>

Pembahasan mengenai Ajaran Teologia Kemakmuran

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


THEOLOGIA KEMAKMURAN

Sekarang banyak gereja / pendeta / orang kristen yang percaya / mengajarkan Theologia Kemakmuran, dimana mereka percaya / mengajarkan bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh beriman dan mengikut Tuhan, pasti akan kaya atau harus kaya.

Banyak orang kristen yang hanya bisa merasakan bahwa ajaran semacam itu adalah ajaran yang salah / sesat, tetapi pada waktu para penganut / pengajar Theologia Kemakmuran itu memberikan argumentasi-argumentasi mereka, baik berdasarkan Kitab Suci maupun berdasarkan 'fakta', maka banyak sekali orang kristen yang tidak bisa menjawab argumentasi-argumentasi itu.

Karena itu disini saya ingin mengajak saudara untuk:

1) Mempelajari argumentasi-argumentasi, baik berdasarkan Kitab Suci maupun berdasarkan 'fakta', yang digunakan oleh para penganut Theologia Kemak-muran itu.

2) Mempelajari kesalahan-kesalahan dari argumentasi-argumentasi mereka, dan sekaligus melihat / mempelajari ayat-ayat Kitab Suci yang sengaja dihindari / diabaikan oleh para penganut Theologia Kemakmuran.

3) Mempelajari ajaran Kitab Suci yang benar tentang kekayaan dan sikap yang benar terhadap kekayaan.

I) ARGUMENTASI2 THEOLOGIA KEMAKMURAN:

A) Argumentasi berdasarkan Kitab Suci:

1) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12 Roma 8:14-17 Gal 3:26 dsb).

Mereka mengatakan bahwa karena kita adalah anak Allah, sedangkan Allah itu maha kaya, maka kita juga harus kaya. Mengaku diri sebagai anak Allah, tetapi hidup dalam kemiskinan, adalah suatu kontradiksi.

Mereka bahkan berani mengatakan bahwa Allah malu mempunyai anak-anak yang miskin!

2) Ayat-ayat Kitab Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang diberkati oleh Tuhan sehingga menjadi kaya. Dalam hal ini biasanya mereka mengambil cerita-cerita tentang tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang adalah orang beriman dan sekaligus adalah orang kaya. Misalnya: Daud, Salomo, Ayub, Abraham, Ishak, Yakub dsb.

Mereka lalu mengatakan bahwa orang-orang itu beriman dan taat kepada Tuhan, dan karena itu mereka diberkati oleh Tuhan sehingga menjadi kaya. Jadi, kalau kita beriman dan taat kepada Tuhan, kita pasti juga menjadi kaya. Mereka bahkan berani mengatakan bahwa kalau kita tidak kaya, itu berarti kita tidak / kurang beriman, dan / atau kita tidak / kurang taat kepada Tuhan.

3) Ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa Tuhan berjanji akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan kepada orang yang mentaati Dia, yang memberikan persembahan perpuluhan dsb.

Misalnya: Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Maleakhi 3:10-12.

Mereka berkata bahwa Firman Tuhan berlaku kekal dan Tuhan tidak pernah berdusta / melanggar janjiNya, sehingga pada jaman inipun janji-janji itu berlaku dan pasti akan Tuhan genapi, asal kita beriman dan taat kepadaNya!

4) Ayat-ayat Perjanjian Baru seperti:

B) Argumentasi berdasarkan 'fakta':

Kalau kita bisa menunjukkan ayat-ayat KItab Suci yang menentang ajaran Theologia Kemakmuran, maka para penganut Theologia Kemakmuran ini sering menggunakan argumentasi yang berdasarkan 'fakta', dimana me-reka lalu berkata bahwa 'fakta' menunjukkan bahwa:

1) Gereja yang mengajarkan Theologia Kemakmuran ternyata berkem-bang pesat, yang jelas menunjukkan berkat Tuhan atas gereja itu. Kalau memang ajarannya salah / sesat, mengapa gerejanya bisa begitu diberkati oleh Tuhan?

2) Jemaat dari gereja itu memang betul-betul makmur / kaya. Bukankah ini menunjukkan bahwa dengan beriman kepada Tuhan, taat kepada-Nya dan memberikan persembahan persepuluhan, mereka betul-betul dijadikan makmur / kaya oleh Tuhan?

Pdt. Dr. Paul Yonggi Cho bahkan pernah bersaksi bahwa dulu jemaat-nya sedikit dan semuanya miskin. Lalu ia mulai mengajar mereka bagaimana menjadi kaya, dan sekarang tidak ada orang miskin di dalam gerejanya.

