Bagaimana menaklukkan dan membongkar fitnah/dusta/kepalsuan

Saksi-saksi palsu Yehuwa?

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


4)    Yes 9:5.

 

Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

 

Catatan: dalam Kitab Suci bahasa Inggris - Isaiah 9:6.

 

Saksi-Saksi Yehuwa berpendapat bahwa di sini Kristus disebut ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR), dan dalam bahasa Inggrisnya ‘mighty God’ (NIV / NASB). Dalam isti­lah ‘mighty God’ ini tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (Catatan: dalam bahasa Inggris, definite article = ‘the’), dan karena itu ini tidak membuktikan bahwa Kristus adalah Allah, karena sebutan untuk Allah adalah ‘Allah Yang Mahakuasa’, dalam bahasa Inggrisnya The Almighty God’, dan dalam bahasa Ibraninya adalah EL SHADDAY.  Contoh: Kej 17:1.

 

Walter Martin: “Jehovah’s Witnesses dodge this verse by claiming that Christ is a mighty god, but not the Almighty God (Jehovah). ... Jehovah’s Witnesses argue that since there is no article in the Hebrew text, ‘mighty,’ therefore, does not mean Jehovah” [= Saksi-Saksi Yehuwa secara licik menghindari ayat ini dengan mengclaim bahwa Kristus hanyalah ‘suatu allah yang perkasa’, tetapi bukan ‘Allah Yang Mahakuasa’ (Yehuwa). ... Saksi-Saksi Yehuwa berargumentasi bahwa karena tidak ada kata sandang dalam text Ibrani, maka kata ‘perkasa’ tidak memaksudkan Yehuwa] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 84.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kata Ibrani SHADDAI dan kata Yunani PANTOKRATOR, kedua-duanya diterjemahkan ‘Mahakuasa.’ Kedua kata dari bahasa asal ini berulang kali diterapkan pada Yehuwa, sang Bapa. (Kel 6:3; Why. 19:6) Kedua-duanya tidak pernah diterapkan kepada Yesus maupun roh suci” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 398.

 

Hal ini dijadikan dasar oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah, atau bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’.

Bantahan:

 

a)   Dalam bahasa Ibraninya, baik Yes 9:5 maupun Kej 17:1, kata ‘Allah’ sama-sama tidak menggunakan definite article / kata sandang tertentu, karena memang dalam bahasa Ibraninya, kata ‘Allah’ tidak memerlukan definite article.

 

b)   Mari kita membandingkan Yes 9:5 itu dengan Yes 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN (YAHWEH), Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.

 

Dalam Yes 10:21 ini, istilah ‘Allah yang  perkasa’ / mighty God, yang tadi dalam Yes 9:5 ditujukan kepada Yesus, sekarang dipakai untuk menunjuk kepada Allah / YAHWEH / YEHOVAH. Ini terlihat dengan jelas dari Yes 10:20nya.

 

Perlu diketahui bahwa kata bahasa Ibrani yang dipakai dalam Yes 9:5 maupun Yes 10:21 adalah persis sama yaitu EL GIBOR. Jadi jelaslah bahwa istilah ini tidak menunjuk kepada ‘allah kecil’!

 

c)   Juga, mengingat bahwa Saksi Yehuwa memisahkan Yesus dengan Allah (Yehuwa) secara total, maka itu berarti ada dua ‘Allah yang perkasa’, dan ini menjadi polytheisme (= kepercayaan terhadap banyak Allah / dewa).

 

Ini berbeda dengan dalam kekristenan, dimana Bapa dan Anak dianggap mempunyai satu hakekat, sehingga sekalipun Yesus adalah Allah, dan Bapa adalah Allah, tetapi tetap hanya ada satu Allah.

 

d)   Yesus juga disebut sebagai ‘Tuhan Allah Yang Mahakuasa’ dalam Wah 1:8.

 

Wah 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

 

Saksi Yehuwa berulang kali mengatakan bahwa Yesus tidak pernah disebut ‘mahakuasa’ (‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 13; ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 398), tetapi ternyata dalam ayat ini Yesus disebut demikian.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa yang dibicarakan dalam Wah 1:8 ini bukan Yesus tetapi Yehuwa (‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 400-401). Dan dalam TDB mereka menterjemahkan kata-kata ‘Tuhan Allah’ dalam Wah 1:8 itu dengan istilah ‘Allah Yehuwa’ (padahal kata ‘Yehuwa’ itu tidak pernah ada dalam bahasa Yunaninya).

 

Mereka juga mengatakan bahwa gelar ‘Alfa dan Omega’ adalah gelar Yehuwa (Wah 21:6-7  Wah 22:13), dan karena itu Wah 1:8 itu berbicara tentang Yehuwa.

 

Tanggapan saya:

 

1.   Kalau kita menafsirkan Wah 1:8 sesuai dengan kontextnya, maka kita harus berkata bahwa yang dibicarakan dalam Wah 1:8 itu adalah Yesus, bukan Bapa!

 

Saksi-Saksi Yehuwa sendiri mengatakan: “Dua hal dapat membantu kita mengerti Alkitab dengan benar. Pertama, pertimbangkan ikatan kalimat (ayat-ayat di sekitarnya) dari suatu pernyataan. Kemudian, bandingkan ayat-ayat dengan pernyataan-pernyataan lain dalam Alkitab yang membahas pokok yang sama. Dengan cara demikian, kita membiarkan Firman Allah sendiri membimbing pikiran kita, dan penafsirannya bukan dari kita sendiri tetapi dari Alkitab. Itulah cara yang dipakai dalam publikasi-publikasi Watch Tower - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 48.

 

Kalau kita memang mau menafsirkan dengan memperhatikan kontext, seperti yang juga diajarkan (secara teoritis) oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam kutipan di atas ini, maka pada waktu kita mau menafsirkan Wah 1:8, kita perlu memperhatikan ayat-ayat di sekitarnya. Mari kita perhatikan Wah 1:7! Wah 1:7 itu berbicara tentang siapa? Jelas tentang Yesus! Dan kalau kita mau melihat lebih jauh lagi ke depan sampai Wah 1:5-6, maka lagi-lagi terlihat dengan jelas bahwa yang dibicarakan adalah Yesus. Juga kalau kita mau melihat ke belakang, Wah 1:9-16 menceritakan peristiwa dimana rasul Yohanes melihat Yesus. Kalau ayat-ayat di sekitarnya berbicara tentang Yesus, bagaimana mungkin Wah 1:8 berbicara tentang Allah Bapa / Yehuwa? Jadi, Wah 1:8 pasti juga berbicara tentang Yesus.

 

Wah 1:4-16 - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya - (6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. (7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’ (9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (11) katanya: ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.’ (12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (13) Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. (14) Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mataNya bagaikan nyala api. (15) Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah. (16) dan di tangan kananNya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik”.

 

The International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “In the NT pantokrator occurs ten times, with nine occurrences in the book of Revelation, and is always translated ‘Almighty.’ ... The term is applied both to the risen Christ (Rev. 1:8) and to God (4:8; 11:17; etc.)” [= Dalam PB PANTOKRATOR muncul 10 kali, dan 9 diantaranya dalam kitab Wahyu, dan selalu diterjemahkan ‘Mahakuasa’. ... Istilah ini diterapkan baik kepada Kristus yang telah bangkit (Wah 1:8) dan kepada Allah (4:8; 11:17; dsb.)] - hal 508.

 

2.   Wah 22:13 juga jelas berbicara tentang Yesus.

 

Wah 21:6-7 mungkin memang berbicara tentang Bapa (tetapi inipun belum pasti), tetapi bagaimana dengan Wah 22:13? Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa Wah 22:13 ini menunjuk kepada Yehuwa, dan dalam hal ini lagi-lagi terlihat bahwa mereka betul-betul memutar-balikkan arti ayat ini. Mari kita baca mulai dari ay 12nya.

 

Wah 22:12-13 - “(12) ‘Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. (13) Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.’”.

 

Kata-kata ‘Aku datang segera’ dalam ay 12nya jelas menunjukkan bahwa ini menunjuk kepada Yesus. Bandingkan dengan Wah 22:20 - “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”.

 

Juga kalau kita melihat ayat-ayat sesudahnya, khususnya ay 16nya, terlihat bahwa yang dibicarakan adalah Yesus.

 

Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

 

Jadi jelas bahwa ay 13nya juga berbicara tentang Yesus.

 

Sekalipun dalam bagian-bagian lain gelar ‘Alfa dan Omega’ diberikan kepada Bapa, tidak berarti bahwa dalam Wah 1:8 dan Wah 22:13 gelar itu tidak bisa menjadi milik Yesus. Ingat bahwa baik Yesus maupun Bapa sama-sama kekal.

 

Jadi, jelas bahwa dalam Wah 1:8 ini Yesus disebut bukan hanya sebagai ‘Tuhan Allah’, tetapi juga sebagai ‘Yang Mahakuasa’ (Yunani: PANTOKRATOR), dan dengan demikian claim Saksi Yehuwa bahwa Yesus tidak pernah disebut dengan istilah tersebut, terbukti salah / dusta.

 

5)    Yoh 1:1.

 

Yoh 1:1 - In the beginning was the Word, and  the Word was with God1, and the Word was God2 (= Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah1, dan Firman itu adalah Allah2).

 

Kata-kata yang terakhir, yaitu ‘The Word was God’ (= Firman itu adalah Allah), oleh NWT / TDB diterjemahkan sebagai ‘The Word was a god’ (= Firman itu adalah suatu allah).

 

Saksi-Saksi Yehuwa memberi alasan sebagai berikut: dalam Yoh 1:1 itu ada 2 x kata God’ (= Allah). Dan mereka mengatakan bahwa:

 

 

 

Jadi, Saksi-Saksi Yehuwa, dengan membesar-besarkan persoalan ada atau tidak adanya definite article, lalu memakai ayat ini sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’ (‘allah kecil’), yang lebih rendah dari YEHUWA yang adalah Allah yang Mahakuasa.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan:

 

¨      “John J. McKenzie, S.J., dalam bukunya Dictionary of the Bible, mengatakan: ‘... firman itu adalah makhluk ilahi.’ ... Dalam terjemahannya ke dalam bahasa Jerman Ludwig Thimme menyatakannya sebagai berikut: ‘Firman itu semacam allah.’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 405.

 

¨      NE berbunyi ‘sebagaimana Allah itu, demikianlah pula Firman.’ MO mengatakan ‘Logos itu ilahi.’ AT dan Sd memberitahu kita ‘Firman itu ilahi.’ Terjemahan interlinear (kata demi kata) dari ED ialah ‘suatu allah itulah Firman.’ NW bunyinya ‘Firman itu suatu allah.’ NTIV menggunakan kata-kata yang sama.” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431.

