Eksposisi Injil Lukas

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.



 
Lukas 3:23-38
 

I) Bolehkah / haruskah kita mempelajari silsilah ini?

Dalam 1Tim 1:3b-4 Paulus berkata:

"... dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka ..." (Lihat juga Tit 3:9).

Tetapi ini tak mungkin menunjuk pada silsilah yang ada dalam Kitab Suci. Mungkin ini menunjuk pada silsilah mereka sendiri.

Sedikitnya ada 3 alasan mengapa kita boleh, bahkan harus, mempelajari silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38 ini:

1) Tuhan menyuruh kita mempelajari / memberitakan seluruh Kitab Suci dan silsilah Yesus ini adalah bagian dari Kitab Suci / Firman Tuhan.

Kis 20:27 - "Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu".

Kata-kata ‘seluruh maksud Allah’ berarti seluruh Firman Allah / Kitab Suci.

2) Tuhan pasti tidak akan meletakkan bagian ini dalam Kitab Suci kalau memang tidak ada gunanya.

2Tim 3:16 - "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran".

Jadi jelas bahwa belajar silsilah Yesus ini pasti ada gunanya.

  3) Silsilah Yesus ini adalah salah satu bagian Kitab Suci yang paling banyak diserang oleh orang yang anti Kristen. Karena itu kita harus mempelajari bagian ini supaya kita bisa menjawab serangan itu.

1Pet 3:15b - "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu".

Kata ‘pertanggungan jawab’, yang diterjemahkan ‘defence’ (= pembelaan) oleh NASB, dalam bahasa Yunaninya adalah APOLOGIAN. Dan dari kata ini diturunkan kata APOLOGETICS. Jadi ayat ini mengharuskan setiap orang kristen untuk bisa berapologetik / membela kristen terhadap serangan orang-orang yang anti Kristen.

Penerapan: Jangan menjadi orang kristen yang waktu ajarannya / Kitab Sucinya diserang lalu berkata: ‘Sudahlah kita tidak perlu berdebat’. Ini merupakan sikap yang jelas bertentangan dengan 1Pet 3:15 ini!
 

II) Hal-hal lain yang bisa didapatkan dari silsilah Yesus: 1) Yesus memulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun (ay 23).
  a) Sebetulnya dalam ay 23 ini tidak ada kata ‘pekerjaanNya’.

Karena itu KJV menterjemahkan: "And Jesus himself began to be about thirty years of age, being (as was supposed) the son of Joseph, which was the son of Heli" [= Dan Yesus sendiri mulai berusia 30 tahun, adalah (menurut anggapan) anak Yusuf, yang adalah anak Eli].

Tetapi terjemahan ini terasa aneh; RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, yaitu dengan menambahkan ‘pekerjaanNya / pelayananNya’.

b) Mengapa Ia baru mulai pelayanan pada usia 30 tahun?

Dari Bil 4:3,34-35,47 terlihat bahwa orang Lewi juga memulai pelayanannya pada usia 30 tahun. Para penafsir juga mengatakan bahwa para ahli Taurat mulai mengajar juga pada usia 30 tahun. Jadi, ini adalah tradisi pada saat itu di tempat itu, tetapi tentu tidak berlaku untuk kita. Jadi saudara tak perlu menunggu sampai saudara berusia 30 tahun baru melayani Tuhan.

c) Sebelum usia 30 tahun ini Yesus mengalami pembentukan, sehingga bisa melayani dengan baik (bdk. Luk 2:40,52).
 

2) Lukas berkata bahwa ‘menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf’ (ay 23).

Dengan kata-kata ini secara implicit Lukas mengatakan bahwa sebetulnya Yesus bukanlah anak Yusuf. Dan nanti (dalam point III di bawah) saudara akan melihat bahwa Lukas lalu memberikan silsilah Yesus dari sudut Maria.

Jadi Lukas adalah orang yang:

Penerapan: Problem dari banyak orang kristen adalah bahwa mereka seringkali terlalu mempedulikan anggapan orang yang salah tentang diri mereka. Penerapan: Kalau sedang bercakap-cakap dengan banyak orang, dan lalu seorang berkata bahwa semua agama itu sama, atau bahwa berdusta / berzinah itu tidak apa-apa, dan lalu yang lain menyetujuinya, beranikah saudara menentang ‘pandangan umum’ itu?
 
