Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


MATIUS 3:13-17

 

I) Orang yang membaptis (Yohanes).

 

1)   Apakah Yohanes Pembaptis mengenal Yesus atau tidak?

 

Ay 14: “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?’”.

 

Dilihat dari ay 14 ini, kelihatannya ia mengenal Yesus. Tetapi Yoh 1:31-34 mengatakan bahwa ia tidak mengenal Yesus.

 

Yoh 1:31-34 - “Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.’ Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’”.

 

Pengharmonisan: Kata-kata ‘tidak mengenalNya’ dalam Yoh 1:31-34 harus diartikan ‘tidak pernah bertemu’, atau ‘tidak mengenalNya melalui pernyataan ilahi’.

 

Ia baru mengenal Yesus melalui pernyataan ilahi pada saat Yesus dibaptis, dimana Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati, dan ada suara Bapa dari surga, yang menyatakan Yesus sebagai AnakNya yang dikasihiNya (Mat 3:16-17).

 

2)   Mula-mula Yohanes keberatan untuk membaptis Yesus (ay 14).

 

Alasannya cukup logis, yaitu karena Yesus jauh lebih besar dari dirinya (bdk. Mat 3:11). Tetapi setelah Yesus menjelaskan, Yohanes tunduk (ay 15).

 

Contoh lain yang mirip dengan hal ini adalah:

 

a)   Yoh 13:8-dst dimana Petrus tidak mau Yesus membiarkan Yesus membasuh kakinya. Tetapi setelah Yesus menjelaskan, akhirnya ia mau membiarkan Yesus membasuh kakinya.

 

b)   Ananias dalam Kis 9:10-17 yang mula-mula keberatan untuk melayani Saulus / Paulus, tetapi setelah Tuhan menjelaskan, akhirnya ia tunduk.

 

Penerapan:

 

Kadang-kadang kita keberatan untuk mentaati Tuhan karena kita kurang mengerti. Tetapi kalau sudah diberi penjelasan, kita seharusnya tunduk. Misalnya:

 

·        dalam persoalan persembahan persepuluhan (Im 27:30  Mal 3:8-11). Banyak orang keberatan memberi perpuluhan karena takut hidupnya tidak cukup. Setelah diberi penjelasan bahwa Tuhan pasti akan mencukupi kalau kita mentaatiNya (Mat 6:25-34) maka mereka harus taat! Tetapi kenyataannya, ada banyak orang yang setelah dijelaskanpun tetap menolak untuk memberikan persembahan persepuluhan.

 

·        dalam persoalan Sabat (Kel 20:8  34:21). Banyak orang tidak mempedulikan larangan bekerja dan mempekerjakan orang pada hari Sabat. Dan sekalipun sudah dijelaskan alasannya, mereka tetap berkeras untuk bekerja / mempekerjakan orang pada hari Sabat.

 

·        dalam persoalan kawin campur (2Kor 6:14). Banyak orang kristen yang pacaran dengan orang yang tidak seiman, dan sekalipun sudah dijelaskan, mereka tetap berkeras.

 

II) Orang yang dibaptis (Yesus).

 

1)   Yesus menganggap baptisan / sakramen itu penting.

 

Hal ini terlihat dari maunya Ia menempuh jarak jauh, yaitu dari Galilea ke Yordan, untuk itu (ay 13).

 

Penerapan:

 

·        Apakah saudara menganggap Baptisan (dan juga Perjamuan Kudus) itu penting? Atau saudara sering menunda / mengabaikan pelaksanaannya? Ini bisa saudara lakukan bagi diri saudara sendiri ataupun bagi anak saudara (baptisan anak / bayi).

 

·        Yesus menempuh jarak jauh untuk mentaati kehendak BapaNya. Maukah saudara berkorban untuk mentaati Tuhan? Ada banyak orang yang hanya mau mentaati Tuhan selama ketaatan itu tidak menuntut pengorbanan. Ini bukan ketaatan!