 

Catatan: perhatikan betapa banyaknya versi Kitab Suci yang aneh-aneh dan yang tidak pernah kita dengar, yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mendukung pandangan mereka.

 

Saksi-Saksi Yehuwa lalu melanjutkan:

“Apa yang diperhatikan para penerjemah ini dalam naskah Yunani sehingga beberapa dari antara mereka tergerak untuk tidak mengatakan ‘Firman itu adalah Allah’? Kata sandang tertentu (bahasa Inggris, the) muncul di depan kata THEOS (Allah) yang pertama, tapi tidak di depan kata yang kedua. Susunan dari kata benda itu, yaitu jika didahului kata sandang, menunjuk kepada identitas, kepribadian, sedangkan sebuah kata benda sebutan (predikat) tanpa kata sandang di depannya (seperti susunan kalimat itu dalam bahasa Yunani) menunjuk kepada sifat seseorang. Jadi ayat itu tidak mengatakan bahwa Firman (Yesus) sama dengan Allah yang ada bersamanya tetapi, sebaliknya, bahwa Firman itu seperti allah, ilahi, suatu allah - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431.

 

Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan:

“Bulletin of the John Rylands Library di Inggris menyatakan bahwa menurut teolog Katolik Karl Rahner, meskipun THEOS digunakan dalam ayat-ayat seperti Yohanes 1:1 untuk menyebutkan Kristus, ‘dalam ayat-ayat tersebut THEOS tidak pernah digunakan sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus sama dengan Dia yang di tempat lain dalam Perjanjian Baru disebut sebagai HO THEOS, yaitu, Allah Yang Paling tinggi.’ Dan bulletin menambahkan: ‘Jika para penulis Perjanjian Baru menganggap sangat penting agar orang-orang yang setia mengakui Yesus sebagai ‘Allah,’ mengapa pengakuan semacam ini tidak ada sama sekali dalam Perjanjian Baru?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 28,29.

Bantahan / tanggapan:

 

a)   Pemutar-balikkan oleh Saksi Yehuwa.

 

Yoh 1:1 ini sebetulnya merupakan salah satu ayat yang sangat kuat untuk membuktikan keilahian Yesus. Kata ‘Firman’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus (bdk. Yoh 1:14 yang mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia), dan Yoh 1:1 itu mengatakan ‘Firman (atau ‘Yesus’) itu adalah Allah’.

 

Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa memutar-balikkan ayat, yang seharusnya menunjukkan keilahian Yesus ini, menjadi ayat yang mendukung pandangan mereka, bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’.

 

Dan ini pemutar-balikkan semacam ini mereka lakukan terhadap hampir semua ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus, seperti Fil 2:5-7  Tit 2:13  Ibr 1:8 dan sebagainya, yang akan kita pelajari belakangan.

 

b)   Komentar saya tentang ajaran Saksi Yehuwa bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’.

 

1.   Sebetulnya, istilah ‘a god’ / ‘suatu allah’ ini adalah istilah omong kosong ciptaan mereka sendiri, yang mungkin mereka sendiri tidak mengerti artinya.

 

Kalau saudara berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa tentang hal ini, tanyakan kepada mereka: Apakah ‘suatu allah’ itu? Ia Allah atau bukan? Atau, apakah Ia adalah ‘allah kecil’ atau ‘setengah allah’?

 

Perlu diingat bahwa Kitab Suci tidak pernah membicarakan hal seperti ini. Kitab Suci memang membicarakan dewa-dewa / allah-allah kafir, tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa mereka sebetulnya tidak ada / tidak mempunyai existensi (1Kor 8:4-6). Dengan demikian Kitab Suci memberikan batasan yang sangat keras antara ‘Allah’ dan ‘bukan Allah’. Atau sesuatu / seseorang itu adalah Allah (sungguh-sungguh dan sepenuhnya), atau ia sama sekali bukan Allah! Tidak ada sesuatu / seseorang yang bisa disebut ‘allah kecil’, ‘setengah allah’ dsb.

 

Dan penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya, setelah saya desak dengan kata-kata di atas, akhirnya mengaku bahwa Yesus sama sekali bukan Allah. Lalu saya bertanya lagi: ‘Kalau begitu mengapa Kitab Suci menyebut Yesus sebagai Allah?’. Ia menjawab: ‘Karena Yesus yang paling dekat dengan Allah’. Tetapi, apakah orang yang paling dekat dengan presiden harus disebut sebagai ‘suatu presiden’?

 

Kalau saudara berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan dengan desakan seperti di atas mereka tetap tidak mau mengaku bahwa bagi mereka Yesus sama sekali bukan Allah, maka serang mereka dengan point no 2 dan no 3 di bawah ini.

 

2.   Kepercayaan / ajaran akan adanya ‘Allah besar’ dan ‘allah kecil’ ini mirip dengan kepercayaan dari agama-agama kafir / non Kristen (seperti agama-agama Romawi dan Yunani kuno dan agama Hindu) yang mempercayai banyak dewa, dimana dewa yang satu lebih kuat / besar / hebat dari dewa yang lain.

 

Dan memang istilah ‘suatu allah’ itu mungkin hanya bisa ada artinya dalam polytheisme (= kepercayaan terhadap banyak dewa / allah), karena dalam kepercayaan ini ada dewa yang besar dan kecil, dan ada dewa yang tertinggi. Yang tertinggi ini yang mungkin harus disebut ‘the God’ (= Sang Allah / Dewa), sedangkan yang lain masing-masing disebut ‘a god’ (= suatu allah / dewa). Tetapi dalam monotheisme (= kepercayaan kepada satu Allah), pembedaan ‘the God’ (= Sang Allah) dengan ‘a god’ (= suatu allah), merupakan suatu omong kosong.

 

Walter Martin juga mengatakan bahwa ajaran Saksi Yehuwa dalam persoalan ini merupakan suatu usaha untuk memasukkan polytheisme ke dalam kekristenan!

 

Walter Martin: “the Watchtower ... make Jesus ‘a second god’ and thus introduce polytheism into Christianity” [= Menara Pengawal ... membuat Yesus ‘allah yang kedua’ dan dengan demikian memasukkan polytheisme ke dalam kekristenan] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 69.

 

Philip Schaff mengutip kata-kata Athanasius yang menyerang Arianisme dengan cara yang sama:

“Arianism teaches two gods, an uncreated and a created, a supreme and a secondary god, and thus far relapses into heathen polytheism. ... Athanasius charges the Arians with dualism and heathenism” (= Arianisme mengajarkan dua allah, satu allah tidak diciptakan dan satu allah diciptakan, satu allah yang tertinggi dan satu allah sekunder, dan jatuh kembali ke dalam polytheisme kafir. ... Athanasius menuduh pengikut-pengikut Arianisme dengan dualisme dan kekafiran) - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 648-649.

 

Jadi, kepercayaan Saksi Yehuwa tentang ‘suatu allah’ itu membuat Saksi Yehuwa menjadi satu golongan dengan agama-agama kafir. Saksi Yehuwa menuduh bahwa banyak ajaran Kristen yang berasal dari kepercayaan kafir, misalnya ajaran tentang Allah Tritunggal, tentang jiwa yang tidak bisa mati, tentang neraka, dan sebagainya, tetapi sebetulnya ini seperti ‘maling teriak maling’, karena ajaran Saksi Yehuwa sendirilah yang berbau kepercayaan kafir.

 

3.   Pandangan Saksi Yehuwa tentang Yesus sebagai ‘suatu allah’ / ‘allah kecil’ ini juga bertentangan dengan:

 

·        Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”.

 

Lucunya, Saksi-Saksi Yehuwa justru menggunakan Kel 20:3 ini untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal (‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 13). Tetapi pada waktu mereka menggunakan ayat ini sebagai senjata untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal, itu justru menjadi bumerang yang berbalik menghantam diri mereka sendiri, karena anggapan mereka bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’ yang betul-betul terpisah dari Allah / Yehuwa, jelas menunjukkan bahwa mereka mempunyai ‘allah lain’!

 

Ini berbeda dengan kekristenan yang benar, yang sekalipun menganggap bahwa Yesus adalah Allah, dan bahwa Ia adalah pribadi yang berbeda dengan Bapa, tetapi pada saat yang sama mempercayai bahwa Yesus dan Bapa mempunyai hanya satu hakekat, dan karena itu Yesus bukanlah ‘allah / Allah lain’! Bdk. Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu”.

 

·        Yes 44:6 - “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari padaKu.

 

·        Yes 45:5 - Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku”.

 

·        Yes 43:10 - “‘Kamu inilah Saksi-SaksiKu,’ demikianlah firman TUHAN, ‘dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.

 

Walter Martin: “if there has been ‘no god formed before or after Me’ (Jehovah speaking in Isaiah 43:10), then it is impossible on that ground alone, namely God’s declaration, for any other god (‘a God’ included) to exist” [= jika tidak ada allah dibentuk sebelum atau sesudah Aku (Yehovah yang berbicara dalam Yesaya 43:10), maka adalah mustahil berdasarkan pernyataan Allah ini saja, untuk adanya allah lain apapun / manapun (termasuk ‘suatu Allah’)] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 89.

 

Walter Martin: “we find that Jehovah declares in Isaiah 44:6 that He alone is ... the only God, ... Since Jehovah is the only God, then how can the LOGOS be ‘a god,’ a lesser god than Jehovah, as Jehovah’s Witnesses declare in John 1:1? ... However, despite the testimony of Scripture that ‘... before me there was no God formed, neither shall there be after me’ (Isaiah 43:10), the ‘a god’ fallacy is pursued and taught by Jehovah’s Witnesses in direct contradiction to God’s Word” [= kita mendapati bahwa Yehovah menyatakan dalam Yes 44:6 bahwa Ia saja yang adalah ... satu-satunya Allah, ... Karena Yehovah adalah satu-satunya Allah, maka bagaimana LOGOS bisa adalah ‘suatu allah’, allah yang lebih kecil / rendah dari pada Yehovah, seperti yang dinyatakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam Yoh 1:1? ... Tetapi, sekalipun ada kesaksian dari Kitab Suci bahwa ‘... sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi’ (Yes 43:10), pemikiran yang keliru tentang ‘suatu allah’ terus diikuti dan diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam suatu kontradiksi langsung dengan Firman Allah] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 91.