3) Dengan silsilah ini, Lukas menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah manusia, karena Iapun adalah keturunan Adam.
  a) Ada yang mengatakan bahwa Yesus bukan manusia biasa, karena Ia tidak mempunyai bapa jasmani / dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki.

Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.

Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:

Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Ia bukanlah manusia yang sejati.   b) Lukas baru saja menceritakan peristiwa dimana Yesus dibaptis, dimana ada suara dari surga yang menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Sekarang Lukas menceritakan silsilah Yesus yang menunjukkan kemanusiaan Yesus. Yesus memang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia!

Penerapan:

Kita harus belajar Kitab Suci secara seimbang, misalnya:

4) ‘anak Adam, anak Allah’ (ay 38).

William Hendriksen mengomentari dengan berkata bahwa di sini tidak ada ‘animal origin’ (= asal usul binatang). Memang orang kristen yang mempercayai Kitab Suci tidak boleh mempercayai teori Evolusi / Darwin!
 

III) Perbedaan silsilah menurut Matius dan Lukas:

Silsilah Yesus dalam Mat 1:1-17 berbeda dengan silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38. Kalau kita menyoroti dan membandingkan kedua silsilah itu pada bagian dari Daud sampai kepada Yesus, maka akan terlihat bahwa ada perbedaan nama-nama, bahkan ada perbedaan jumlah orang (dalam Matius hanya 28 nama, sedangkan dalam Lukas ada 43 nama).

Kalau kita menyoroti Mat 1:15b-16 dan Luk 3:23b-24a, maka ada perbedaan sebagai berikut:

Dalam Matius    Dalam Lukas

Matan                 Matat

    ¯                          ¯

Yakub                    Eli

    ¯                          ¯

Yusuf                   Yusuf

Jadi sebetulnya Yusuf itu anaknya siapa? Anak Eli atau anak Yakub?

Bahwa dalam Kitab Suci kita ada banyak hal yang kelihatannya bertentangan, sering disoroti secara negatif oleh banyak orang. Sebetulnya perlu kita ketahui bahwa adanya hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa disoroti secara positif, karena hal-hal itu menunjukkan bahwa:

Contoh lain tentang penyorotan negatif dan positif:

Adanya banyak aliran dalam Kristen (ingat: kristen adalah satu-satunya agama yang alirannya sangat banyak; agama lain hanya punya 2-3 / beberapa aliran) juga sering disoroti secara negatif, tetapi juga bisa disoroti secara positif. Karena ajaran Kristen itu benar / berharga dan bisa menyelamatkan orang yang mempercayainya, maka setan menyerangnya dengan gencar.

Illustrasi:

Kalau seseorang memalsu uang, ia akan memilih uang yang Rp 50.000an, bukan yang Rp 100an. Jadi, makin berharga suatu barang, makin banyak orang yang berusaha memalsunya.

Disamping itu, hal-hal yang kelihatannya bertentangan dalam silsilah Yesus ini bisa diharmoniskan / dijelaskan sehingga tidak bertentangan.

Ada 2 cara untuk mengharmoniskan kedua bagian / silsilah ini:

1) Bapa-bapa gereja, dimulai seorang yang bernama Africanus (tahun 220 M), mengharmoniskan perbedaan ini dengan cara sebagai berikut:

Matan ------ Esta ----------- Matat

              ¯                   ¯

          Yakub --- P --- Eli

                      ¯

                  Yusuf --- Maria

                             ¯

                        Yesus

Keterangan:

Matan kawin dengan seorang perempuan yang bernama Esta dan lalu mempunyai anak yang dinamakan Yakub. Setelah Matan mati, Esta kawin lagi dengan Matat dan mempunyai anak yang dinamakan Eli. Jadi, Yakub dan Eli adalah setengah saudara.

Eli lalu kawin dengan seorang perempuan (P), tapi Eli mati sebelum istrinya itu sempat mendapatkan anak, dan karena itu Yakub sebagai saudara Eli harus kawin dengan istri Eli untuk memberi keturunan kepada Eli. Dari perkawinan itu lahirlah Yusuf. Jadi Yusuf adalah anak sah dari Eli, tetapi sebetulnya Yusuf diperanakkan oleh Yakub. Ini cocok, karena dalam Matius dikatakan ‘Yakub memperanakkan Yusuf’, sedangkan dalam Lukas dikatakan ‘Yusuf, anak Eli’.