Bukankah kedua 'fakta' ini menunjukkan bahwa ajaran Theologia Kemak-muran memang benar?

II) TANGGAPAN / JAWABAN SAYA:

A) Tentang argumentasi berdasarkan Kitab Suci:

1) Kalau kita mau menafsirkan Kitab Suci dengan benar, maka kita harus menafsirkan suatu bagian Kitab Suci dengan memperhatikan semua bagian-bagian lain dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan ba-gian yang akan kita tafsirkan itu. Dan kita harus menafsirkan bagian itu sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci.

Mengapa harus demikian? Karena Allah itu bukan pendusta, dan karena itu kata-kataNya tidak mungkin bisa bertentangan satu sama lain! Kitab Suci adalah firman / kata-kata Allah, sehingga tidak mungkin bertentangan satu sama lain.

Tetapi, para penganut Theologia Kemakmuran ini hanya melihat / menyoroti bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci yang mendukung pandangan mereka, dan mereka mengabaikan bagian-bagian lain dari Kitab Suci yang jelas-jelas menentang penafsiran mereka.

Catatan:

Ingatlah bahwa cara penafsiran seperti ini adalah sumber timbulnya semua ajaran sesat, dan juga bahwa cara penafsiran seperti ini merupakan cara dari hampir semua nabi palsu dalam mempertahan-kan ajaran sesat mereka!

Contoh:

a) Kitab Suci memang menggambarkan hubungan Allah dengan kita sebagai Bapa dengan anakNya. Tetapi Kitab Suci juga menggam-barkan hubungan Allah dengan kita sebagai Tuan dengan hamba (Misalnya: Yoh 13:16), dan juga sebagai Komandan dan prajurit / tentara (2Tim 2:3-4).

Gambaran bahwa kita adalah anak memang bisa menimbulkan pemikiran bahwa hidup kristen itu enak, kaya dsb. Tetapi gam-baran bahwa kita adalah hamba / tentara jelas menimbulkan kesan yang jauh berbeda. Seharusnya, kita meninjau semua gambaran-gambaran itu dan bukan salah satu saja. Itu akan menunjukkan bahwa di dalam hidup kristen itu bukan hanya terdapat hal-hal yang enak saja, tetapi juga ada ketundukan mutlak, pelayanan, peperangan, penderitaan, bahkan kemiskinan!

Hal-hal seperti ini tidak pernah mereka perhatikan / soroti, atau bahkan sengaja mereka abaikan!

b) Allah memang adalah Bapa kita, tetapi Ia adalah Bapa kita secara rohani (Yoh 1:12-13)! Dan Ia adalah Bapa yang bijaksana (Ro 11:33)! Kitab Suci bahkan berkata bahwa Ia menghajar kita pada saat diperlukan (Ibr 12:5-11), dan ini menunjukkan bahwa Ia bukanlah seorang Bapa yang memanjakan anak-anakNya!

Kalau seorang bapa duniawi / jasmani yang bijaksana saja pasti tidak akan memanjakan anaknya dengan memberikan uang sebe-rapa dia kehendaki, maka jelas bahwa Allah, sebagai Bapa rohani kita yang bijaksana, juga tidak akan melakukan hal itu!

Lagi-lagi ini merupakan bagian yang sengaja diabaikan oleh para penganut Theologia Kemakmuran!

Terhadap orang yang mengatakan bahwa Allah itu malu kalau mempunyai seorang anak yang miskin, saya ingin tanyakan: di bagian mana dari Kitab Suci ada ajaran seperti itu? Dalam Kitab Suci disebutkan ada banyak orang percaya yang miskin. Tetapi tidak pernah dikatakan bahwa Allah malu karena kemiskinan mereka!

Orang yang mengajarkan hal seperti ini memandang Allah secara jasmani / duniawi, seakan-akan Ia adalah seorang manusia seperti kita! Manusia yang kaya memang akan malu kalau anaknya miskin! Tetapi Allah tidak demikian! Allah tidak malu mempunyai anak yang miskin, sakit dsb. Ia bahkan akan senang kalau mempu-nyai anak yang dalam kemiskinan, kesakitan dan penderitaan, tetap beriman kepadaNya, mengasihiNya, dan mentaatiNya! Hal yang memalukan Allah ialah kalau kita sebagai anak-anakNya hidup dalam dosa (Wah 3:18 bdk. juga Mat 5:16)! Juga kalau kita menekankan keduniawian dan kekayaan lebih dari pada keroha-nian, seperti yang dilakukan oleh para penganut / pengajar Theologia Kemakmuran!

c) Dalam Kitab Suci memang ada banyak orang beriman yang kaya, tetapi juga ada banyak yang tidak kaya, bahkan yang miskin.