 

Lagi-lagi dalam hal ini, kalau kekristenan mengakui Yesus sebagai Allah, itu tidak bertentangan dengan ayat-ayat seperti Yes 43:10  44:6  45:5, karena kekristenan mempercayai bahwa Yesus (sebagai Allah) tidak dicipta, dan sekalipun kekristenan mempercayai Yesus sebagai Allah, tetapi pada saat yang sama juga mempercayai kesatuan Yesus dengan Bapa (dan dengan Roh Kudus), sehingga kekristenan tetap mempercayai adanya hanya satu Allah.

 

Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap Yesus sekedar sebagai ‘suatu allah’, yang dicipta oleh Bapa / Yehuwa, dan yang betul-betul berbeda dan terpisah secara total dari Allah, jelas bertentangan dengan ayat-ayat dalam Yesaya tersebut.

 

c)   Saksi-Saksi Yehuwa mengutip kata bodoh dari seorang Teolog Katolik bernama Karl Rahner, yang mengatakan bahwa Yesus tidak pernah disebut HO THEOS (= the God’). Kalau kutipan itu memang benar, maka adalah lucu bahwa orang sebodoh itu disebut dengan istilah ‘Teolog’. Dan rupanya sang teolog bodoh ini tidak pernah membaca Kitab Suci sehingga bisa memberikan pernyataan bahwa pengakuan tentang Yesus sebagai HO THEOS sama sekali tidak ada dalam Perjanjian Baru.

 

Kata-kata teolog bodoh itu jelas salah karena dalam Kitab Suci ada 6 atau 7 ayat yang secara explicit menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, dan dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), sehingga kalau mau diterjemahkan secara hurufiah, seharusnya diterjemahkan the God’.

 

Catatan: saya mengatakan ‘6 atau 7 ayat’, karena ayat yang terakhir, yaitu 2Tes 1:12 diperdebatkan terjemahannya. Kalau ayat itu dihitung, ada 7 ayat yang menyatakan bahwa Yesus adalah the God’. Kalau ayat itu tidak dihitung, hanya ada 6 ayat yang menyatakan Yesus sebagai the God’.

 

Ayat-ayat itu adalah:

 

1.   Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.

 

2.   Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

 

Ayat ini salah terjemahan karena kata ‘Anak’, yang saya coret itu, sebetulnya tidak ada. Dengan demikian kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada kata ‘Allah’ (yang saya garis bawahi), dan sekaligus kata itu pasti menunjuk kepada Yesus (karena ada kata ‘darah’). Karena itu jelas bahwa ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah. Bandingkan dengan KJV di bawah ini.

 

KJV: ‘Take heed therefore unto yourselves, and to all the flock, over the which the Holy Ghost hath made you overseers, to feed the church of God, which he hath purchased with his own blood’ (= Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri, dan seluruh kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu penilik, untuk memberi makan gereja Allah, yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).

 

Catatan: NIV dan NASB menterjemahkan seperti KJV. RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia, tetapi pada catatan kakinya memberikan terjemahan seperti KJV/NIV/NASB.

 

B. B. Warfield: “though God as such has no blood, yet Jesus Christ who is God has blood because He is also man. He can justly speak, therefore, when speaking of Jesus Christ, of His blood as the blood of God” (= sekalipun Allah tidak mempunyai darah, tetapi Yesus Kristus yang adalah Allah mempunyai darah, karena Ia juga adalah manusia. Karena itu ia dengan benar bisa berbicara, pada waktu berbicara tentang Yesus Kristus, tentang darahNya sebagai darah Allah) - ‘The Person and Work of Christ’, hal 63.

 

3.   Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan [Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita] Yesus Kristus”.

 

Catatan: tanda kurung dari saya.

 

4.   Ibr 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.

 

5.   2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan [Allah dan Juruselamat kita], Yesus Kristus.

 

Catatan: tanda kurung dari saya.

 

2Pet 1:1 (NASB): “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” [= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus].

 

Jadi di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan Juruselamat kita’.

 

6.   1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

     

7.   2Tes 1:12  - “sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

 

NIV memberikan catatan kakinya yang memberikan terjemahan alternatif, yaitu: ‘our God and Lord, Jesus Christ’ (= Allah dan Tuhan kita, Yesus Kristus). Dalam terjemahan ini, Yesus Kristus disebut baik dengan kata ‘Allah’ maupun ‘Tuhan’.

 

Catatan: 1Tes 1:12 ini diperdebatkan penterjemahannya, dan akan saya bahas dalam jilid II.

 

Keenam / ketujuh ayat ini secara explicit menyebut Yesus sebagai Allah, dan dalam keenam / ketujuh ayat ini, kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite  article / kata sandang tertentu (Inggris: the).

 

Untuk kata ‘Allah’ dalam:

 

1. Yoh 20:28 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.

 

2. Kis 20:28 digunakan kata bahasa Yunani TOU THEOU.

 

3. Tit 2:13 digunakan kata bahasa Yunani TOU THEOU.

 

4. Ibr 1:8 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.

 

5. 2Pet 1:1 digunakan kata bahasa Yunani TOU THEOU.

 

6. 1Yoh 5:20 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.

 

7. 2Tes 1:12 digunakan kata bahasa Yunani TOU THEOU.

 

Dimana kata TOU dan HO adalah defi­nite article / kata sandang tertentu. Karena itu jelaslah bahwa dalam keenam / ketujuh ayat di atas, kita tidak bisa menterjemahkan ‘a god’, dan kalau kita mau menterjemahkannya secara hurufiah, seharusnya kita harus menterjemahkannya the God’.

 

Catatan:

 

·        Bagian ini memang juga menggunakan bahasa Yunani tetapi tidak menggunakan tata bahasa yang rumit, dan bahwa kata ‘Allah’ dalam ayat-ayat tersebut di atas memang menggunakan definite article / kata sandang tertentu, dengan mudah bisa dibuktikan dengan menggunakan Kitab Suci Interlinear Yunani - Inggris.

 

·        Jangan bingung mengapa kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunani kadang-kadang menggunakan THEOU, kadang-kadang THEOS, dan kadang-kadang THEON (seperti dalam Yoh 1:1 - kata ‘Allah’ yang pertama adalah TON THEON). Ini sama seperti dalam bahasa Inggris dimana kata ‘he’ bisa berubah menjadi ‘him’ atau ‘his’ sesuai dengan posisinya dalam kalimat. Dalam bahasa Yunani, bukan hanya kata ganti orang yang bisa berubah seperti itu, tetapi juga setiap kata benda dan bahkan nama orang, dan juga kata ‘Allah’, ‘Tuhan’, dsb. semua berubah-ubah sesuai dengan posisinya / letaknya dalam kalimat. Definite article / kata sandang tertentu-nyapun berubah-ubah mengikuti perubahan dari kata-kata tersebut.

 

Jadi, kalau Yoh 1:1c diterjemahkan ‘the Word was a god (= Firman itu adalah suatu allah), seperti dalam NWT / TDB, itu akan bertentangan dengan keenam atau ketujuh ayat di atas. Bagaimana mungkin Kitab Suci di bagian yang satu menyebut Yesus sebagai ‘a god’ dan di bagian-bagian yang lain menyebut Yesus sebagai ‘the God’?

 

Saya ingin mengingatkan akan hukum penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa yang mengatakan:

“Dua hal dapat membantu kita mengerti Alkitab dengan benar. Pertama, pertimbangkan ikatan kalimat (ayat-ayat di sekitarnya) dari suatu pernyataan. Kemudian, bandingkan ayat-ayat dengan pernyataan-pernyataan lain dalam Alkitab yang membahas pokok yang sama. Dengan cara demikian, kita membiarkan Firman Allah sendiri membimbing pikiran kita, dan penafsirannya bukan dari kita sendiri tetapi dari Alkitab. Itulah cara yang dipakai dalam publikasi-publikasi Watch Tower - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 48.

 

Mengapa teori yang bagus ini tidak mereka terapkan dalam penterjemahan / penafsiran dari Yoh 1:1c ini? Mengapa mereka menterjemahkan / menafsirkan Yoh 1:1c ini sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus sebagai ‘a god’ / ‘suatu allah’, dan dengan demikian bertentangan dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang menunjukkan Yesus sebagai ‘the God’?

 

d)   Peraturan E. C. Colwell tentang bagian ini.

 

Ditinjau dari sudut tatabahasa / gramatika bahasa Yunani kalimat itu terjemahannya memang ‘The Word was God’ (= Firman itu adalah Allah), bukan ‘The Word was a god’ (= Firman itu adalah suatu allah), dan juga bukan ‘The Word was divine’ (= Firman itu bersifat ilahi).

 

·        Terjemahan ini didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh  E. C. Colwell (seorang sarjana bahasa Yunani) tentang hal ini, dan peraturan tersebut saya kutip dari Leon Morris di bawah ini.

 

Leon Morris (NICNT): “The difficulty about the construction is the absence of the article with qeoj. ... The true explanation of the absence of the article appears to be given by E. C. Colwell, who has shown that in the New Testament definite nouns which precede the verb regularly lack the article (JBL, LII, 1993, pp. 12-21). On this verse he comments: ‘The absence of the article does not make the predicate indefinite or qualitative when it precedes the verb; it is indefinite in this position only when the context demands it. The context makes no such demand in the Gospel of John (op. cit., p. 21)” [= Kesukaran dari konstruksi ini adalah tidak adanya kata sandang (tertentu) dengan qeoj. ... Penjelasan yang benar tentang tidak adanya kata sandang (tertentu), tampaknya diberikan oleh E. C. Colwell, yang telah menunjukkan bahwa dalam Perjanjian Baru kata-kata benda yang tertentu yang mendahului kata kerja biasanya tidak mempunyai kata sandang (JBL, LII, 1993, hal 12-21). Tentang ayat ini ia berkomentar: ‘Tidak adanya kata sandang tidak membuat predikatnya tidak tertentu atau bersifat kwalitet pada waktu predikat itu mendahului kata kerja; predikat itu tidak tertentu dalam posisi ini hanya pada waktu kontextnya menuntut hal itu. Kontextnya tidak menuntut seperti itu dalam Injil Yohanes (op. cit., hal 21)] - hal 77, footnote.

 

Catatan:

 

*        kata ‘regularly’ (yang saya cetak dengan huruf besar) bisa diterjemahkan ‘secara tetap’ atau ‘biasanya’. James Hope Moulton, ‘Grammar of the New Testament Greek’, vol III, hal 182, menggunakan kata ‘usually’ (= biasanya). Karena itu, kata itulah yang saya pilih dalam menterjemahkan kata ‘regularly’ di sini.

