Eksposisi Surat Yudas

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 
YUDAS 11-13
 

Ayat 11:

1. ‘Celakalah mereka’.

2. Yudas memberikan 3 contoh yaitu: a. Kain (ay 11a). "He who cared not how he served God regarded not how he used his brother. Cain begins with sacrifice and ends with murder" (= Ia yang tidak peduli bagaimana ia melayani Allah juga tak akan peduli bagaimana ia menggunakan saudaranya. Kain mulai dengan korban dan mengakhirinya dengan pembunuhan). b. Bileam (ay 11b). Kesalahan Bileam adalah tamak, mau melakukan hal yang salah demi uang. Dalam masa resesi ekonomi seperti saat ini, hal ini harus diwaspadai. Bileam juga punya kesalahan yang lain, yaitu memberi nasehat untuk menggoda Israel menggunakan perempuan-perempuan Moab (Bil 25:1-18 bdk. Bil 31:16 Wah 2:14). Juga sekalipun ia disebut nabi dalam 2Pet 2:16, tetapi dalam Yos 13:22 ia disebut ‘juru tenung’. Tetapi karena dalam Yudas 11 ini ada kata-kata ‘oleh sebab upah’ maka jelas bahwa kesalahan Bileam yang dibandingkan dengan para nabi palsu dalam gereja pada jaman Yudas itu hanyalah ketamakan, dan maunya berbuat dosa demi uang.   Untuk saudara yang tamak / ingin kaya, renungkan 2 text Kitab Suci di bawah ini.   Amsal 28:20 - "Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman".   1Tim 6:6-10 - "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka". NIV: ‘have rushed (= telah lari).

NASB: ‘have rushed headlong’ (= telah lari dengan kepala di depan / lari sembarangan / ngawur).

Pulpit Commentary:

"How sad that the saints of God should not run as eagerly in the way of God as sinners in the way of wickedness and folly" (= Betapa menyedihkan bahwa orang-orang kudus Allah tidak lari dengan keinginan yang sangat besar dalam jalan Allah seperti orang-orang berdosa dalam jalan kejahatan dan kebodohan).
 

c. Korah (ay 11c).
  1. Kesalahan Korah.
 
Kitab Suci Indonesia: kedurhakaan seperti Korah’.

Kata ‘seperti’ ini seharusnya tidak ada, dan kata ‘kedurhakaan’ diterjemahkan berbeda-beda.

RSV/NIV/NASB: ‘rebellion’ (= pemberontakan).

KJV: ‘gainsaying’ (= tindakan membantah dengan kata-kata).

Yunani: ANTILOGIAI.

A. T. Robertson:

"The word ANTILOGIA is originally answering back (Heb. 6:16), but it may be by act also (Rom. 10:21) as here" [= Kata ANTILOGIA semula berarti membantah (Ibr 6:16), tetapi itu juga bisa dilakukan dengan tindakan (Ro 10:21) seperti di sini].

Ini menunjuk pada kesalahan Korah dalam Bil 16:1-3, dimana ia iri hati kepada Musa sebagai pemimpin dan ia menentang pemilihan dan pengangkatan Musa oleh Tuhan. Contoh lain yang boleh dikatakan persis seperti Korah adalah Diotrefes (3Yoh 9-10).

  Thomas Manton:

"It is Korah’s sin to invade offices without a call, and to destroy that order which God hath established" (= Dosa Korah adalah masuk / menyerbu suatu jabatan tanpa panggilan, dan menghancurkan urut-urutan / ketertiban / ketenteraman yang telah ditegakkan Allah).

Penerapan:

Jangan sembarangan bertindak kurang ajar terhadap hamba Tuhan, kecuali kalau saudara melihat bahwa hamba Tuhan itu adalah seorang nabi palsu. Kalau saudara menganggapnya sebagai hamba Tuhan yang sejati, saudara harus menghormatinya. Bahkan kalau ia berbuat kesalahan, sekalipun saudara boleh menegurnya / menasehatinya, saudara harus melakukannya dengan hormat.

