ... The difficulty, then, is not as to the truth of our Lord’s words, but as to the application of them. ... As a matter of fact, self-mutilation is not the right method of avoiding temptation. If it were the sole method, it would be prudent to resort to it. But, as God has provided other ways, only a wild delusion will resort to this. Moreover, if lust is in the heart, it will not be destroyed by plucking out the eye. If hatred reigns within the enraged man, he is essentially a murderer, even after he has cut off the hand with which he was about to commit his awful crime. Still, whatever is most near to us and hinders our Christian life, must go - any friendship, though dear as the apple of the eye; any occupation, though profitable as the right hand” (= Maksud dari ayat ini dinyatakan dalam bahasa perumpamaan Timur yang kuat / keras, tetapi suatu pemikiran yang singkat akan menunjukkan kepada kita bahwa bahasa itu tidak sedikitpun terlalu kuat / keras, bahkan jika itu ditafsirkan dengan kehurufiahan yang ketat. Jika sampai pada suatu pemilihan antara pencungkilan mata dan kematian, setiap orang yang mempunyai keberanian yang cukup untuk melakukan tindakan mengerikan itu akan segera memilihnya sebagai suatu alternatif yang kurang mengerikan (dibandingkan dengan kematian). Setiap hari pasien-pasien rumah sakit tunduk pada operasi yang menakutkan untuk menyelamatkan nyawa mereka atau untuk meringankan penderitaan yang tak tertahankan. Tetapi jika kepada pemikiran tentang kematian kita menambahkan gambaran tentang nasib / hukuman bagi orang yang terhilang, maka motivasi untuk memilih pemotongan / pencungkilan itu akan sangat dikuatkan. ... Jadi, kesukarannya bukanlah berkenaan dengan kebenaran dari kata-kata Tuhan kita, tetapi berkenaan dengan penerapan dari kata-kata itu. ... Sebetulnya, pembuntungan diri sendiri bukanlah metode yang benar untuk menghindari pencobaan. Seandainya itu merupakan satu-satunya metode, maka merupakan sesuatu yang bijaksana untuk mengambil jalan itu. Tetapi, karena Allah telah menyediakan jalan-jalan yang lain, hanya khayalan yang liar yang akan mengambil jalan ini. Lagi pula, jika nafsu itu ada dalam hati, itu tidak akan dihancurkan dengan mencungkil mata. Jika kebencian berkuasa dalam diri orang yang sangat marah, maka secara hakiki ia adalah seorang pembunuh, bahkan setelah ia memotong tangan dengan mana ia mau melakukan kejahatannya yang hebat itu. Tetapi, apapun yang paling dekat dengan kita dan menghalangi kehidupan kristen kita, harus dibuang - persahabatan yang manapun, sekalipun kita sayangi seperti biji mata kita; pekerjaan apapun, sekalipun berguna seperti tangan kanan kita) - hal 182.

 

2)   Kita harus menjauhi godaan / pencobaan.

 

Calvin: “If the mind were pure, the eyes and hands would be obedient to it; for it is certain, that they have no movement of their own. But here we are deeply to blame. We are so far from being as careful as we ought to be, to avoid allurements, that we rather provoke our senses to wickedness by allowing them unbounded liberty” (= Seandainya pikiran kita murni, mata dan tangan akan taat kepadanya; karena adalah pasti bahwa mereka tidak mempunyai pergerakan dari diri mereka sendiri. Tetapi di sini kita harus sangat dicela / disalahkan. Kita sangat jauh dari sikap hati-hati yang seharusnya untuk menghindari pikatan / godaan, tetapi sebaliknya kita memancing / merangsang pikiran kita pada kejahatan dengan mengijinkannya pada kebebasan tanpa batas) - hal 291.

 

Dalam doa Bapa Kami ada kata-kata ‘janganlah membawa kami ke dalam pencobaan’ (Mat 6:13a). Kita sering berdoa seperti itu, tetapi dalam tindakan kita kita justru mencari pencobaan, dengan tidak membatasi mata / telinga kita. Jadi, tindakan kita bertentangan dengan doa kita!

 

Bdk. Ayub 31:1,7,9-11 - “(1) ‘Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? ... (7) Jikalau langkahku menyimpang dari jalan, dan hatiku menuruti pandangan mataku, dan noda melekat pada tanganku, ... (9) Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku, (10) maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia. (11) Karena hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim”.

 

John Stott mengomentari text Ayub ini dengan berkata: “The control of his heart was due to the control of his eyes” (= Kontrol dari hatinya disebabkan oleh kontrol dari matanya) - ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 88.