 

*        Dalam bahasa Yunani anak kalimat yang dipersoalkan ini berbunyi:

 

Qeoj          e]n             o[ logoj

 

THEOS           EN                   HO LOGOS  =  Firman itu adalah Allah

 

Allah                adalah            Firman

 

   ¯                   ¯                          ¯

 

predikat          k.k.                  subyek

 

Kata benda HO LOGOS (the Word / sang Firman) adalah subyeknya, kata EN (was / adalah) adalah kata kerjanya (k.k.), dan kata benda THEOS (God / Allah) adalah predikatnya. Jadi di sini, predikatnya, yang berupa kata benda, mendahului kata kerjanya, yaitu EN. Jadi, berdasarkan peraturan Colwell ini maka tidak adanya kata sandang tertentu sebelum kata THEOS, tidak membuat kata ini menjadi tidak tertentu (‘a god’ / ‘suatu allah’), dan juga tidak membuat kata ini menjadi kata yang bersifat kwalitet (‘divine’ / ‘bersifat ilahi’). Jadi terjemahan yang benar adalah tetap menterjemahkannya sebagai kata benda, yaitu ‘God’ / ‘Allah’. Dengan demikian terjemahan yang benar menurut perumusan / hukum yang diberikan oleh Colwell adalah: ‘The Word was God’ (= Firman itu adalah Allah).

 

*        Contoh lain: Mark 15:39 - “Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!’”.

 

Saya hanya menyoroti bagian yang saya garis bawahi saja.

 

Yunani:            ou[toj      o[ a]nqrwpoj      ui[oj  qeou       h]n

 

HOUTOS        HO ANTHROPOS     HUIOS THEOU          EN

 

This                 the man                      Son     of God           was

 

Ini                    sang orang                 Anak   (dari) Allah    adalah

 

        ¯                                      ¯                           ¯

 

   subyek                           predikat                kata kerja

 

Kata benda HO ANTHROPOS (= the man / orang), atau HOUTOS HO ANTHROPOS (= this man / orang ini) adalah subyeknya, kata EN (= was / adalah) adalah kata kerjanya, dan kata benda HUIOS THEOU (= Son of God / Anak Allah) adalah predikatnya. Jadi, di sini predikatnya juga mendahului kata kerjanya. Maka berdasarkan peraturan Colwell, kata HUIOS THEOU tidak memerlukan kata sandang tertentu untuk menjadi tertentu. Karena itu tetap diterjemahkan the Son of God’ (menggunakan definite article / kata sandang tertentu).

 

KJV/RSV/NIV/NASB/NKJV/ASV: the Son of God’.

 

Catatan: RSV dan NASB pada catatan kakinya memberikan terjemahan alternatif yaitu a son of God’. Tetapi saya berpendapat bahwa ini merupakan terjemahan yang salah.

 

Sekarang, bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa menterjemahkan Mark 15:39 ini?

 

NWT: ‘God’s Son’; TDB: ‘Putra Allah’.

 

NWT menterjemahkan demikian mungkin untuk menghindari penggunaan definite article / kata sandang tertentu. Tetapi anehnya mengapa mereka tidak menterjemahkan a Son of God’ (= seorang Anak / Putra Allah)? Kalau menurut rumusan mereka, bukankah seharusnya mereka menterjemahkan a Son of God’ (= seorang Anak / Putra Allah)? Mengapa mereka menterjemahkan Yoh 1:1c sebagai ‘a god’ (= suatu allah), tetapi tidak menterjemahkan bagian ini sebagai ‘a Son of God’ (= seorang Putra / Anak Allah)?

 

·        Peraturan dari E. C. Colwell ini diketahui dan disebutkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 28.

 

Tetapi dalam buku itu, hal 28, mereka lalu menambahkan kata-kata ini:

“Jadi ia (Colwell) pun mengakui bahwa bila ikatan kalimat menun­tut hal itu, para penterjemah dapat menyisipkan kata sandang tidak tentu (Indefinite article) di depan kata benda dalam susu­nan kalimat sejenis ini. Apakah ikatan kalimatnya menuntut kata sandang tidak tentu dalam Yohanes 1:1? Ya, karena bukti dari seluruh Alkitab menunjukkan bahwa Yesus bukan Allah Yang Mahakua­sa. Jadi, yang harus membimbing penerjemah dalam hal-hal seperti itu bukan peraturan tata bahasa dari Colwell yang meragukan, tetapi ikatan kalimatnya”.

 

Catatan: definite article / kata sandang tertentu dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘the’, sedangkan indefinite article / kata sandang tidak tertentu diterjemahkan ‘a’.

 

Kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas ini merupakan sesuatu yang menggelikan dan bodoh, atau merupakan suatu usaha penipuan terhadap orang-orang yang kurang teliti. Mengapa saya katakan demikian? Karena Saksi-Saksi Yehuwa ingin membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah Yang Mahakuasa dengan menggunakan Yoh 1:1. Tetapi pada waktu mereka menafsirkan Yoh 1:1 itu, mereka menafsirkan ayat itu berdasarkan asumsi / anggapan mereka bahwa seluruh Alkitab mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah Yang Mahakua­sa. Ini merupakan kebodohan dari orang yang sengaja membutakan dirinya sendiri!

 

·        Saksi-Saksi Yehuwa juga memberikan beberapa contoh dimana pada saat ikatan kalimatnya menuntut hal itu, maka dalam penterjemahannya diberikan kata sandang tidak tertentu, yaitu:

 

*        Mark 6:49 - “Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak”.

 

Yunani:            fantasma        e]stin

 

PHANTASMA           ESTIN

 

Ghost                          it is

 

Hantu                          itu adalah

 

Kata ‘hantu’ dalam bahasa Yunaninya tidak menggunakan definite article / kata sandang tertentu, dan terletak di depan kata kerjanya, tetapi banyak Kitab Suci bahasa Inggris yang menterjemahkan a ghost’ (= suatu hantu) - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 27. RSV/NIV/NASB: a ghost’; KJV: a spirit’.

 

*        Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.

 

Yunani:            e]keinoj    a]nqrwpoktonoj         e]n

 

EKEINOS       ANTHROPOKTONOS          EN

 

That                 murderer                                was

 

Itu                    pembunuh                              adalah

 

Yunani:            feusthj    e]stin

 

PHEUSTES   ESTIN

 

Liar                 he is

 

Pendusta        ia adalah

 

Kata ‘pembunuh’ (ANTHROPOKTONOS) dan ‘pendusta’ (PHEUSTES) dalam bahasa Yunaninya tidak menggunakan definite article / kata sandang tertentu, dan terletak di depan kata kerjanya (EN dan ESTIN), tetapi banyak Kitab Suci bahasa Inggris yang menterjemahkan a murderer’ (= seorang pembunuh) dan a liar’ (= seorang pendusta) - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 28.

 

*        Dengan cara yang sama dalam Yoh 6:70 Yudas Iskariot disebut a devil’ (= seorang setan); dan dalam Yoh 9:17 Yesus disebut a prophet’ (= seorang nabi).

 

Jawabannya mudah, yaitu karena di sini kontextnya menuntut hal itu, tetapi dalam Yoh 1:1 kontextnya tidak menuntut hal itu. Perkecualian seperti ini memang ada dan sudah diberikan oleh Colwell; lihat kutipan dari Leon Morris tentang perumusan Colwell di atas, pada bagian yang saya cetak dengan huruf besar.

 

·        Anehnya, sekalipun dalam bagian di atas terlihat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan peraturan Colwell, tetapi dalam bagian-bagian lain mereka menyerang peraturan tersebut, sebagai peraturan yang meragukan dan dibuat-buat, dan lalu menambahkan bahwa ikatan kalimat / kontextlah yang harus menentukan penterjemahan bagian akhir dari Yoh 1:1 tersebut.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “di sini pula ikatan kalimatnya memberikan dasar untuk pengertian yang benar. Ayat itu berbunyi: ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah.’ ... jika bagian akhir dari Yohanes 1:1 dianggap mengartikan Allah sendiri, hal ini ‘akan bertentangan dengan ungkapan sebelumnya,’ yang mengatakan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah. ... karena Yohanes 1:1 itu memperlihatkan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah, ia tidak mungkin adalah Allah melainkan ‘suatu allah,’ atau ‘ilahi’. ... Jadi, yang harus membimbing penerjemah dalam hal-hal seperti itu bukan peraturan tata bahasa dari Colwell yang meragukan, tetapi ikatan kalimatnya. Dan jelas dari banyak terjemahan-terjemahan yang menyisipkan kata sandang tidak tentu ‘suatu’ dalam Yohanes 1:1 dan di ayat-ayat lain, bahwa banyak sarjana tidak menyetujui peraturan yang dibuat-buat seperti di atas, demikian juga Firman Allah” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 26,27,28.

 

Dan dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431, Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan bahwa terjemahan ‘Firman (Yesus) itu adalah Allah’, bertentangan dengan Yoh 1:18. Mengapa? Karena Yoh 1:18 mengatakan bahwa ‘tidak seorangpun yang pernah melihat Allah’, padahal banyak orang pernah melihat Yesus, dan karena itu Yesus pasti bukan Allah.

 

Tanggapan saya:

 

*        Sikap dari Saksi-Saksi Yehuwa ini betul-betul sangat tidak konsisten / plin-plan. Kalau mereka mengakui peraturan Colwell, mengapa di sini mereka menyerangnya? Kalau mereka tidak mengakuinya, mengapa tadi di atas, mereka menggunakannya?

 

*        Bahwa ada banyak sarjana yang tidak menyetujui peraturan Colwell itu, dan bahwa ada banyak terjemahan yang mendukung pandangan Saksi Yehuwa, sama sekali tidak menunjukkan bahwa Saksi Yehuwa memang benar, dan Colwell salah. Saya juga bisa mengutip banyak sarjana / penafsir / ahli theologia yang setuju dengan Colwell, dan yang setuju dengan penterjemahan yang umum dari Yoh 1:1 - ‘Firman itu adalah Allah’, seperti Calvin, William Hendriksen, Adam Clarke, Leon Morris, dsb. Juga berbagai Kitab Suci versi Inggris, seperti KJV/ASV/RSV/NIV/NASB/NKJV/NRSV menterjemahkan secara seragam, yaitu ‘the Word was God’ (= Firman itu adalah Allah).