Misalnya: Yesus sendiri (Luk 9:58), rasul-rasul (Kis 3:6), jemaat kristen abad pertama (Kis 2:45b Kis 4:35b Kis 6:1 Roma 15:26 2Kor 8:2 Wah 2:9).

Memang ada orang Kharismatik yang berkata sebaliknya:

Tetapi penafsiran-penafsiran tolol semacam ini jelas tidak perlu dipedulikan! Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Yesus, rasul-rasul, dan banyak jemaat kristen abad pertama adalah orang-orang yang miskin!

Lalu mengapa hanya bagian-bagian Kitab Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang kaya saja yang diperhatikan dan disoroti? Mengapa bagian-bagian Kitab Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang miskin diabaikan?

Beranikah mereka mengatakan bahwa Yesus dan rasul-rasul dan jemaat gereja abad pertama itu miskin karena mereka kurang beriman dan kurang taat? Untuk Yesusnya mungkin mereka akan berkata bahwa Yesus memang rela menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (2Kor 8:9). Tetapi bagai-mana dengan rasul-rasul dan jemaat gereja abad pertama yang miskin?

d) Kitab Suci sering mengajar tentang orang-orang jahat yang kaya dan orang saleh yang miskin.

Contoh:

"Ada suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang la-yak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar".

Ini jelas memungkinkan adanya orang saleh yang miskin dan orang jahat yang kaya!

Mengapa para penganut Theologia Kemakmuran mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci seperti ini?

e) Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan sukarnya / beratnya kehidupan orang kristen.

Contoh:

"Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebar-lah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebi-nasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; ka-rena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapati-nya".

"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya".

"Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan meng-aniaya kamu".

"Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Ksritus, melainkan juga untuk mende-rita untuk Dia".

"Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya".

Pernahkah para penganut Theologia Kemakmuran itu menyoroti dan merenungkan ayat-ayat ini? Atau apakah mereka sengaja mengabaikan ayat-ayat itu karena tidak sesuai dengan ajaran sesat mereka?

Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa hidup kristen bukanlah hidup yang enak terus! Sebaliknya, hidup kristen adalah hidup yang penuh dengan penderitaan, kesukaran dan tantangan!

Karena itu ada satu orang yang pernah berkata:

"Allah punya satu anak yang tidak pernah berbuat dosa (yaitu Yesus), tetapi Ia tidak punya anak yang tidak pernah menderita!"

Kalau kita melihat hidup Yesus sendiri, maka kita melihat bahwa hidupNya 'turun' dahulu (menjadi manusia, menderita dan mati, dikuburkan), dan setelah itu baru 'naik' (bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, dan akan da-tang keduakalinya sebagai Hakim).

Karena itu, kalau kita adalah pengikut Kristus, hidup kita juga akan 'turun' dulu (mengalami banyak penderitaan, kesukaran dan tan-tangan di dunia ini), dan setelah itu baru 'naik' (mengalami ke-muliaan di surga). Bdk. Ro 8:18 2Kor 4:17.

Tetapi, para penganut Theologia Kemakmuran itu mem-by-pass jalan yang menurun itu. Mereka mengajarkan bahwa hidup kristen itu enak dan kaya di dunia, dan juga mulia di surga. Hidup mereka adalah hidup tanpa salib! Tetapi bahwa ini bukanlah hidup Kristen, terlihat dengan jelas dari deretan ayat-ayat di atas!

Kalau memang hidup kristen itu penuh dengan penderitaan dan kesukaran, maka itu berarti bahwa orang kristen bisa saja menjadi miskin, justru karena ia menjadi kristen dan karena ia hidup sesuai dengan firman Tuhan!

f) Kitab Suci mengandung banyak ayat yang memperingatkan kita akan bahaya dari kekayaan / keinginan untuk menjadi kaya, seperti: Ul 6:10-12 Ul 8:10-18 Amsal 23:4-5 Pengkhotbah 5:9-16 Yer 9:23-24 Yeh 7:19 Mat 6:19-24 Mat 13:22 Mat 19:21-24 Luk 6:24 Luk 12:16-21 Luk 21:34-36 1Tim 6:6-10 1Tim 6:17-19 Yak 1:9-11 Yak 5:1-3 dsb.