 

2)   Yesus dicegah (oleh Yohanes Pembaptis) pada waktu mau dibaptis (ay 14). Tetapi Ia tahu apa yang benar dan Ia tidak membiarkan diriNya dicegah (ay 15). Juga pada waktu Ia mau pergi ke Yerusalem untuk menderita dan mati di sana, Ia dicegah oleh Petrus, tetapi Ia tidak membiarkan Petrus mencegahNya (Mat 16:21-23). Memang kalau kita mau mentaati Tuhan, selalu ada halangan. Setan sering memakai orang-orang disekitar kita, bahkan orang-orang yang rohani sekalipun, untuk menghalangi kita mentaati Tuhan. Tetapi kalau kita betul-betul yakin akan kehendak Tuhan, kita tidak boleh membiarkan diri kita dicegah.

 

3)   Yesus tidak mengaku dosa pada saat dibaptis. Orang-orang lain dibaptis sambil mengaku dosa (Mat 3:6), tetapi Yesus tidak mengaku dosa karena Ia memang tidak berdosa. Kalau Ia berdosa, Ia tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat kita.

 

III) Baptisan.

 

A)  Tujuan:

 

Baptisan Yohanes tujuannya adalah pertobatan dan pengampunan dosa. Tetapi pada waktu Yesus dibaptis, tujuannya berbeda. Tujuannya adalah:

 

1)   Menggenapkan ‘seluruh kebenaran’.

 

a)   Ay 15: “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanespun menurutiNya”.

 

Terjemahannya hurufiahnya seharusnya adalah ‘kebenaran’ bukan ‘kehendak Allah’. Tetapi ‘kebenaran’ memang bisa diartikan ‘kehendak Allah’ atau ‘perintah Allah’, dan Allah memang menghendaki / memerintahkan supaya semua orang dibaptis (Mark 1:4).

 

b)   Perhatikan kata ‘seluruh’. Ini menunjukkan bahwa kita harus taat pada semua perintah Allah, tidak boleh pilih-pilih. Banyak orang menyamakan perintah-perintah Allah dengan makan di restoran Padang, dimana kita boleh mengambil mana yang kita sukai dan mengembalikan yang tidak kita sukai. Ini jelas salah. Kita harus mentaati seluruh perintah Allah.

 

2)   Penyamaan diri dengan manusia yang berdosa (bdk. Fil 2:5-7). Ini menunjukkan kerendahan hati Tuhan Yesus.

 

3)   Menggenapi janji Allah kepada Yohanes Pembaptis (Yoh 1:31-34).

 

Ay 16 berkata ‘Ia melihat Roh Allah’. Kata ‘Ia’ di sini tidak seharusnya dimulai dengan huruf besar karena kata ini menunjuk kepada Yohanes Pembaptis, bukan kepada Yesus! Melalui pernyataan ilahi tentang diri Yesus ini, Yohanes lebih dikuatkan dalam iman dan bisa melayani Tuhan dengan lebih baik.

 

Penerapan:

 

Apakah saudara juga ingin melihat mujijat supaya bisa percaya kepada Kristus? Ingatlah kata-kata Yesus kepada Thomas dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

 

B)  Cara baptisan.

 

Banyak orang menganggap ay 16 sebagai dasar baptisan selam. Disamping itu orang-orang yang mengharuskan baptisan selam mengatakan bahwa kata Yunani BAPTO / BAPTIZO artinya adalah ‘merendam’ / ‘mencelupkan’. Tetapi semua ini salah, karena:

 

1)   Kata bahasa Yunani BAPTO / BAPTIZO tidak selalu berarti ‘mencelupkan’ / ‘merendam’ seperti dalam:

 

a)   Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.

 

KJV: And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables (= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja).

 

Kata-kata ‘and of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.

 

Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.

 

b)   Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.

 

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

 

c)   Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.

 

Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.

 

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.

 

NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).

 

NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).

 

RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian)

 

KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).

 

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

 

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

 

d)   1Kor 10:2 - “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (EBAPTISANTO) dalam awan dan dalam laut”.

 

Dua hal yang harus diperhatikan:

 

·        Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!

 

·        Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

 

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

 

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

 

2)   Ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan).

 

Bagian ini hanya menggambarkan apa yang terjadi, dan karena itu bukan merupakan suatu hukum / norma. Sama halnya dengan kalau Kristus mempunyai 12 murid, Kristus tidak pernah kawin, Kristus berpuasa 40 hari, dan sebagainya. Semua itu bukan hukum / norma.

 

3)   Kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa Yesus diren­dam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai (hanya kakiNya yang terendam), lalu keluar dari air / sungai.

 

Sekarang mari bandingkan peristiwa ini dengan baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

 

a)   Kis 8:36 - ‘ada air’.