 

*        Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa jika Yoh 1:1c itu diterjemahkan ‘Firman itu adalah Allah’, maka bagian itu akan bertentangan dengan kata-kata ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’ (Yoh 1:1b). Jadi mereka mengatakan bahwa terjemahan seperti itu tidak sesuai dengan kontextnya. Ini merupakan kata-kata yang bodoh, karena dua kalimat itu hanya akan bertentangan, bagi orang-orang yang menganut monotheisme mutlak, yang adalah doktrin yang salah. Tetapi kalau kita mempercayai doktrin Allah Tritunggal, maka 2 bagian itu justru menjadi harmonis. Bagian pertama (Yoh 1:1b) menunjukkan perbedaan pribadi, sedangkan bagian kedua (Yoh 1:1c) menekankan kesatuan hakekat.

 

Calvin: “That there may be no remaining doubt as to Christ’s divine essence, the Evangelist distinctly asserts that he is God. Now since there is but one God, it follows that Christ is of the same essence with the Father, and yet that, in some respect, he is distinct from the Father” [= Supaya tidak ada keraguan yang tersisa berkenaan dengan hakekat ilahi Kristus, sang Penginjil (rasul Yohanes) menegaskan dengan jelas bahwa Ia adalah Allah. Karena hanya ada satu Allah, maka kesimpulannya adalah bahwa Kristus adalah dari hakekat yang sama dengan Bapa, tetapi bahwa dalam hal tertentu, Ia berbeda (distinct) dengan Bapa] - hal 29.

 

*        Kontext justru mendukung terjemahan ‘Firman itu adalah Allah’, karena:

 

Þ    dalam Yoh 1:1a sudah dikatakan bahwa Firman itu ada ‘pada mulanya’, yang menunjukkan kekekalan dari Firman itu.

 

Þ    dan dalam Yoh 1:3 dikatakan bahwa Firman itu menciptakan segala sesuatu.

 

Jadi baik kalimat yang sebelumnya maupun kalimat yang sesudahnya, sama-sama mendukung pandangan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.

 

*        Terjemahan ‘Firman itu adalah Allah’ juga tidak bertentangan dengan Yoh 1:18, karena:

 

Þ    kata-kata ‘melihat Allah’ dalam Yoh 1:18 itu maksudnya adalah ‘melihat Allah dengan seluruh kemuliaan dan kebesaranNya’.

 

Þ    orang banyak yang melihat Yesus itu hanya melihat Yesus sebagai manusia, bukan Yesus sebagai Allah.

 

Þ    Yoh 1:18 sebetulnya juga menunjukkan Yesus sebagai Allah. Ini akan saya bahas dalam jilid II.

 

e)   Penjelasan lebih lanjut tentang bagian ini.

 

1.   Digunakan atau tidak digunakannya definite article / kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani.

 

a.   Ada atau tidaknya kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani tidak selalu sama dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris.

 

Jadi, sering terjadi dimana kata Yunani yang mempunyai kata sandang tertentu diterjemahkan ke bahasa Inggris tanpa kata sandang tertentu, seperti kata ‘God’ (= Allah) yang pertama dalam Yoh 1:1b itu, yang dalam bahasa Yunaninya adalah TON THEON (= the God).

 

Demikian pula sebaliknya, kata Yunani yang tidak mempunyai kata sandang tertentu kadang-kadang harus diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan menggunakan kata sandang tertentu (Lihat point d. di bawah).

 

Dana & Mantey: “It is important to bear in mind that we cannot determine the English translation by the presence or absence of the article in Greek. Sometimes we should use the article in the English translation when it is not used in the Greek, and sometimes the idiomatic force of the Greek article may best be rendered by an anarthrous noun in English” (= Penting untuk diingat bahwa kita tidak bisa menentukan terjemahan bahasa Inggris dengan ada atau tidak adanya kata sandang dalam bahasa Yunaninya. Kadang-kadang kita harus menggunakan kata sandang dalam terjemahan bahasa Inggris pada waktu kata sandang itu tidak digunakan dalam bahasa Yunaninya, dan kadang-kadang kekuatan dari ungkapan dari kata sandang bahasa Yunani bisa diterjemahkan dengan paling baik oleh suatu kata benda yang tidak mempunyai kata sandang dalam bahasa Inggris) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 150-151.

 

b.   Kalau suatu kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai kata sandang tertentu, maka benda itu pasti tertentu; tetapi sebaliknya, kalau suatu kata benda tidak mempunyai kata sandang tertentu, maka bendanya bisa tertentu bisa tidak.

 

Dana & Mantey mengutip kata-kata A. T. Robertson:

“Whenever the article occurs the object is certainly definite. When it is not used the object may or may not be” (= Pada waktu kata sandang itu muncul, obyeknya pasti tertentu. Pada waktu kata sandang itu tidak digunakan, obyeknya bisa tertentu atau tidak tertentu) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 137.

 

c.   Kata benda / kata pengganti kata benda mempunyai ke-tertentu-an bawaan / kata sandang implicit, dan karena itu bisa dianggap tertentu sekalipun tidak mempunyai kata sandang tertentu.

 

Dana & Mantey: “a substantive in Greek is definite without the article. ... the Greek noun has an intrinsic definiteness, an ‘implicit article.’” (= suatu substantive dalam bahasa Yunani adalah tertentu tanpa kata sandang. ... kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai ke-tertentu-an bawaan, suatu ‘kata sandang implicit’) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 137.

 

Suatu ‘substantive’ adalah kata benda atau kata yang menggantikan kata benda, dan bisa berupa kata sifat, kata ganti, atau participle - Dana & Mantey, hal 32.

 

d.   Nama-nama, dan semua kata-kata benda yang merupakan obyek tunggal, seperti ‘kematian’, ‘kehidupan’, ‘dunia’, dsb. tidak membutuhkan kata sandang tertentu untuk menjadi tertentu.

 

A. T. Robertson, dalam tafsirannya tentang 1Kor 3:22, mengatakan:

“All the words in this verse and 23 are anarthrous, though not indefinite, but definite. ... Proper names do not need the article to be definite nor do words for single objects like ‘world,’ ‘life,’ ‘death.’ (= Semua kata-kata dalam ayat ini dan ayat 23 tidak mempunyai kata sandang tertentu, sekalipun bukannya tidak tertentu, tetapi tertentu. ... Nama-nama yang sungguh-sungguh tidak membutuhkan kata sandang tertentu supaya menjadi tertentu, dan demikian juga dengan obyek-obyek tunggal seperti ‘dunia’, ‘kehidupan’, ‘kematian’) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol IV, hal 100,101.

 

Kata-kata A. T. Robertson ini tentu juga bisa diterapkan untuk kata ‘Allah’, karena Allah juga merupakan obyek tunggal! Jadi, kata ‘Allah’ sekalipun tidak menggunakan kata sandang tertentu, tetap tertentu, dan karena itu tidak bisa diterjemahkan ‘a god’ / ‘suatu allah’!

 

Dana & Mantey: “Sometimes with a noun which the context proves to be definite the article is not used” (= Kadang-kadang dengan suatu kata benda yang kontextnya membuktikan sebagai tertentu, kata sandang tertentu tidak digunakan) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 149.

 

Kesimpulan: tidak adanya kata sandang tertentu sebelum kata ‘God’ / ‘Allah’ dalam Yoh 1:1c dalam bahasa Yunaninya, tidak membuat kata itu menjadi tidak tertentu.

 

2.   Kata ‘Allah’ (secara umum, bukan hanya dalam Yoh 1:1 ini) tidak harus mempunyai kata sandang tertentu.

 

Gresham Machen: qeoj, o[, a god, God (When it means God, qeoj may have the article)” [= qeoj (THEOS), o[(HO), ‘suatu allah’, ‘Allah’ (Pada waktu itu berarti ‘Allah’, qeoj (THEOS) bisa mempunyai kata sandang)] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 39.

 

Perhatikan bahwa ia menggunakan kata ‘may’ (= bisa). Itu berarti ‘tidak harus’.

 

Dana & Mantey mengutip kata-kata A. T. Robertson yang mengomentari kata THEOS berkenaan dengan kata sandang, dengan kata-kata sebagai berikut:

(THEOS) is treated like a proper name and may have it or not have it” [= (THEOS) diperlakukan seperti nama sungguh-sungguh dan bisa mempunyai kata sandang atau tidak mempunyainya] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 140.

 

Catatan: ini menjadi sama seperti kata Yunani KURIOS (= Tuhan), yang juga sering dianggap sebagai ‘proper name’ (= nama sungguh-sungguh), dan lalu tidak diberi kata sandang tertentu.

 

Walter Martin: “Omission of the article with THEOS does not mean that ‘a god’ other than the one true God is meant. ... In other words, the writers of the New Testament frequently do not use the article with THEOS and yet the meaning is perfectly clear in the context, namely that the One True God is intended” (= Tidak adanya kata sandang dengan THEOS tidak berarti bahwa yang dimaksudkan adalah ‘suatu allah’ yang lain / berbeda dari satu-satunya Allah yang benar. ... Dengan kata lain, penulis-penulis dari Perjanjian Baru sering tidak menggunakan kata sandang dengan THEOS tetapi artinya sangat jelas dalam kontext, yaitu bahwa satu-satunya Allah yang benar yang dimaksudkan) - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 86,86.

 

Catatan: ada ratusan kali penggunaan kata ‘Allah’ tanpa menggunakan definite article / kata sandang tertentu dalam Perjanjian Baru.

 

3.   Perbedaan antara kata ‘Allah’ yang menggunakan kata sandang tertentu dan kata ‘Allah’ yang tidak menggunakannya.

 

Dana & Mantey: “without the article qeoj signifies divine essence, while with the article divine personality is chiefly in view” [= tanpa kata sandang kata qeoj (THEOS) menunjuk kepada hakekat ilahi, sedangkan dengan kata sandang kepribadian ilahi yang kelihatan secara terutama] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 139-140.

 

Jadi Dana & Mantey mengatakan bahwa kata ‘Allah’ (qeoj) yang tidak menggunakan kata sandang tertentu menunjukkan hakekat ilahi, sedangkan kalau menggunakan kata sandang tertentu menunjukkan kepribadian ilahi.

 

Ia lalu memberi contoh: dalam Yoh 1:1b - ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’, kata ‘Allah’ menggunakan kata sandang tertentu, dan ini berarti bahwa Firman / Yesus itu mempunyai persekutuan dengan pribadi dari Bapa.

 

Tetapi dalam Yoh 1:1c - ‘Firman itu adalah Allah’, kata ‘Allah’ tidak menggunakan kata sandang tertentu, dan ini berarti bahwa Yesus berpartisipasi dalam hakekat ilahi (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 139-140).