Untuk bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang kerasnya peringatan Kitab Suci terhadap kekayaan, bacalah semua ayat-ayat tersebut di atas!

Ayat-ayat Kitab Suci ini jelas memberikan gambaran yang sangat berbeda, bahkan bertentangan, dengan ajaran Theologia Kemak-muran! Mengapa mereka tidak pernah menyoroti ayat-ayat ini? Jelas bahwa mereka memang sengaja mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci yang tidak sesuai dengan ajaran sesat mereka!

2) Penafsiran mereka melanggar prinsip Hermeneutics (ilmu penafsiran Kitab Suci) yang penting, yang sekalipun sudah saya jelaskan dalam pelajaran Kharismatik 1 di depan, tetapi akan saya ulangi di sini.

Dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang bersifat Descriptive (= bersifat menggambarkan). Bagian seperti ini hanya menggambarkan apa yang betul-betul terjadi pada saat itu, tetapi tidak dimaksudkan untuk dijadikan rumus / norma / pedoman dalam kehidupan kita.

Contoh:

Tetapi dalam Kitab Suci juga ada bagian-bagian yang bersifat Didactic (= bersifat mengajar). Ini adalah bagian-bagian yang betul-betul dimaksudkan untuk mengajar, dan harus dijadikan norma / hukum dalam kehidupan kita.

Contoh:

Kalau kita berhadapan dengan bagian yang bersifat Descriptive, tetapi kita memperlakukannya sebagai bagian yang bersifat Didactic, dan menafsirkannya sebagai hukum / norma, maka akan timbul ajaran-ajaran yang salah, seperti:

Ajaran Theologia Kemakmuran mendasarkan ajarannya pada bagian-bagian Kitab Suci yang menunjukkan adanya orang-orang beriman yang kaya seperti Salomo, Ayub dsb. Itu berarti bahwa mereka mem-perlakukan bagian-bagian yang bersifat Descriptive sebagai rumus / hukum, dan ini adalah cara penafsiran yang salah!

3) Terhadap ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa Tuhan akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan kepada orang yang beriman dan taat kepadaNya / orang yang memberikan persembahan persepuluhan, ada 2 hal yang akan saya berikan seba-gai tanggapan:

a) Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru dalam persoalan berkat Tuhan!

Dalam Perjanjian Lama memang ada banyak ayat yang menun-jukkan janji berkat jasmani yang berkelimpahan, seperti Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Maleakhi 3:10-12 dsb.

Tetapi dalam Perjanjian Baru, terlihat bahwa Allah hanya menjanji-kan berkat jasmani secara cukup saja (tidak berkelimpahan). Ini terlihat dari:

Bagian ini berbicara tentang makanan, minuman dan pakaian, dan karena itu jelas bahwa bagian ini hanya menekankan kebutuhan-kebutuhan pokok saja, bukan kemewahan!

Hal yang perlu kita tanyakan adalah: mengapa ada perbedaan seperti ini antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Ada 2 jawaban:

Dalam jaman Perjanjian Baru, karena salib (yang merupakan pernyataan tertinggi dari kasih Allah kepada kita) itu sudah terjadi, maka sekalipun kita tidak kaya, bahkan sekalipun kita miskin, kita tetap bisa memandang ke belakang, kepada salib, dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita.

Tetapi dalam jaman Perjanjian Lama, kalau tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, agak sukar bagi seseorang untuk bisa percaya bahwa Allah mengasihi dia, karena saat itu salib belum terjadi!

Karena itulah, untuk menunjukkan kasihNya kepada orang-orang beriman dalam Perjanjian Lama, maka pada saat itu Allah lalu memberikan banyak janji berkat jasmani yang berke-limpahan.

Catatan:

Perlu saudara ketahui bahwa ini adalah ajaran dari John Calvin, yang hidup pada abad ke 16, jauh sebelum ajaran Theologia Kemakmuran muncul.

b) Cara para pengajar Theologia Kemakmuran mengajar jemaatnya untuk memberikan persembahan (baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa) dengan menggunakan ayat-ayat Perjanjian Lama seperti Maleakhi 3:10-12 dan Amsal 3:9-10 atau-pun ayat Perjanjian Baru seperti 2Kor 9:6, adalah cara yang salah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan! Mengapa? Karena de-ngan demikian mereka mengajar jemaat untuk memberikan per-sembahan kepada Tuhan dengan pamrih, karena jemaat memberi dengan tujuan supaya Tuhan membalasnya dengan berkat yang lebih besar! Saya memang percaya bahwa ada pahala untuk setiap ketaatan / persembahan yang kita berikan kepada Tuhan, asalkan kita melakukan / memberikan dengan motivasi yang benar, yaitu dengan hati yang betul-betul mencintai Tuhan dan dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan (Yoh 14:15 1Kor 10:31).