 

John Stott mengatakan bahwa ia tidak mau memberikan peraturan / batasan tentang buku / majalah apa yang boleh atau tidak boleh dibaca oleh orang kristen. Ia berkata bahwa setiap orang berbeda. Ada orang-orang yang sangat mudah terangsang dan ada yang tidak. Jadi batasan untuk setiap orang berbeda. Yang jelas, apa yang menyebabkan berdosa / perzinahan dalam hati bagi dia, itu dilarang.

 

Pulpit Commentary: “Sex is the spirit of the modern dance” (= Sex merupakan roh / semangat / ciri dari dansa modern) - hal 216.

 

Tidak semua dansa termasuk dalam golongan ini, dan karena itu kita tidak bisa secara mutlak melarang orang kristen berdansa atau melihat dansa. Tetapi jelas bahwa orang kristen harus hati-hati dengan dansa. Banyak ‘dance group’ yang disewa pada acara penikahan, yang mempertontonkan tarian yang jelas-jelas merangsang, dan ini harus diwaspadai oleh orang kristen pada waktu mengadakan pernikahan.

 

Juga permainan-permainan pada acara HUT banyak yang berbau porno, dan sangat memungkinkan terjadinya rangsangan pada seseorang. Misalnya memasukkan sesuatu ke dalam kantong celana seorang cowok, dan menyuruh seorang cewek yang matanya ditutup untuk mencari dan mengambil barang tersebut. Dan permainan seperti ini yang disenangi!

 

Kalau orang laki-laki harus menjauhi godaan / pencobaan, maka para perempuan, khususnya para gadis, juga harus berusaha supaya diri mereka tidak menjadi godaan / pencobaan bagi para laki-laki, yaitu dengan berhati-hati dalam berpakaian.

 

John Stott: “This may be an appropriate moment to refer in passing to the way girls dress. It would be silly to legislate about fashions, but wise (I think) to ask them to make this distinction: it is one thing to make yourself attractive; it is another to make yourself deliberately seductive (= Ini mungkin merupakan saat yang tepat untuk membicarakan cara gadis-gadis berpakaian. Adalah tolol untuk mengatur / membuat peraturan tentang mode, tetapi saya kira merupakan sesuatu yang bijaksana untuk meminta mereka membuat pembedaan ini: membuat dirimu sendiri menarik berbeda dengan secara sengaja membuat dirimu menggoda / menggairahkan) - ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 88.

 

Catatan: saya berpendapat bahwa kata ‘menarik’ dan ‘menggoda’ / ‘menggairahkan’ yang digunakan oleh John Stott juga merupakan istilah-istilah yang relatif, karena berbeda untuk setiap orang. Tetapi memang ada pakaian yang jelas tergolong ‘menggoda’ / ‘menggairahkan’, seperti misalnya pakaian yang dipakai oleh para cewek dalam film ‘Baywatch’, dan banyak film lainnya.

 

Bukan hanya cara berpakaian, tetapi juga cara duduk dari para gadis, harus diperhatikan, supaya tidak menjadi pencobaan bagi para laki-laki.

 

3)   Kita harus menyibukkan diri dengan pelayanan dan mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik.

 

William Barclay mengatakan (hal 148,149) bahwa cara yang salah untuk mengatasi dosa ini adalah dengan mengambil keputusan untuk tidak memikirkan pikiran-pikiran kotor tersebut, karena makin kita memutuskan seperti itu, makin kita memikirkan hal-hal tersebut. Ada 2 hal yang harus dilakukan untuk mengatasi problem tersebut:

 

·        dengan melakukan tindakan-tindakan Kristen. Hidup kita harus dipenuhi dengan pekerjaan dan pelayanan Kristen sehingga tidak ada waktu bagi pikiran-pikiran kotor untuk masuk ke dalam otak kita.

 

Bandingkan dengan:

 

*        Kej 4:7 - “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’”.

 

*        2Sam 11:1-2 - Daud jatuh dalam perzinahan gara-gara menganggur dan tidak ikut berperang.

 

·        dengan mengisi otak kita dengan pikiran-pikiran yang baik.

 

Fil 4:8 - “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.

 

Tentu saja, hal baik yang terutama yang perlu / harus kita masukkan ke dalam pikiran kita, adalah Firman Tuhan! Karena itu, rajinlah belajar Firman Tuhan.

 

4)   Doa, jelas merupakan sesuatu yang juga harus dilakukan untuk mengatasi dosa ini.

 

Maz 119:37a - “Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa”.

 

Kalau dosa ini memang merupakan kelemahan saudara, maka banyaklah berdoa untuk hal ini!



-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com