 

Dana & Mantey menambahkan: qeoj occurs without the article ... where the Deity is contrasted with what is human, or with the universe as distinct from its Creator” [= qeoj (THEOS) muncul tanpa kata sandang ... dimana KeAllahan dikontraskan dengan apa yang manusiawi, atau dengan alam semesta yang dibedakan dengan Penciptanya] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 140.

 

Ini cocok kalau diterapkan dalam Yoh 1:1. Yesus disebut THEOS tanpa definite article / kata sandang tertentu, karena memang dalam text itu keilahianNya dikontraskan dengan segala sesuatu yang Ia ciptakan (Yoh 1:3).

 

4.   Tidak adanya definite article / kata sandang tertentu sebelum kata ‘Allah’ dalam Yoh 1:1 menunjukkan bahwa THEOS adalah predikat, dan adanya definite article sebelum kata LOGOS menunjukkan bahwa LOGOS adalah subyeknya.

 

Karena itu Yoh 1:1c ini tidak boleh diterjemahkan ‘Allah adalah Firman itu’, tetapi harus diterjemahkan ‘Firman itu adalah Allah’.

 

A. H. Strong: “In John 1:1 - qeoj h]n o[ logoj - the absence of the article shows qeoj to be the predicate (cf. 4:24 - pneuma o[ qeoj). This predicate precedes the verb by way of emphasis, to indicate progress in the thought - ‘the Logos was not only with God, but was God’ ... ‘Only o[ logoj can be the subject, for in the whole Introduction the question is, not who God is, but who the Logos is’ (Godet)” [= Dalam Yoh 1:1 - qeoj h]n o[ logoj (THEOS EN HO LOGOS / Firman itu adalah Allah) - tidak adanya kata sandang menunjukkan qeoj sebagai predikat (bdk. 4:24 - pneuma o[ qeoj / PNEUMA HO THEOS / Allah adalah Roh). Predikat ini mendahului kata kerja sebagai penekanan, untuk menunjukkan kemajuan pemikiran dari ayat itu - ‘LOGOS itu bukan hanya bersama dengan Allah, tetapi adalah Allah’ ... ‘Hanya o[ logoj (the Word / Firman) bisa menjadi subyek, karena dalam seluruh Pengantar / Pendahuluan (dari Injil Yohanes) pertanyaannya bukanlah siapa Allah itu, tetapi siapa LOGOS itu’ (Godet)] - ‘Systematic Theology’, hal 305-306.

 

Dana & Mantey: “The article sometimes distinguishes the subject from the predicate in a copulative sentence. ... in John 1:1, kai qeoj h]n o[ logoj , ‘and the word was deity.’ The article points out the subject in these examples” (= Kata sandang kadang-kadang membedakan subyek dari predikatnya dalam suatu kalimat dengan kata kerja penghubung. ... dalam Yoh 1:1, kai qeoj h]n o[ logoj, ‘dan firman itu adalah keallahan’. Kata sandang itu menunjukkan subyeknya dalam contoh-contoh ini) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 148.

 

5.   Kalau kedua kata benda itu menggunakan definite article / kata sandang tertentu.

 

Kalau kata ‘Firman’ dan kata ‘Allah’ dalam Yoh 1:1c itu kedua-duanya menggunakan definite article, maka subyek dan predikatnya bisa dibolak-balik. Jadi, kita bisa menterjemahkan ‘Firman itu adalah Allah’ atau ‘Allah itu adalah Firman’. Dengan demikian terjadi pencampur-adukkan antara ‘Firman’ dengan ‘Allah’, sehingga Yoh 1:1 ini akan mendukung ajaran sesat Sabellianisme.

 

Dana & Mantey: “nor was the word all of God, as it would mean if the article were also used with qeoj (= firman bukanlah seluruh Allah, dan itu yang akan menjadi artinya seandainya kata sandang juga digunakan dengan qeoj) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 149.

 

William Barclay: “John did not say that the word was HO THEOS; that would have been to say that the word was identical with God. He said that the word was THEOS - without the definite article - which means that the word was ... of the very same character and quality and essence and being as God” (= Yohanes tidak mengatakan bahwa firman itu adalah HO THEOS; itu akan sama dengan mengatakan bahwa firman itu identik dengan Allah. Ia mengatakan bahwa firman adalah THEOS - tanpa kata sandang tertentu - yang berarti bahwa firman itu adalah ... dari karakter dan kwalitet dan hakekat (essence) dan keberadaan (being) yang sama dengan Allah) - hal 39.

 

Leon Morris (NICNT): “Strachan says dogmatically, ‘the word THEOS has no article, thus giving it the significance of an adjective.’ But this is too simple. How else in Greek would one say, ‘the Word was God’? And, as Westcott says, an article would equate qeoj and Logoj, and would be ‘pure Sabellianism’. Had this been John’s meaning he could not have said ‘the Word was with God’” [= Strachan berkata secara dogmatik, ‘kata THEOS tidak mempunyai kata sandang, dan dengan demikian memberikannya arti sebagai kata sifat’. Tetapi ini terlalu sederhana. Bagaimana lagi dalam bahasa Yunani seseorang akan mengatakan ‘Firman itu adalah Allah’? Dan, seperti yang dikatakan Westcott, suatu kata sandang akan menyamakan qeoj dan Logoj, dan akan menjadi ‘Sabellianisme yang murni’. Andaikata ini arti dari Yohanes, ia tidak bisa berkata ‘Firman itu bersama dengan Allah’] - hal 77, footnote.

 

A. T. Robertson: “‘And the Word was God’ (KAI THEOS EN HO LOGOS). By exact and careful language John denied Sabellianism by not saying HO THEOS EN HO LOGOS. That would mean that all of God was expressed in HO LOGOS and the terms would be interchangeable, each having the article” [= Dan Firman itu adalah Allah (KAI THEOS EN HO LOGOS). Dengan bahasa yang tepat / seksama dan hati-hati Yohanes menyangkal Sabellianisme dengan tidak berkata HO THEOS EN HO LOGOS. Itu akan berarti bahwa seluruh Allah dinyatakan dalam HO LOGOS / the Word / Firman dan istilah-istilah itu akan bisa dibolak-balik, karena masing-masing mempunyai kata sandang] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 4.

 

A. H. Strong: The predicate stands emphatically first. It is necessarily without the article, inasmuch as it describes the nature of the Word and does not identify his person. It would be pure Sabellianism to say: ‘The Word was o[ qeoj.’ ... “The Word is distinguishable from God, yet qeoj h]n o[ logoj - the Word was God, of divine nature; not ‘a God,’ which to a Jewish ear would have been abominable, nor yet identical with all that can be called God, for then the article would have been inserted (cf. 1John 3:4).” [= Predikatnya diletakkan di depan untuk menekankan. Itu harus tanpa kata sandang, karena itu menggambarkan hakekat dari Firman dan tidak memberikan identifikasi / ciri-ciri dari pribadiNya. Akan merupakan Sabellianisme yang murni untuk mengatakan: ‘Firman itu adalah o[ qeoj (HO THEOS / sang Allah). ... “Firman itu dibedakan dari Allah, sekalipun demikian qeoj h]n o[ logoj (THEOS EN HO LOGOS) - Firman itu adalah Allah, dari hakekat ilahi, bukan ‘suatu allah’, yang bagi telinga Yahudi merupakan sesuatu yang menjijikkan, juga tidak identik dengan semua yang bisa disebut Allah, karena jika demikian kata sandang akan dimasukkan (bdk. 1Yoh 3:4)”] - ‘Systematic Theology’, hal 306.

 

A. H. Strong juga memberikan contoh ayat dimana kedua kata benda menggunakan definite article / kata sandang tertentu, sehingga kedua kata benda itu menjadi betul-betul identik, dan bisa dibolak-balik, yaitu 1Yoh 3:4.

 

1Yoh 3:4 - “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.

 

Kata ‘Allah’ sebetulnya tidak ada, dan kata ‘dosa’ (TEN HAMARTIAN) maupun kata ‘pelanggaran hukum’ (TEN ANOMIAN) menggunakan definite article / kata sandang tertentu. Dengan demikian ‘dosa’ dan ‘pelanggaran hukum’ betul-betul identik, sehingga kalimatnya bisa dibalik: ‘pelanggaran hukum adalah dosa’.

 

Kasus lain yang serupa adalah Luk 8:11 - ‘Benih itu ialah firman Allah’ / The seed is the word of God’ (HO SPOROS ESTIN HO LOGOS TOU THEOU). Di sini baik kata ‘benih’ (HO SPOROS) maupun kata ‘firman’ (HO LOGOS) mempunyai definite article / kata sandang tertentu, sehingga bisa diterjemahkan ‘Firman Allah adalah benih’.

 

A. T. Robertson: “The article with both subject and predicate as here means that they are interchangeable and can be turned round: The word of God is the seed” (= Kata sandang dengan subyek maupun predikat seperti di sini berarti bahwa mereka bisa dibolak-balik dan bisa ditukar tempatnya: ‘Firman Allah adalah benih’) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 113.

 

Jadi, kalau dalam Yoh 1:1 digunakan kata sandang tertentu untuk ‘Firman’ maupun ‘Allah’, maka bagian itu bisa diterjemahkan ‘Firman adalah Allah’ maupun ‘Allah adalah Firman’. Dengan demikian ‘Firman’ dan ‘Allah’ betul-betul menjadi identik, dan ini salah. Kita boleh mengatakan ‘Yesus adalah Allah’, tetapi kita tidak boleh mengatakan ‘Allah adalah Yesus’. Mengapa? Alasannya sama seperti: kita boleh mengatakan ‘semut adalah binatang’, tetapi kita tidak boleh mengatakan ‘binatang adalah semut’.

 

Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa justru mengatakan bahwa kalau Yohanes memang mau mengatakan ‘Firman itu adalah Allah’ maka baik kata ‘Firman’ maupun kata ‘Allah’ harus menggunakan definite article / kata sandang tertentu.

 

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Penerjemah Alkitab William Barclay menyatakan: Umumnya, kecuali ada alasan khusus, kata-kata benda Yunani selalu didahului oleh kata sandang tertentu, dan dengan segera kita dapat melihat di sini bahwa THEOS kata benda untuk Allah tidak didahului oleh kata sandang tertentu. Jika sebuah kata benda Yunani tidak didahului oleh kata sandang tertentu, maka kata benda itu lebih bersifat menggambarkan dan bukan identitas, dan lebih berfungsi sebagai kata sifat dari pada kata benda. ... Andai kata Yohanes mengatakan HO THEOS EN HO LOGOS, dengan menggunakan kata sandang tertentu di depan kedua kata benda itu, maka dengan pasti ia menyamakan LOGOS dengan Allah. Namun, karena THEOS tidak didahului oleh kata sandang tertentu maka itu menjadi kata keterangan, dan lebih berfungsi sebagai kata sifat dari pada kata benda. Maka terjemahannya, yang agak kaku adalah, ‘Firman itu segolongan dengan Allah, pada tingkat yang sama dengan Allah’. ... Di sini Yohanes tidak menyamakan Firman dengan Allah. Singkatnya, ia tidak mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. - Many Witnesses, One Lord (Grand Rapids, Mich.; cetak ulang, 1973), h. 23,24.” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 404.