Tetapi ketaatan ataupun persembahan dengan motivasi supaya kita diberkati, jelas merupakan ketaatan yang dilandasi oleh egoisme, dan pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu ke-taatan kepada Tuhan!

4) Mat 6:33 Yoh 10:10 2Kor 8:9 2Kor 9:6 mereka tafsirkan tanpa mem-pedulikan kontexnya, sehingga apa yang seharusnya bersifat rohani mereka tafsirkan sebagai hal yang bersifat jasmani.

a) Dalam menafsirkan Mat 6:33, kita harus memperhatikan dan mem-baca kontexnya, yaitu Mat 6:25-34. Maka akan terlihat dengan jelas bahwa bagian itu berbicara tentang kekuatiran terhadap tidak adanya makanan, minuman dan pakaian (kebutuhan-kebutuhan pokok). Karena itu, kata 'semuanya' dalam Mat 6:33 haruslah diartikan 'kebutuhan-kebutuhan pokok', dan bukannya kekayaan yang berlimpah-limpah!

b) Dalam Yoh 10:10, Yesus berkata:

"Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempu-nyainya dalam segala kelimpahan".

Yesus pasti tidak memaksudkan hidup jasmani, tetapi hidup rohani, karena orang-orang yang Ia maksudkan dengan 'mereka', saat itu sedang hidup secara jasmani! Kalau Yesus memaksudkan hidup rohani, maka jelaslah bahwa kelimpahan yang Ia maksudkan, juga adalah kelimpahan rohani!

c) 2Kor 8:9 juga harus kita teliti kontexnya, supaya kita bisa mengerti apakah ayat itu memaksudkan kaya secara jasmani atau secara rohani. Bacalah mulai 2Kor 8:1-9! Maka dalam ay 7 saudara akan melihat bahwa Paulus berkata bahwa sekarang mereka kaya dalam segala sesuatu. Tetapi apa yang ia maksudkan dengan 'segala sesuatu' itu? Baca terus ay 7! Paulus berkata "dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam ke-sungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu kepada kami".

Ini semua jelas menunjuk pada hal rohani, bukan jasmani! Karena itu jelaslah bahwa 'kaya' dalam 2Kor 8:9 tidak menunjuk pada kekayaan jasmani, tetapi pada kekayaan rohani!

d) 2Kor 9:6 juga harus diperhatikan kontexnya.

Apakah 'menuai banyak' dalam 2Kor 9:6 itu harus diartikan berkat jasmani / uang yang banyak? Saya berpendapat bahwa bisa saja orang yang memberi persembahan uang lalu dibalas oleh Allah juga dengan uang. Tetapi tentu saja tidak harus demikian. Ia bisa membalas dengan cara lain. Ini bisa kita lihat dalam 2Kor 9:8 dimana dikatakan:

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan".

Jelas ini menunjukkan bahwa orang yang menabur banyak itu memang menuai banyak, tetapi ia menuai bukan berkat jasmani, tetapi berkat rohani!

B) Tentang Argumentasi berdasarkan 'fakta':

1) Jemaat yang bertambah banyak, tidak membuktikan bahwa ajaran mereka benar, ataupun bahwa mereka diberkati oleh Tuhan.

Sebagai contoh, dalam waktu 10 tahun (1942-1952), jumlah orang Saksi Yehovah di Amerika Serikat berkembang 2 x lipat, di Asia 5 x lipat, di Eropa 7 x lipat, dan di Amerika Latin 15 x lipat. Apakah itu membuktikan bahwa ajaran mereka itu benar dan gereja mereka diberkati oleh Tuhan?

Ingatlah bahwa kebenaran bukanlah persoalan demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Pada saat Yesus melayani secara jasmani dalam dunia ini, hanya sedikit orang yang sungguh-sungguh percaya dan mengikuti Dia. Apakah ini berarti ajaranNya salah dan pelayananNya tidak diberkati Tuhan?

Ingatlah juga bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah menubuatkan bahwa makin mendekati akhir jaman, makin banyak ajaran sesat, dan makin banyak orang yang tersesat (Mat 18:7 Mat 24:5,11).