  2. Hukuman Korah: ia mati ditelan bumi yang terbelah (Bil 16:23-33).
 
Thomas Manton:

"Those that made a cleft in the congregation, the earth cleaved to swallow them up" (= Mereka yang membuat perpecahan dalam jemaat, bumi terpecah untuk menelan mereka).

Karena itu hati-hati untuk tidak memecah gereja!

 
Tentang penggunaan contoh orang-orang jaman dulu (Kain, Bileam dan Korah) dengan dosa-dosa mereka, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut:

"Sin only repeats itself as it perpetuates itself. Under many new forms we recognize only the old sins of envy, avarice, and pride" (= Dosa hanya mengulang dirinya sendiri pada waktu ia melestarikan dirinya sendiri. Dalam banyak bentuk yang baru kita mengenali dosa-dosa lama belaka yaitu iri hati, ketamakan, dan kesombongan).

Karena itu hati-hati terhadap dosa-dosa ini!

3. Penggunaan 3 kata kerja yang berbeda dalam 3 contoh ini: a. ‘Mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain’.

b. ‘Menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam’.
 
NIV: ‘they have rushed (= mereka cepat-cepat / mereka lari).

  c. ‘Mereka binasa karena kedurhakaan (seperti) Korah’.

Ini menunjukkan suatu perkembangan yang progresif. Mula-mula mereka masuk / mengikuti jalan yang sesat, lalu mereka lari di jalan itu, dan akhirnya mereka binasa di jalan itu!

Ada 2 hal lain yang harus diperhatikan tentang kebinasaan mereka ini:
 

1. Kata-kata ‘Mereka binasa’.   NIV: ‘they have been destroyed’ (= mereka telah dibinasakan / dihancurkan).

NASB: ‘perished’ (= telah binasa).

Digunakan bentuk lampau (aorist tense) sekalipun belum terjadi, untuk menunjukkan kepastian.
 
2. Semua orang jahat yang dipakai sebagai contoh oleh Yudas mempunyai akhir yang mengerikan, yaitu orang Israel yang tidak percaya (ay 5), malaikat yang jatuh (ay 6), orang Sodom dan Gomora (ay 8), Kain, Bileam dan Korah (ay 11).

  Bandingkan ini dengan Maz 73, yang mula-mula menceritakan enaknya orang jahat (Maz 73:3-14) tetapi lalu menunjukkan akhir dari orang jahat (Maz 73:17-20). Ini menyebabkan pemazmur tidak mau mengikuti orang jahat itu tetapi sebaliknya ingin tetap dekat dengan Tuhan (ay 28).
 
Karena itu setiap kali saudara iri hati kepada orang jahat dan mau mengikuti mereka, renungkan akhir hidup mereka!
Ayat 12-13:

Dalam ay 12-13 ini Yudas memberikan bermacam-macam penggambaran tentang orang-orang sesat itu:

1. ‘Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri’ (ay 12a).

a. ‘Perjamuan kasihmu’. b. ‘noda’. Orang-orang ini disebut ‘noda’ bukan hanya karena mereka itu kotor dalam diri mereka sendiri, tetapi juga karena mereka menodai / mempermalukan seluruh gereja (bdk. Ibr 12:15 - ‘mencemarkan banyak orang’). Dalam gereja yang paling murnipun pasti ada noda seperti ini. Untuk mengurangi orang-orang seperti ini, maka gereja harus mempunyai ketegasan terhadap orang-orang brengsek dalam gereja.   Calvin:

"And at this day I wish there were more judgment in some good men, who, by seeking to be extremely kind to wicked men, bring great damage to the whole church" (= Dan pada saat ini saya berharap bahwa ada kemampuan menilai / menghakimi yang lebih baik dalam beberapa orang-orang baik, yang, dengan berusaha berbuat sangat baik kepada orang-orang jahat, membawa kerusakan besar bagi seluruh gereja).

Ada penafsir yang membandingkan sebutan ‘noda’ di sini dengan Ul 32:5 - "Berlaku busuk terhadap Dia, mereka bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit".