 

Ada beberapa hal yang ingin saya berikan sebagai jawaban tentang hal ini:

 

a.   Tuntutan Saksi-Saksi Yehuwa untuk memberikan kata sandang tertentu baik di depan LOGOS maupun THEOS menunjukkan ketidak-mengertian mereka tentang gramatika / tata bahasa dari bahasa Yunani, karena seperti yang sudah saya jelaskan di atas, kalau dalam Yoh 1:1c ini kedua kata benda (LOGOS dan THEOS) didahului kata sandang tertentu, maka bagian itu akan betul-betul mengidentikkan / menyamakan ‘Allah’ dan ‘Firman’ (Yesus), sehingga menjadi ajaran Sabellianisme, yang mengajarkan bahwa Allah itu hanya satu pribadi dengan tiga perwujudan.

 

b.   Saya mencurigai bahwa dalam melakukan pengutipan / penterjemahan dari buku William Barclay ini, Saksi-Saksi Yehuwa melakukan kecurangan. Ada beberapa alasan kecurigaan saya:

 

Pertama-tama, karena dalam buku tafsirannya tentang Injil Yohanes, dalam bagian tentang Yoh 1:1, Barclay mengatakan sebagai berikut:

“John did not say that the word was HO THEOS; that would have been to say that the word was identical with God. He said that the word was THEOS - without the definite article - which means that the word was, we might say, of the very same character and quality and essence and being as God (= Yohanes tidak mengatakan bahwa firman itu adalah HO THEOS; itu akan sama dengan mengatakan bahwa firman itu identik dengan Allah. Ia mengatakan bahwa firman adalah THEOS - tanpa kata sandang - yang berarti bahwa firman itu adalah, kita bisa berkata, dari karakter dan kwalitet dan hakekat dan keberadaan yang sama dengan Allah) - hal 39.

 

Perlu diketahui, seperti sudah saya tunjukkan di atas, bahwa baik Barclay maupun penafsir-penafsir Kristen yang lain, memang tidak setuju kalau Firman / Yesus itu diidentikkan, dalam arti dicampur-adukkan, dengan Allah. Tetapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah. Mengatakan Yesus adalah Allah, berbeda dengan mengatakan bahwa Yesus betul-betul identik dengan Allah. Yang terakhir ini (mengidentikkan Yesus dengan Allah) akan menimbulkan ajaran Sabellianisme.

 

Yang kedua, karena dalam buku tafsirannya, yang saya kutip di atas (pada bagian yang saya garis bawahi), terlihat dengan jelas bahwa Barclay mempercayai bahwa Yoh 1:1c menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Bagaimana mungkin dalam kutipan dari Saksi-Saksi Yehuwa itu Barclay tidak mempercayai bahwa Yoh 1:1c itu memang menyatakan Yesus sebagai Allah? Saya sering menggunakan buku tafsiran Barclay, dan ia biasanya mengatakan hal-hal yang sama berulang-ulang, tetapi tidak pernah bertentangan satu dengan yang lain seperti ini.

 

Yang ketiga, karena Saksi-Saksi Yehuwa memang sering melakukan pengutipan secara curang / kurang ajar dan mereka melakukan hal itu dengan maksud untuk mendustai orang. Bandingkan dengan kata-kata Walter Martin di bawah ini.

 

Walter Martin: One need only note the obvious misuse in their quotation from Dana and Mantey (the New World Translation of the Christian Greek Scriptures, pp. 774,775). Mantey clearly means that the ‘Word was Deity’ in accord with the overwhelming testimony of Scripture, but the writers have dragged in the interpretation ‘a god’ to suit their own purpose, which purpose is the denial of Christ’s Deity, and as a result a denial of the Word of God. The late Dr. Mantey publicly stated that he was quoted out of context and he personally wrote the Watchtower, declaring “there is no statement in our grammar that was ever meant to imply that ‘a god’ was a permissible translation in John 1:1” and “it is neither scholarly nor reasonable to translate John 1:1 ‘The Word was a god’” [= Seseorang hanya perlu memperhatikan penyalah-gunaan dalam kutipan mereka (Saksi-Saksi Yehuwa) dari Dana and Mantey (the New World Translation of the Christian Greek Scriptures, pp. 774,775.) Mantey secara jelas memaksudkan bahwa ‘Firman itu adalah keAllahan’ sesuai dengan kesaksian Kitab Suci yang begitu banyak, tetapi penulis-penulis (Saksi Yehuwa) telah menariknya ke dalam penafsiran ‘suatu allah’ untuk menyesuaikan dengan tujuan mereka sendiri, yaitu menyangkal keAllahan Kristus, dan sebagai akibatnya merupakan penyangkalan terhadap Firman Allah. Almarhum Dr. Mantey menyatakan secara terbuka bahwa ia dikutip secara out of context, dan secara pribadi ia menulis kepada Watchtower, menyatakan bahwa “tidak ada pernyataan dalam tata bahasa kami yang pernah bermaksud untuk menunjukkan secara tak langsung bahwa ‘suatu allah’ merupakan suatu terjemahan yang diijinkan dalam Yoh 1:1” dan “tidak ilmiah / tidak cocok dengan kesarjanaan dan tidak masuk akal / logis untuk menterjemahkan Yoh 1:1 ‘Firman itu adalah suatu allah’”] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 87.

 

Catatan: bagian ini dikutip oleh Walter Martin dari Michael Van Buskirk, dalam bukunya yang berjudul ‘The Scholastic Dishonesty of the Watchtower’, hal 11.

 

Karena itu bukankah tepat kalau saya mengubah nama Saksi-Saksi Yehuwa menjadi Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa’? Memang mungkin Saksi-Saksi Yehuwa rendahan / yang ada di bawah tidak mengetahui hal ini. Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa yang ada di atas, yang termasuk kelompok ‘yang terpilih’, dan yang kerjanya menulis buku-buku mereka, jelas tahu tentang pengutipan yang tidak jujur, dan yang berbau penipuan,  yang mereka lakukan!

 

Yang keempat, pada waktu saya memeriksa buku asli dari ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, yaitu ‘Reasoning From the Scriptures’, pada hal 416, ternyata seluruh pengutipan mereka dari buku William Barclay ini tidak ada, dan yang ada adalah kata-kata dari orang yang bernama Philip B. Harner (CD - Watchtower Library). Tetapi Sdr. Andhika Gunawan, dalam makalah kuliahnya tentang Bidat dan Aliran Sesat, hal 45, mengatakan bahwa pengutipan yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dari Philip B. Harner ini adalah pengutipan sebagian, yang menyebabkan orang mendapatkan pengertian yang sangat berbeda dengan maksud dari Philip B. Harner sendiri. Saya tidak tahu manakah versi yang lebih baru: ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’ (copyright 1987) atau ‘Reasoning From the Scriptures’ (1985, 1989) dari CD - Watchtower Library. Jadi, saya tidak tahu apakah mereka mengganti kutipan dari William Barclay dengan kutipan dari Philip B. Harner, atau mereka mengganti kutipan dari Philip B. Harner dengan kutipan dari William Barclay. Tidak terlalu jadi soal mana yang benar dari dua kemungkinan itu, tetapi jelas bahwa kedua kutipan dikutip dengan cara yang sama kurang ajarnya!

 

f)    Ketidak-konsistenan Saksi Yehuwa dalam menterjemahkan kasus-kasus lain yang serupa dengan Yoh 1:1 ini.

 

Ada 2 kelompok kasus:

 

1.   Ayat-ayat lain yang serupa dengan Yoh 1:1.

 

A. T. Robertson: “The subject is made plain by the article (HO LOGOS) and the predicate without it (THEOS) just as in John 4:24 PNEUMA HO THEOS can only mean ‘God is spirit,’ not ‘spirit is God.’ So in 1John 4:16 HO THEOS AGAPE ESTIN can only mean ‘God is love,’ not ‘love is God’ ... So in John 1:14 HO LOGOS SARX EGENETO, ‘the Word became flesh,’ not ‘the flesh became the Word.’” [= Yang mana yang adalah subyeknya dibuat jelas oleh kata sandangnya (HO LOGOS / the Word / Firman), dan predikatnya tanpa kata sandang (THEOS / God / Allah), sama seperti dalam Yoh 4:24 - PNEUMA HO THEOS, hanya bisa berarti ‘Allah adalah Roh’, bukan ‘Roh adalah Allah’. Demikian juga dalam 1Yoh 4:16 - HO THEOS AGAPE ESTIN, hanya bisa berarti ‘Allah adalah kasih’, bukan ‘kasih adalah Allah’ ... Demikian juga dalam Yoh 1:14 - HO LOGOS SARX EGENETO, ‘Firman telah menjadi daging’, bukan ‘daging telah menjadi Firman’] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 4-5.

 

1Yoh 4:16 - “Allah adalah kasih”.

 

Kata ‘Allah’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu (HO THEOS), tetapi kata ‘kasih’ (AGAPE) tidak. Karena itu diterjemahkan ‘Allah adalah kasih’.

Mengapa NWT sendiri menterjemahkan bagian ini sebagai ‘God is love’ (= Allah adalah kasih), bukannya ‘God is a love’ (= Allah adalah suatu kasih)?

 

Yoh 1:14 (NASB): ‘And the Word became flesh’ (= Dan Firman itu telah menjadi daging).

 

Kata ‘Firman’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu (HO LOGOS), tetapi kata ‘daging’ (SARX) tidak. Karena itu diterjemahkan ‘Firman itu telah menjadi daging’.

 

Mengapa NWT juga menterjemahkan seperti itu, dan bukannya: ‘the Word became a flesh’ (= Firman itu telah menjadi suatu daging)?

 

Yoh 4:24 - Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.

 

Dalam Yoh 4:24 ini kata ‘Allah’ (subyek) didahului oleh definite article / kata sandang tertentu, tetapi kata ‘Roh’ (predikat) tidak.

 

Tetapi mengapa tidak diterjemahkan ‘God is a spirit’ (= Allah adalah suatu roh)? TDB menterjemahkan ‘Allah adalah Roh’, tetapi NWT menterjemahkan ‘God is a Spirit’ (= Allah adalah suatu Roh).