 

Yunani: TI HUDOR (a certain water / some water). Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, p 535.

 

b)   Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

 

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini mempunyai 2 kemungkinan arti, yaitu:

 

·        sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.

 

·        sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.

 

Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

 

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point a) di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan bapti­san selam. Disamping itu ada banyak contoh dalam Alkitab dimana baptisan dilakukan bukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41  Kis 9:13  Kis 10:47-48  Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyela­man, karena hal itu terjadi di dalam penjara!

 

IV) Allah Tritunggal pada waktu baptisan.

 

A)  Pada peristiwa baptisan Yesus ini, ketiga pribadi dari Allah Tritunggal muncul.

 

1)   Allah Bapa: berbicara dari surga (ay 17).

 

Ay 17 = Maz 2:7 + Yes 42:1.

 

Maz 2:7 (NIV): ‘You are my Son’ (= Engkau adalah AnakKu).

 

2)   Yesus (Allah Anak).

 

Yesus adalah Anak Allah dari kekekalan.

 

Ada ajaran yang bernama Dynamic Monarchianism / Adoptionism. Ajaran ini menyatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa, tetapi pada saat baptisan, Ia menerima Roh Kudus (yaitu kuasa / pengaruh ilahi), dan diangkat menjadi semacam Allah.

 

Kita tidak menerima ajaran semacam itu. Apa yang bukan Allah tidak bisa berkembang menjadi Allah. Disamping itu Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus sudah adalah Anak Allah sebelum Ia berinkarnasi.

 

Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat”.

 

Yang perlu disoroti adalah: pada saat ini Yesus belum berinkarnasi, tetapi sudah disebut sebagai ‘Anak’.

 

3)   Roh Kudus.

 

a)   Roh Kudus ‘turun’ (ay 16). Ingat, bahwa Roh Kudus adalah Allah yang maha ada. Jadi kata-kata tersebut di atas adalah bahasa Anthro­pomorphic (= bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).

 

b)   Roh Kudus turun ke atas Yesus dan tinggal atasNya / padaNya (Yoh 1:32-33). Ini tidak berarti bahwa sebelum itu Yesus tidak mempunyai Roh Kudus. Roh Kudus terus menjaga Yesus sejak dari pembuahan dalam kandungan supaya Ia bebas dari dosa (Maz 45:8  Yes 11:2,3  Yes 61:1  Yoh 3:34).

 

Jadi, kalau pada saat baptisan dikatakan bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus, tujuanNya adalah untuk melengkapi Yesus untuk tugas pelayananNya (Yes 42:1  Yes 61:1).

 

c)   Roh Kudus bisa dilihat oleh Yohanes karena Ia menampakkan diri dalam bentuk burung merpati.

 

d)   Mengapa Roh Kudus tidak menampakkan diri dalam bentuk api seperti pada Pentakosta (Kis 2:1-11)? Karena Perjanjian Lama menggambarkan Yesus lemah lembut (bdk. Yes 42:2-3), sehingga merpati lebih cocok.

 

B)  Ke tiga pribadi dari Allah Tritunggal ini muncul pada saat yang sama.

 

Ajaran Sabellianisme mengajarkan bahwa Allah menyatakan diri dalam penciptaan sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus. Jadi, Allah mempunyai 3 perwujudan / manifestasi, bukan 3 pribadi.

 

Kita tidak mempercayai ajaran Sabellianisme tersebut di atas, karena kalau Allah mempunyai 3 perwujudan, dan bukannya 3 pribadi, maka ke 3 perwujudan itu tidak bisa muncul pada saat yang bersamaan. Sedangkan dalam peristiwa baptisan ini, jelas bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus muncul pada saat yang bersamaan. Kita percaya bahwa Allah Tritunggal, sekalipun hanya punya 1 hakekat / es­sence, tetapi mempunyai 3 pribadi. Ke tiga pribadi tersebut berbeda (distinct) satu dengan yang lain, tapi bersatu.

 

Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius, no 3-25, yang berbunyi sebagai berikut:

3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan.  4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat.  5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain.  6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya.  7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus.  8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.  9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.  10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal.  11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal.  12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar.  13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa.  14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.  15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.  16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah.  17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan.  18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.  19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.  20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan.  21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan.  22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar.  23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus.  24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.  25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.



-AMIN-

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com