Juga ingatlah bahwa Paulus juga menubuatkan bahwa akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran yang benar dan mereka akan mengumpulkan guru-guru palsu menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Juga bahwa mereka akan menutup telinganya bagi kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2Tim 4:3-4). Jadi, kalau banyak orang senang mendengar ajaran Theologia Kemakmuran, itu hanyalah penggenapan dari nubuat ini!

2) Kalau mereka mengatakan bahwa jemaat dalam gereja mereka kaya-kaya, maka ada 2 hal yang perlu dipertanyakan:

a) Benarkah bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulunya miskin?

Saya lebih condong untuk percaya bahwa jemaat yang miskin itu hilang, lalu digantikan oleh jemaat yang kaya. Mengapa bisa demi-kian? Karena kalau setiap kali jemaat mendengar bahwa miskin menunjukkan dosa, tidak beriman dsb, maka lama kelamaan pasti jemaat yang miskin akan minggat dari gereja itu, sedangkan jemaat yang kaya akan tetap tinggal, karena senang dibuai oleh segala omong kosong itu (bandingkan dengan 2Tim 4:3-4).

b) Kalau memang benar bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulu-nya miskin, maka perlu dipertanyakan lagi:

Ingat bahwa ajaran yang mengatakan bahwa orang kristen harus kaya itu bisa membuat orang berusaha mati-matian untuk menjadi kaya, tanpa mempedulikan caranya halal atau tidak!

III) KESIMPULAN:

1) Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun para penganut Theologia Kemakmuran itu bisa memberikan ayat-ayat Kitab Suci sebagai dasar ajaran mereka, tetapi jelas bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu sudah ditafsir-kan secara salah!

Dengan kata lain, kita harus menyimpulkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu adalah suatu ajaran sesat yang sama sekali tidak Alkitabiah!

Selain dari itu, ajaran Theologia Kemakmuran ini menyebabkan ajaran Kristen dihina / dipandang rendah oleh orang-orang non Kristen (dinilai sebagai agama yang duniawi)! Dengan demikian, ajaran Theologia Kemakmuran ini menjadi batu sandungan bagi banyak orang!

2) Kalau ajarannya adalah ajaran yang sesat / tidak alkitabiah, maka jelaslah bahwa para pengajar Theologia Kemakmuran itu adalah nabi-nabi palsu!

Karena itu para pengajar Theologia Kemakmuran itu sebaiknya memper-hatikan peringatan Tuhan Yesus dalam Mat 18:7 yang berbunyi:

"Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penye-satan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakan-nya!".

Ada banyak orang yang menanyakan pertanyaan ini: apakah para pengajar Theologia Kemakmuran itu sendiri tahu bahwa ajaran mereka adalah ajaran sesat yang bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci?

Dari begitu banyaknya bagian-bagian Kitab Suci yang bertentangan secara sangat jelas dengan ajaran Theologia Kemakmuran, saya yakin bahwa mereka tahu kalau ajaran mereka itu bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci.

Kalau demikian, mengapa mereka tetap mengajarkannya? Jelas sekali supaya mereka mendapat untung dan menjadi kaya! Memang, didalam mereka mengajar mereka menekankan keharusan untuk memberikan persembahan sebanyak-banyaknya (baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa), supaya jemaat diberkati berlimpah-limpah oleh Tuhan. Tetapi apa motivasi mereka yang sebenarnya? Bukankah su-paya mereka sendiri yang menjadi kaya oleh semua persembahan itu? Memang salah satu ciri nabi palsu adalah 'mengajar demi keuntungan diri sendiri' (Yer 8:10 Tit 1:11 2Pet 2:3)!

3) Kitab Suci memang tidak pernah melarang orang kristen untuk kaya (Catatan: saya tidak menganut Theologia Kemelaratan!). Tetapi Kitab Suci tidak mengharuskan orang kristen menjadi kaya!

4) Sekalipun kekayaan itu sendiri bukanlah dosa, tetapi kekayaan itu bisa membahayakan kita, kalau kita tidak bersikap benar terhadap kekayaan.

Karena itu, janganlah menginginkan kekayaan duniawi (Amsal 23:4 Mat 6:19 1Tim 6:9-10); sebaliknya carilah harta yang kekal di surga (Mat 6:20), supaya saudara jangan menjadi seperti orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).

Karena itu, kalau saudara berdoa dalam persoalan uang, tirulah doa dalam Amsal 30:8-9, yang berbunyi:

"Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkan-lah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemar-kan nama Allahku".


-AMIN-


email us at : gkri_exodus@mailcity.com