Jadi menurut penafsiran pertama ini, silsilah Yesus dalam Matius maupun Lukas sama-sama diambil dari jalur Yusuf, tetapi Lukas mengambil jalur yang sah (secara hukum / legal), sedangkan Matius mengambil jalur yang sebenarnya.

  2) Penafsiran / pengharmonisan yang kedua mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari pihak Yusuf sedangkan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari pihak Maria. Jadi, Yakub adalah ayah Yusuf (Mat 1:16), sedangkan Eli adalah ayah Maria.

Tetapi untuk mencapai / mendapatkan hal ini ada 2 cara / tafsiran yang ditempuh:
 

a) Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Luk 3:23 ditujukan kepada Yusuf, dan diartikan sebagai ‘menantu Eli’. Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena dalam Rut 1:11-13, Naomi juga menyebut kedua menantunya dengan sebutan ‘anak-anakku’ (NIV: ‘my daughters’).
      b) Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Luk 3:23 ditujukan kepada Yesus, dan diartikan sebagai ‘cucu Eli’. Ini juga bukan merupakan hal yang aneh, karena dalam Kitab Suci, istilah ‘anak’ sering menunjuk kepada ‘keturunan’, dan istilah ‘bapa / ibu’ sering menunjuk kepada ‘nenek moyang’. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:
NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya).
 
Disamping itu, ada dukungan sebagai berikut terhadap penafsiran ini: Kalau Luk 3:23-38 ini dilihat dalam bahasa Yunaninya, maka terlihat bahwa semua nama didahului oleh kata Yunani TOU (= of the), kecuali nama Yusuf.

Pulpit Commentary:

"This absence of the article TOU certainly puts the name of Joseph in a special position in the series of names, and leads us to suppose that the genealogy is not that of Joseph, but of Heli. ... The twenty-third verse would then read thus: ‘And Jesus, ... (being as was supposed the son of Joseph),’ after which parenthesis the first link in the chain would be Jesus, the heir and grandson, and in that sense the son of Heli" [= Absennya kata TOU ini jelas menempatkan nama Yusuf dalam posisi yang khusus dalam deretan nama-nama itu, dan memimpin kami untuk menganggap bahwa silsilah itu bukanlah dari Yusuf, tetapi dari Eli. ... Jadi, ayat 23 seharusnya berbunyi: ‘Dan Yesus, ... ( dianggap sebagai anak Yusuf),’ setelah tanda kurung mata rantai yang pertama dalam rantai itu adalah Yesus, pewaris dan cucu, dan dalam arti itu, anak Eli].

  Macam-macam terjemahan ay 23 yang mendukung penafsiran ini:

Lenski: "And he himself Jesus when beginning was about thirty years old, being a son (as was supposed of Joseph) of Heli ..." [= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika sedang memulai berusia kira-kira 30 tahun, adalah anak (dianggap dari Yusuf) dari Eli ...].

Greijdanus: "And he himself, Jesus, when he began, was about thirty years old, being a son, as was supposed of Joseph, of Heli ..." (= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika Ia mulai, berusia kira-kira 30 tahun, merupakan anak, dianggap dari Yusuf, dari Eli ...).

Berkeley Version: "Jesus Himself, supposedly Joseph’s son, began his ministry at about thirty, being a descendant of Heli ..." (= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, mulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun, adalah keturunan dari Heli ...).

William Hendriksen: "Now Jesus himself, supposedly Joseph’s son, was about thirty years old when he began (his ministry), being a son of Heli ..." [= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, berusia kira-kira 30 tahun ketika Ia mulai (pelayananNya), adalah anak dari Eli ...].

Kalau dipertanyakan yang mana yang benar dari penjelasan-penjelasan ini, maka tentu saja tidak bisa dipastikan secara mutlak. Ini tidak perlu membuat kita kecewa atau kecil hati, karena sekalipun tidak bisa dipastikan secara mutlak, tetapi yang penting adalah bahwa kita sudah melihat adanya kemungkinan bahwa kedua bagian yang kelihatannya bertentangan itu ternyata bisa diharmoniskan sehingga tidak harus bertentangan!

John Murray:

"Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmony of Scripture, we are able to show that there is no necessary contradiction" (= seringkali, sekali-pun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa di sana tidak harus terjadi kontradiksi) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.