Dalam 2Pet 2:13 kata Yunani yang dipakai adalah SPILOI, yang artinya memang adalah ‘noda’, tetapi dalam Yudas 12 ini kata Yunani yang dipakai adalah SPILADES yang artinya adalah ‘batu karang yang tersembunyi’. Karena itu NASB, yang memberi terjemahan hurufiah, menterjemahkan ‘hidden reefs’ (= batu karang tersembunyi).

Ini menunjuk pada batu karang yang ada di laut, yang bagian atasnya hanya sedikit di bawah permukaan air. Karena itu tentu saja batu karang seperti ini sangat berbahaya bagi kapal yang tidak berhati-hati.

c. ‘mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri’. Dalam perjamuan kasih yang harus dipentingkan sebetulnya adalah persekutuan / perhatian terhadap orang lain, bukan makannya. Tetapi orang-orang sesat ini menunjukkan keegoisan mereka dengan tidak malu-malu untuk makan sebanyak-banyaknya, dan mereka melakukan hal ini tanpa mempedulikan apakah orang lain kebagian makanan atau tidak. Mestinya orang kristen memikirkan apa yang bisa mereka berikan untuk Tuhan / gereja, bukan apa yang bisa mereka ambil dari gereja!   Bandingkan keegoisan orang-orang sesat itu dengan kasih dalam persekutuan dalam Kis 2:44-47 & Kis 4:32-37.   Penerapan: d. Perhatikan beberapa komentar di bawah ini.
  Thomas Manton:
Bandingkan kata-kata Manton ini dengan 2 ayat di bawah ini: Thomas Manton:

"In the use of pleasures and outward comforts there should be much caution" (= Dalam penggunaan kenikmatan dan kesenangan lahiriah harus ada kewaspadaan).

Bandingkan dengan Ayub, yang setiap kali anak-anaknya selesai mengadakan pesta, lalu mempersembahan korban (Ayub 1:5). Bdk. juga Luk 21:34.

Penerapan: apakah saudara waspada pada saat sedang mengalami kesenangan / kemewahan?

2. ‘mereka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin’ (ay 12b). Awan menjanjikan hujan, tetapi ternyata tidak memberikan setetes airpun. Arti: orang-orang itu kelihatannya hebat dan menjanjikan, tetapi tidak memberikan / menghasilkan apapun yang baik.

Bdk. Amsal 25:14 - "Awan dan angin tanpa hujan, demikianlah orang yang menyombongkan diri dengan hadiah yang tidak pernah diberikannya".

Kata-kata yang saya garisbawahi itu oleh KJV diterjemahkan ‘false gift’ (= hadiah / karunia palsu).

Bandingkan juga dengan Ul 32:2 - "Mudah-mudahan pengajaranku menitik laksana hujan, perkataanku menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan".

Ayat ini membandingkan pengajaran Firman Tuhan dengan hujan.

Jadi sepertinya orang-orang sesat ini menjanjikan dalam pengajaran Firman, tetapi ternyata nol besar.

Penerapan:

Ada banyak orang yang kelihatannya menjanjikan dalam pengajaran Firman, misalnya orang yang pandai / berIQ tinggi, mempunyai gelar theologia yang tinggi, dsb, tetapi ternyata sama sekali tak ada gunanya dalam gereja, dan bahkan merusak gereja dengan ajaran sesatnya. Karena itu jangan terlalu cepat terpikat dengan kepandaian / IQ yang tinggi maupun gelar theologia. Sekalipun 2 hal ini memang penting, tetapi harus disertai kwalitas yang lain, seperti hikmat, theologia yang benar, karunia berkhotbah / mengajar, kerohanian yang baik, dsb.

3. ‘mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasil-kan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali’ (ay 12c). a Kata-kata ‘mati sama sekali’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘twice dead’ (= mati dua kali), tetapi mungkin sekali artinya memang adalah ‘mati sama sekali’.   b. ‘yang terbantun dengan akar-akarnya’.
 
NIV/NASB: ‘uprooted’ (= tercabut dengan akar-akarnya).