 

Catatan: contoh yang satu ini tidak betul-betul persis, karena dalam Yoh 4:24 ini tidak ada kata kerja.

 

W. G. T. Shedd: “The words of our Lord to the Samaritan woman, ‘God is a Spirit,’ John 4:24, although spoken for a practical purpose, are also a scientific definition. The original (pneuma o[ qeoj) by its emphatic collocation of pneuma, and omission of the article, implies that God is spirit in the highest sense. He is not a spirit, but spirit itself, absolutely. The employment of the article in the English version is objectionable, because it places the deity in a class with other spiritual beings” [= Kata-kata dari Tuhan kita kepada perempuan Samaria, ‘Allah adalah suatu Roh’, Yoh 4:24 (KJV), sekalipun diucapkan untuk tujuan praktis, juga merupakan definisi ilmiah. Bahasa aslinya (pneuma o[ qeoj) oleh pengaturan katanya yang menekankan kata pneuma, dan tidak adanya kata sandang, secara implicit menunjukkan bahwa Allah adalah Roh dalam arti yang tertinggi. Ia bukanlah suatu roh, tetapi roh itu sendiri, secara mutlak. Penggunaan kata sandang dalam versi bahasa Inggris tidak bisa disetujui karena itu menempatkan Allah dan satu golongan dengan makhluk-makhluk ciptaan yang lain] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 151-152.

 

Catatan: dari keempat terjemahan bahasa Inggris yang paling populer, hanya KJV yang menterjemahkan ‘God is a Spirit’ (= Allah adalah suatu Roh), sedangkan RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘God is spirit / Spirit’ (= Allah adalah roh / Roh). Yang dimaksud dengan ‘the article in the English version’ (= ‘kata sandang dalam versi bahasa Inggris’) oleh Shedd, mungkin adalah kata ‘a’ (= suatu) dalam KJV, yang merupakan indefinite article (= kata sandang tidak tertentu).

 

2.   Ayat-ayat yang menggunakan kata ‘Allah’ tanpa definite article / kata sandang tertentu.

 

Walter Martin mengatakan (hal 86) bahwa kalau dalam Yoh 1:1 ini kata ‘Allah’ (THEOS) harus diterjemahkan ‘a god’ / ‘suatu allah’ karena kata itu tidak mempunyai definite article / kata sandang tertentu, maka konsekwensinya semua kata ‘Allah’ (THEOS) yang tidak mempunyai definite article / kata sandang tertentu juga harus diterjemahkan ‘a god’ / ‘suatu allah’. Dan dalam Kitab Suci ada banyak kasus seperti itu, seperti: Mat 5:9  Mat 6:24  Luk 1:35,78  Luk 2:40  Yoh 1:6,12,13,18a  Yoh 3:2a,21  Yoh 9:16,33  Ro 1:7,17,18  1Kor 1:30  1Kor 15:10a  Fil 2:11,13  Tit 1:1 dan sebagainya. Ternyata Saksi-Saksi Yehuwa tidak melakukan itu dalam Kitab Suci mereka, karena dalam semua ayat-ayat ini (saya sudah memeriksa ayat-ayat ini satu per satu!) mereka menterjemahkan semuanya sebagai ‘God’ (= Allah), bukan ‘a god’ (= suatu allah).

 

Walter Martin: “The truth of the matter is this, that Jehovah’s Witnesses use and remove the articular emphasis whenever and wherever it suits their fancy regardless of grammatical laws to the contrary. In a translation as important as God’s Word, every law must be observed. Jehovah’s Witnesses have not been consistent in their observance of those laws” (= Kebenaran dari persoalan ini adalah ini, bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan dan membuang penekanan kata sandang kapanpun dan dimanapun hal itu cocok dengan khayalan / kesukaan mereka tanpa peduli bahwa hukum-hukum tata bahasa menentangnya. Dalam suatu penterjemahan yang begitu penting seperti Firman Allah, setiap hukum harus diperhatikan / ditaati. Saksi-Saksi Yehuwa telah tidak konsisten dalam ketaatan mereka pada hukum-hukum itu) - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 86.

 

g)   Ada yang menterjemahkan Yoh 1:1 sebagai: ‘the Word was divine’ (= Firman itu ilahi / bersifat ilahi), dan Saksi-Saksi Yehuwa juga mengutip versi-versi Kitab Suci yang menterjemahkannya demikian.

 

Untuk jelasnya saya mengutip ulang kata-kata mereka di atas. Mereka berkata:

“Susunan dari kata benda itu, yaitu jika didahului kata sandang, menunjuk kepada identitas, kepribadian, sedangkan sebuah kata benda sebutan (predikat) tanpa kata sandang di depannya (seperti susunan kalimat itu dalam bahasa Yunani) menunjuk kepada sifat seseorang. Jadi ayat itu tidak mengatakan bahwa Firman (Yesus) sama dengan Allah yang ada bersamanya tetapi, sebaliknya, bahwa Firman itu seperti allah, ilahi, suatu allah - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431.

 

Ini lagi-lagi menunjukkan ketidak-konsistenan Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka mau menterjemahkan Yoh 1:1 itu bagaimana? ‘Firman itu adalah suatu allah atau ‘Firman itu bersifat ilahi? Kalau dari rumusan yang mereka berikan dalam kata-kata di atas ini, mereka mengatakan bahwa Yoh 1:1 itu menunjuk kepada ‘sifat’. Jadi, seharusnya mereka menterjemahkan: ‘Firman itu bersifat ilahi. Tetapi anehnya, ternyata mereka menterjemahkan: ‘Firman itu adalah suatu allah. Padahal ‘suatu allah’ jelas bukan merupakan ‘sifat’!

 

Walter Martin: “It is nonsense to say that a simple noun can be rendered ‘divine,’ and that one without the article conveys merely the idea of quality ... The authors of this note themselves later render the same noun THEOS as ‘a god’ not as ‘a quality.’ This is a self-contradiction” (= Adalah omong kosong untuk mengatakan bahwa suatu kata benda biasa bisa diterjemahkan ‘bersifat ilahi’, dan kata benda tanpa kata sandang hanya menyampaikan gagasan tentang kwalitet ... Para pengarang dari catatan ini sendiri belakangan menterjemahkan kata benda THEOS itu sebagai ‘suatu allah’, bukan sebagai ‘suatu kwalitet’. Ini merupakan sesuatu yang bersifat kontradiksi terhadap diri sendiri) - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 87.

 

Juga dalam mengutip macam-macam versi Kitab Suci, terlihat ketidak-konsistenan mereka, karena mereka mengutip baik versi-versi Kitab Suci yang menterjemahkan ‘suatu allah’, maupun yang menterjemahkan ‘bersifat ilahi’.

 

Sesuai dengan peraturan Colwell yang sudah kita pelajari di atas, maka Leon Morris tidak menyetujui terjemahan ‘divine’ (= bersifat ilahi) tersebut.

 

Leon Morris (NICNT): “Moffatt renders, ‘the Logos was divine’ ... While this English probably means much the same as does that of ARV the emphasis is different, ... John is not merely saying that there is something divine about Jesus. He is affirming that He is God, and doing so emphatically as se wee from the word order in the Greek” (= Moffatt menterjemahkan: ‘sang Logos itu ilahi / bersifat ilahi’ ... Sekalipun ini artinya mungkin sama seperti terjemahan dari ARV, tetapi penekanannya berbeda, ... Yohanes tidak semata-mata berkata bahwa ada sesuatu yang bersifat ilahi tentang Yesus. Ia sedang menegaskan bahwa Ia adalah Allah, dan ia melakukannya dengan begitu menekankan, seperti kita lihat dari susunan / urut-urutan katanya dalam bahasa Yunani) - hal 76-77.

 

Leon Morris (NICNT): “The Greek is qeoj h]n o[ Logoj. The adjective ‘divine’ would be qeioj. This word was available and it is found in the New Testament (e.g. Acts 17:29; 2Pet. 1:3). But Godet thinks that the use of this term of the Logos would denote ‘a quasi-divinity, a condition intermediate between God and the creature’. John is not affirming this, but full deity of the Logos. Abbott points out that it is more common to have an adjective than a noun in this position (1994a; he cites 6:60), which makes John’s use of the noun all the more significant” [= Bahasa Yunaninya adalah qeoj h]n o[ Logoj. Kata sifat ‘ilahi / bersifat ilahi’ adalah qeioj (THEIOS). Kata ini tersedia dan ditemukan dalam Perjanjian Baru (contohnya Kis 17:29; 2Pet 1:3). Tetapi Godet beranggapan bahwa penggunaan dari istilah ini tentang LOGOS akan menunjukkan ‘keilahian yang hanya kelihatannya saja, suatu keadaan di antara Allah dan ciptaan’. Abbott menunjukkan bahwa adalah lebih umum untuk menggunakan kata sifat dari pada kata benda dalam posisi seperti ini (1994a; ia mengutip 6:60), yang membuat penggunaan kata benda oleh Yohanes menjadi lebih penting / berarti] - hal 77, footnote.

 

Jadi, kalau Yohanes memang hanya mau mengatakan bahwa ‘Firman itu bersifat ilahi’, ia sebetulnya bisa menggunakan kata Yunani THEIOS, yang artinya memang ‘divine’ (= bersifat ilahi). Tetapi ternyata Yohanes menggunakan kata THEOS, dan karena itu bagian ini harus diterjemahkan ‘Firman itu adalah Allah’.

 

h)   Satu hal lagi yang bisa ditambahkan adalah: dalam Yoh 1 itu, pada ay 1-2 sudah berbicara tentang Firman / Yesus, dan baru pada ay 3 berbicara tentang penciptaan.

 

Yoh 1:1-3 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. (3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.

 

Tentang ay 3 ini perhatikan komentar-komentar sebagai berikut:

 

·        William Barclay: “the word is not one of the created things; the word was there before creation” (= firman itu bukan salah satu dari hal-hal yang diciptakan; firman itu telah ada di sana sebelum penciptaan) - hal 37.

 

·        B. B. Warfield: “Thus He is taken out of the category of creatures altogether” (= Maka Ia diambil keluar sama sekali dari kategori ciptaan-ciptaan) - ‘The Person and Work of Christ’, hal 53.

 

Bandingkan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Yesus adalah ciptaan pertama dan langsung dari Allah Bapa, dan lalu dengan perantaraan Yesus, Bapa menciptakan segala sesuatu.

 


email us at : gkri_exodus@lycos.com