Saya sendiri sangat condong pada penafsiran yang kedua (point 2) karena:

1. Dalam ay 23 Lukas sudah mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf menurut anggapan orang. Jadi jelas bahwa ia berkata bahwa sebenarnya Yesus bukan anak Yusuf. Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ia lalu memberikan silsilah Yesus melalui Yusuf. Jauh lebih cocok kalau ia memberikan silsilah Yesus melalui Maria.   2. Matius menekankan Yesus sebagai Raja, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus dari sudut ‘ayah’Nya (adalah aneh kalau menuliskan silsilah seorang raja dari sudut ibunya), tetapi Lukas menekankan Yesus sebagai manusia (Lukas adalah satu-satunya penulis Injil yang menceritakan Yesus pada usia 12 tahun, perkembangan fisik dan hikmat dari Yesus sebagai manusia - Luk 2:40-52), dan sebagai manusia, Yesus bukan anak Yusuf, tetapi anak Maria. Karena itu Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria.   3. Dukungan kitab Talmud.
  a. Orang Yahudi mempunyai kitab yang disebut Talmud. Kata ‘Talmud’ adalah kata bahasa Ibrani yang berarti ‘instruction’ (= instruksi), yang berasal dari akar kata LAMAD, yang berarti ‘to learn’ (= belajar). Talmud merupakan kumpulan tulisan-tulisan yang berisikan hukum-hukum Yahudi, baik hukum negara maupun hukum agama. Talmud ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Mishnah (textnya) dan Gemara (penafsirannya).

b. Dalam kitab Talmud itu, Maria disebutkan sebagai ‘the daughter of Heli’ (= anak perempuan Eli).
 

4. Matius menceritakan peristiwa kelahiran Yesus dari sudut pandang Yusuf (baca Mat 1:18-2:23 - malaikat berulangkali datang kepada Yusuf); sedangkan Lukas menceritakan kelahiran Yesus dari sudut pandang Maria (baca Luk 1:26-38 - malaikat datang kepada Maria).

Karena itu sangat sesuai kalau dalam penulisan silsilah Yesus, Matius menuliskan silsilah dari pihak Yusuf, dan Lukas menuliskan silsilah dari pihak Maria.

5. Matius menuliskan Injilnya untuk orang Yahudi, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus hanya sampai Abraham, kepada siapa janji Tuhan tentang bangsa Israel pertama kali diberikan. Tetapi Lukas menulis untuk orang non Yahudi, dan karena itu ia meneruskan silsilah Yesus sampai kepada Adam, untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul termasuk dalam umat manusia, karena Ia juga adalah keturunan Adam.

Sekarang, kalau ternyata silsilah yang Lukas tuliskan itu adalah silsilah dari Yusuf, yang sebetulnya bukan bapa jasmani dari Yesus, maka semua ini sia-sia. Dengan silsilah ini ia tidak bisa menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah keturunan Adam.

Memang ada keberatan terhadap penafsiran kedua ini, yaitu: a. Tidak ada orang yang membuat silsilah dari sudut ibunya.

Jawabnya: perlu diingat bahwa ini adalah kasus khusus, karena Yesus memang tidak punya bapa dunia / jasmani, jadi tidak aneh bahwa untuk Yesus lalu dibuat silsilah dari sudut ibuNya!

b. Kalau memang Luk 3:23-38 adalah silsilah Yesus melalui Maria, mengapa nama Maria tidak ada dalam silsilah?

Jawabnya: mungkin Lukas tidak mau memasukkan nama perempuan, karena itu memang tidak lazim.

Ada satu pertanyaan lagi yang perlu dibahas tentang silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas ini: mengapa Kitab Suci tidak secara jelas / terang-terangan saja mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari sudut Yusuf dan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria?

Jawab:

Dalam 2Pet 3:16b - "Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain".

Penjelasan:

Ini tentu tidak menunjuk pada ‘orang yang tidak mengerti firman tetapi rindu untuk mengerti’, tetapi kepada ‘orang yang tidak mengerti dan tidak mau belajar’. Mungkin juga ini menunjuk kepada ‘orang yang tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) tetapi sok pinter dalam menafsirkan Kitab Suci’. Karena itu, kalau saudara bukanlah seseorang yang ingin belajar Kitab Suci secara serius, saudara ada dalam bahaya! Kalau saudara maunya cuma mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon dan cerita / kesaksian, saudara ada dalam bahaya! Karena itu ambillah keputusan untuk belajar Firman Tuhan secara serius, melalui kebaktian, Pemahaman Alkitab, atau buku makalah dan cassette khotbah!  
  -AMIN-
 


email us at : gkri_exodus@mailcity.com