Kata-kata ini seharusnya terletak pada akhir ay 12, setelah kata-kata ‘twice dead’ (= mati dua kali / mati sama sekali).

  c. Pohon seharusnya menghasilkan buah, tetapi pohon pada musim gugur kehilangan semua daun dan buah. Ini masih ditambahi istilah ‘twice dead’ (= mati dua kali / mati sama sekali) dan ‘uprooted’ (= tercabut dengan akar-akarnya). Semua ini menunjukkan betapa tidak bergunanya pohon itu.
4. ‘Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri’ (ay 13a). ‘Ombak laut’ adalah sesuatu yang kelihatan hebat, tetapi hanya menghasilkan buih dan bahkan kotoran di pantai.

‘Ombak laut’ juga menunjukkan keadaan hati yang gelisah, tanpa damai. Bdk. Yes 57:20-21 - "Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku"..

Jadi, orang-orang sesat ini bukan saja hatinya sendiri yang tidak damai, tetapi mereka juga merusak damai dalam gereja yang mereka masuki.

5. ‘mereka bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya’ (ay 13b). a. Kata-kata ‘bintang-bintang’ terjemahannya kurang.
 
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘wandering stars’ (= bintang-bintang yang mengembara).

Pulpit Commentary:

"We are to think of comets, whose course strikes us as erratic, and that after shining for a time, are lost in the darkness" (= Kita harus berpikir tentang komet, yang lintasannya kelihatannya tak teratur / tak menentu, dan yang setelah bersinar untuk suatu waktu, hilang dalam kegelapan).

Jadi penafsir ini beranggapan bahwa yang dimaksud ‘bintang yang mengembara’ di sini adalah sebuah komet, karena komet sepertinya mempunyai lintasan yang tidak beraturan, muncul sekali selama beberapa saat, lalu lenyap dalam kegelapan untuk selama-lamanya.

Catatan:

Memang sebetulnya komet bukanlah bintang, dan komet tidak hilang selama-lamanya. Ia muncul setiap beberapa puluh atau beberapa ratus tahun sekali. Tetapi perlu diingat bahwa Kitab Suci bukan kitab ilmu pengetahuan, dan karena itu Kitab Suci menggambarkan sesuai dengan pandangan dan pengertian orang jaman itu. Bagi mereka komet adalah bintang, dan setelah muncul sementara waktu lalu terhilang selama-lamanya.

  b. Bagian terakhir dari ay 13b ini menunjukkan akhir dari orang-orang sesat itu, yaitu masuk ke dalam kegelapan kekal. Jadi berbeda dengan ke 4 penggambaran sebelumnya yang hanya menunjukkan kondisi / kebrengsekan / ketidakbergunaan orang-orang sesat itu, maka penggambaran yang ke 5 ini juga menunjukkan akhir mereka.   Seorang penafsir membandingkan bagian ini dengan kata-kata ‘siksaan api kekal’ dalam ay 7, dan mengatakan bahwa neraka memang digambarkan sebagai api kekal maupun kegelapan kekal.   Berbeda dengan banyak penafsir yang menganggap bahwa api adalah simbol, penafsir ini menganggap bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol. Argumentasinya:   "Fire is evidently the only word in human language which can suggest the anguish of perdition. It is the only word in the parable of the wheat and the tares which our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The field is the world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of the world,’ ‘the reapers are the angels.’ But we look in vain for such a statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire is not a symbol. It perfectly describes the reality of the eternal burnings" [= Api jelas merupakan satu-satunya kata dalam bahasa manusia yang bisa menunjukkan penderitaan dari penghukuman akhir / neraka. Itu adalah satu-satunya kata dalam perumpamaan gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita (Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’, ‘waktu menuai ialah akhir zaman’, para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita mencari dengan sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah simbol. Itu secara sempurna menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal] - S. Maxwell Coder, ‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal 82.
Kelima point / penggambaran tentang orang-orang sesat itu menunjukkan bahwa sekalipun mereka kelihatannya hebat, tetapi mereka bukan hanya tidak berguna, tetapi bahkan merugikan gereja / kekristenan.

Coba renungkan tentang diri saudara sendiri: saudara berguna bagi gereja / kekristenan, atau tidak berguna, atau merugikan?
 
 

-AMIN-
 

email us at : gkri_exodus@mailcity.com